Anda di halaman 1dari 18

Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi

Lestia Nurhasan
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor
Email : lestianurhasan9@gmail.com

Rachmad Risqy Kurniawan


Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Qur’an, Bogor
Email : rah.rizqy@gmail.com

Abstract: This study aims to get to know more about a commerce that will not lose
money. The objective used is commerce that will not lose but be profitable for the
person doing the commerce. The results of the study show that in this day and age,
many people who do business only care about quality or it can be called as only
concerned with the world.They do not think about doing business to get His reward and
pleasure, but nowadays many people who trade are crazy about money so that they
justify everything. While the commerce that is recommended in Islam is a commerce
in which no one loses to each other, holds the principles of commerce in Islam and is
accompanied by the intention to get His pleasure. The results of the research from the
perspective (Surat Fathir verse 29) of a business that will not lose money. There are
only three that Allah mentions in (Surat Fathir verse 29), namely: Reading the Qur'an
(HR. Tirmidhi), upholding prayer (Surah Al-Ankabut verse 45) and spending in the
way of Allah (Surat Saba 'verse 39).
Keywords: Commerce in Islam, Commerce that will not lose money
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengenal lebih dalam perniagaan yang tidak
akan merugi. Objektif yang digunakan ialah perniagaan yang tidak akan merugi tetapi
menguntungkan bagi orang yang melakukan perniagaan tersebut. Hasil penelitian
bahwa pada zaman sekarang ini, banyak sekali orang yang berniaga hanya
mementingkan kualiatas saja atau bisa disebut dengan mementingkan duniawinya saja.
Mereka tidak memikirkan berniaga untuk mendapatkan pahala dan ridha-Nya, tetapi
pada zaman sekarang sudah banyak orang yang berniaga tergila-gila dengan uang
sehingga menghalalkan segala sesuatu. Sedangkan perniagaan yang dianjurkan di
dalam islam ialah, perniagaan yang dimana tidak ada yang rugi satu sama lain,
memegang prinsip perniagaan dalam islam dan disertai dengan niat untuk mendapatkan
ridhaNya. Hasil penelitian dari perspektif (Surat Fathir ayat 29) perniagaan yang tidak
akan merugi. Hanya ada tiga yang Allah sebutkan dalam (Surat Fathir ayat 29), yakni :
Membaca Al Quran (HR. Tirmidzi)., menegakkan shalat (QS. Al-Ankabut ayat 45) dan
berinfak di jalan Allah (Surat Saba' ayat 39).
Kata Kunci : Pernigaan dalam islam, Perniagaan yang tidak akan merugi

