2
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspekitif Islan : Implementasi Etika Islam untuk Dunia Usaha (Bandung: AL-Fabeta,
2013), Hlm.97-100
3
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspekitif Islan : Implementasi Etika Islam untuk Dunia Usaha. Hlm. 101
Nur disebutkan bahwa seseorang ketika sedang bertransaksi hendaklah selalu
mengingat kepada Alllah, menegakkan shalat dan membayar zakat. Perniagaan
dalam arti khusus pun tidak akan lepas dari aktiftas untuk mengingat Allah.
Sehingga diharapkan hal ini bisa menjadi kontrol bagi seorang peniaga dan
pengusaha, agar selalu berbuat kebaikan dan menjauhi perilaku yang merugikan
dalam suatu aktifitas bisnis.
4
Lifi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi (Malang: UIn Maliki Press, 2012),hlm. 201-202
5
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspekitif Islan : Implementasi Etika Islam untuk Dunia Usaha. Hlm. 112
Beliau menjawab: ″Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan jual bali
yang baik. (H.R. Ahmad)
Hadis Ahmad yang pertama menyatakan: ″Yang terbaik adalah usaha
seseorang dengan tangannya dan jual beli, ″sedang hadis kedua menyatakan
bahwa: Yang paling utama adalah jual beli dan usaha seseorang dengan
tangannya.″ Ini tidak berarti urutan pertama adalah usaha seseorang dengan
tangannya, sedang urutan kedua adalah jual beli, atau sebaliknya, tetapi
menunjukkan keduanya saling berkaitan agar dapat mencapai yang terbaik
dalam melakukan usaha atau bisnis dibutuhkan keterampilan dan pikiran yang
kreatif dan inovatif6.
6
Lifi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi (Malang: UIN Maliki Press, 2012),hlm. 204-205
a. Barometer Ketaqwaan Seseorang. Allah berfirman dalam Q.S.
alBaqarah[2]: 188 yang artinya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.” (Q.S al-
Baqarah[2]: 188) Ayat ini berada persis setelah ayat-ayat yang
berkiatan dengan ibdah Ramadhan (Q.S. [2]: 183, 184, 186, dan
189), di mana output dari Ramadhan adalah taqwa. Sehinga ayat ini
menunjukkan bahwa salah satu cirri mendasar orang yang taqwa
adalah senantiasa bermualah dengan Mu’amalah Islami (ber-bisnis
secara Islami).
b. Mendatangkan keberkahan. Allah SWT. berfirman dalam Q.S. Al-
A’raf [7]: 96 yang artinya:
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S al-A’raf[7]: 96)
Harta yang diperoleh dengan cara yang halal dan baik akan
mendatangkan keberkahan pada harta tersebut, sehingga
pemanfaatan harta dapat lebih maksimal bagi dirinya maupun bagin
orang lain.
c. Mendapatkan derajat Seperti Para Nabi, Shiddiqin & Shuhada
Rasulullah SAW. bersabda yang artinya:
″Dari Abu Sa’id al-Hudri ra beliau berkata bahwa Rasululah SAW.
bersabda, Pebisnis yang jujur dan dipercaya (amanah) akan
bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’″. (H.R. Turmdzi)
d. Berbisis merupakan sarana Ibadah Kepada Allah SWT. Banyak ayat
yang menggarbarkan bahwa aktivitas bisnis merupakan sarana
ibadah.
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan bisnis menurut islam7:
1) Unity (Tauhid)
7
Muhammad Jakfar, Etika Bisnis, (Depok: Penebar Plus, 2012),hal 49.
Konsep tauhid (dimensi vertikal) berarti Allah swt telah menetapkan
batas-batas tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk
memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak
individu lainnya, dan hubungan horizontal dengan kehidupan sesama
manusia dan alam secara keseluruhan untuk menuju tujuan akhir yang
sama.
2) Equilibrium (Keseimbangan)
Perilaku yang adil akan mendekatkan diri kepada ketakwaan, karena
itu dalam bisnis, Islam melarang menipu, walaupun hanya sekedar
membawa sesuatu pada kondisi yang menimbulkan keraguan
sekalipun. Kondisi ini dapat memberikan gangguan pada mekanisme
pasar atau adanya informasi penting mengenai transaksi yang tidak
diketahui oleh salah satu pihak.Islam mengajarkan agar penganutnya
berlaku adil dan senantiasa berbuat kebajikan.
3) Free will (Kehendak bebas)
Kebebasan merupakan hal yang penting dalam etika bisnis Islam, akan
tetapi jangan sampai kebebasan ini mengganggu atau merugikan
kepentingan bersama atau orang lain. Islam membolehkan umatnya
untuk berinovasi dalam muamalah khususnya dalam kegiatan bisnis,
akan tetapi Islam tidak memperbolehkan umatnya untuk melakukan
hal-hal yang diharamkan oleh dalil.
4) Responsibility (Tanggung jawab)
Penerimaan pada prinsip tanggung jawab individu ini berarti setiap
orang akan diadili secara personal di hari kiamat kelak. Tidak ada satu
cara pun bagi seseorang untuk melenyapkan perbuatanperbuatan
jahatnya kecuali dengan memohon ampunan Allah dan melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik.
5) Benevolence (Ihsan)
Ihsan artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan
kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang
mengharuskan perbuatan tersebut atau beribadah dan berbuat baik
seakan-akan melihat Allah, jika tidak mampu, maka yakinlah Allah
melihat. Dalam agama Islam, etika bisnis Islam harus sesuai dengan
prinsipprinsip dasar yang ada dalam al-Qur‟an dan Hadits
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul, 2013. Etika Bisnis Perspekitif Islan : Implementasi Etika Islam untuk Dunia
Usaha (Bandung: AL-Fabeta)
Badroen, Faisal, et al, 2012. Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Prenadamedia Group)
Yunia, Ika, Fauuzia, 2013. Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana)
Nur, Lifi, Diana, 2012. Hadis-hadis Ekonomi (Malang: UIN Maliki Press)
Muhammad Jakfar, Etika Bisnis, (Depok: Penebar Plus, 2012)