PENDAHULUAN
Islam menempatkan nilai etika pada posisi yang tinggi, di mana sejarah
Islam telah mencatat bahwa Islam melalui Rasulullah saw. datang dengan
membawa misi memperbaiki moral dan etika kehidupan manusia. Dalam Islam,
makna etika dekat dengan makna akhlak. Etika atau akhlak sebagai cerminan
kepercayaan terhadap ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis Rasulullah
saw. Islam menjadi sumber nilai dan etika dalam segala aspek kehidupan manusia
spiritual ke dalam dunia bisnis. Hanya institusi atau perusahaan yang menerapkan
standar etika, yang terbukti lebih sukses dalam jangka panjang. Hal ini tidak lain
disebabkan karena etika bisnis mampu menciptakan reputasi yang bisa dijadikan
sebagai keunggulan bersaing, dan produk yang bagus mudah ditiru, tetapi reputasi
sebagai hasil dari penerapan etika akan sangat sulit untuk ditandingi.1
Berbagai nilai ajaran Islam yang menjadi dasar bagi perilaku dan praktek
2
bisnis dihadirkan untuk mengantisipasi kecenderungan negatif praktek bisnis.
Hal itu termasuk melaksanakan peran dengan baik sebagai suatu sumber daya
manusia yang penting di dalam sistem bisnis dalam organisasi. Sebagai seorang
manajer atau pebisnis profesional, akan jadi tanggung jawabnya untuk membuat
1
Taha Jabir al-Alwani, Bisnis Islam (Yogyakarta: AK Group, 2005), h. 5.
Mulia Ardi, “Diskrus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer”, Jurnal
2
1
2
Karena TI ibarat pisau bermata dua, legal dan ilegal, baik dan buruk, maka mau
konsumen baru. Untuk itu diambil kesimpulan bahwa suatu bisnis memiliki
hubungan yang sangat erat dengan perkembangan zaman di era globalisasi seperti
saat ini.4
Persoalan bisnis yang tengah terjadi saat ini menunjukkan perilaku dan
praktek bisnis minus moralitas. Perilaku bisnis korup, manipulatif dan unfairnss
jamak ditemui diberbagai lingkungan bisnis. Perilaku semacam ini tentu saja
merupakan perwujudan realitas hidup manusa tak urung menerima dampak dari
negativitas bisnis yang kerap mengalami penurunan moral di zaman digital ini.5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
Fauroni dan Lukman, Etika Bisnis dalam Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2006), h. 15.
4
Rizki Rasyak, Pentingnya Bisnis di Era Globalisasi, dikutip dari laman:
http://rezkirasyak.blogspot,com/2012/04/pentingnya-bisnsi-di-era-globalisasi. diakses pada 7
Januari 2019.
5
Mulia Ardi, Diskursus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer, h. 2.
3
BAB II
PEMBAHASAN
petunjuk bagi para pelaku bisnis untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, sesama
manusia, alam sekitar serta tidak pernah lalai untuk beribadah kepada Allah swt.
kecintaan terhadap bisnis tidak boleh melebihi kecitaan terhadap Allah swt. dan
Rasulullah saw.6
1. Kesatuan (unity)
aspek kehidupan yang sudah ditetapkan oleh Allah swt. pada batas-batas tertentu
atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada individu
meliputi bidang ekonomi, politik, sosial yang menjadi keraturan menyeluruh. Dari
konsep ini maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi dan sosial demi
membentuk kesatuan. Hal ini pula yang menjadikan etika dan bisnis untuk saling
Dalam dunia bisnis, Islam mengajarkan untuk selalu berbuat adil kepada
6
Veithzal Rivai, Islamic Marketing, (Jakarta: PT. Gramedia Pustala Utama, 2012), h. 98.
7
Lukman Fauroni, “Rekontruksi Etika Bisnis: Perspektif Al-Qur’an”, Jurnal of Islamic
Economics 4, No. 1 (2003), h. 100.
3
4
Pengertian adil ini diarahkan agar hak-hak orang lain, lingkunga sosial, alam
semesta dan juga hak Allah swt. beserta rasul-Nya dijadikan pedoman utama dari
mestinya yang sesuai dengan aturan syariah. Kesemibangan atau keadilan ini
keseluruhan harmoni alam semesta. Hukum dan tatanan yang terdapat di alam
dalam segala hal, tak terkecuali kebebasan ini sejatiya merupakan bagian penting
dalam etika bisnis, akan tetapi kebebasan yang diajarkan dalam Islam adalah
kehidupannya sendiri sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga dalam hal ini
manusia di dorong untuk aktif berkarya dan bekerja dengan mengerahkan segala
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil. Kebebasan tiap
swt. tanpa adanya perantara apapun. Ampunan harus diminta sendiri secara
8
Ariza Fuadi, Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami, Jurnal
Az Zarqa 5, No. 2 (2013), h. 89., h. 89.