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Pendahuluan

Islam adalah agama yang paling sempurna, dan salah satu agama yang di ridhai
oleh Allah subhanahu wataala. Islam mengatur umatnya dengan sangat baik, termasuk
dari aspek (hablum minannas) atau yang sering kita dengar dan digambarkan sebagai
perniagaan. Di dalam islam perniagaan sangat mulia, perniagaan adalah pekerjaan yang
paling utama dan perniagaan adalah pekerjaan yang paling baik.
Perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa berdasarkan
kesepakatan satu sama lain, pada zaman dulu perniagaan tersebut dinamakan barter
yaitu tukar menukar barang tetapi di zaman sekarang (modern) perniagaan melakukan
uang. Perniagaan sudah ada sejak zaman Nabi, bahkan Nabi dan para sahabat berprofesi
sebagai pedagang. Jadi, tidak ada alasan untuk kita tidak menyukai atau membenci
pekerjaan sebaik-baiknya pekerjaan atau disebut perniagaan.
Perniagaan adalah jantung semua orang, yang kaya atau yang miskin, yang
terkenal atau tidak terkenal sama sekali, orang penting atau tidak penting perniagaan
tersebut adalah penjamin kehidupan semua orang. Perniagaan banyak sekali jenisnya,
yaitu kepemilikan tunggal, rakan kongsi, syarikat sendirian berhad, perkongsian
liabiliti terhad. Begitu pun di dalam islam, perniagaan jual beli barang yang kelihatan,
jual beli yang disebutkan sifat–sfat nya dalam janji dan jual beli benda yang tidak ada.
Dan yang lebih istimewa, di dalam islam adanya perniagaan yang bersifat tidak akan
rugi atau bisa di sebut perniagaan akhirat dan bisnis dengan Allah subhanahu wataala.
Bisnis yang dimana kita tidak akan merasakan kerugian sedikit pun melainkan
sebaliknya, akan mengahasilkan keuntungan yang sangat berlipat ganda. Tidak hanya
untuk dunianya saja tetapi untuk akhirat juga.
Ironisnya, pada zaman sekarang ini banyak sekali orang yang melakukan
perdagangan atau muamalah hanya untuk duniawi saja. Mereka melakukan segala cara
untuk duniawi,sedangkan mereka hanya melakukan seadanya saja untuk akhirat. Di
dalam islam itu sendiri, perniagaan tidak hanya sekedar muamalah. Tetapi adanya
prinsip perniagaan, yang dimana prinsip tersebut menjauhkan kita dari riba yaitu
pekerjaan yang Allah larang. Tetapi mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan
kualitas dagangan mereka, karna pada hakikatnya seorang pedagang tidak ingin adanya
kerugian di dalamnya. Tetapi, sebuah muamalah itu tidak bisa jauh dari dua kata yaitu
keuntungan dan kerugian. Sesempurna apapun cara kita agar tidak ada kerugian
tersebut,hanya Allah yang berhak atas segalanya.
Banyak sekali orang yang menghalalkan segala cara untuk duniawinya. Sampai
mereka lupa kepada siapa yang memberi semua nikmat tersebut, menjadi lalai terhadap
kewajibannya dikarnakan gila akan harta dan gila akan dunia. Orang yang sangat
mencintai hartanya ialah orang yang berlebihan, Allah taala berfirman dalam (Surat Al-
‘Adiyat/100:8) "Dan sesungguhnya cinta kepada harta benar-benar berlebihan". Allah
tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.
Maka, untuk kita mengetahui apa itu perniagaan yang kekal atau bagi yang
melakukannya tidak akan merasakan kerugian, kita tidak akan jauh dari Allah karna
fokus akan dunia (harta) dan tidak lalai terhadap kewajiban yang harus dilakukan.
Sebagai umat islam, kita tetap merujuk kepada Al-Qur'an dan Sunnahnya yang menjadi
petunjuk kehidupan untuk mencapai kesuksesan abadi.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Allah subhanahu wataala menamakan perniagaan akhirat ini adalah amalan
saleh, lahir dan batin untuk mencapai ridhaNya dan meraih keuntungan beberapa kali
lipat untuk akhiratnya. Menunjukkan bahwa seseorang yang menyibukkan dirinya
sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wataala dan memperbaiki
dirinya maka disebut dengan perniagaan dengan Allah subhanahu wataala. Karna
ketika kita melakukan suatu kebaikan tersebut dengan berniat untuk mendapatkan
RidhaNya maka Allah subhanahu watala akan membalas dengan beberapa kali lipat
dari perkara tersebut, itulah alasan kenapa amalan shaleh tersebut disamakan dengan
"perniagaan".
Perniagaan akhirat atau perniagaan yang tidak pernah rugi yaitu ada tiga
macam, Allah subhanahu wataala berfirman dalam kitabNya (Surat Fathir ayat 29)
yang artinya : "Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-
Qur’an), mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” Syaikh ‘Abdur
Rahman as-Sa’di berkata, “(Inilah) perniagaan yang tidak akan merugi dan binasa,
bahkan (inilah) perniagaan yang paling agung, paling tinggi dan paling utama, (yaitu)
perniagaan (untuk mencari) ridha Allah, meraih balasan pahala-Nya yang besar, serta
keselamatan dari kemurkaan dan sisaan-Nya. Ini mereka (raih) dengan mengikhlaskan
(niat mereka) dalam mengerjakan amal-amal (shalih) serta tidak mengharapkan tujuan-
tujuan yang buruk dan rusak sedikitpun.(As-Sa’idi, Abdu ar- Rahman Ibn Nasir, 1997)
Perniagaan yang paling mulia dan paling mahal karna susah untuk membelinya
atau medapatkannya, ialah perniagaan surgaNya (perniagaan akhirat / perniagaan yang
tidak akan merugi). Hanya mereka (pembeli berkelas) yaitu orang yang selalu
mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wataala dan berserah diri hanya
kepadaNya yang dapat membelinya, karna setiap adanya pengorbanan yang tinggi dan
besar akan menghasilkan sesuatu yang tinggi dan besar juga.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalah menjadi beberapa diantaranya :
1. Apa itu perniagaan secara umum?
2. Bagaimana perniagaan di dalam islam?
3. Apa itu pernigaan yang tidak akan habis?
Jenis penelitian ini adalah metode tematik (maudhu'i) yaitu Metode
tafsirmaudhu'i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al-Qur'an dengan
cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur'an yang mempunyai tujuan yang satu, yang
bersama-sama membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa
turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian pemperhatikan ayatayat
tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan-
hubungannya dengan ayatayat yang lain, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum.
Penulis menggunakan metode penelitian (maudhu'i) yang merujuk kepada tafsir
Ibnu Katsir, tafsir Jalalain, tafsir Al-Muyasar. Ada pun penulis ambil dari beberapa
referensi yaitu:
1. Faidhul Qadhir Syarh Al-Jami' Ash-Shogir juz 22, karya Imam Abdurrouf Al-
Munawi

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


2. Tijaratan Lan Tabur. Perniagaan Tiada Rugi, karya Haji Lalu Ibrahim M.T
3. Harta Haram Muamalat Kontemporer, karya Dr. Erwandi Tarmidzi

