Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAPITA SELEKTA AGAMA

Tentang etika bisnis dalam islam

Disusun Oleh:

Najmah Zahirah (201613500011)

Haerudi Yansyah (201613500078)

Pristika Destri (2016

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2017
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Begitu pentingnya kegiatan bisnis dalam kehidupan manusia, tidak heran jika Islam
yang bersumber pada alquran dan Sunnah memberi tuntunan dalam bidang bisnis.
Etika bisnis sangat penting untuk dikemukakan dalam era globalilasasi yang seringkali
mengabaikan nilai-nilai moral dan etika.
Karena itu, Islam menekankan agar aktifitas bisnis manusia dimaksudkan tidak
semata-mata sebagai alat pemuas keinginan dan kebutuhan hidup saja, tetapi lebih pada
upaya pencarian kehidupan berkeseimbangan disertai prilaku positif sesuai etika bisnis dalam
islam. Suatu bisnis akan bernilai apabila dapat memenuhi kebutuhan material dan juga
kebutuhan spiritual secara seimbang, tidak mengandung kebatilan, kerusakan dan
kedzaliman. Akan tetapi mengandung nilai keesaan, keseimbangan, kehendak bebas,
tanggung jawab, kebajikan dan kejujuran.
Al Qur’an sebagai sumber nilai, telah memberikan nilai-nilai prinsipil untuk mengenali
perilaku-perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai alquran khususnya dalam bidang bisnis.
Awalnya, etika bisnis muncul ketika kegiatan bisnis kerap menjadi sorotan etika. Menipu, mengurangi
timbangan atau takaran, adalah contoh- contoh konkrit kaitan antara etika dan bisnis. Fenomena-
fenomena itulah yang menjadikan etika bisnis mendapat perhatian yang intensif hingga menjadi
bidang kajian ilmiah yang berdiri sendiri. (George, 1986: 43). Bisnis telah ada dalam sistem dan
struktur dunianya yang baku untuk mencari pemenuhan hidup. Sementara, etika merupakan disiplin
ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar atau salah, yang baik atau buruk,
sehingga dianggap tidak seiring dengan sistem dan struktur bisnis (Rahardjo,1995:2). Kesangsian-
kesangsian inilah yang melahirkan mitos bisnis amoral atau tak beretika.
ISI PEMBAHASAN

Bisnis merupakan salah satu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia. Tidak heran
jika Islam yang bersumber pada Alquran dan Sunnah Nabi SAW memberi tuntunan menyeluruh
berkaitan dengan interaksi dalam bidang usaha dagang. Rasulullah SAW yang diutus oleh Allah SWT
sebagai penyempurna akhlak juga memberi tuntunan yang berkaitan dengan bisnis. Alquran dalam
mengajak manusia untuk mempercayai dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalamsegala aspek
kehidupan seringkali menggunakan istilah- istilah yang dikenal dalam dunia bisnis, seperti jual-beli,
untung-rugi dan sebagai- nya.
Alquran memberikan tuntunan bisnis yang jelas yaitu visi bisnis masa depan yang bukan
semata-mata mencari keuntungan sesaat, melainkan mencari keuntungan yang hakiki baik dan
berakibat baik pula bagi kesudahannya. Kedua, Keuntungan bisnis menurut Alquran bukan semata-
mata bersifat material tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan lebih mengutamakan hal
yang bersifat immaterial atau kualitas. Ketiga, bahwa bisnis bukan semata- mata berhubungan dengan
manusia tetapi juga berhubungan dengan Allah.
Dalam menguraikan konsep bisnis dalam Alquran, terbagi ke dalam tiga pokok bahasan
yaitu bisnis yang menguntungkan, bisnis yang merugi, dan pemeliharaan prestasi, hadiah, dan
hukuman.[11]
a. Bisnis yang Menguntungkan
Dalam pandanganAlquran, bisnis yang menguntungkan itu mengandung tiga elemen
dasar yakni mengetahui investasi yang paling baik, membuat keputusan yang logis, sehat dan
masuk akal, dan mengikuti perilaku yang baik. Menurut Alquran, tujuan dari semua aktivitas
manusia hendaknya diniatkan untuk mencari keridhaan Allah karena hal ini merupakan puncak dari
seluruh kebaikan, tanpa kecuali dalam masalah bisnis. Cara untuk mencapai ridha itu adalah dengan
mempergunakannya dalam hal-hal yang baik disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah. Bisnis
yang baik menurut Ahmad adalah meringankan, melonggarkan dan tidak menguber para pengutang
yang benar-benar tidak mampu mengembalikan secara tertulis. Perilaku seorang kreditor yang
demikian dianggap sebagai sesuatu perdagangan yang sangat menguntungkan.

