Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari hari kita sering mendengar istilah bisnis. Bisnis merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun di zaman yang sudah modern seperti ini, banyak diantaranya para pebisnis yang hanya mementingkan keuntungan tanpa memperdulikan norma norma dan etika dalam berbisnis dengan benar dan sesuai dengan syariat islam. Bisnis dengan cara seperti ini tidak dapat bertahan lama, untuk itu penulis akan menjelaskan etikaa dan kiat kiat sukses dalam berbisnis dengan bercermin pada kesuksesan bisnis nabi Muhammad Saw

B. Rumusan Masalah Pokok pokok masalah dan pembahasan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Apa definisi bisnis itu ? 2. Bisnis yang bagaimanakah yang haram itu ? 3. Bagaimanakah etika dan kiat kiat sukses bisnis Nabi Muhammad Saw ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Dalam penulisan karya tulis ini mempunyaibeberapa tujuan antara lain : 1. Sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhirat Nasional tahun ajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyyah Futuhiyah 1 2. Membantu para pembisnis dalam meraih kesuksesan menurut syariat islam. Selain mempunyai tujuan, dalam penulisan karya tulis ini juga mempunyai beberapa manfaat, sebagai berikut : 1. Menghindarkan para pembisnis dari perilaku bisnis yang dilarang syariat islam. 2. Mengarahkan para pembisnis untuk meniru etika bisnis Nabi Muhammad Saw.

D. Penegaskan istilah Karya tulis ini berjudul Kiat Sukses Nabi Muhammad Saw agar tidak terdapat kekeliruan dan kesalah fahaman maka penulis terlebih dahulu mengemukakan arti kata katayang termuat dalam judul karya tulis ini, sebagai berikut:

Kiat: Siasat, Taktik, Muslihat.1 Sukses: Berhasil, beruntung , hasil yang baik2 Bisnis: Kegiatan usaha yang sifatnya mencari keuntungan3 Nabi: Utusan Tuhan untuk membawa berita yang maha besar kepada umatnya atau dirinya sendiri4 Muhammad: Seseorang yang terpuji dan di agungkan derajatnya

E. Metode Penulisan Dalam pembuatan karya tulis ini, untuk mencapai hasil baik, penulis menggunakan metode study pustaka (library research) yaitu : semua bahan di peroleh dari buku buku dan / jurnal. Selain itu penulis juga menggunakan metoda study lapangan yaitu data di ambil langsung di lokasi penelitian.

F. Sistematika Penulisan Untuk memahamai secara rinci isi karya tulis ini maka di buat sistematika sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan yang terdiri, Latar belakang,Rumusan masalah,Tujuan dan Manfaat Penulisan, Penegasan istilah, Metode penulisan dan Sitematika penulisan.

BAB II

: Konsep bisnis dalam islam : Pengertian dan perintah bisnis dalam islam, Landasan normatif bisnis dalam islam, Jenis jenis bisnis yang haram, Jenis jenis Mal praktek bisnis.

BAB III: Rahasia sukses bisnis Nabi Muhammad : etika bisnis nabi Muhammad, Kiat kiat sukses nabi Muhammad. BAB IV : Penutup, yang terdiri atas Kesimpulan, Saran saran.
1

1 2

Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer Lengkap(Surabaya : Apallo) hal 284 Ibid hal 595 3 Ibid hal 67 68 4 Ibid hal 415 5 Ibid hal 404

BAB II LANDASAN TEORITIK TANTANG ILMU

A. Konsep Bisnis dalam Islam 1. Pengertian dan Perintah Bisnis Dalam Islam Dalam kehidupan sehari hari tentu kita sering mendengar istilah bisnis, apakah arti bisnis itu ? secara etimologi istilah bisnis berasal dari bahasa inggri Business yang bearti usaha, dagang dan bekerja (John M. Echols dan Hasan Shadilly,2003:90). Dalam Kamus Umum Bahsa Indonesia (2007 : 165) istilah bisnis di artikan perdagangan, dagang dan usaha. Sedangkan secara terminologis, pengertian bisnis dijelaskan oleh para pakar dengan redaksi yang berbeda beda. Skinner (1992) mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Anoraga dan Soegiastuti (1996) berpendapat, bisnis memiliki makna sebagai the buying and selling of goods and service. Mahmud Machfoedz (2004) berpendapat, bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksikan dan menjual jasa atau barang untuk memenuhi konsumen. Pendapat lain menyatakan, bisnis adalah suatu aktifitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan ataupun pengolahan barang (produksi). Dalam Al- Quran istilah bisnis di sebut dengan menggunakan term tijarah (perniagaan), baia wa isytara (jual-beli), dan tada yantum (akad utang piutang). Menurut Roghib Al- Asfahani dalam Al- mufradat fi Ghorib Al- Quran, ketika kata tersebut memiliki makna yang serupa yaitu pengolahan harta benda dengan menggunakan tujuan mencari keuntungan. Dari semua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu aktifitas dapat digunakan sebagai bisnis apabila : pertama memproduksi atau mendistribusikan barang atau jasa, kedua menjual dan membeli barang atau jasa, ketiga melakukan suatu usaha atau pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan, keempat mencari keuntungan (profit) dengan jual beli barang atau jasa dan yang kelima adalah memuaskan konsumen dengan pelayanan yang sebaik baiknya.

2. Perintah Bisnis Dalam Islam Riski tidak mungkin datang dengan sendirinya. Sebagai seorang muslim tidak mungkin kita berdiam diri dsn berhsrsp riski datang tanpa ada usaha yang kita lakukan. Riski yang kita peroleh selamanya akan terkait dengan dengan proses pencarianya. Oleh karena itu, islam memerintahkan muslim untuk bekerja atau berbisnis dengan baik dan bersungguh sungguh, seperti dalam firman Allah :
3

Dan bahwasanya Manusia tidak akan memperoleh kecuali apa yang di usahakanya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, Kemudian akan di beri balasan dengan balsan yang sempurna(Qs. An-Najm :39-41). Bekerja atau berbisnistidak lain adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keuntungan finansial yang didapat hasil berbisnis tersebut selanjutnya dimanfaatkan secara baik bagi kesejahteraan keluarganya maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Tindakan semacam itu merupakan anjuran islam dan merupakan ibadah. Kewajiban berbisnis atau bekerja bagi umat islam tertuang dengan jelas dalam alquran, seperti yang dijelaskan oleh Allah swt dalam surat Al- Jumuah ayat 10 : Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebarlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kamu beruntung. Dengan demikian bekerja atau berbisnis adalah wajib bagi seluruh umat islam. Artinya jika di lakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.