Pembahasan

A. Tafsir Surat Fathir Ayat 29


Dalam perniagaan ada kalanya dimana ketika mendapatkan keuntungan dan
adakalanya ketika mendapatkan kerugian, semua orang pasti menginginkan
keuntungannya saja tidak dengan kerugiannya. Tetapi ada perniagaan yang tidak akan
rugi ketika melakukannya, berikut penjelasannya dalam QS. Fathir : 29
ۡ ِ‫إِ َّن ٱلَّ ِذين ي ۡت لُو َن ك‬
‫ٱلصلَ ٰوةَ َوأَن َف ُقواْ ِِمَّا َرَزق ٰن َُه ۡم ِسرٗا َو َع ََلنِيَةٗ يَ ۡر ُجو َن ِ ٰتََرةٗ لَّن‬
َّ ْ‫ٱَّللِ َوأَقَ ُاموا‬
َّ ‫َب‬َ ‫ت‬
ٰ ََ
‫تَبُور‬
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur`ān),
mendirikan salat, dan menginfakkan Sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perdagangan yang tidak akan rugi. (QS. Fatir (35): 29).
Beraneka ragam penafsiran dari para ahli tafsir, yaitu:
Pertama, tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut QS. Fatir
ayat 29 Allah Ta’ala mengabarkan kepada para hamba-Nya yang beriman, yang
senantiasa membaca kitab-Nya, mengimaninya, dan mengamalkan apa yang
terkandung di dalamnya, lalu hamba tersebut menegakkan salat, menginfakkan
sebagian rezeki yang telah Allah karuniakan pada hal-hal yang disyari’atkan baik di
waktu malam maupun siang, dan baik secara diam-diam maupun terang-terangan,
bahwa hamba tersebut sungguh telah mengharapkan perniagaan yang tidak akan pernah
rugi.(Ismail Ibnu Katsir Ad-Damasyqi, 2000)
Dari ayat dan tafsirnya, menjelaskan bahwa Allah menyebutkan perniagaan
yang ketika dilakukan tidak akan pernah merasa rugi. Yaitu tiga amalan saleh, pertama
membaca al-Qur’an. Kedua, melaksanakan (menegakkan) salat. Ketiga, menginfakkan
sebagian rezeki baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Tiga amalan saleh atau
diumpamakan sebagai perniagaan yang tidak akan rugi tersebut, akan menguntungkan
bagi siapa saja yang melakukannya. Tidak merasa rugi akan tetapi merasakan
keuntungan di dunia ataupun di akhirat, dan yang dimaksud dengan "mengharapkan
perniagaan yang tidak akan rugi" yaitu mereka yang ketika melakukannya hanya
samata-mata mengharap ridha-Nya dan pahala disisi Allah. Semakin tinggi harapan
atau niat baik, maka semakin tinggi pula balasannya dan semakin tinggi kedudukan kita
di sisi Allah.
Kedua, tafsir Jalalain menjelaskan bahwa (Sesungguhnya orang-orang yang
selalu membaca) lalu mempelajari (kitab Allah dan mendirikan shalat) yakni mereka
melaksanakannya secara rutin dan memeliharanya, (dan menafkahkan sebagian dari
rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan)

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


berupa zakat dan lain-lainnya (mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi) tidak akan bangkrut sama sekali.(Jalaludin As-Suyuti, 1505)
Ketiga, tafsir Al-Muyasar menjelaskan bahwa Sesungguhnya orang-orang yang
membaca al-Qur’an dan mengamalkannya, menjaga shalat pada waktunya,
menafkahkan dari apa yang Kami rizkikan kepada mereka dengan berbagai bentuk
nafkah, baik yang wajib maupun yang dianjurkan, secara rahasia dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan dengan itu sebuah perniagaan yang tidak merugi dan tidak
binasa, yaitu ridha Allah kepada mereka, keberuntungan meraih pahalaNya yang
agung, Agar Allah memberikan pahala amal kebaikan mereka secara sempurna tanpa
dikurangi, dan melipatgandakan kebaikankebaikan dari karuniaNya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun terhadap keburukan-keburukan mereka, juga Maha membalas
dengan kebaikan-kebaikan mereka dan memberi mereka balasan yang besar.(al-Qarni,
2008)

Mereka adalah orang sebaik-baiknya orang yang mengamalkan ilmunya dan


berbuat baik, melakukan perniagaan yang tidak akan rugi tetapi mendapatkan pahala
yang berlipat ganda dari Allah.

B. Perniagaan Secara Umum


Perniagaan merupakan bentuk dari organisasi yang diiktiraf dan sah sebagai
penyedia perkhidmatan atau barang, atau keduannya, kepada pelanggan, perniagaan
serta entiti kerajaan. Perniagaan merupakan ekonomi kapitalis yang paling utama.
Banyak perniagaan merupakan milik persendirian. Satu perniagaan lazimnya
dibentuk agar dapat mencari keuntungan yang akan menambah kekayaan pemiliknya
dan membesarkan perniagaan itu dengan sendirinya. Pengendali dan memiliki suatu
perniagaan memiliki satu daripada objektif utama yaitu penjanaan atau penerimaan satu
pengambilan kewenangan didalam pertukaran bagi kerja dan penerimaan resiko.
Pengecualian penting termasuk perusahaan kerjasama dan perusahaan milik negara.
Perniagaan juga boleh dibentuk agar menjadi tanpa keuntungan atau berubah menjadi
perusahaan milik negara.
Sebuah istilah “perniagaan” memiliki sedikit-dikitnya tiga kegunaan,
bergantung terhadap ruang lingkup satu pemakaian (di atas) bermaksud perbedaan,
pemakaian umum sebagai rujukan terhadap sktor pasaran yang tertentu, seperti bentuk
gabungan seperti agribuiness dan “perniagaan muzik”. Bagaimanapun, perniagaan
yang tepat, seperti lainnya didalam falsafah perniagaan, merupakan salah satu hal yang
rumit atau istilah yang diperdebatkan.(Aris Kurniawan, 2022)