1) Investasi yang Paling Baik


Menurut Alquran, tujuan dari semua aktifitas manusia hendaknya diniatkan
untuk ibtigha-i mardhatillah (mencari keridhaan Allah), karena hal ini merupakan pangkal
dari seluruh kebaikan. Dengan demikian maka investasi dan kekayaan milik seseorang itu
dalam hal-hal yang benar tidak mungkin untuk dilewatkan penekanannya. Dalam ungkapan
lain, investasi terbaik itu adalah jika ia ditujukan untuk menggapai ridha Allah. Karena
kekayaan Allah itu tanpa batas dan tidak akan habis, maka merupakan pilihan terbaik untuk
mencari dan memperoleh keuntungan yang Allah janjikan dengan mengambil kesempatan-
kesempatan yang ada.

2) Keputusan yang Logis, Sehat dan Masuk Akal

Agar sebuah bisnis sukses dan menghasilkan untung, hendaknya bisnis tersebut
didasarkan atas keputusan yang tepat, logis, bijak dan hati-hati. Menurut Alquran, bisnis yang
menguntungkan bukan hanya yang dapat dinikmati di dunia, tetapi juga dapat dinikmati di
akhirat dengan keuntungan yang jauh lebih besar.

3) Mengikuti Perilaku yang Baik atau Terpuji

Dalam Alquran, perilaku yang terpuji sangat dihargai dan dinilai sebagai investasi yang
sangat menguntungkan, karena hal ini akan mendatangkan kedamaian di dunia juga
keselamatan di akhirat. Indikator perilaku seseorang itu telah dipaparkan dalam Alquran,
dimana setiap orang beriman akan selalu meniru dan mengikuti jejak langkah Rasulullah
dalam menjalani kehidupanya di dunia.

b. Bisnis yang Merugi


Bisnis ini merupakan kebalikan dari bisnis yang pertama karena kekurangan ataupun
ketiadaan elemen-elemen dari bisnis yang menguntungkan menurut Alquran. Seluruh
tindakan serta transaksi yang memungkinkan untuk mendatangkan keuntungan akhirnya
berbalik menjadi bisnis yang merugikan. Kerugian ini diasumsikan sebagai yang merusakkan
proporsi perbendaharaan akhirat yang abadi diperdagangkan dengan kenikmatan dunia fana
dan terbatas.
1) Investasi yang Tidak Baik
Menurut Alquran, diantara investasi yang dapat mengakibatkan pelakunya mengalami
kerugian, bahkan kehilangan modalnya sehingga terancam bangkrut total, adalah: menukar
akhirat dengan dunia; menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah demi mendapat
keuntungan dunia yang kecil; menjual ideologi dan idealisme demi pragmatisme dan
hedonisme tanpa peduli lagi dengan pahala akhirat; terobsesi dan mengabdi pada dunia
sehingga lalai dalam pengabdian pada Allah; dan puncaknya adalah mengorbankan modalnya
yang paling berharga yaitu kehidupan itu sendiri, untuk sesuatu yang sia-sia.
2) Keputusan yang Tidak Logis, Tidak Sehat dan Tidak Masuk Akal