B. Landasan Normatif Bisnis dalamIslam Seorang pebisnis belum dikatakan sukses bila keuntungan yang diperoleh hanya untuk dirinya sendiri dan hanya untuk sementara waktu, setelah itu dia mengalami kerugian yang nilainya lebih besar dari ongkos yang telah dikeluarkanya. Seorang pebisnis dapat dikatakan sukses ketika keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada ongkos yang telah dikeluarkan dan dapat bermanfaat di lingkungan sekitarnya. Untuk itulah, islam membuat landasan normatif dalam menjalankan aktifitas bisnis, yaitu: 1. Tauhid Tauhid berarti pengesaan terhadap Tuhan. Tauhid membedakan antara Khaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan). Islam memerintahkan agar seluruh umat manusia melakukan ketaatan kepada Allah semata. Namun, Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan inilah, seorang pebisnis harus memperhatikan tiga hal : (1) Allah yang paling ditakuti dan dicintai; (2) tidak bertindak diskriminasi terhadap pekerja, penjual, pembeli, atau mitra kerja; (3) tidak menimbun kekayaan atau serakah. 2. Keseimbangan Islam mengajarkan kepada umatnya agar memiliki sikap dan perilaku yang seimbang, baik dalam hubungan vertikal maupun horisontal. Kita harus dapat menyeimbangkan antara perkara-perkara akhirat dengan perkara-perkara yang bersifat keduniawian, karena segala hal yang berlebihan selalu tidak baik pada akhirnya. 3. Kehendak Bebas Manusia sebagai khalifah di muka bumi mempunyai kehendak bebas. Manusia berhak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, menentukan tujuan yang akan
4

dicapainya. Begitu pula dalam dunia bisnis, seorang pebisnis mempunyai kehendak bebas untuk menentukan pilihan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Seorang pebisnis berhak untuk melakukan transaksi atau tidak, melakukan perjanjian atau tidak dan sebagainya. Namun, meskipun memiliki kehendak bebas seorang pebisnis tetap memiliki batasan-batasan sesuai dengan Al- Quran dan Al- Hadits yang tidak boleh diabaikan. 4. Pertanggungjawaban Seorang pebisnis mempunyai kebebasan namun tetap tidak dapat lepas dari pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, sebagaimana bunyi firman Allah dalam Al- Quran. Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya. Oleh karena itu, semua kegiatan bisnis hendaknya dilakukan dengan tata cara yang halal.

C. Jenis - Jenis Bisnis Yang Haram 1. Perdagangan Khamar Islam dengan tegas melarang konsumsi khamar (al-kohol), Allah berfirman sebagaimana tertuang dalam ayat Al- Quran (Al- Quran 5 : 90) berikut, Hai orangorang beriman, sesungguhnya meminum khamar, perjudian, mengundi nasib dengan anak panah, dan berkorban untuk berhala adalah perbuatan keji (najis) dari perbuatan setan, jauhilah perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan. Mengenai bisnis khamar, Nabi Muhammad SAW bersabda, Sesungguhnya Allah melaknat khamar, yang memeras/ membuatnya, yang minta diperaskan, yang menjualnya, yang membelinya, yang meminumnya, yang memakan hasil

penjualannya, yang membawakannya, yang dibawakan kepadanya, dan yang menuangkannya. (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah). 2. Perdagangan Obat - Obatan Terlarang Penggunaan obat-obat terlarang dapat mempengaruhi persepsi sensorik, membuat seseorang menghasilkan ilusi dan halusinasi. Kecanduan obat-obat terlarang menyebabkan seseorang menggunakan berbagai cara, termasuk cara ilegal yang dilarang oleh agama demi mendapatkan barang haram tersebut. Oleh karena itu, siapapun yang menjual obat-obatan terlarang atau menyalurkannya atau membantu menyalurkannya, mereka semua berada dalam laknat Allah dan Rasul-Nya. 3. Bisnis Pelacuran Islam sangat mengharamkan praktik pelacuran, apapun dalih atau alasannya. Allah SWT menegaskan hal ini dalam firman-Nya Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang amat buruk. (Q.S. Al- Isra : 32)

4. Al Gharar (Ketidakjelasan) Gharar terjadi apabila, kedua belah pihak (pembeli dan penjual atau produsen dan konsumen) saling tidak mengetahui apa yang ditransaksikan. Contohnya adalah jual beli anak lembu yang masih dalam kandungan atau jual beli burung yang masih terbang di udara. Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam dari Nabi SAW, bahwa Beliau bersabda: Dua orang pedagang (senantiasa) senantiasa dalam khiyar (pilihan) selama belum pisah, apabila keduanya jujur dan terbuka maka jual belinya diberkahi, dan apabila keduanya bedusta dan menyembunyikan (sesuatu) maka dihapuslah jual belinya. (HR. Bukhari) 5. Menjual Sesuatu Yang Diketahui Akan Digunakan Untuk Perbuatan Yang Terlarang Apabila dalam suatu proses jual beli penjual telah mengetahui kalau barang yang dijualnya akan digunakan untuk maksiat maka penjual harus menghentikan transaksi jual beli tersebut. Apabila penjual tetap meneruskan transaksi, sama saja penjual telah membantu pembeli melakukan kemaksiatan. Allah berfirman dalam surah Al- Maidah ayat 2: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa. Dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S. Al- Maidah: 2). 6. Menjual Sesuatu Yang Tidak Dimiliki Salah satu syarat jual beli adalah adanya barang yang akan dijual atau dibeli. Dengan demikian, jika ada seseorang ingin membeli suatu barang tertentu, sedang si penjual tidak memiliki barang tersbeut, lalu keduanya sepakat menentukan suatu harga, namun barang tersebut masih belum ada, baru setelah itu penjual pergi mencari barang yang dimaksudkan, maka jual beli tersebut batal alias rusak. 7. Jual Beli Inah Yang dimaksud dengan jual beli Inah ialah menjual suatu barang kepada orang lain dengan sistem tempo, kemudian setelah beberapa saat barang tersebut kita beli lagi dengan cash, namun dengan harga yang lebih murah daripada harga pertama waktu kita jual. Ini termasuk katagori riba. Hendaknya orang yang membeli barang tersebut menjualnya kepada orang lain, bukan kepada kita. 8. Jual Beli Najasy Yang dimaksud dengan jual beli Najasy disini adalah apabila ada penjual yang sedang menawarkan barang dagangannya kepada pembeli, kemudian datang orang ketiga yang menawar dengan harga tinggi, padahal orang ketiga itu tidak berniat untuk membeli barang tersebut, hanya bermaksud untuk menaikkan harga. Biasanya telah terjadi kesepakatan antara penjual dan orang ketiga itu. diriwayatkan dari Maqil bin Yasar bahwa Rasulullah SAW, bersabda. Barangsiapa yang berbuat sesuatu dalam (menentukan) harga-harga orang islam agar memahalkannya, maka Allah berhak mendudukkannya dengan tulang dari api neraka pada hari kiamat, Kemudian Maqil
6