C. . Perniagaan Dalam Islam

1. Pengertian dan Anjuran Perniagaan


Perniagaan adalah salah satu bentuk muamalah yang kegiatannya yaitu tukar
menukar barang, tetapi adanya kesepakatan diantara keduanya baik itu penjual atau
pembelinya. Agar tidak ada yang rugi di pihak manapun, tetapi saling menguntungkan
satu sama lain itu yang disebut perniagaan. Perniagaan juga adalah salah satu aktivitas
yang banyak diminati oleh orang, yang dimana perniagaan ini menjadi jantung

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


kehidupan bagi semua orang. Yang dimana banyak orang yang percaya bahwa
perniagaan tersebut adalah tuan di atas tuan lainnya, yaitu sesuatu yang bisa
menghidupi semua orang. Maka dari itu banyak sekali yang berjuang keras demi
perniagaan tersebut.
Dalam islam perniagaan sangat dianjurkan oleh Rasulullah, Rasulullah adalah
panutan bagi seluruh umatnya contohnya dalam hal ibadah, prilaku, sabar, sopan
santun, perjuangan dan khususnya dalam bermuamalah. Rasululah sangat memegang
prinsip kejujurann, amanah, dan sangat profesional dalam berdagang. Yang dimana
prinsip Rasullah harus menjadi prinsip di dalam perniagaan, sehingga dengan prinsip
tersebut banyak orang yang nyaman dan percaya dengan muamalah tersebut.
Di dalam Alquran ada sejumlah ayat yang menjelaskan dianjurkannya
perniagaan, salah satunya yaitu Allah berfirman dalam QS.Al-Baqarah:267
ٌۗ ِ ِ
‫اعةٌ َوالْ ٰك ِف ُرْو َن‬ ِِ ِ ِ
َ ‫اَيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمنُ ْْٓوا اَنْف ُق ْوا ِمَّا َرَزقْ ٰن ُك ْم م ْن قَ ْب ِل اَ ْن ََّّيِِْتَ يَ ْوٌم ََّّل بَْي ٌع فْيه َوََّل ُخلَّةٌ َّوََّل َش َف‬
‫ُه ُم ال ٰظلِ ُم ْو َن‬
" Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada
lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang
zalim".
ٌۗ ِ
.....‫الربٰوا‬ ‫َواَ َح َّل ٰاَّللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم‬
''... padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,'' (QS.
Al-Baqarah ayat 275).
Rasulullah adalah seorang pedagang begitupun para sahabat adalah seorang
pedangang, sudah sangat jelas bahwa perniagaan adalah suatu pekerjaan yang sangat
dianjurkan. Karna dengan perniagaan tersebut rizki kita akan menjadi luas seluas-
luasnya.
2. Keutamaan Perniagaan
Pertama, berniaga adalah sebaik-baiknya pekerjaan. S embilan dari sepuluh
pintu rezeki ada dalam perniagaan, berniaga adalah sebaik-baiknya pekerjaan diantara
pekerjaan yang lain. Dari Rafi’in bin Khadij ra. ia berkata : Ada seseorang yang
bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?” Lalu
Rasulullah menjawab:

‫الر ُج ِل بِيَ ِدهِ َوُك ُّل بَْي ٍع َم ْْبُوٍر‬


َّ ‫َع َم ُل‬
“Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap jual
beli yang mabrur (baik)”. (HR. Al- Baihaqi dan Al Hakim; shahih lighairihi)
Hadits tersebut menjelaskan bahwasannya Rasulullah mengatakan perniagaan
adalah sebaik-baiknya pekerjaan diantara pekerjaan yang lain. Yang dimaksud
perniagaan tersebut adalah perniagaan yang halal dan benar menurut islam, sesuai etika
dan prinsip perniagaan atau jual beli dalam islam. Karna penghasilan yang di dasari
dengan cara yang halal ialah sebaik-baiknya penghasilan, penghasilan yang dihasilkan

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


dari cara yang halal akan menjadi sebuah pahala yang istimewa. Dari Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:

‫إن أطيب الكسب كسب التجار الذي إذا حدثوا مل يكذبوا و إذا ائتمنوا مل خيونوا و إذا وعدوا‬
‫اشرتوا مل يذموا و إذا ابعوا مل يطروا و إذا كان عليهم مل ميطلوا و إذا كان هلم مل يعسروا‬.‫مل خيلفواو إذا‬
“Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang
mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila
berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak
berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang tidak menundanunda
pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang
kesulitan.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi)
Kedua, menjalin silaturahmi dan menjaga silaturahmi. Di dalam islam
menyambung tali silaturahmi atau menjaga tali persaudaraan adalah wajib.
Sebagaimana hadist berikut ini, Rasulullah SAW. bersabda : "Barang siapa yang senang
diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung
hubungan tali silaturahmi.”
Ketiga, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Menambah wawasan tidak
perlu harus belajar di sekolah atau selalu membaca buku. Di dalam perniagaan dapat
menambah wawasan baru dan ilmu pengetahuan, dikarnakan kita bertemu dengan
banyak orang yang dimana sifat,watak,wawasan yang berbeda dari sanalah kita
mendapatkan semua itu
Keempat, meningkatkan perekonomian. Orang yang melakukan perniagaan
akan mendapatkan penghasilan lebih disbanding pekerjaan yang lainnya, tetapi tetap
dengan cara yang baik yang telah islam ajarkan.
Kelima, diberikan keberkahan. Dari Hakim bin Hizam ra., Rasulullah SAW.
bersabda :
“Penjual dan pembeli, keduanya bebas memilih selagi belum berpisah. Maka
jika keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada
bisnis keduanya. Namun jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah
keberkahan jual beli tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksud hadis diatas adalah, seseorang yang berniaga dengan cara yang benar
yaitu jujur dan sesuai syariat islam maka keduanya (pembeli dan penjual) mendapat
keberkahan dari perniagaan atau jual beli tersebut. (Khanza Safitra, t.t.)
3. Prinsip Perniagaan
Berdagang bukan hanya sekedar berdagang, tapi tetap melakukan prinsip
perniagaan di dalam islam. Agar apa yang dikerjakan akan menjadi berkah dan di ridhai
oleh Allah, tidak hanya focus mengejar duniawinya saja tetapi harus mengejar juga
akhiratnya. Karna kehidupan yang kekal itu di akhirat, dan hanya pahala yang
dilakukan selama di dunia menjadi tameng bagi diri sendiri. Hasil penelitian
menyatakan bahwa perniagaan menurut Islam untuk muamalah kontemporer terdiri
dari tujuh prinsip berikut prinsip perniagaan dalam islam :
a. Hukum asal setiap perniagaan adalah halal
Dari Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


َ َ‫ َوَما َُيََّرُم َعلَ َّي ق‬، ‫وعا فَ َما ََِي ُّل ِِل ِمْن َها‬ ِ َ ‫َي رس‬
َ ْ‫ فَإِذَا ا ْش َرتَي‬: ‫ال‬
، ‫ت بَْي ًعا‬ ً ُ‫ إِِِن أَ ْش َِرتي بُي‬، ‫ول هللا‬ َُ َ
َ ِ‫فََلَ تَبِ ْعهُ َح ََّّت تَ ْقب‬.
ُ‫ضه‬
“Wahai Rasulullah, saya sering melakukan jual beli, apa jual beli yang halal dan
yang haram? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wahai anak saudaraku! Bila
engkau membeli sebuah barang janganlah engkau jual sebelum barang tersebut engkau
terima.’” (HR. Ahmad, 3:402. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
sahih dilihat dari jalur lainnya, secara sanad hadits ini hasan).
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya menjelaskan hal-hal yang
diharamkan dalam jual beli padahal beliau ditanya tentang kaidah-kaidah halal dan
haram dalam jual beli, hal ini dapat dipahami bahwa pada dasarnya setiap jual beli,
hukumnya boleh kecuali terdapat larangan dalam akad tersebut.(Dr. Erwandi Tarmidzi,
2012)

Berdasarkan qiyas, manusia sangat membutuhkan jual beli atau perniagaan


karna adanya ketergantungan satu sama lain. Hal itu akan diperoleh dengan timbal
balik, jadi hukum jual beli itu halal. Namun bisa keluar dari hukum asal jika keluar dari
syariat.(Husain Bin Audah Awaysasyah, 1973)
b. Memudahkan orang lain
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ َ‫ َوإِذَا اقْ ت‬، ‫ َوإِذَا ا ْش َرتَى‬، ‫ع‬


‫ضى‬ َّ ‫َرِح َم‬
َ ‫اَّللُ َر ُجَلً َسَْ ًحا إِذَا َاب‬
“Semoga Allah merahmati seseorang yang bersikap mudah ketika menjual,
ketika membeli dan ketika menagih haknya (utangnya).” (HR. Bukhari no. 2076)
Hadist diatas menjelaskan, bahwa setiap jual beli yang diberkahi adalah jual
beli yang didalamnya terdapat pahala yang Allah berikan. Jual beli yang tidak ada
kebohongan didalamnya, perniagaan yang tidak ada unsur penghianatan dan
perniagaan yang tidak hanya sepihak yang merasakan keuntungan.(Imam Abdurrouf Al-
Munawi, 2010)

c. Kejelasan status
Islam melarang jual beli yang mengandung unsur ketidak jelasan didalamnya,
karna dengan hal itu akan terjadi jual beli yang tidak sesuai syariat. Sahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu meriwayatkan:

‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ََن َى َع ْن بَْي ِع الْغََرِر‬


َ ‫َّن النَِِّب‬
“Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihgi wa sallam melarang jual beli gharar
(tidak jelas statusnya).” [Riwayat Muslim hadits no. 3881]
Ibnu Rusyd al-Maliki lebih terperinci menegaskan, “Diantara akad jual beli
yang terlarang ialah berbagai jenis akad jual beli yang berpotensi menimbulkan
kerugian pada orang lain, karena adanya ketidakjelasan status.

d. Tidak merugikan masyarakat banyak

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Kejujuran adalah suatu sikap yang harus kita tanamkan dalam diri kita,
termasuk dalam jual beli. Jangan sampai jual beli atau perniagaan yang dilakukan tidak
ada unsur syariatnya, karna dengan hal itu bisa menghilangkan pahala dan keberkahan
didalamnya.
e. Niat seseorang mempengaruhi hukum transaksi
Manusia tidak luput dari kesalahan, iman yang terkadang naik dan turun. Tetapi
hanya kita yang bisa mengontrolnya, jangan sampai niat berniaga hanya untuk Allah
dan mencapai ridhaNya berganti menjadi untuk duniawi semata.
Pemenuhan prinsip perniagaan menurut fiqih muamalah menentukan hukum
berbagai jenis perniagaan pada muamalah kontemporer yang kompleks saat ini.
Pemahaman dan pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam perniagaan menjadi hal
penting agar apa yang diupayakan dalam muamalah menjadi jalan untuk kesejahteraan
di dunia dan kebahagiaan di akhirat.(Novingky Ferdinand, 2021)

D. Perniagaan yang Tidak Akan Merugi


Semua orang pasti mengetahui, memahami dan menguasai apa itu perniagaan.
Tetapi tidak semua orang tau, bahwa perniagaan tidak hanya jual beli saja atau tukar
menukar barang. Tetapi ada perniagaan yang dimana kita tidak akan merasa rugi
terhadapnya, perniagaan yang tidak hanya menguntungkan kita didunia saja tetapi
menguntungkan kita diakhirat kelak. Allah Swt menamakan perniagaan tersebut adalah
perniagaqan akhirat, yang dimana amalan shalih secara lahir dan batin yang telah
disyariatkanNya untuk mendapatkan ridhaNya dan mendapatkan kebaikan yang kekal
di dunia dan akhirat.
Di dalam surat Fathir ayat 29, Allah menyebutkan perniagaan yang tidak akan
mengalami kerugian atau perniagaan yang Ketika kita melakukannya akan
mendapatkan keuntungan yang kekal. Allah Swt berfirman:
ۡ ِ‫إِ َّن ٱلَّ ِذين ي ۡت لُو َن ك‬
‫ٱلصلَ ٰوةَ َوأَن َف ُقواْ ِِمَّا َرَزق ٰنَ ُه ۡم ِسرٗا َو َع ََلنِيَةٗ يَ ۡر ُجو َن ِ ٰتََرةٗ لَّن‬
َّ ْ‫ٱَّللِ َوأَقَ ُاموا‬
َّ ‫ب‬ َ ٰ
‫ت‬
َ ََ
‫ور‬
َ ُ‫تَب‬
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur`ān),
mendirikan salat, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perdagangan yang tidak akan rugi." (QS. Fatir (35): 29).
Islam tidak pernah memberatkan dalam hal apapun, tetapi islam memberi tahu
kita untuk melakukan apa yang harus kita lakukan. Sesuatu kegiatan yang sangat
menguntungkan dan Allah meridhai akan hal tersebut. Ketika kita ingin mendapatkan
sesuatu yang kita inginkan, kita harus berusaha mencari hal tersebut sampai kita
mencapainya. Maka tugas kita yaitu melakukan sesuatu yang harus dilakukan,
melakukan sesuatu yang telah disyariatkan. Termasuk perniagaan ini (perniagaan
akhirat), yang dimana kita tidak akan merasakan kerugian didalamnya, berikut
penjelasannya:
1. Membaca Al-Qur’an

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling utama dan pedoman umat islam, Al-
Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Alquran
menjelaskan dari segala aspek, yang dimana menjadi petunjuk bagi umat islam yang
telah Allah jelaskan dalam firmanNya Surat Al-A’raf:52 dan sumber pokok ajaran
islam Surat An-Nisa:105. Alquran mengandung isi pokok yang sangat lengkap,
kandungan Alquran seperti ibadah ,akidah, sejarah, hukum-hukum, akhlak, dan yang
lainnya. Alquran menjelaskan secara detail sampai masalah sekecil apapun ada didalam
Alquran, itulah keistimewaan Alquran daripada kitab lain yang Allah turunkan.
Alquran sendiri sangat istimewa, begitu pun yang membacanya dan menjaganya.
Menurut jumhur ulama ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi
Muhammad ialah 5 ayat surat Al-Alaq.(Manna’ Khalil Qaththan, 1990) Dalam ayat tersebut,
terdapat perintah yaitu membaca. Allah SWT berfirman:

ِ ِ‫اِقْ رأْ ِابس ِم رب‬


َ ‫ك الَّذ ْي‬
ۚ‫خلَ َق‬ َ َ ْ َ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (Q.S.
Al’alaq [96]: 1).

