Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam menempatkan nilai etika pada posisi yang tinggi, di mana sejarah

Islam telah mencatat bahwa Islam melalui Rasulullah saw. datang dengan

membawa misi memperbaiki moral dan etika kehidupan manusia. Dalam Islam,

makna etika dekat dengan makna akhlak. Etika atau akhlak sebagai cerminan

kepercayaan terhadap ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Rasulullah

saw. Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia

secara menyeluruh, termasuk dalam aktivitas perekonomian (bisnis).

Etika bisnis Islam di anggap penting untuk mengembalikan moralitas dan

spiritual ke dalam dunia bisnis. Hanya institusi atau perusahaan yang menerapkan

standar etika, yang terbukti lebih sukses dalam jangka panjang. Hal ini tidak lain

disebabkan karena etika bisnis mampu menciptakan reputasi yang bisa dijadikan

sebagai keunggulan bersaing, dan produk yang bagus mudah ditiru, tetapi reputasi

sebagai hasil dari penerapan etika akan sangat sulit untuk ditandingi.1

Berbagai nilai ajaran Islam yang menjadi dasar bagi perilaku dan praktek
2
bisnis dihadirkan untuk mengantisipasi kecenderungan negatif praktek bisnis.

Hal itu termasuk melaksanakan peran dengan baik sebagai suatu sumber daya

manusia yang penting di dalam sistem bisnis dalam organisasi. Sebagai seorang

manajer atau pebisnis profesional, akan jadi tanggung jawabnya untuk membuat

keputusan-keputusan tentang aktivitas bisnis dan penggunaan teknologi informasi,

yang mungkin mempunyai suatu dimensi etis yang harus dipertimbangkan.

1
Taha Jabir al-Alwani, Bisnis Islam (Yogyakarta: AK Group, 2005), h. 5.
Mulia Ardi, “Diskrus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer”, Jurnal
2

An-Nisbah 01, No. 02 (2015), h. 2.

1
2

Teknologi Informasi mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia.

Karena TI ibarat pisau bermata dua, legal dan ilegal, baik dan buruk, maka mau

tak mau berhubungan dengan etika.3

Pada masa sekarang di era globalisasi ini bisnis sudah menggunakan

beberapa media canggih dengan tujuan memperluas jaringan pemasaran atau

menarik keuntungan yang lebih dengan menggunakan media internet, ataupun

media lainnya. Alasannya dengan mempertahankan konsumen, bahkan mencari

konsumen baru. Untuk itu diambil kesimpulan bahwa suatu bisnis memiliki

hubungan yang sangat erat dengan perkembangan zaman di era globalisasi seperti

saat ini.4

Persoalan bisnis yang tengah terjadi saat ini menunjukkan perilaku dan

praktek bisnis minus moralitas. Perilaku bisnis korup, manipulatif dan unfairnss

jamak ditemui diberbagai lingkungan bisnis. Perilaku semacam ini tentu saja

berdampak buruk bagi dinamika bisnis kontemporer. Bisnis yang esensinya

merupakan perwujudan realitas hidup manusa tak urung menerima dampak dari

negativitas bisnis yang kerap mengalami penurunan moral di zaman digital ini.5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Prinsip-prinsip Pokok Etika Bisnis Islam?

2. Bagaimana Penerapan Etika Bisnis Islam di era Digital?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Pokok Etika Bisnis Islam

2. Untuk mengetahui Penerapan Etika Bisnis Islam di era Digital

3
Fauroni dan Lukman, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), h. 15.
4
Rizki Rasyak, Pentingnya Bisnis di Era Globalisasi, dikutip dari laman:
http://rezkirasyak.blogspot,com/2012/04/pentingnya-bisnsi-di-era-globalisasi. diakses pada 7
Januari 2019.
5
Mulia Ardi, Diskursus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer, h. 2.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Pokok Etika Bisnis Islam

Pada prinsipnya, ajaran Islam tentang etika dalam bisnis merupakan

petunjuk bagi para pelaku bisnis untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, sesama

manusia, alam sekitar serta tidak pernah lalai untuk beribadah kepada Allah swt.

kecintaan terhadap bisnis tidak boleh melebihi kecitaan terhadap Allah swt. dan

Rasulullah saw.6

Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut merupakan rujukan bagi para

pebisnis mislim sebagai moral awareness untuk menentukan prinsip-prinsip yang

mereka gunakan dalam menjalankan bisnisnya. Prinsip pokok tersebut adalah:

1. Kesatuan (unity)

Kesatuan merupakan konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-

aspek kehidupan yang sudah ditetapkan oleh Allah swt. pada batas-batas tertentu

atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada individu

tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.7 Aspek kehidupan tersebut

meliputi bidang ekonomi, politik, sosial yang menjadi keraturan menyeluruh. Dari

konsep ini maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi dan sosial demi

membentuk kesatuan. Hal ini pula yang menjadikan etika dan bisnis untuk saling

terpadu, baik secara vertical maupun horizontal, membentuk suatu persamaan

yang sangat penting dalam sistem Islam.

2. Keseimbangan atau Keadilan (equilibrium)

Dalam dunia bisnis, Islam mengajarkan untuk selalu berbuat adil kepada

siapapun tanpa terkecuali. Berbuat adil kepada siapapun tanpa terkecuali.

6
Veithzal Rivai, Islamic Marketing, (Jakarta: PT. Gramedia Pustala Utama, 2012), h. 98.
7
Lukman Fauroni, “Rekontruksi Etika Bisnis: Perspektif Al-Qur’an”, Jurnal of Islamic
Economics 4, No. 1 (2003), h. 100.

3
4

Pengertian adil ini diarahkan agar hak-hak orang lain, lingkunga sosial, alam

semesta dan juga hak Allah swt. beserta rasul-Nya dijadikan pedoman utama dari

perilaku adil seseorang. Semua hak-hak tersebut harus diposisikan sebagaimana

mestinya yang sesuai dengan aturan syariah. Kesemibangan atau keadilan ini

merupakan gambaran dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan

keseluruhan harmoni alam semesta. Hukum dan tatanan yang terdapat di alam

semesta ini mencerminkan keseimbangan yang harmonis. Oleh Karena itu

keseimbangan, kebersamaan, kemoderatan, merupakan prinsip etis yang mendasar

yang harus diaplikasikan dalam berbagai aktivitas bisnis.8

3. Kehendak Bebas (Free Will)

Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk berkompetensi

dalam segala hal, tak terkecuali kebebasan ini sejatiya merupakan bagian penting

dalam etika bisnis, akan tetapi kebebasan yang diajarkan dalam Islam adalah

kebebasan yang tidak merugikan kepentingan umum atau kolektif tanpa

mengesampingkan kepentingan individu, sampai pada tingkat tertentu manusia

dianugerahi kebebasan untuk memberi arahan dan bimbingan dalam

kehidupannya sendiri sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga dalam hal ini

manusia di dorong untuk aktif berkarya dan bekerja dengan mengerahkan segala

potensi yang dimilikinya.9

4. Pertanggung jawaban (Responsibility)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil. Kebebasan tiap

individu selalu terbatas oleh individu lain dan memiliki pertanggungjawaban.

Pertanggungjawabann setiap individu memiliki hubungan langsung dengan Allah

swt. tanpa adanya perantara apapun. Ampunan harus diminta sendiri secara

8
Ariza Fuadi, Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami, Jurnal
Az Zarqa 5, No. 2 (2013), h. 89., h. 89.
9
Ariza Fuadi, Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami”, h. 89.
5

langsung kepada Allah swt. dalam perspektif Islam, pertanggungjawaban

individulah yang paling utama dan bukan komunitas, masyarakat ataupun bangsa.

Tidak ada satu komunitas atau bangsa yang bertanggungjawab di depan Allah swt.

sebagai komunitas. Setiap anggota masyarakat bertanggungjawab di depan-Nya

secara individual.10

Pertanggungjawaban merupakan keterlibatan yang aktif, pada suatu

organisasi tentunya dari setiap pelaku organisasi dan stakeholders lain dalam

menunjang peningkatan nilai organisasi.