ditanya :Apakah kamu mendengarnya dari Rasulullah? Maqil menjawab: Ya, bahkan tidak hanya satu atau dua kali. (HR.Ahmad bin Hanbal) 9. Jual Beli Aynah Jual beli Aynah hampir mirip dengan jual beli Inah, namun dalam praktiknya berbeda. Misalnya, sebuah barang dijual kepada seseorang dengan pembayaran ditangguhkan (yakni harga yang lebih tinggi akan dibayar kemudian hari pada waktu yang ditentukan). Selanjutnya barang tersebut dibeli kembali dari pembeli dengan harga yang berlaku saat itu, kurang dari harga yang ditangguhkan yang diberikan kepadanya. Jika pembayaran harga tunda tersebut jatuh tempo, ia membayar utangnya secara penuh. Rasulullah SAW bersabda, Jika kamu berjual beli dengan Aynah, Allah akan menurunkan kehinaan untukmu. Dia tidak akan menghilangkannya darimu, sampai kamu kembali kepada agamamu. (HR. Abu Daud) 10. Merusak Transaksi Dagang Sesama Muslim Pada saat ada seorang pembeli yang tengah melakukan khiyar dengan salah seorang pedagang, maka pedagang yang lain tidak boleh ikut campur di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda, Tidak halal bagi seorang muslim, mengkhitbah seseorang yang telah dikhitbah saudaranya, dan tidak halal bagi muslim menawar barang dagangan yang telah ditawar saudaranya. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

D. Jenis - Jenis Mal Praktik Bisnis 1. Riba Allah telah berfirman dalam surah Al- Baqarah 275: Orang-orang yang memakan harta riba tidak dapat berdiri tegak kecuali seperti berdirinya orang yang kerasukan setan (tidak tentram jiwanya). Hal demikian itu karena mereka berkata (berpendapat) bahwa riba itu seperti halnya jual beli, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa yang telah mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti dari melakukan (riba), maka ia mendapat balasan dari yang telah ia lakukan (riba) saja. Dan barangsiapa yang mengulangi lagi (melakukan riba), maka mereka itu penghuni neraka yang abadi. (Q.S. Al- Baqarah: 275). Pemakan riba, saksi, penulis, atau pencatat transaksi riba, partner transaksi, semuanya dilaknat di sisi Allah. Riba paling tidak pada awalnya memang seperti memberi keuntungan besar. Namun, pada hakikatnya, riba membawa pada kebangkrutan di dunia dan akhirat. 2. Mengurangi Timbangan atau Takaran Allah berfirman: Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. (Q.S. Al- Anam: 152). Al- Quran mengibaratkan orang yang mengurangi timbangan sebagai orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Hal itu menunjukkan nilai tukar yang tidak sepadan sehingga bisa dikatakan betapa meruginya orang yang
7

berlaku curang dalam menimbang. Firman Allah: Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Q.S. Al- Baqarah: 16) 3. Judi Allah SWT telah memperingatkan dengan tegas mengenai bahaya judi dalam Al- Quran surah Al- Maidah ayat 90 91 yang artinya: Hai orang-orang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, mengundi nasib dengan anak panah, dan berkorban untuk berhala adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu beruntung. Sesungguhnya setan hanya bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu melalui minuman keras dan judi, serta menghalangi kamu dari mengingat Allah dan mendirikan shalat, maka apakah kamu tidak mau berhenti? (Q.S. Al- Maidah: 90 91). Jangankan bermain judi, merencanakan untuk berjudi pun sangat dilarang oleh islam. Nabi Muhammad SAW bersabda, Barangsiapa berkata kepada rekannya, mari bermain judi, hendaklah ia bertobat dengan mengeluarkan sedekah sebagai gantinya. 4. Penipuan Nabi Muhammad SAW bersabda, Pedagang yang jujur dan amanah (tempatnya di surga) bersama dengan para Nabi, shidiqin (orang-orang yang jujur), dan syuhada (orang-orang yang mati syahid). (HR. Tirmidzi). Termasuk juga dalam penipuan adalah sumpah palsu. Misalnya ada seorang pedagang yang menjual barang berkualitas buruk, lalu untuk meyakinkan pembelinya kalau barang tersebut tidak buruk, ia melakukan sumpah palsu. Allah berfirman, Janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang. (Q.S. Al- Baqarah: 224). Selain sumpah palsu, penipuan biasanya terjadi pada iklan. Iklan tidak dilarang dalam islam, islam hanya melarang iklan yang menipu konsumen dengan fakta yang menyimpang. Praktik semacam ini jelas merugikan pihak konsumen dan melanggar hak-haknya. 5. Penimbunan Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang menimbun makanan selama empat puluh hari, maka ia terlepas dari Allah dan Allah pun terlepas dari padanya. Firman Allah, Dan orang-orang yang menimbun emas dan peraknya, lalu tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka dengan azab yang pedih (memilukan) (yaitu) di hari pada saat emas dan perak yang mereka timbun itu dipanaskan dengan api neraka jahanam, lalu digunakan untuk membakar dahi mereka, lambung mereka, dan punggung mereka (lalu dikatakan kepada mereka) inilah emas dan perak yang kamu simpan dulu untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat) dari apa yang dulu kamu simpan.(Q.S. AtTaubah:34 35).