Tidak ada suatu kenaifan dalam kehidupan ini yang lebih besar dari sebuah keputusan
yang diambil dengan cara-cara yang tidak tepat, tidak logis dan tidak rasional. Alquran secara
tegas menyatakan bahwa keputusan yang tidak tepat dan tidak logis serta tidak masuk akal
dalam hidup ini akan mengakibatkan kerugian besar dan penyesalan yang panjang.
Diantara contoh pengambilan keputusan yang tidak tepat adalah: lebih mementingkan
kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat; bergelimang dengan hal-hal yang khabits
(kotor) karena ingin cepat kaya; menggadaikan iman demi harta dan kekuasaan; terobsesi
kemegahan dunia dan menyepelekan nilai-nilai kebenaran dan hidayah; mencari pelindung
selain Allah; menjalankan bisnis yang menjauhkan dirinya dari jalan lurus yang telah
ditunjukkan Allah; lebih memprioritaskan bisnis entertainment daripada bisnis yang
mengedukasi akal dan spiritual; dan terlalu disibukkan dengan harta dan jabatan daripada
mengingat Allah dan Hari Akhir.

3) Perilaku yang Tidak Baik atau Tidak Terpuji


Perilaku apapun yang Allah larang akan menjerumuskan pelakunya dalam kerugian yang
nyata. Alquran menyebutkan perilaku-perilaku yang tak terpuji itu bersamaan dengan
konsekuensinya yang akan merugikan dirinya di dunia maupun diakhirat.

A. Hal Yang Di Larang Islam Dalam Bisnis

a. Menyalahgunakan Hak

Di dalam ilmu fiqih muamalah jual beli dalam islam menyalahgunakan sebuah hak bisa
menimbulkan penyalahgunaan yang adapat menyebabkan kerugian untuk orang lain. Dan
penyalahgunaan hak biasanya terjadi pada seorang pemimpin, atasan atau kepemilikan.
Penyalahgunaan hak terjadi pada seorang pemimpin yang tidak memperhatikan etika atau aturan yang
ada, penyalahgunaan ini juga bisa dalam bentuk tidak mengeluarkan hak fakir miskin. Bahkan tidak
banyak orang yang tahu jika sebagian harta dalam islam adalah milik fakir miskin. Sudah seharusnya
seorang pemimpin menyadari siapa saja orang yang berhak sebagai penerima zakat. Jika seorang
pemimpin berlaku tidak adil, maka mereka termasuk dalam orang-orang yang dzalim dan akan
mendapatkat kemudharatan.
b. Bisnis Yang Tidak Jelas

Dalam islam segala sesuatu yang tidak memiliki landasan yang jelas adalah sesuatu yang
tidak boleh dilakukan, termasuk juga dalam etika berbisnis. Dalam islam istilah berbisnis yang tidak
jelas disebut Jahalah yang berarti “tidak transparan“ dan tentu hal ini akan merugian salah satu pihak.
Sehingga dalam islam sangat dianjurkan untuk berbisnis mengikuti fiqih muamalah jual beli yang
sudah dibuat sejak zaman Rasulullah SAW.

Didalam bisnis ini tidak memiliki kejelasan, baik tentang barang yang diperjual belikan atau
bagaimana sistem dalam transaksi jual beli dalam bisnis tersebut. Dapat juga dikatan bahwa bisnis
tidak jelas adalah jenis bisnis yang mengandung unsur penipuan, karena dianggap telah memakan
harta orang lain. Dan hal yang seperti itu sudah Allah berikan peringatan, seperti yang ada pada
Alqur’an dengan ayat sebagai berikut :

‫اس أ َ ْم َوا ِل مِ ْن فَ ِريقًا ِلت َأ ْ ُكلُوا ْال ُح َّك ِام إِلَى بِ َها َوت ُ ْدلُوا بِ ْالبَاطِ ِل بَ ْينَ ُك ْم أ َ ْم َوالَ ُك ْم ت َأ ْ ُكلُوا َو َل‬
ِ َّ‫اْلثْ ِم الن‬
ِ ْ ِ‫البقرة – ت َ ْعلَ ُمونَ َوأ َ ْنت ُ ْم ب‬:188

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui” [Q.s. al-Baqarah: 188].