5. Kebajikan (Benevolence)

Kebajikan adalah melakukan perbuatan baik yang dapat memberikan

manfaat kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan

perbuatan tersebut. dalam bisnis, yang termasuk sebagai kebajikan adalah sikap

kesukarelaan dan keramahtamahan dalam pengertian sebagai sikap suka rela

antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi dan kerjasama bisnis. Hal ini

ditekankan untuk menciptakan dan menjaga keharmonisan hubungan antara mitra

bisnis. Dengan prinsip kebajikan ini maka etika bisnis Islam dapat menjaga

terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan

kerjasama bisnis. Bahkan dengan sikap persaudaraan tanpa adanya kerugian dan

penyesalan.11

B. Penerapan Etika Bisnis Islam di Era Digital

1. Era Teknologi dan Informasi

Teknologi informasi dibutuhkan informasi untuk memusatkan suatu

kegiatan bisnis, melakukan bisnis dengan baik dan benar, serta menciptakan

kreativitas (inovasi) baru atau nilai baru. Teknologi informasi menjadi keunggulan

10
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), h. 100-101.
11
Beekun, Rafiq Issa, Islamic Business Eticht (Virginia: International In-situte of islamis
Thought, 1997), h, 28.
6

bersaing bagi perusahaan dalam dunia persaingan bisnis semakin ketat.

Penggunaan teknologi tidak hanya dimonopoli perusahaan skala besar saja karena

banyak perusahaan skala kecil menengah yang menggunakan teknologo informasi

terutama untuk efisiensi.12

Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam wawancara dengan detikcom,

mengatakan ukuran pengusaha yang sukses bisa dilihat dari ukuran kantornya

yang besar dan tinggi. Bisnis saat ini memang banyak yang mengadalkan

teknologi demi terciptanya sistem yang baik. Sistem yang dimaksud artinya akur

dari produksi hingga distribusi berjalan dengan baik.13

Dalam setiap usaha bisnis diharapkan tidak ada sistem yang membedakan

antara yang kaya dan miskin, karena menurut etika bisnis hal itu akan menjadi

satu bentuk hambatan dalam menjalankan usaha bisnis. Dengan selalu

berlandaskan kepada Al-Qur’an, etika bisnis yang akan terbangun akan

memberikan suatu hasil dari proses eksplorasi dan interprestasi dari nilai-nilai

dasar Al-Qur’an, yang lebih baik. Upaya pembentukan dalam membangun sistem

bisnis yang Islami ini diharapkan akan membawa dampak bagi terciptanya satu

proses bisnis Islami yang menunjunjung tinggi nilai etika, serta mampu

memberikan satu cakrawala baru bagi perkembangan bisnis, khususnya bisnis

Islami dengan tujuan yang mengarah pada budaya berbisnis yang benar-benar

bersih.14 Masalah etika juga mendapat perhatian dalam pengembangan dan

pemakaian sistem informasi. Masalah ini yang mencakup privasi, akurasi,


15
property, dan akses sebagai beriktu:

12
Candra Wibowo Widhianto, E-Business: Teknologi dan Peluang Bisnis,
http://journal.binus.ac.id. Diakses pada 7 Januari 2019, h. 23.
13
Detik Finance, http://m.detik.com. Diakses pada 19 Januari 2019, Pukul 17.47 WITA.
14
Ariza Fuadi, “Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami”, h.
90.
15
Richard Mason, Ethic Performance Bussiness (Zwass, 1998), h. 124.
7

a. Privasi, menyangkut hak individu untuk mempertahankan informasi pribadi

dari pengaksesan oleh orang lain yang memang tidak diberi ijin untuk

melakukannya. Contoh isu mengenai privasi sehubungan diterapkannya sistem

informasi adalah pada kasus seorang manajer pemasaran yang ingin mengamati

email yang dimiliki bawahannya karena diperkirakan mereka lebih banyak

berhubungan dengan email pribadi daripada email para pelanggan. Sekalipun

manajer dengan kekuasaannya dapat melakukan hal itu, tetapi ia telah

melanggar privasi bawahannya. Solusinya adalah menerapkan prinsip etika

bisnis Islam mengenai prinsip kehendak bebas dengan cara memberikan

kepercayaan kepada bawahannya.

b. Akurasi, terhadap informasi merupakan factor yang harus dipenuhi oleh sebuah

sistem informasi. Ketidakakurasian informasi dapat menimbulkan hal yang

mengganggu, merugikan, dam bahkan membahayakan. Sebuah kasus akibat

kesalahan penghapusan nomor keamanan social dialami oleh Edna Rismeller.