Selain melarang menimbun harta yang bisa dikembangkan sebagai modal usaha, seperti uang, emas, perak, dan lain-lain. Islam juga melarang menimbun barang dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Penimbunan barang ini biasanya disengaja dengan menahan barang untuk dilempar ke pasar sebelum harganya meninggi. Praktik penimbunan ini jelas merugikan konsumen sehingga bertentangan dengan prinsip etika bisnis dalam islam. 6. Praktik Suap Allah berfirman, Berusahalah secara adil dan kamu tidak boleh bertindak dengan tidak adil. (Q.S. Al- Baqarah: 279). Untuk memudahkan seorang pengusaha dalam mendapatkan proyek tertentu, seringkali seorang pengusaha tergiur untuk melakukan suap kepada pihak terkait. Suap ini sengaja dilakukan agar si pengusaha tersebut mendapat perlakuan istimewa dari pihak terkait agar proyek itu jatuh dan diserahkan kepada pengusaha tersebut. Praktik suap ini jelas dilarang dalam islam, karena menutup akses sesama pengusaha untuk mendapatkan proyek secara fair (jujur). Dari Abdillah bin Amr, ia berkata: Rasulullah SAW mengutuk orang yang memberi suap dan orang yang menerima suap. (HR. Abu Dawud). Sikap adil merupakan salah satu prinsip dasar dalam islam. Sikap ini menjadi unsur yang harus ada dalam berbagai bidang kehidupan termasuk bisnis. Keadilan akan menimbulkan iklim keseimbangan sehat dan bersih, sehingga praktik kotor dapat dihindari oleh pelaku bisnis. 7. Monopoli Monopoli adalah aktivitas bisnis yang tidak memberi peluang sama sekali kepada pesaing untuk bergerak dalam jenis usaha yang sama. Islam melarang praktik ini, karena menyuburkan sifat tamak, serakah, dan sombong. Selain itu, monopoli merupakan aktivitas bisnis yang tidak sehat dan secara potensial merugikan masyarakat. Seperti harga yang tinggi karena terbatasnya barang, pengaturan harga, penyempitan peluang usaha, dan lain-lain. Dari Mamar bin Abdullah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang melakukan monopoli, maka dia telah bersalah. (HR. Muslim). 8. Rekayasa Harga Diriwayatkan dari Anas bin Malik: Pernah naik harga (barang-barang) di Madinah pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang berkata Ya Rasulullah, hargaharga telah naik. Karena itu, tetapkanlah harga bagi kami. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah itu penetap harga yang menahan, yang melepas, dan yang memberi rizki. Dan sesungguhnya aku berharap bertemu Allah dalam keadaan tidak seorang pun menuntut aku lantaran menzalimi jiwa atau harta. (HR. Abu Dawud). Rekayasa harga dapat terjadi ketika ada seseorang yang menjadi penghubung (makelar) dengan pedagang yang dari pedesaan, kemudian makelar tadi membeli
9

dagangan dari pedagang desa sebelum masuk pasar dengan harga yang lebih, karena pedagang desa belum tahu harga di pasar yang sebenarnya. Kemudian makelar tadi menjualnya di kota dengan mengambil keuntungan besar yang diperoleh dari pembelian mereka terhadap pedagang pedesaan. Praktik seperti ini dilarang oleh Rasulullah SAW karena dapat menimbulkan penyesalan terhadap pedagang pedesaan tersebut.

10

BAB III RAHASIA SUKSES BISNIS NABI MUHAMMAD

Nabi Dawud dikenal sebagai ahli pandai besi, Nabi Sulaiman terkenal sebagai raja dengan kekuasaan luas dan kekayaan melimpah. Nabi Nuh tangkas membangun kapal. Lalu, bagaimanakah dengan Nabi Muhammad? Beliau adalah seorang pebisnis yang hebat. Muhammad sejak kecil sudah belajar untuk menjadi seorang pebisnis. Pada usia 8 tahun, Muhammad belajar hidup mandiri dengan menggembala kambing penduduk Arab di padang pasir. Menggembala kambing tidak semudah yang dibayangkan orang. Pekerjaan ini memang terlihat seperti pekerjaan yang rendah, namun sebenarnya banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Berikutnya, Muhammad kembali harus menghadapi tantangan di bidang bisnis di usianya yang masih 12 tahun. Saat itu Beliau diajak oleh Abu Thalib paman Muhammad untuk ikut dalam perjalanan dagang ke negeri Syam. Masa-masa itu telah menggembleng Muhammad menjadi seorang pebisnis tangguh. Nama Muhammad cepat melambung dan terkenal ke seantero negeri sebagai seorang pemuda yang piawai dalam menjalankan bisnis. Namanya tercium juga oleh seorang investor besar di kota Mekah yang bernama Siti Khadijah. Sejak berkenalan dengan Muhammad, Khadijah pun memercayakan Beliau untuk memimpin ekspedisi perdagangannya ke berbagai kota tetangga seperti Syiria, Jordania, Bahrain, dan lain-lain.

A. Etika Bisnis Nabi Muhammad Pentingnya etika dalam bisnis atau yang lebih dikenal dengan istilah etika bisnis baru muncul sekitar tahun 1970-an di Amerika, tahun 1980-an di Eropa, dan tahun 1990an di Asia (termasuk Indonesia). Padahal 14 abad yang lampau, Rasulullah sudah memperkenalkan istilah itu melalui aktivitas bisnis yang dijalankannya. Dalam berbisnis, Beliau selalu mengutamakan kejujuran, amanah, dan kepuasan konsumen. Dengan cara tersebut, Muhammad terkenal sebagai pebisnis andal yang sukses. Berikut ini adalah bentuk-bentuk etika bisnis yang diterapkan Rasulullah kepada klien atau konsumennya. 1. Jujur Dalam Menjelaskan Produk Muhammad adalah orang yang paling jujur, semua perkataannya tidak ada yang dusta, hingga Beliau mendapat julukan Al-Amin yang berarti dapat dipercaya. Saat berbisnis pun Muhammad tetap berlaku jujur, Beliau selalu mengatakan barang dagangannya kepada para konsumen sesuai dengan faktanya. Bila barang dagangannya berkualitas buruk, Muhammad tetap mengatakan dengan sejujur-jujurnya. Dalam bebarapa hadits, Rasulullah SAW, memperingatkan kepada para pedagang agar selalu bersikap jujur, diantaranya:
11