c. Pemaksaan

Salah satu syarat sah diperbolehkannya bisnis adalah tidak ada unsur pemaksaan dalam bisnis
tersebut. Sering kali manusia melakukan hal yang dzalim atau bahkan melukai orang lain demi
mendapatkan keuntungan demi dirinya sendiri. Tahukah kamu jika perbuatan dzalim atau pemaksaan
dalam islam diharamkan, begitu pula jika pemaksaan dilakukan dalam berbisnis. Sering kali orang
melakukan ini demi mendapatkan keuntungan semata, tanpa menyadari adanya unsur pemaksaan
dalam bisnisnya. Bisnis jenis ini sering kita jumpai dikalangan masyarakat dan bahkan sudah tidak
asing lagi di telinga. Bisnis MLM adalah salah satu bisnis yang masuk dalam golongan

az zhulmu. Allah telah melarang adanya pemaksaan atau kedzaliman, dan ini sudah Allah tuliskan
dalam beberapa surat dalam Alqur’an seperti :

‫س ْو ِل ِه للاِ مِ نَ ِب َح ْرب فَأْذَنُ ْوا ت َ ْف َعلُ ْوا لَ ْم فَإ ِ ْن‬ ْ ‫ظلَ ُم ْونَ َولَ ت‬
ُ ‫َظ ِل ُم ْونَ لَ أ َ ْم َوا ِل ُك ْم ُرؤ ُْو‬
ُ ‫س فَلَ ُك ْم ت ُ ْبت ُ ْم َو ِإ ْن َو َر‬ ْ ُ ‫ت‬. – ‫البقرة‬: 279
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari mengambil riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS. al-Baqarah: 279)

d. Bisnis Perjudian / Lotre (Maisir)

Menjalankan bisnis yang satu ini memang cukup menjanjikan dari segi ekonomi. Namun
sebagai umat muslim, kita harus tetap berpegang teguh pada aturan ekonomi dalam islam yang sudah
dibuat sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam agama islam bisnis perjudian atau lotre disebut dengan
maisir, dan praktek bisnis jenis ini termasuk dalam salah satu contoh jual beli terlarang dalam islam.
Namun semakin hari bisnis ini semakin marak dijalankan tanpa melihat aturan tanpa melihat fiqih
muamalah islam.

Bisnis jenis ini dapat kita jumpai disekitar lingkungan masyarakat, bahkan bisnis ini
dipraktekkan dikalangan anak-anak. Misalnya anak membayar undian lima ratus rupiah, ternyata
undiannya kosong atau mendapatkan barang. Namun tidak banyak orang yang menyadari adanya jual
beli dalam jenis ini. Tahukah kamu jika jual beli dengan sistem perjudian terselubung atau maisir ini
sudah dijelaskan dalam Alqur’an dan bahkan hadist Rasulullah SAW sudah menjelaskan maisir.

َ‫صابُ َو ْال َم ْيس ُِر ْال َخ ْم ُر ِإنَّ َما آ َمنُ ْوا َيآيُّ َهاالَّ ِذيْن‬
َ ‫ان َم ِل ََع مِ ْن ِر ْجس واأل َ ْزلَ ُم واأل َ ْن‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫ت ُ ْف ِل ُح ْونَ لَ َعلَّ ُك ْم فَاجْ تَنِب ُْوهُ ال‬. – ‫المائدة‬: 90
َ ‫ش ْي‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntunga”. (QS. Al-Maidah: 90)

e. Mengandung Unsur Riba

Riba adalah sesuatu yang sering tidak disadari pada setiap pebisnis. Banyak orang yang tidak
terlalu mengerti seperti apa macam-macam riba, dan bahkan tidak menghiraukan bahaya riba bagi
kehidupan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya riba adalah sesuatu yang akan
menyengsarakan kehidupan manusia, dan bahkan Allah sudah pernanh meningatkan manusia tentang
pengertian riba dalam Alqur’an.
َ‫الربَا يَأ ْ ُكلُ ْونَ اَلَّ ِذيْن‬
ِ َ‫طهُ الَّذِى يَقُ ْو ُم َك َما إِلَّ يَقُ ْو ُم ْونَ ل‬
َ َّ‫طانَ يَت َ َخب‬ َّ ‫الربَا ثْ ُلَِم ْالبَ ْي ُع إِنَّ َما قَالُ ْوا بِأَنَّ ُه ْم ذَلِكَ ْال َم ِس مِ نَ ال‬
َ ‫ش ْي‬ ِ ‫َو َح َّر َم ْالبَ ْي َع للاُ َوأ َ َح َّل‬
‫الربَا‬
ِ – ‫البقرة‬: 275

