Anda di halaman 1dari 13

DI

S
U
S
U
N
Oleh:
Kelompok :8
Anggota : Rauzatul Ilma
Nurul Aini
Putri Shahara
Fakhrurrazi
Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester / Unit : IV / 1
Dosen Pembimbing : Mustafa, M.A
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. karena dengan

rahmat dan karunia-Nya, saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan

tugas makalah ini tentang “Profesional Guru dan Globalisasi” sebagai salah satu

tugas Mata Kuliah “Sosiologi Pendidikan”.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Mustafa, M.A selaku

dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan serta

memberikan petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini. saya menyadari bahwa

dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun baik dari dosen, teman-teman

seperjuangan maupun dari para pembaca makalah ini sekalian.

Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi

khususnya dan bagi teman-teman dan para pembaca sekalian pada umumnya.

Amin.

Wassalam

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................ 1

BAB II : PEMBAHASAN ...................................................................... 2


A. Profesionalisme Guru ......................................................... 2
B. Syarat Profesionalisme Guru.............................................. 3
C. Globalisasi .......................................................................... 5
D. Guru dan Tantangan Globalisasi ........................................ 6

BAB III : PENUTUP ............................................................................... 9


A. Kesimpulan ........................................................................ 9
B. Saran ................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus
mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat
dunia. Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara
efektif, efisien dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita
mempunyai tenaga pendidik yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa
yang pintar dan bermoral.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam
dunia pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu,
kebijakan sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu langkah yang strategis
untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif.
Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari profesionalisme guru?
2. Bagaimanakah tantangan globalisasi terhadap keprofesionalisme guru?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari profesionalisme guru.
2. Untuk mengetahui bagaimana tantangan globalisasi terhadap keprofesio-
nalisme guru.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Guru
Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.
Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ”profession” (pekerjaan)
yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional
lebih berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan
profesi sebagai mata pencaharian.
Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai
orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab
disebut ” Mu’alim”, dalam bahasa inggris ”teacher” memiliki arti sederhana yakni
seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2
menjelaskan: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas
suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun
guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten, dan
guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu
mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi
belajar siswa yang lebih baik.1
Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan
bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak
memperoleh pekerjaan yang lainnya.
1
Rusman, Model-model pembelajaran, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 74.

2
B. Syarat Profesionalisme Guru
Seorang pendidik/guru diharuskan memiliki suatau persyaratan profesioanal
yang kompleks. Myra Pollanck Sadkar dan Dapid Miller Sadkar (1991)
mengatakan: bahwa seorang yang dikatakan profesional adalah orang yang
dipandang ahli dalam bidangnya,dimana yang bersangkutan bisa membuat
keputusan dengan independen dan adil jika seorang menjadi profesional,haruslah
membuat suatu langkah penawaran kolektif dengan membangun proses-proses
yang baru,institusi yang baru,prosedur yang baru yang menggiring pada suatu
pemahaman pada apa sesungguhnnya yang diinginkan pendididk:
status,dignitas,profesional,dan konpensasi yang logis dalam suatu pekerjaan
profesional.
Proses pembelajaran di sekolah/madrasah sesungguhnya merupakan upaya
merealisasikan kurikulum ideal/konsep/tekstual (ideal curriculum) ke kurikulum
aktual (actual curriculum). Kurikulum tipe pertama, ideal curriculum, merupakan
kurikulum yang masih dalam bentuk teks, ideal di cita-citakan dan belum
dilaksanakan. Sedangkan kurikulum tipe kedua,actual curriculum, kurikulum yang
diaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Yang paling menentukan
keberhasilan dalam pembelajaran di kelas adalah sejauh mana adanya kesenjangan
(gap) antara kurikulum ideal dan kurikulum aktual. Ketika pelaksanaan kurikum
aktual dalam pembelajaran di kelas, seorang pendidik sesunggunya memiliki
tanggung jawab terdepan terhadap sukses tidaknya sebagai pengembang
kurikulum (curriculum developer).
Agar suatu proses pembelajaran berkualitas dan relevan, up to date, dengan
kebutuhan sumber daya manusia (man-power) teraplisasi dengan baik, seorang
pendidik diharapkan selalu melakukan intropeksi dan meningkatkan sejumlah
kompetensi dimiliki dan memerhatikan tentang pentingnya profesionalisme dalam
menjalankan tugasny. Seorang pendidik selanjutnya diharapkan dapat
memerhatikan tentang perubahan paradigma pembelajaran, yakni dari paradikma
“lama” ke paradigma “baru”. Perlu memahami tentang globalisasi yang dapat
berdampak terhadap kemajuan peradaban dunia, yang merupakan suatu pelajaran
penting bagi pendidik yang senantiasa perlu melakukan mengedepankan