Seutama-utama usaha dari seseorang adalah para pedagang yang bila berbicara tidak berbohong, bila dipercaya tidak berkhianat, bila berjanji tidak ingkar, bila membeli tidak menyesal, bila menjual tidak mengada-ada, bila mempunyai kewajiban tidak menundanya, dan bila mempunyai hak tidak menyulitkan. (HR. Ahmad, Thabrani, dan Hakim). Pedagang yang jujur di bawah Arsy pada hari kiamat. (HR. Al- Ashbihani), Pedagang yang jujur tidak terhalang dari pintu-pintu surga. (HR. Tirmidzi), Wahai para pedagang, hindarilah kebohongan. (HR. Thabrani). Dalam Al- Quran surah Al- Isra ayat 35 disebutkan, Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. 2. Suka Sama Suka Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. (Q.S. An- Nisa: 29). Rasulullah SAW bersabda, Sebaik-baik orang mukmin itu adalah mudah cara menjualnya, mudah cara membelinya, mudah cara membayarnya, dan mudah cara menagihnya. (HR. Thabrani). Rasulullah SAW tidak akan melakukan transaksi jual beli kecuali kedua belah pihak suka sama suka, adanya keikhlasan dari kedua belah pihak dalam bertransaksi bisnis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pebisnis muslim. 3. Tidak Menipu Takaran, Ukuran, dan Timbangan Allah berfirman, Celakalah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi. (Q.S. AlMuthaffifin: 1 3). Rasulullah mengajarkan agar kita sebagai pebisnis harus berlaku jujur, termasuk dalam hal timbangan atau takaran. Namun, sekarang ini kenyataannya berbeda. Banyak diantara para pebisnis yang berusaha untuk mengurangi timbangan atau takaran demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Perbuatan ini akan menimbulkan rasa ketidakpuasan pada diri konsumen dan akhirnya kapok untuk berbisnis dengan pihak terkait. 4. Tidak Menjelekkan Bisnis Orang Lain Rasulullah SAW bersabda, Janganlah seseorang diantara kalian melakukan jual beli dengan menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam berbisnis, Rasulullah tidak pernah menjelek-jelekkan dagangan orang lain. Bahkan Beliau malah membantu mempromosikan pedagang lain jika barang dagangan yang ada pada dirinya tidak tersedia.
12

Menjelek-jelekkan bisnis pesaing kita merupakan tindakan seorang pengecut. Perilaku seperti ini akan menimbulkan suatu situasi bisnis yang tidak beretika dan bisnis yang berorientasi kepentingan kapital dan material semata. Perilaku etis dalam berbisnis yang kompetitif memang harus menjadi prioritas para pebisnis. 5. Bersih Dari Unsur Riba Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman. (Q.S. Al- Baqarah: 278). Riba merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah, harta yang dihasilkan dari praktik riba adalah harta haram. Harta haram akan merusak darah yang mengalir dalam tubuh dan cenderung akan mendorong seseorang untuk berbuat zalim. Selain itu, riba atau harta haram lainnya hanya akan mendatangkan dosa dan laknat Allah SWT. Rasulullah dalam berbisnis tidak pernah melakukan riba sedikit pun, apalagi memakan harta hasil riba. Bahkan dalam satu hadits, Beliau mengutuk praktik riba dan menyamakan pelaku riba sebagai pembuat dosa besar. 6. Tidak Menimbun Barang Menimbun barang dalam bahasa Arab disebut dengan Al- Ihtikar. Kata ini mengandung makna azh-zhulm (aniaya) dan isaah al- muasyirah (merusak pergaulan). Imam Al- Ghazali mendefinisikan al- ihtikar dengan penyimpanan barang dagangan oleh penjual untuk menunggu melonjaknya harga dan menjualnya ketika harga melonjak. Muthariff meriwayatkan hadits dari ayahnya, Saya pernah datang menghadap Nabi SAW ketika Beliau sedang membaca Alhakumut takatsur, lalu Beliau bersabda,Anak cucu Adam berkata ini hartaku, ini hartaku. Apakah kalian tidak tahu bahwa harta yang kamu miliki itu jika dibelikan sesuatu yang kamu maka, akan hilang? Atau jika kamu belikan sesuatu yang kamu pakai, juga nantinya akan usang. Namun, jika kamu sedekahkan, niscaya akan bersambung. (HR. Muslim) 7. Tidak Melakukan Monopoli Pada bab sebelumnya telah dijelaskna bahwa monopoli termasuk malpraktik dalam bisnis. Monopoli jelas dilarang oleh islam karena monopoli yang kita lakukan akan menghalangi orang lain untuk berbisnis dalam bidang yang sama. Padahal, setiap manusia mempunyai kebebasan, bila kita melakukan monopoli berarti kita telah menghalangi kebebasan orang lain. Bila monopoli telah terjadi dalam suatu bidang bisnis, tidak akan terjalin suatu situasi bisnis yang kompetitif. Bidang tersebut akan dikuasai oleh satu pihak saja, sangat sulit bagi pihak yang lain untuk masuk dalam bidang bisnis tersebut. Akibatnya, keuntungan hanya didapat oleh segelintir orang saja, bahkan konsumen pun ikut dirugikan dalam kondisi ini, karena pihak terkait akan sewenang-wenang dalam menentukan tarif.
13

8. Mengutamakan Kepuasan Pelanggan Rasulullah pernah menunggu pembelinya, Abdullah ibnu Abdul Hamzah selama tiga hari. Abdullah bin Abdul Hamzah mengatakan, Aku telah membeli sesuatu dari Nabi, sebelum Beliau menerima tugas kenabian, dan karena masih ada suatu urusan dengannya, aku berjanji mengantarkan padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat aku bertransaksi dengan Beliau, dan menemukan Nabi masih berada di sana. Nabi berkata, Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu. Apa yang dilakukan Rasulullah di atas, membuktikan bahwa Rasulullah sangat memperhatikan kepuasan pelanggannya. Bagi Beliau pelanggan adalah raja yang harus dihormati. 9. Menyegerakan Membayar Upah Pekerja Islam menganjurkan kepada para pengusaha agar menyegerakan membayar upah para pekerja sesuai dengan kesepakatan jumlah dan waktu. Islam juga mengajarkan agar kesejahteraan para pekerja selalu diperhatikan. Dari Abdullah ibnu Umar, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, Bayarlah upah pekerja sebelum keringatnya kering. (HR. Ibnu Majah). Kerja atau jerih payah setiap orang sangat dihargai dalam islam. Oleh sebab itu, islam menganjurkan agar para pengusaha mencantumkan upah dalam setiap kesepakatan kerja. Kesepakatan atau kontrak kerja ini akan memberikan kejelasan kedua belah pihak tentang hak dan kewajiban masing-masing. 10. Teguh Menjaga Amanah Allah SWT berfirman, Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, semua enggan memikul amanah itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh. (Q.S. Al- Ahzab: 72). Setiap amanah yang dibebankan ke pundak seseorang akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah. Oleh karena itu, apapun bentuknya amanah jangan disepelekan. Rasulullah sendiri telah memberikan teladan dengan sikapsikapnya yang terpercaya (Al- Amin), menjadikan sosok yang disegani dalam berbagai kalangan, baik muslim maupun non muslim. 11. Toleran Dalam Berbisnis Toleransi dalam berbisnis berarti sikap memudahkan dan berlapang dada dalam menjalin kerjasama bisnis, baik perdagangan, industri, maupun bidang lainnya. Sikap toleran akan mendorong kokohnya jalinan kemitraan bisnis. Dari Jabir ibn Abdillah, Rasulullah bersabda, Allah mengasihi orang yang lapang dada dalam menjual, membeli, dan melunasi hutang. (HR. Bukhari)