Akibatnya, kartu asuransinya tidak bisa digunakan dan bahkan pemerintah

menarik kembali cek pensiun sebesar $672 dari rekening banknya. Mengingat

data dalam sistem informasi menjadi bahan dalam pengambilan keputusan,

keakurasiannya benar-benar harus diperhatikan. Solusinya adalah menerapkan

prinsip etika bisnis Islam mengenai prinsip kesatuan dengan cara menjadikan

sistem informasi terpadu menjadi satu kesatuan dan membentuk persamaan.

c. Properti, Perlindungan terhadap hak property yang sedang digalakkan saat ini

yaitu dikenal dengan sebutan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

Kekayaan Intelektual diatur melalui 3 mekanisme yaitu hak cipta (copyright),

paten, dan rahasia perdagangan (trade secret). Adanya prinsip

pertanggungjawaban dalam etika bisnis Islam memberikan perlindungan

kepada hak kepada pihak-pihak tertentu.


8

d. Hak cipta adalah hak yang dijamin oleh kekuatan hokum yang melarang

penduplikasian kekayaan intelektual tanpa seijin pemegangnya. Hak cipta biasa

diberikan kepada pencipta buku, artikel, rancangan, ilustrasi, foto, film, musik,

perangkat lunak, dan bahkan kepingan semi konduktor. Hak seperti ini mudah

didapatkan dan diberikan kepada pemegangnya selama masih hidup

penciptanya ditambah 70 tahun.

e. Paten merupakan bentuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang

paling sulit didapat karena hanya akan diberikan pada penemuan-penemuan

inovatif dan sangat berguna. Hukum paten memberikan perlindungan selama

20 tahun. Sejalan dengan prinsip etika bisnis Islam yaitu prinsip kebajikan

dengan memberikan manfaat bagi orang lain dan dapat menjaga terhadap

kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan kerjasama

bisnis.

f. Rahasia Perdagangan. Hukum rahasia perdagangan melindungi kekayaan

intelektual melalui lisensi atau kontrak. Pada lisensi perangkat lunak, seseorang

yang menandatangani kontrak menyetujui untuk tidak menyalin perangkat

lunak tersebut untuk diserhakan pada orang lain atau dijual.

g. Akses. Fokus dari masalah akses adalah pada penyediaan akses untuk semua

kalangan. Teknologi informasi malah tidak menjadi halangan dalam

melakukan pengaksesan terhadap informasi bagi kelompok orang tertentu,

tetapi justru untuk mendukung pengaksesan untuk semua pihak.

2. Era Industri 4.0

Pembicaraan yang mengaitkan etika dengan era industri 4.0 hanya

dimungkinan saat dampak dari kemampuan manusia dalam bidang ekonomi

meningkat pesat. Sejarah mencatat lompatan produksi terjadi pada tiga kali

tahapan revolusi industri. Revolusi industri yang terjadi sepanjang sejarah


manusia dibagi menjadi 4 generasi. Generasi pertama atau Industrial Revolution
9

1.0, dimulai saat James Watt menemukan mesin uap pada abad ke-18 di Inggris.

Revolusi Industri Generasi kedua atau Industrial Revolution 2.0, ditandai dengan

ditemukannya pembangkit listrik serta motor pembakaran (combustion chamber).

Penemuan ini mendorong kemunculan kendaraan bermotor, telepon, pesawat

terbang, dan lainnya yang secara signifikan mengubah wajah dunia serta

membentuk aktivitas kehidupan manusia yang lebih modern. Pada era inilah

model manajemen produksi line mulai diterapkan yang memicu produktifitas luar

biasa. Revolusi Industri Generasi Ketiga atau Industrial Revolution 3.0, dimulai

tahun 1969, ditandai dengan kemunculan era teknologi digital dan internet.

Informasi menjadi hal yang vital pada era ini serta menentukan berbagai

perubahan di dunia. 16

Istilah Indusri 4.0 dicetuskan di German, Schwab dan koleganya yang

awalnya diminta oleh pemerintah German untuk menerapkan internet for dan of

everything, big data, cloud, artificial intellegent, robotic, nano technologi dan

penggunaan 3D dalam desain untuk peningkatan industrialisasi German.