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.al-Baqarah: 275)

B. ETIKA BERBISNIS DALAM ISLAM

1. Tauhid

Semua bisnis pada dasarnya bertujuan untuk memberikan manfaat atau solusi terhadap suatu
masalah tertentu. Solusi yang dihasilkan selain sebagai sarana mempermudah juga memiliki dampak
positif secara terus menerus. Yang perlu diperhatikan agar solusi yang diterapkan memiliki nilai yang
berkah, maka semua kegiatan bisnis harus didasari oleh tauhid. Tauhid secara umum dapat dikatakan
suatu bentuk sikap atau tindakan yang berpedoman dan sesuai dengan tuntunan agama Islam,
sehingga dengan menerapkan tauhid dalam bisnis bertujuan untuk menciptakan kegiatan yang tidak
hanya berdasarkan mencari keuntungan semata namun yang lebih penting adalah untuk bertindak
sesuai dengan aturan atau norma agama. (baca juga : teori perilaku konsumen , Aturan Koperasi
Simpan Pinjam

2. Prinsip Berkeadilan

Yang disebut dengan adil adalah mengutamakan kebenaran sesuai dengan aturan, begitu pula
dalam berbisnis, semua tindakan yang berpedoman pada prinsip berkeadilan akan menghasilkan
sebuah tindakan yang bermanfaat bagi semua pihak, baik itu untuk pelaku bisnis dan masyarakat
selaku objek bisnis. Prinsip berkeadilan akan mengubah semua tindakan dalam bisnis yaitu tidak akan
ditemukan lagi berbagai bentuk kecurangan yang terjadi, karena setiap pelaku bisnis sadar akan
keutamaan berperilaku adil. Jika tidak ada pihak yang dirugikan maka akan terwujud kepuasan dari
masing-masing pihak, bisnis akan semakin berkembang karena mendapat kepercayaan dari
masyarakat dan masyarakat akan lebih loyal terhadap setiap solusi yang dihasilkan dari bisnis
tersebut.
3. Kebebasan Berkehendak

Pada dasarnya dalam menjalankan sebuah bisnis masing-masing pelaku bisnis diberikan
kebebasan dalam berkehendak menurut tujuan yang ingin dicapainya dengan cara apapun. Sedangkan
dalam bisnis syariah yang dimaksud dengan kebebasan berkehendak bukanlah bebas tanpa batas,
namun kebebasan yang sesuai dengan aturan agama yaitu bebas menentukan jenis bisnisnya, cara
menjalankannya selama tidak terdapat unsur haram didalamnya, dan bebas berbuat apapun selama
tidak berdampak merugikan kepentingan orang lain maupun kepentingan bersama dalam kelompok
bisnis. Sikap saling menghargai tetap dijunjung tinggi dalam menanggapi setiap kebebasan dari
masing-masing individu, sehingga dengan kondisi yang seperti akan tercipta sebuah bentuk sosial
yang lebih mengedepankan aturan dalam kaitannya demi menjaga kepentingan bersama.