14

12. Menepati Janji Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.(Q.S. Al- Maidah: 1). Islam sangat menekankan pentingnya memenuhi akad atau perjanjian. Kepatuhan dan konsekuan terhadap akad atau perjanjian merupakan prinsip dan etika dalam menjalin relasi. Sikap konsekuan meliputi konsisten dalam memegang nilai kebenaran, kejujuran, dan kepercayaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dan kelupaan, islam menganjurkan agar setiap kesepakatan atau perjanjian dicantumkan hitam di atas putih (tertulis). Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya. Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli. (Q.S. Al- Baqarah: 282) 13. Murah Hati Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk selalu bermurah hati, begitu pun seorang pebisnis. Pebisnis yang murah hati akan dapat meningkatkan nama baiknya, sehingga akan lebih mudah dalam mencari relasi bisnis. Yang dimaksud murah hati di sini adalah ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggungjawab. Sebagaimana sabda Rasulullah, Allah berbelas kasih kepada orang yang murah hati ketika ia menjual, bila membeli, dan atau ketika menuntut hak. (HR. Bukhari) 14. Tidak Melupakan Akhirat Pada dasarnya, bekerja adalah beribadah. Sehingga semakin giat seseorang bekerja, seharusnya semakin meningkat pula iman dan taqwanya. Oleh sebab itu, tidak boleh menjadi penyebab seorang pebisnis melalaikan hal-hal yang bersifat akhirat seperti shalat. Budak harta atau mereka yang menuhankannya, telah diancam Rasulullah, Celakalah budak dinar, celakalah budak dirham, celakalah budak pakaian, ketika diberi rizki ia ridha, ketika tidak diberi ia marah. Celakalah mereka dan terbalik (kehidupannya). Dan ketika terkena duri, mereka tidak mendapati sesuatu yang bisa mencabut (duri tersebut). (HR. Bukhari) 15. Bersikap Adil Seorang pengusaha hendaknya memperlakukan pekerjaanya dengan baik, adil, toleran, dan bijak. Islam menekankan pengusaha agar memberikan pekerjaan yang masuk akal dan tidak memberatkan. Selain itu, setiap pengusaha juga dituntut melakukan upaya yang dapat mensejahterakan pekerjanya dengan menyediakan fasilitas yang menunjang kualitas hidup buruh. Rasulullah SAW bersabda, Mereka yang bekerja di bawah pengawasanmu adalah saudaramu. Tuhan menempatkan mereka untuk bekerja kepadamu. Sehingga
15

jika seorang saudara bekerja kepada saudaranya maka sangat layak bagi saudara yang berkuasa untuk memberi makanan yang sama kepada saudara mudanya sebagaimana ia memberi makan kepada dirinya sendiri, dan memberinya pakaian yang sama sebagaimana yang ia pakai sendiri, serta tidak memberi terlalu banyak beban kerja di pundak mereka, sehingga mereka merasa terbebani terlalu berat. Dan ketika meraka terbebani terlalu berat, maka hendaknya engkau membantunya. (HR. Bukhari).

16. Menjual Produk Yang Dijamin Kehalalannya Salah satu syarat barang atau produk yang dijual harus merupakan barang yang halal, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya. Dalam islam, kita boleh berbisnis dengan siapapun dengan tidak melihat agama dan keyakinan dari mitra bisnis, karena ini merupakan persoalan muamalah duniawiyah, yang penting barangnya halal. Halal dan haram adalah persoalan prinsip dan fundamental yang sangat penting bagi umat islam. Melakukan transaksi bisnis dengan barang haram, misalnya alkohol, obat-obatan terlarang, dan barang yang gharar dilarang dalam islam. Larangan untuk menjual barang haram telah jelas diungkapkan oleh Rasulullah, seperti dalam hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah pada bab yang lalu.

B. Kiat - Kiat Sukses Bisnis Nabi Muhammad 1. Manajemen Yang Andal Nabi Muhammad SAW sudah menerapkan nila-nilai manajemen dalam kehidupan dan praktik bisnisnya. Beliau sudah dengan sangat baik mengelola proses, transaksi, dan hubungan bisnis dengan seluruh elemen bisnis, serta pihak yang terlibat di dalamnya. Dasar-dasar manajemen bisnis tersebut sudah mendapat legitimasi keagamaan setelah Beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika bisnis yang diwajibkan semakin memperoleh pembenaran akademis di akhir abad ke- 20 atau awal abad ke21. Prinsip bisnis modern, seperti tujuan pelanggan dan kepuasan konsumen (customer satisfaction), pelayan yang unggul (service excellence), kompetisi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat, dan kompetitif, semuanya sudah menjadi gambaran pribadi dan etika bisnis Muhammad SAW ketika Beliau masih muda. Salah satu kiat sukses dalam menjalankan bisnis adalah menerapkan prinsip kejujuran sebagai modal dasar untuk menerapkan bisnis efisiensi dan efektivitas. Prinsip efisiensi dan efektivitas ini dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan suatu bisnis. Semakin efisien dan efektif suatu perusahaan, akan semakin kompetitif pula perusahaan tersebut.