Menyadari dampak besar aplikasi teknologi ini dalam perkembangan industri

dunia maka topik revolusi Industri 4.0 dibawa dalam World Economic Forum

tahun 2016. Adanya revolusi industri 4.0 sudah membentuk ekosistem baru bagi

dunia. Sekali lagi dunia sudah nyata-nyata berubah, mau tidak mau, suka tidak

suka, era baru ini akan semakin intensif dan ekstensif masuk dalam kehidupan. 17

Dalam praktek bisnis ada beberapa point dari aspek industri 4.0 yang

memerlukan kehadiran perspektif etis demi terwujudnya tujuan pembangunan

berkelanjutan: 18

Mulia Ardi, “Diskrus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer”, h. 42.
16

17
Ariza Fuadi, Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami, h.
103.
18
Sutan Remi Sjahdeini, Pertanggung Jawaban Etika Korporasi (Jakarta: Grafis Pers,
2015), h. 121.
10

a. Data dan Ketimpangan Sosial

Berbagai elemen mulai mengadakan gerakan Kesetaraan Sosial dengan

Data. Kegiatan yang diinisiasi HARA Dattabot Indonesia dan Universitas

Muhammadiyah Gresik mencanangkan semangat kedaulatan data dalam

manifesto berikut: 19

1) Kepemilikan data tetap dan sepenuhnya berada pada tangan penghasil data,

tidak ada monopoli data diantara sekelompok manusia, korporasi, maupun

institusi lainnya,

2) Adanya pengakuan atas hak kepemilikan bagi siapapun yang turut andil

dalam proses penciptaan dan pengumpulan data,

3) Meminta kepada Pemerintah Eksekutif dan Dewan Legislatif untuk

mengeluarkan perundang-undangan dan peraturan yang mendukung dan

memastikan semangat manifesto agar gerakan ini terwujud,

4) Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bergabung dan mendukung

gerakan ini demi kesetaraan dan keadilan bagi seluruh pihak.

Selain sisi ancaman ketimpangan sosial dan moral hazard dalam partisipasi

data, dunia juga mencatat sisi positif yang dapat menguatkan integritas manusia.

Industry 4.0 telah melahirkan Teknologi big data dan blockchain, teknologi

blockchain merupakan teknologi yang merevolusi cara internet, perbankan, dan

aplikasi tanpa server, bersifat terdisentralisasi dan transparansi, serta aman karena

setiap peristiwa yang tercatat dalam blockchain tidak dapat dirubah.5 Contoh dari

teknologi blockchain biasa digunakan dalam teknologi keuangan (financial

technology) seperti crowd funding, manajemen aset, e-money, asuransi, payment

gateway, sekuitas dan masih banyak lagi.6 Sehingga dengan adanya teknologi ini

telah memungkinkan revolusi transparansi dalam berbagai hal, dari wilayah

personal sampai publik.


19
Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), h. 86.
11

b. Robotik, Artificial Intellegent dan Pengangguran

Sejak revolusi industri 4.0 bergulir ada dua pihak yang merasa sangat

terganggu. Pertama, para pebisnis raksasa ritel dan transportasi. Kedua, para

pekerja rutin (buruh) atau pekerja dengan risiko tinggi yang pekerjaannya dapat

dikerjakan robot atau peralatan yang dikendalikan oleh artificial intellegent.

Menanggapi disrupsi pada raksasa ritel mengenai ketakutan akan datangnya

gelombang pengangguran oleh skema penjualan online, seperti disrupsi

perusahaan taksi oleh skema sharing seperti Uber, Grab dan Gojek. 20

Memasuki revolusi industri 4.0, Indonesia akan kehilangan 50 juta

peluang kerja. Sedangkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, berpikir

sebaliknya, revolusi industri 4.0 justru memberi kesempatan untuk Indonesia

berinovasi. Revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital dinilai

menguntungkan bagi Indonesia. Menurut penulis, hal ini selayaknya dipandang

sebagai peristiwa normal dalam setiap perubahan sosial. Penggunaan artificial

intellegent selain menghilangkan banyak pekerjaan juga menghasilkan pekerjaan

baru, khusus di UK, 7 juta pekerjaan hilang, tapi 7.2 juta pekerjaan baru muncul,

yang hilang adalah pekerjaan yang bersifat manual seperti teller bank, dan

pekerjaan baru yang tercipta adalah pekerjaan yang membutuhkan sentuhan

manusia, seperti perawatan kesehatan tidak bisa digantikan oleh mesin. 21

20
Hendri Hermawan Adinugraha, “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam”, Jurnal
Media Ekonomi & Teknologi Informasi 21, no. 1 (2016): h. 54-55.
21
Hendri Hermawan Adinugraha, “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam Terhadap
Perkembangan Teknologi Informasi”, h. 56.
12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari

sorotan etika. Tidak dapat disangkal bahwa sekarang ini etika bisnis mendapat

perhatian yang besar sampai menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Hadirnya etika

dalam dunia bisnis sangat diharapkan oleh semua pihak. Hal tersebut dikarenakan

semua orang ingin memperoleh perlakuan yang etis dalam melakukan transaksi

perdagangan. Pada prinsipnya, ajaran Islam tentang etika dalam bisnis merupakan

petunjuk bagi para pelaku bisnis untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, sesama

manusia, alam sekitar serta tidak pernah lalai untuk beribadah kepada Allah swt.

kecintaan terhadap bisnis tidak boleh melebihi kecitaan terhadap Allah swt. dan

Rasulullah saw.

B. Saran

Perkembangan ilmu teknologi dan informasi di era sekarang ini, tidak

dapat dihindari, justru harus menjadi alat dan media pengetahuan setiap individu

mencari ilmu baru dan menggunakan untuk perkembangan bisnis. Namun setiap

bisnis yang dijalankan melalui penjualan dan penawaran menggunakan sistem

teknologi dan informasi yang canggih harus tetap berdasarkan etika bisnis Islam

yang menjunjung tinggi prinsip kebajikan, pertanggungjawaban, kehendak bebas,

keadilan dan kesatuan dalam memperoleh keuntungan di dunia dan diakhirat.

12
13

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, Hendri Hermawan. “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam”.
Jurnal Media Ekonomi & Teknologi Informasi 21, no. 1 (2013).

Al-Alwani, Jabir, Taha, Bisnis Islam, Yogyakarta: AK Group, 2005.

Ardi, Mulia. “Diskrus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer”.
Jurnal An-Nisbah 1, No. 02, 2015.

Azis, Abdu. Etika Bisnis Perspektif Islam. Bandung: Alfabeta, 2013.

Badroen, Faisal. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006.

Beekun, Rafiq Issa. Islamic Business Eticht. Virginia: International In-situte of


islamis Thought, 1997.

Detik Finance, http://m.detik.com. Diakses pada 19 Januari 2019, Pukul 17.47


WITA.

Fauroni dan Lukman, Etika Bisnis dalam al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka


Pesantren, 2006.

Lukman, Fauroni. “Rekontruksi Etika Bisnis: Perspektif al-Qur’an”. Jurnal of


Islamic Economics 4, No. 1, 2003.

Mardani. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenamedia Group, 2014.

Muhammad. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan


YKPN, 2004.

Rasyak, Rizki. Pentingnya Bisnis di Era Globalisasi, dikutip dari laman:


http://rezkirasyak.blogspot,com/2012/04/pentingnya-bisnsi-di-era-
globalisasi. diakses pada 7 Januari 2019

Rivai, Veithzal. Islamic Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustala Utama, 2012.

Saifullah, Muhammad. “Etika Bisnis Islami dalam Praktek Bisnis Rasulullah”.


Jurnal Walisongo 1, No. 1, 2011.

Sjahdeini, Sutan Remi. Pertanggung Jawaban Etika Korporasi. Jakarta: Grafis


Pers, 2006.

Strategi Kesiapan Dunia Usaha Menghadapi Globalisasi Dunia di Era


Keterbukaan Teknologi Informasi, http://kompasiana.com. Diakses pada 7
Januari 2019.

Wibowo Widhianto,Wibowo Candra, E-Business: Teknologi dan Peluang Bisnis,


http://journal.binus.ac.id. Diakses pada 7 Januari 2019.
14

PENERAPAN ETIKA BISNIS DI ZAMAN DIGITAL

Makalah

Dipresentasikan pada seminar mata kuliah Etika Bisnis Syariah

Program Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Alauddin

Makassar

Oleh,

SYAHRUDDIN KADIR

NIM. 80500217014

Dosen Pemandu :
Dr. Syahruddin, M.Si.

Dr. H. Abdul Wahid Haddade, Lc., M.H.I

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
15

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Pokok Etika Bisnis Islam ......................................... 3

B. Penerapan Etika Bisnis Islam di Era Digital ..................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

Anda mungkin juga menyukai