3
profesionalisme dan responsif terhadap setiap permasalahan pembelajaran, dan
inovatif terhadap perubahan sosial pendidikan yang sentiasa dinamis.2
Upaya memperbaiki kualitas dan profeionalisme pendidik di
sekolah/madrasah karenanya memang patut terus menjadi perhatian. Sebagai
respons terhadap globalisasi dan tuntunan kebutuhan terhadap kualitas
pembelajaran dalam menciptakan anak didik yang berkualitas, berkompetitif dan
mandiri di kemudian hari, sebagai persyaratan seorang pendidik profesional perlu
terus menerus di perbaiki. Seperti diungkapkan Sudarwan Damin (2002) bahwa
ketika persaingan dalam aneka perspektif sosional, ekonomi, teknologi dan
kemanusiaan semakin bereskelasi secara masif, persyaratan kemampuan yang
diperlukan orang untuk melakukan aneka pekerjaan semakin meningkat.
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh di bangku sekolah sering
kali tidak memadai lagi karena tuntunan persyaratan kerja bereskalasi ekstra
tinggi sementara menu sajian di sekolah teramat lambat pemutakhirannya.
Lingkup pengetahuan dan keterampilan yang dapat di perlukan guru pun terbatas
oleh kalender kerja, di samping kemampuan guru sendiri yang tidak tanpa batas.
Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata
bahwa untuk menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa
persyaratan.3 Menurut Muhammad Ali (1985 : 35) sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.

2
Didi Supriadi dkk, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hal. 84-85.
3
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2002),
hal. 6-7.

4
Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk
memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa im-service training (diklat/penataran)
maupun pre service training (pendidikan keguruan secara formal).

C. Globalisasi
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik.
Antara globalisasi dan demokrasi telah menarik perhatian banyak ilmuan
abad ke-21. Globalisasi diyakini sebagai suatu pendorong gelombang
demokratisasi dunia. Huntington menyebutnya sebagai the Third Wave untuk
menggambarkan gelombang demokratisasi dunia di Negara dunia ketiga. Data
kuantitatif menunjukan bahwa sekarang ini tidak kurang dari 117 negara dari 191
negara telah melakukan pemilihan umm multiparatai. Hal ini mennjukan bawha
sistem politik demokrasi (dengan menggunakan ukuran ini) telah dianut oleh
banyak negara, demikian diungkapkan Jaan Aart scolte.
Nurcholish Madjid menuturkan modernisasi berarti rasionalisme untuk
memperoleh daya-guna yang maksimal dalam berpikir dan bekerja demi
kebahagiaan umat. Lanjut Madjid, modernisasi berarti berpikir dan bekerja
menurut fitrah atau sunnatullah (hukum ilahi) yang hak, sebab alam adalah hak.
Sunnatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam alam, sehingga untk menjadi
modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu hukum yang berlaku di ala.
Permahaman manusia tentang hukum-hukum alam inilah yang kemudian
malahirkan ilmu pengetahuan. Akibatnya, sering dikatakan bahwa modern berarti
ilmiah. Oleh karena ilmu pengetahuan ilmiah diperoleh manusia melalui akal
(rasio), modern dapat pula berarti rasional. Disebut modern, seorang dapat
berpikir dan bertindak secara ilmiah dan rasional.
Dalam Oxford Advanced Learner`s Dictionary of Current English disebutkan
bahwa istilah globalisasi berasal dari kata global yang dalam bahasa inggris
berarti embracingthe whole of a group of items (merangkul keseluruhan kelompok
yang ada). Supriyoko (1993) menunjukan bahwa dalam globalisasi terdapat saling
ketergantungan dalam masalah sosial kultural dan politik suatu bangsa akan saling