4. Tanggung Jawab

Dalam bisnis syariah sangat memperhatikan dan mengatur kebebasan dalam menjalankan
kegiatan bisnis dan menentukan tujuan bisnis. Aturan tersebut bertujuan agar wujud dari sebuah bisnis
menjadi terarah, memiliki manfaat yang baik, dan saling memberikan keuntungan baik antar pelaku
bisnis dan masyarakat. Dengan aturan yang jelas tentu akan mempermudah dalam mengendalikan
tanggung jawab dari masing-masing pihak pelaku bisnis. Lebih lanjut dalam kegiatan bisnis, para
pelaku akan lebih fokus dalam meningkatkan produktivitas dan pelayanan kepada masyarakat dengan
penuh tanggung jawab terhadap semua kebijakan yang telah ditentukan dalam kegiatan bisnis.
Seluruh dari proses kegiatan tersebut memiliki sebuah tujuan, yaitu agar pelaku dapat menjamin
kelayakan dan kesesuaian terhadap solusi yang diberikan dan timbal baliknya adalah masyarakat
menaruh kepercayaan penuh kepada pelaku bisnis.

5. Didasari Niat Baik

Pada dasarnya adanya niat berkaitan dengan terbentuknya sebuah tindakan, dan tindakan akan
menentukan hasil yang terjadi apakah itu baik atau buruk, yang mana hasil tersebut sesuai dengan niat
awalnya. Dalam bisnis syariah pun juga memperhatikan pentingnya dalam upaya memiliki sebuah
niat yang baik dalam berbisnis, karena nantinya akan berdampak pada halal atau haram hasil bisnis
tersebut. Jika segala perbuatan diawali dengan kebenaran dalam berniat, tidak ada kebohongan dan
keserakahan dalam perilaku dan sikap, menjalin akad yang terbuka, jelas maksudnya, dan diterima
oleh semua pihak baik dalam menetapkan keuntungan maupun pembagian modal, maka akan
menciptakan keadilan, keharmonisan, dan keberkahan dalam berbisnis. (baca juga : investasi reksadan
syariah , Investasi Reksadana Syariah)
6. Tolong Menolong

Jika pada umumnya sebuah bisnis saling berlomba-lomba untuk memenangkan pasar dan
memiliki pelanggan yang loyal sehingga akan menghasilkan keuntungan semaksimal mungkin. Dari
pola bisnis yang seperti ini sangat terlihat sekali bahwa banyak diantara pelaku bisnis hanya terpusat
pada hasil keuntungan-keuntungan yang diperoleh tanpa memperhatikan dan menyentuh aspek sosial
dari hasil bisnis tersebut. Aspek sosial yang dimaksud adalah berbagi hasil keuntungan kepada
masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk zakat, infaq, dan sedekah. Jika para pelaku bisnis
mampu menempatkan aspek sosial sebagai tujuan utama mereka, maka bukan keuntungan lagi yang
menjadi prioritas tujuan bisnisnya, namun terwujudnya dampak saling tolong menolong untuk
memberikan manfaat bersama.(baca juga : produk-produk bank syariah , Sumber Dana Bank Syariah)

7. Bebas dari Unsur Riba

Meskipun riba sangat dilarang dalam Islam, namun pada kenyataannya banyak transaksi riba
yang terjadi ditengah-tengah masyarakat Indonesia yang notabene penduduknya mayoritas beragama
islam. Munculnya kegiatan riba hingga sekarang ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sistem
perbankan yang masih mengandung unsur riba dan kurangnya pengetahuan masyarakat untuk
mengenali segala bentuk riba secara mendalam. Fenomena tersebut sangat bertolak belakang dengan
prinsip bisnis syariah yang menerapkan sistem Islam dalam menjalankan kegiatan usaha, sehingga
segala bentuk praktik riba dilarang dalam bisnis. Bentuk riba yang termasuk dalam bisnis adalah
transaksi jual beli yang mengandung dua harga dan sistem permodalan. Bicara permodalan, hadirnya
bank syariah merupakan solusi keuangan bagi masyarakat atau pelaku bisnis dalam memperoleh
permodalan tanpa ada riba didalamnya