16

2. Marketing yang Hebat Marketing (pemasaran) adalah jantungnya bisnis. Sulit rasanya meraih kesuksesan dalam bisnis tanpa melalui pemasaran yang hebat. Hal inilah yang disadari oleh Rasulullah. Rasulullah mempraktikan konsep pemasaran secara luas untuk mengembangkan bisnisnya, baik di dalam maupun di luar kota Mekah. Pemasaran yang Beliau terapkan mengandung elemen penting yang sekarang digunakan dalam bisnis modern, yaitu keunggulan produk (Product), promosi (Promotion), penetapan harga (Price), dan pemilihan lokasi (Place) atau yang kini lebih dikenal dengan istilah konsep marketinga 4P. 3. Mengutamakan Kepuasan Pelanggan Menjual berarti melakukan lebih dari yang diwajibkan. Seorang penjual sukses adalah mereka yang rela berkorban, rela menomorduakan diri mereka demi kepuasan pelanggan dalam situasi apapun. Sebagai penjual, kita tidak hanya berfikir lebih dari sekedar jualan, asal laku, tapi kita harus memberikan lebih dari apa yang diwajibkan. Rahasia menjual dengan sukses hanya dengan memperhatikan pelanggan kita. Menjual berarti lebih dari sekedar pintar. Menjual juga berarti belajar, sekalipun seorang penjual yang sukses kita harus tetap belajar. 4. Pelayanan yang Unggul (Service Excellent) Perlu kita ketahui bahwa pelayanan (service) hendaknya mendapat prioritas utama dalam menjalankan berbagai bisnis. Tanpa pelayanan yang baik, tidak mungkin suatu bisnis dapat bertahan, apalagi hidup dan bertahan dengan pesat. Bahkan setiap perusahaan biasanya sengaja menempatkan seorang public relation yang pandai berbicara dan berpengetahuan luas untuk menghadapi berbagai keluhan yang datang dari pelanggan sebagai akibat dari pelayanan yang buruk dari perusahaannya. Pelayanan yang buruk akan menciptakan image (pencitraan) yang buruk terhadap kredibilitas suatu perusahaan. Jika masyarakat sudah kecewa dan memberikan vonis yang buruk terhadap suatu usaha, jangan berharap usaha itu akan maju dan berkembang, tetapi tunggulah kehancurannya. Paradigma pembeli adalah raja sering dijadikan alasan yang digunakan oleh pembeli untuk berlaku seenaknya dan tidak jarang memandang rendah pihak yang menjual. Jadi, dalam marketing Muhammad, service tidak hanya ditekankan pada saat kita menjual, tetapi juga pada saat kita membeli. 5. Amanah Yang Jujur (Transparansi) Sebagai seorang pebisnis, seharusnya jangan melakukan perbuatan curang yang akan merugikan orang lain. Langkah yang tepat adalah melakukan perbuatan yang justru dapat menimbulkan empati dari rekan bisnisnya, yaitu dengan memberikan keunggulan yang kompetitif. Di antara hal yang bisa menjadi nilai tambah adalah dengan bersikap jujur dan amanah sehingga akan menimbulkan rasa percaya terhadap orang yang memberikan pekerjaan kepada pebisnis tersebut.
17

Kejujuran bukanlah hal yang sepele, tetapi menjadi hal penting dalam menjalankan bisnis. Tanpa adanya kepercayaan dari konsumen, sebuah produk bisa saja tidak laku, sehingga merugikan produsen produk tersebut. Akibatnya bisa fatal, perusahaan bisa rugi, bahkan bangkrut yang tentunya merugikan banyak pihak, seperti pengusahanya, maupun karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Mari kita tiru sikap Muhammad SAW yang mendapat gelar Al- Amin karena kejujurannya. Julukan tersebut bukanlah isapan jempol semata, bahkan menjadi juru kunci kesuksesan Beliau. Dengan gelar tersebut, banyak pihak yang selalu ingin menjalin kerjasama dengan Beliau dalam berbisnis, termasuk pengusaha besar saat itu, yaitu Siti Khadijah yang akhirnya menjadi istri Beliau. 6. Pandai Melihat Pangsa Pasar Pebisnis yang baik juga mampu menguasai pasar yang berarti tahu kemana membeli barang dengan lebih murah, tahu kemana menjual barang dengan lebih mahal, tahu kemana membeli barang yang lebih murah dengan bayaran ditangguhkan, dan tahu kemana menjual barang dengan lebih tinggi secara tunai. Pebisnis yang baik juga mampu memproduksi sebagian barang sesuai dengan tuntutan pasar dan selanjutnya pebisnis yang baik adalah mampu mengelola kegiatan bisnisnya agar selalu stabil. Inilah yang kadang menjadi kendala sebagian pebisnis muslim. Tak kalah penting bagaimana seorang pebisnis bisa meyakinkan pihak-pihak yang mungkin bisa menunjang modal usahanya. Sebelum melakukan proses bisnis, Rasulullah SAW telah melakukan beberapa kunjungan ke Bahrain yang terletak di bagian timur Semenanjung Arabia. Beliau selalu mempelajari kebiasaan penduduk dan hal-hal yang ada di setiap negeri yang disinggahinya. Hal ini membuktikan bahwa Rasulullah SAW pandai melihat pangsa pasar sehingga Beliau mampu meraih keuntungan yang lebih banyak dibanding pedagang lain. 7. Visioner, Kreatif, dan Siap Menghadapi Perubahan Sebagai seorang pebisnis sebaiknya kita berpikir jauh ke depan (visioner) dan harus siap serta mampu menghadapi berbagai perkembangan yang terjadi. Pebisnis dituntut harus bisa memenangkan persaingan dan memenangkan tantangan yang ada di depan mata. Umumnya pebisnis sukses memiliki visi yang jelas ke depan, karena visi adalah cetak biru (blue print) masa depan bisnis yang dijalankannya. Terdapat 4 paradigma yang menjadi landasan bagi seorang pebisnis yang visioner, yaitu: 1) Seorang pebisnis harus mampu memprediksi kemungkinan di masa mendatang. 2) Fleksibilitas adalah yang utama. 3) Rule of the game, harus dinamis dalam menghadapi berbagai macam kemungkinan sebagai kemampuan mengubah aturan main.

18

4) Kemampuan melanjutkan perubahan atau aturan atau bentuk yang sudah ada sebelumnya. Di samping visioner, seorang pebisnis juga dituntut kreatif. Tantang yang muncul ketika bisnis sedang berjalan hanya bisa disiasati dengan kreativitas yang tinggi. Kreatif berarti mampu mencari solusi atau alternatif dalam mencari jalan lain dalam menyelesaikan setiap kendala yang dihadapi sehingga pebisnis tetap bisa maju dan terus berkembang dengan pesat dan muncul sebagai pebisnis handal yang sukses, yang disegani kawan maupun lawan. 8. Bebisnis Dengan Kekuatan Cinta Jangan anggap enteng cinta, karena cinta merupakan sumber energi yang sangat luar biasa dalam mendorong kesuksesan seseorang. Cinta bisa membuat orang mau melakukan apa saja, termasuk dalam urusan bisnis. Jika kita melakukan usaha dengan dasar mencintai bisnis yang kita jalankan, tentu hasilnya jauh lebih baik dibandingkan jika kita menjalankannya dengan terpaksa atau setengah hati. 9. Bersaing Secara Sehat Rasulullah dalam menjalankan bisnisnya memberikan contoh kepada kita bagaimana bersaing dengan sehat, yaitu dengan cara meningkatkan kualitas produk, melakukan promosi lebih gencar, memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan, tidak menjelekkan bisnis orang lain, dan tidak melakukan praktik monopoli dalam bisnis. 10. Memiliki Tanggung Jawab dan Kepekaan Sosial Yang Tinggi Setiap pengusaha memiliki tanggungjawab sosial terhadap lingkungannya. Tanggungjawab ini berupa kepedulian terhadap kesejahteraan hidup masyarakat

secara umum. Setiap pengusaha hendaknya melindungi dan memberi perhatian lebih kepada kaum papa di sekitarnya, seperti manula, janda, anak yatim, fakir miskin, dan lain-lain. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, Orang yang bekerja dan berbuat sesuatu utuk para janda dan orang miskin adalah laksana seorang ksatria yang berjuang di jalan Allah, atau laksanan orang yang beribadah sepanjang malam, dan orang yang berpuasa sepanjang siang. (HR. Bukhari). Harta yang dikeluarkan oleh pebisnis atau perusahaan dalam bentuk sedekah atau zakat kepada kaum yang membutuhkan pada hakikatnya tidak mengurangi harta tersebut. Justru sebaliknya, pengusaha atau perusahaan akan mengalami kemajuan. Ini adalah janji Allah, yakni barang siapa yang menafkahkan hartanya karena Allah, pasti Allah akan menggantinya dengan lebih banyak.