5
mengait dengan bangsa lain sebagai contoh sikap Amerika Serikat terhadap
negara-negara Arab, khususnya Irak dan Iran; dan sikap Eropa terhadap Bosnia
pada beberapa waktu yang lalu sangat memengaruhi kebijakan polotik negara lain.
Bertalian dengan permasalahan perubahan iklim Global di abad ke-21 kian
nyata, seperti terlihat pada konferensi para pihak tentang perubahan iklim (COP)
ke-16,pada 8 Desember 2010, di Cancun, Meksiko, telah berhasil memecahkan
kebekuan diantara negara kaya dan miskin. Negara maju dan negara miskin telah
sepakat memperlambat perubahan iklim, dan akan ada kemitraan dalam
pendanaan yang digunakan untuk mitigasi, adaptasi, dan transfer teknologi.
Sebelumnya, negosiasi berlangsung alot setelah beberapa negara industri yang
menjadi kunci seperti Jepang, Rusia, dan Amerika Serikat menyatakan tidak akan
melanjutkan komitmen kedua protokol Kyota. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-
moon menegaskan, mulai 2020 negara maju harus bisa menggalang dana Us$
100 milyar (sekitar 900 triliun) pet tahun untuk membantu negara miskin dalam
melawan pemanasan global sesuai dengan kesepakatan COP-15 di Kopenhagen,
Denmark, 2009.

D. Guru dan Tantangan Globalisasi


Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai
masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat
menghindari dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan oleh dua pilihan,
yakni dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus
perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan terseret derasnya arus
globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan oleh karena
itu, tugas dan peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat
berperan.
Tugas dan peran guru dari hari kehari semakin berat, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama
dalam dunia pendidikan dituntut untuk mau mengimbangi bahkan melampaui
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam
masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan

6
peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan
hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.
Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan
mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan
kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif dan
bijaksana.
2. Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia. Akibat penaruh
iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menunjang tinggi
morlitas kini kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan
globalisasi.
3. Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan
yang terjadi dalam masyarakat.
4. Krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia.
Sebagai bangsa dan negara ditengh bangsa-bangsa di dunia membutuhkan
identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia.
Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk tetap eksisnya bangsa dan negara
Indonesia. Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di
kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberap indikator, seperti
kurang apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia,
pola dan gaya hidup remaja yang lebih kebarat-baratan. Melihat realitas diatas
guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme harus mampu
memberikan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa
nasionalisme dalam kehdupan berbangsa dan bernegara.
5. Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun
Dunia.

Kondisi di atas membutuhkan membutuhkan kesiapan yang matang terutama


dari segi kualitas sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM yang handal dan
unggul yan siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dunia pendidikan
pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan

7
SDM yang digambarkan seperti di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang
visioner, kompeten, dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta
didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan ditengah-
tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.4

4
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007), hal 36-40.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu
keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, pendidik dituntut untuk memiliki
beberapa persyaratan untuk menjadi guru yang profesional yaitu, sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya.
3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya.
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik.
Tantangan profesionalisme guru dalam globalisasi: 1. perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. 2. krisis “moral”. 3.
krisis sosial. 4. krisis identitas sebagai bangsa. 5. adanya perdagangan bebas, baik
tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun dunia.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, guna membuat nyaman kepada para
pembacanya. Meskipun demikian, makalah ini tentu saja masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
memohon kritik dan saran dari dosen, teman-teman dan para pembaca sekalian
demi perbaikan ataupun kemajuan kami dalam menulis kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Didi Supriadi dkk, Komunikasi Pembelajaran, Bandung, PT Remaja


Rosdakarya, 2012.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2007.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2002Rusman, Model-model pembelajaran, Jakarta, Raja
Grafindo Persada, 2013.

10

Anda mungkin juga menyukai