8. Tidak Berbisnis yang Haram

Pantangan dalam berbisnis syariah adalah tidak diperbolehkan terlibat dalam segala bentuk
kegiatan yang terdapat unsur haram didalamnya. Kegiatan yang termasuk diharamkan adalah
berkaitan dalam rangka memilih jenis usaha, cara menjual atau distribusi, dan pembagian keuntungan
bisnis. Islam telah mengatur dan menentukan mana yang disebut halal dan mana yang disebut haram.
Bisnis yang haram dalam arti luas bisa juga disebut sebagai segala bentuk yang memberikan dampak
buruk atau terdapat kebohongan didalamnya. Jika ditarik dalam etika bisnis maka jenis usaha yang
dilarang dalam bisnis syariah adalah tidak terlibat dalam kegiatan usaha yang menghasilkan minum-
minuman keras dan narkoba, tidak ada unsur perjudian dalam bisnis, dan tidak menghasilkan produk
maupun jasa yang merusak moral masyarakat, dan tidak menyampaikan kebohongan terhadap
manfaat produk tertentu.(baca juga : prinsip ekonomi syariah , Perbedaan Asuransi Syariah dan
Konvensional.

Bagi umat Islam pentingnya berbisnis sesuai dengan syariat adalah memperoleh keberkahan.
Keuntungan bukanlah tujuan, tujuan yang sebenarnya adalah bagaimana kegiatan dapat berjalan
sesuai dengan aturan Islam sehingga pada akhirnya akan menghasilkan manfaat yang memberikan
keberkahan bagi pelaku usaha maupun masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Perhitungan
halal dan haram menjadi landasan utama dalam menentukan jenis dan proses kegiatan yang akan
dijalankan, karena bagaimanapun dampak permanen dalam sebuah bisnis bukan dari seberapa untung
pelaku usaha akan tetapi terlihat dari dampak sosial yang berhasil diciptakan dengan adanya hasil
usaha tersebut.(baca juga : manfaat ekonomi kreatif , ekonomi syariah)

Untuk mewujudkan adanya bisnis syariah maka diperlukan adanya etika-etika bisnis syariah yang
perlu ditegakkan dan dijalankan secara serius. Karena dari etika inilah mencerminkan ajaran agama
Islam dan anjuran bagaimana cara yang benar dalam bersikap dan bekerja dalam menjalankan sebuah
bisnis. Dengan menerapkan etika tersebut terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu lahirnya
sebuah keadilan dalam bertransaksi tanpa adanya tindak kecurangan sedikitpun, menghindarkan dari
praktik riba yang dalam ajaran Islam diharamkan, menyentuh aspek sosial dengan cara berbagai hasil
atau keuntungan bisnis melalui zakat, infaq, dan sedekah, dan yang paling penting adalah seluruh
kegiatan hanya berdasarkan atas sikap tauhid.

C. Upaya Mewujudkan Etika Bisnis Islami Menghadapi


Tantangan Bisnis Masa Depan

Pertama, suatu rekonstruksi kesadaran baru tentang bisnis. Pandangan bahwa etika bisnis sebagai
bagian tak terpisahkan atau menyatu merupakan struktur fundamental sebagai perubah terhadap
anggapan dan pemahaman tentang kesadaran sistem bisnis amoral yang telah memasyarakat. Bisnis
dalam alquran disebut sebagai aktivitas yang bersifat material sekaligus immaterial. Sehingga suatu
bisnis dapat disebut bernilai, apabila kedua tujuannya yaitu pemenuhan kebutuhan material dan
spiritual telah dapat terpenuhi secara seimbang. Dengan pandangan kesatuan bisnis dan etika,
pemahaman atas prinsip-prinsip etika Suatu bisnis bernilai, apabila memenuhi kebutuhan material dan
spiritual secara seimbang, tidak mengandung kebatilan, kerusakan dan kezaliman. Akan tetapi
mengandung nilai kesatuan,keseimbangan, kehendak bebas, pertanggung-jawaban, kebenaran,
kebajikan dan kejujuran, dengan demikian etika bisnis dapat dilaksanakan oleh siapapun. kedua, yang
patut dipertimbang- kan dalam upaya mewujudkan etika bisnis untuk membangun tatanan bisnis yang
Islami yaitu diperlukan suatu cara pandang baru dalam melakukan kajian-kajian keilmuan tentnag
bisnis dan ekonomi yang lebih berpijak pada paradigma pendekatan normative etik sekaligus empirik
induktif yang mengedepankan penggalian dan pengembangan nilai-nilai Al Qur’an, agar dapat
mengatasi perubahan dan pergeseran zaman yang semakin cepat. Atau dalam kategori pengembangan
ilmu pengetahuan modern harus dikembangkan dalam pola pikir abductive pluralistic (Abdullah,
2000: 88-94).