Menurut kamus Bahasa Indonesia, ada lima arti membaca, yaitu melihat dan
memahami apa yang tertulis, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan,
mengetahui, menduga, memperhitungkan dan memahami. Disebutkan bahwa ayat di
atas adalah perintah kepada Nabi Muhammad untuk menjadi seorang pembaca,(Syekh
Wahbah Az-Zuhaili, 2016) kegiatan “membaca” di sini adalah kegiatan membaca yang
tidak harus membutuhkan teks dan tidak pula harus terdengar oleh orang lain. Itulah
mengapa makna “membaca” dalam ayat ini sangat luas.(Muhammad Quraish Shihab, 2001)

Disebutkan dalam ayat pertama surat Al-Alaq, bahwasannya kita sebagai umat
islam diperintahkan untuk membaca, mengkaji, mencari tahu. Dari pemahaman
tersebut, akan muncul perasaan yang dapat mengantarkan seseorang menjadi hamba
yang bertakwa. Inilah pentingnya kenapa Allah SWT memperintahkan untuk membaca,
karna dengan membaca hidup seseorang tidak akan tersesat ke arah yang dilarang.

Membaca Alquran juga termasuk dalam ibadah paling utama di antara ibadah-
ibadah yang lain. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh an-Nu‘man ibn
Basyir. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca
Alquran.” (HR Baihaqi). Alquran mempunyai banyak keistimewaan dan keutamman
didalamnya, termasuk bagi orang yang membacanya. Diantaranya yaitu:

a. Membaca Al-Qur’an dapat mendatangkan pahala yang berlimpah

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja membaca Alquran, mempelajarinya dan


mengamalkannya, maka dipakaikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat
mahkota dari cahaya dan sinarnya bagaikan sinar matahari,dan dikenakan pada kedua
orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia. Keduanya pun
bertanya, ‘bagaimana dipakaikan kepda kami semuanya itu?’ Dijawab, ‘karena anakmu
telah membawa Alquran.” (HR Al Hakim)

Begitu istimewanya Alquran, sampai yang membacanya mendapaat


keistimewaan tersebut. Allah telah mengabarka dari zaman Nabi kepada umatnya,
Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


bahwasannya tugas kita sebagai umatnya hanya menikmati dan menjalankan denga
napa yang telah Allah berikan kepada kita.

b. Membaca Al-Qur’an dapat memperoleh syafaat

Rasulullah SAW bersabda,

َ‫س ُحلَّة‬ ِ ِ ُ ‫ ُثَّ يَ ُق‬،‫س ََت َج ال َك َر َام ِة‬ ِِ ِ ِ ‫ََِييء ال ُقرآ ُن ي وم‬
ُ ‫القيَ َام ِة فَيَ ُق‬
ُ َ‫ فَيُ لْب‬،ُ‫ ََي َرب زْده‬:‫ول‬ ُ َ‫ فَيُلْب‬،‫ ََي َرب َحله‬:‫ول‬ َ َْ ْ ُ
ً‫ َويَُز ُاد بِ ُك ِل آيٍَة َح َسنَة‬،‫ اقْ َرأْ َو ْار َق‬:ُ‫ال لَه‬ُ ‫ فَيُ َق‬،ُ‫ضى َعنْه‬ َ ‫ فََ َْي‬،ُ‫ض َعنْه‬
َ ‫ب ْار‬ ِ ‫ َي ر‬:‫ول‬ ِ
َ َ ُ ‫ ُثَّ يَ ُق‬،‫" ال َكَر َامة‬
“Kelak di hari kiamat Al-Qur’an akan datang, seraya memohon kepada Tuhannya:
‘Wahai Tuhan, pakaikanlah kepadanya (pembaca Al-Qur’an)!’ Kemudian ia
dipakaikan mahkota kemuliaan. Kemudian ia memohon kembali, ‘Wahai Tuhan,
tambahkanlah!’ Kemudian dipakaikan pakaian kemuliaan. Kemudian ia memohon lagi,
‘ Wahai Tuhan, ridhailah dia!’ Kemudian Allah pun meridhainya. Maka ia berkata:
bacalah dan naiklah. Sebab setiap satu ayat akan dilipatkan satu kebaikan.” (Imam
Turmudzi, Sunan Turmudzi, Mesir: Mustafa al-Halabi, tt. juz V, hal. 178).