9
Ariza Fuadi, Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami”, h. 89.
5
individulah yang paling utama dan bukan komunitas, masyarakat ataupun bangsa.
Tidak ada satu komunitas atau bangsa yang bertanggungjawab di depan Allah swt.
secara individual.10
organisasi tentunya dari setiap pelaku organisasi dan stakeholders lain dalam
5. Kebajikan (Benevolence)
manfaat kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan
perbuatan tersebut. dalam bisnis, yang termasuk sebagai kebajikan adalah sikap
antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi dan kerjasama bisnis. Hal ini
bisnis. Dengan prinsip kebajikan ini maka etika bisnis Islam dapat menjaga
kerjasama bisnis. Bahkan dengan sikap persaudaraan tanpa adanya kerugian dan
penyesalan.11
kegiatan bisnis, melakukan bisnis dengan baik dan benar, serta menciptakan
kreativitas (inovasi) baru atau nilai baru. Teknologi informasi menjadi keunggulan
10
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), h. 100-101.
11
Beekun, Rafiq Issa, Islamic Business Eticht (Virginia: International In-situte of islamis
Thought, 1997), h, 28.
6
Penggunaan teknologi tidak hanya dimonopoli perusahaan skala besar saja karena
mengatakan ukuran pengusaha yang sukses bisa dilihat dari ukuran kantornya
yang besar dan tinggi. Bisnis saat ini memang banyak yang mengadalkan
teknologi demi terciptanya sistem yang baik. Sistem yang dimaksud artinya akur
Dalam setiap usaha bisnis diharapkan tidak ada sistem yang membedakan
antara yang kaya dan miskin, karena menurut etika bisnis hal itu akan menjadi
memberikan suatu hasil dari proses eksplorasi dan interprestasi dari nilai-nilai
dasar Al-Qur’an, yang lebih baik. Upaya pembentukan dalam membangun sistem
bisnis yang Islami ini diharapkan akan membawa dampak bagi terciptanya satu
proses bisnis Islami yang menunjunjung tinggi nilai etika, serta mampu
Islami dengan tujuan yang mengarah pada budaya berbisnis yang benar-benar
12
Candra Wibowo Widhianto, E-Business: Teknologi dan Peluang Bisnis,
http://journal.binus.ac.id. Diakses pada 7 Januari 2019, h. 23.
13
Detik Finance, http://m.detik.com. Diakses pada 19 Januari 2019, Pukul 17.47 WITA.
14
Ariza Fuadi, “Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami”, h.
90.
15
Richard Mason, Ethic Performance Bussiness (Zwass, 1998), h. 124.
7
dari pengaksesan oleh orang lain yang memang tidak diberi ijin untuk
informasi adalah pada kasus seorang manajer pemasaran yang ingin mengamati
b. Akurasi, terhadap informasi merupakan factor yang harus dipenuhi oleh sebuah
menarik kembali cek pensiun sebesar $672 dari rekening banknya. Mengingat
prinsip etika bisnis Islam mengenai prinsip kesatuan dengan cara menjadikan
c. Properti, Perlindungan terhadap hak property yang sedang digalakkan saat ini
d. Hak cipta adalah hak yang dijamin oleh kekuatan hokum yang melarang
diberikan kepada pencipta buku, artikel, rancangan, ilustrasi, foto, film, musik,
perangkat lunak, dan bahkan kepingan semi konduktor. Hak seperti ini mudah
20 tahun. Sejalan dengan prinsip etika bisnis Islam yaitu prinsip kebajikan
dengan memberikan manfaat bagi orang lain dan dapat menjaga terhadap
bisnis.
intelektual melalui lisensi atau kontrak. Pada lisensi perangkat lunak, seseorang
g. Akses. Fokus dari masalah akses adalah pada penyediaan akses untuk semua
meningkat pesat. Sejarah mencatat lompatan produksi terjadi pada tiga kali
1.0, dimulai saat James Watt menemukan mesin uap pada abad ke-18 di Inggris.
Revolusi Industri Generasi kedua atau Industrial Revolution 2.0, ditandai dengan
terbang, dan lainnya yang secara signifikan mengubah wajah dunia serta
membentuk aktivitas kehidupan manusia yang lebih modern. Pada era inilah
model manajemen produksi line mulai diterapkan yang memicu produktifitas luar
biasa. Revolusi Industri Generasi Ketiga atau Industrial Revolution 3.0, dimulai
tahun 1969, ditandai dengan kemunculan era teknologi digital dan internet.