D. Fungsi Etika Bisnis Islam


Sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Syahata, bahwa etika bisnis Islam mempunyai
fungsi yang membekali para pelaku bisnis, beberapa hal sebagai berikut:
1. Membangun kode etik islami yang mengatur, mengembangkan dan menancapkan metode
berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini juga menjadi simbol arahan agar
melindungi pelaku bisnis dari resiko.
2. Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para pelaku bisnis,
terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis, masyarakat, dan diatas segalanya
adalah tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
3. Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan persoalan yang
muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.
4. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan yang terjadi antara
sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka bekerja.
5. Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan kerja sama antara mereka
semua.
Secara konkrit dapat diilustrasikan, jika seorang pelaku bisnis peduli pada etika, maka
bisa diprediksi ia akan bersikap jujur, amanah, adil, selalu melihat kepentingan orang lain.
Sebaliknya, bagi mereka yang tidak mempunyai kesadaran akan etika, dimanapun dan
kapanpun, mereka akan selalu memiliki sikap kontraproduktif dengan sikap mereka yng
perduli terhadap etika.
Seorang pengusaha dalam pandangan etika Islam,bukan sekedar mencari keuntungan,
melainkan juga keberkahan yaitu kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh keuntungan
yang wajar dan diridhai oleh Allah swt. Ini berarti, yang harus diraih oleh seorang pebisnis
muslim adalah bukan sekedar keuntungan materiil (bendawi), tetapi yang terpenting adalah
keuntungan immaterial (ukhrawi). Kebendaan yang profane ((intransenden) baru bermakna
apabila diimbangi dengan kepentingan spiritual yang transenden (ukhrawi).
KESIMPULAN

Dalam Islam etika dan bisnis merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan
antara satu dengan lainnya. Hal ini dikarenakan ajaran Islam yang bersifat syumul yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.Hubungan bisnis dengan etika dalam Islam tak
ubahnya kesatuan antara urat dan daging.
Landasan yang mendorong prilaku bisnis hendaknya didasarkan tidak hanya karena
rasa takut pada sebuah pemerintahan, tidak juga hanya karena hasrat menumpuk kekayaan ,
tetapi lebih dari itu, seorang pebisnis hendaknya menyandarkan prilakunya semata-mata
karena rasa takut kepada Allah dalam usah mencari ridhanya. Sehingga bisnis yang ideal
dalam Islam, adalah bisnis yang mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajiban, mempu
menciptakan rasa keadilan dan memenuhi tuntutan kebajikan dan keluhuran budi. Oleh
karena itu, pebisnis muslim harus tunduk kepada aksioma (nilai dasar) etika bisnis Islami
yang mencakup tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, tanggungjawab, dan kebenaran.
Dengan kata lain, etika bisnis menurut hukum Islam, dalam prakteknya menerapkan
nilai-nilai moral dalam setiap aktivitas ekonomi dan setiap hubungan antara satu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Nilai moral tersebut tercakup dalam empat
sifat, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Keempat sifat ini diharapkan dapat
menjaga pengelolaan institusi-institusi ekonomi dan keuangan secara profesional dan
menjaga interaksi ekonomi, bisnis dan social berjalan sesuai aturan permainan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

https://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2015/01/contoh-makalah-etika-bisnis-dalam.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-syariah/etika-
bisnis-syariah/amp?espv=1
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/etika-bisnis-dalam-islam

Rahman, Fazlur, 1992. Membangkitkan Kembali Visi Alquran: Sebuah catatan Otobiograif,
Jurnal Hikmah No IV juli Oktober
Suwantoro, 1990. Aspek-aspek Pidana di Bidang Ekonomi, Jakarta: Ghalia.

Anda mungkin juga menyukai