19

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Bisnis merupakan suatu istilah yang tentu kita sudah sering mendengarnya. Secara etimologi, istilah bisnis berasal dari bahasa Inggris bisuness yang berarti usaha, dagang, dan bekerja. Secara terminologis, pengertian bisnis dijelaskan oleh para pakar dengan redaksi yang berbeda-beda, namun dapat disimpulkan bahwa suatu aktivitas dikatakan bisnis apabila: (1) Memproduksi dan mendistribusikan barang atau jasa; (2) Menjual atau membeli barang atau jasa; (3) Melakukan suatu usaha untuk mendapatkan penghasilan; (4) Mencari keuntungan dengan jual beli barang atau jasa; (5) Memuaskan konsumen dengan pelayanan sebaik-baiknya. Suatu bisnis dapat dikatakan haram apabila tidak memenuhi syarat-syarat berikut: (1) Adanya ijab dan qabul; (2) Dilakukan atas dasar suka sama suka; (3) Dilakukan oleh orang yang dibenarkan melakukannya; (4) Barang yang diperjualbelikan halal dan jelas manfaatnya; (5) Yang menjalankan transaksi adalah pemiliknya atau wakilnya; (6) Barangnya dapat diserahterimakan; (7) Barangnya telah diketahui oleh kedua belah pihak; (8) Harga barang ditentukan dengan jelas ketika akad. Suatu bisnis juga dapat dikatakan haram apabila di dalamnya terdapat unsur penipuan dan ketidakterbukaan di antara orang yang melakukan transaksi. Salah satu rahasia sukses bisnis Nabi Muhammad SAW, adalah Nabi selalu memperhatikan etika-etika dalam berbisnis. Misalnya, Nabi selalu berlaku jujur kepada pelanggan, mengutamakan kepuasan pelanggan dan pelayanan yang unggul, tidak pernah menjelek-jelekkan bisnis orang lain, teguh menjaga amanah, memperhatikan kesejahteraan pekerjanya dan tak ketingggalan Nabi selalu menjalankan bisnisnya tanpa melupakan perkara-perkara akhirat. B. Saran Saran 1. Bagi para pebisnis, hendaklah untuk berbisnis dengan cara yang bersih tidak menghalalkan segala cara demi mendapat keuntungan yang besar. 2. Dalam berbisnis hendaklah untuk mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan serta tidak melakukan malpraktik dalam berbisnis demi mendapat konsumen yang banyak. 3. Dalam dunia bisnis banyak sekali tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Hadapilah semua tantangan dan rintangan yang datang dengan berpikir kreatif dan inovatif dan jadilah pebisnis yang selalu siap menghadapi perubahan.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4.

Malahayati. 2010. Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. Yogyakarta: Great Publisher. Masyuri. 2005. Sistem Perdagangan Dalam Islam. Jakarta: LIPI. Husna, Khotimatul. 2010. Sukses Berbisnis Ala Nabi. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Syarbini, Amirullah dan J. Haryadi. 2011. Muhammad Sebagai Bisnisman Ulung. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

21

KIAT SUKSES BISNIS NABI MUHAMAMAD KARYA TULIS

Diajukan sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Akhir Madrasah Aliyah Futuhiyyah-1

Disusun oleh: Nama Nomer Induk Program : Hizbullah : : Bahasa

MADRASAH ALIYYAH FUTUHIYYAH 1 MRANGGEN DEMAK 2011/1012

22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulisan karya tulis ini telah selesai.Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada beliau Nabi Agung Muhammad SAW, semoga penulis dan pembaca sekalian dapat syafaatnya di dunia maupun di akhirat. Berkenaan dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan karya tulis ini sampai selesai. Ucapan terimakasih penulis tunjukan kepada : 1. Bapak KH. Abdullah Adib Masrukhan, LC,M.Pd.I selaku kepala sekolah Aliyah Futuhiyyah 1 yang telah merancang program penyusunan karya tulis, sehingga penulis bisa belajar dalam menulis sebuah karya tulis. 2. Bapak M.Ali Rahman selaku pembimbing yang telah membimbing dari awal hingga selesainya karya tulis ini. 3. Semua Guru Madrasah Aliyyah Futuhiyyah 1 yang telah mengajar dan membimbing selama kami belajar di Madrasah. 4. Bapak/ Ibu segenap keluarga yang telah membantu segala kebutuhan dan penyusunan karya tulis ini. Mudah mudahan amal baik kita semua mendapat balasan yang baik dari Allah SAW, hanya kepada Allah penulis memohon tufiq, hidayah dan semoga karya tulis ini di ridhoi-Nya. Wassalamualaikum Wr. Wb

Mranggen,...........

Penulis

23

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................. ABSTRAKSI .................................................................................................................. KATA PENGANTAR ....................................................................................................

i ii iii iv v vi

DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii

BAB I

: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ............................................................... 1.4 Penegasan Istilah .................................................................................... 1.5 Metode Penulisan ................................................................................... 1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 1 1 1 1 2 2

BAB II

: KONSEP BISNIS DALAM ISLAM 2.1 Pengertian dan Perintah Bisnis dalam Islam .......................................... 2.2 Landasan Normatif dalam Islam............................................................. 2.3 Jenis jenis Bisnis yang Haram ............................................................. 2.4 Jenis jenis Mal Praktek Bisnis ............................................................. 3 4 5 7

BAB III

: RAHASIA SUKSES BISNIS NABI MUHAMMAD 3.1 Etika Bisnis Nbi Muhammad ................................................................... 11 3.2 Kiat kiat Sukses Bisnis Nabi Muhammad SAW ................................... 16

BAB IV: PENUTUP 4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 20 4.2 Saran saran ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 21

24

25

Anda mungkin juga menyukai