Informasi menjadi hal yang vital pada era ini serta menentukan berbagai
perubahan di dunia. 16
awalnya diminta oleh pemerintah German untuk menerapkan internet for dan of
everything, big data, cloud, artificial intellegent, robotic, nano technologi dan
dunia maka topik revolusi Industri 4.0 dibawa dalam World Economic Forum
tahun 2016. Adanya revolusi industri 4.0 sudah membentuk ekosistem baru bagi
dunia. Sekali lagi dunia sudah nyata-nyata berubah, mau tidak mau, suka tidak
suka, era baru ini akan semakin intensif dan ekstensif masuk dalam kehidupan. 17
Dalam praktek bisnis ada beberapa point dari aspek industri 4.0 yang
berkelanjutan: 18
Mulia Ardi, “Diskrus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer”, h. 42.
16
17
Ariza Fuadi, Etika Bisnis dan Upaya Membangun Budaya Berbisnis yang Islami, h.
103.
18
Sutan Remi Sjahdeini, Pertanggung Jawaban Etika Korporasi (Jakarta: Grafis Pers,
2015), h. 121.
10
manifesto berikut: 19
1) Kepemilikan data tetap dan sepenuhnya berada pada tangan penghasil data,
institusi lainnya,
2) Adanya pengakuan atas hak kepemilikan bagi siapapun yang turut andil
Selain sisi ancaman ketimpangan sosial dan moral hazard dalam partisipasi
data, dunia juga mencatat sisi positif yang dapat menguatkan integritas manusia.
Industry 4.0 telah melahirkan Teknologi big data dan blockchain, teknologi
aplikasi tanpa server, bersifat terdisentralisasi dan transparansi, serta aman karena
setiap peristiwa yang tercatat dalam blockchain tidak dapat dirubah.5 Contoh dari
gateway, sekuitas dan masih banyak lagi.6 Sehingga dengan adanya teknologi ini
Sejak revolusi industri 4.0 bergulir ada dua pihak yang merasa sangat
terganggu. Pertama, para pebisnis raksasa ritel dan transportasi. Kedua, para
pekerja rutin (buruh) atau pekerja dengan risiko tinggi yang pekerjaannya dapat
perusahaan taksi oleh skema sharing seperti Uber, Grab dan Gojek. 20
baru, khusus di UK, 7 juta pekerjaan hilang, tapi 7.2 juta pekerjaan baru muncul,
yang hilang adalah pekerjaan yang bersifat manual seperti teller bank, dan
20
Hendri Hermawan Adinugraha, “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam”, Jurnal
Media Ekonomi & Teknologi Informasi 21, no. 1 (2016): h. 54-55.
21
Hendri Hermawan Adinugraha, “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam Terhadap
Perkembangan Teknologi Informasi”, h. 56.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepanjang sejarah kegiatan perdagangan atau bisnis tidak pernah luput dari
sorotan etika. Tidak dapat disangkal bahwa sekarang ini etika bisnis mendapat
perhatian yang besar sampai menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Hadirnya etika
dalam dunia bisnis sangat diharapkan oleh semua pihak. Hal tersebut dikarenakan
semua orang ingin memperoleh perlakuan yang etis dalam melakukan transaksi
perdagangan. Pada prinsipnya, ajaran Islam tentang etika dalam bisnis merupakan
petunjuk bagi para pelaku bisnis untuk berbuat baik pada dirinya sendiri, sesama
manusia, alam sekitar serta tidak pernah lalai untuk beribadah kepada Allah swt.
kecintaan terhadap bisnis tidak boleh melebihi kecitaan terhadap Allah swt. dan
Rasulullah saw.
B. Saran
dapat dihindari, justru harus menjadi alat dan media pengetahuan setiap individu
mencari ilmu baru dan menggunakan untuk perkembangan bisnis. Namun setiap
teknologi dan informasi yang canggih harus tetap berdasarkan etika bisnis Islam
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hendri Hermawan. “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam”.
Jurnal Media Ekonomi & Teknologi Informasi 21, no. 1 (2013).
Ardi, Mulia. “Diskrus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis Kontemporer”.
Jurnal An-Nisbah 1, No. 02, 2015.
Rivai, Veithzal. Islamic Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustala Utama, 2012.
Makalah
Makassar
Oleh,
SYAHRUDDIN KADIR
NIM. 80500217014
Dosen Pemandu :
Dr. Syahruddin, M.Si.
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12