Syekh Abdul Fattah al-Qadi menjelaskan bahwa “syafaat Alquran yaitu


mencegah seseorang jatuh dalam kobaran api neraka”. Artinya Alquran sebagai tameng
untuk mencegah seseorang yang sudah disahkan masuk kedalam neraka.

c. Membaca Al-Qur’an mendapatkan ketenangan hati

Allah SWT berfirman, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-
lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Rad ayat 28)

Bahwasannya Allah telah mengingatkan kepada kita hambanya, untuk jangan


menjauh dariNya dalam menjalani segala sesuatu. Karna Allah selalu Bersama
hambaNya, dan kita sebagai hamba yang bertakwa tetap bersandar padaNya.

d. Membaca Al-Qur’an sama seperti pahala bersedekah

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Orang yang membaca Alquran terang-terangan seperti


orang yang bersedekah terang-terangan, orang yang membaca Alquran secara
tersembunyi seperti orang yang bersedekah secara sembunyi.” (HR Abu Dawud,
Tirmidzi dan Nasa’i,)

Tidak semua orang di dunia ini kaya, ada orang yang berkecukupan dan ada
orang yang miskin. Allah tidak pernah memberatkan hambanya untuk taat kjepadaNya,
seperti bersedekah tidak harus dengan uang atau makanan. Tetapi Allah meringankan
hal tersebut, Ketika kita membaca Alquran sama seperti pahala bersedekah.

2. Mendirikan Shalat
Shalat menurut Bahasa berarti doa, sedangkan menurut istilah shalat adalah
perkataan dan perbuatan tertentu atau khusus yang dimulai dengan takbir (takbiratul
ihram) dan diakhiri dengan salam. Shalat adalah suatu kewajiban seorang muslim untuk

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


melaksanakannya, dan tidak meninggalkanya kecuali dalam beberapa keadaan seperti
haid (untuk perempuan), orang yang tidak berakal (gila) dan yang lainnya.
Sedangkan mendirikan shalat adalah pelaksanaan shalat yang disertai dengan
rasa ikhlas, khusyu,dan penghayatan. Maka melaksanakan shalat dan mendirikan shalat
tidak bisa dijauhkan, karna Ketika seseorang melaksanakan shalt tidak disertai perasaan
yang telah disebutkan diatas, akan sia-sia dan belum tentu mendapatkan pahala.
Termasuk sifat orang-orang yang beriman adalah menegakkan shalat.
Menegakkan shalat termasuk sifat yang zhahir, Allah SWT berfirman:

‫اه ْم يُْن ِف ُقو َن‬ ِ َّ ‫ب وي ِقيمو َن‬ ِ ِ ِ ‫) الَّ ِذ‬2( ‫ني‬ ِ ِ


ُ َ‫الص ََلةَ َوِمَّا َرَزقْ ن‬ ُ ُ َ ‫ين يُ ْؤمنُو َن ابلْغَْي‬
َ َ ‫ُه ًدى للْ ُمتَّق‬
“Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka.”(Qs. al-Baqarah : 2-3)
Allah SWT berfirman:

‫الزَكاةَ َوُه ْم ِاب ْْل ِخَرةِ ُه ْم يُوقِنُو َن‬


َّ ‫الص ََلةَ َويُ ْؤتُو َن‬
َّ ‫يمو َن‬ ِ ‫) الَّ ِذ‬2( ‫ه ًدى وب ْشرى لِلْمؤِمنِني‬
ُ ‫ين يُق‬
َ َ ْ ُ َ َُ ُ
“Untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan mereka yakin
akan adanya negeri akhirat.” (Qs. an-Naml : 2-3)

Muqatil bin Hayyan mengatakan :”Mendirikannya, yaitu, menjaga (shalat


dengan melakukannya pada) waktu-waktunya, bersuci secara sempurna untuk
mengerjakannya, menyempurnakan ruku dan sujudnya, dan bacaan al-Qur’an, serta
tasyahud dan bershalawat kepada Nabi SAW di dalamnya.”(Amar Abdullah Bin Syakir,
2021)

Adapun keutamaan shalat yaitu:

a. Penghibur hati dan Penyejuk jiwa

Rasulullah SAW bersabda:

ِ‫الص ََلة‬
َّ ‫ َو ُجعِ َل قَُّرةُ َعْي ِِن ِِف‬،‫يب‬ ِ ِ ِ ََّ ِ‫حۚبِب إ‬
ُ ‫ِل م َن الدُّنْيَا الن َساءُ َوالط‬ َ ُ
“Dijadikan kesenanganku dari dunia berupa Wanita dan minyak wangi. Dan jadikanlah
penyejuk hatiku dalam ibadah shalat.” (HR. An-Nasa’I no. 3391 dan Ahmad 3: 128)

Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa, penghibur hati dan penyejuk jiwa tidak
harus beristirahat atau berlibur. Tetapi kita bisa mendapatkannya dengan mendekatkan
diri kita kepada Allah SWT, karna Allah yang membolak-balikan hati. Hanya
kepadaNya kita sebagai hamba berserah diri, karna semua yang mengatur kehidupan
kita hanya Allah SWT, dengan shalat kita akan ingat bahwa kesenangan dan kesedihan
tidak akan lama. Karna kesenangan dan kesedihan adalan bentuk sayang dan cintanya
Allah kepada hambaNya, karna dengan kesenangan dan kesedihan Allah taub sampai
mana kesabaran hambanya.(Isruwanti Ummu Nashifa, 2018)

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


b. Mencegah perbuatan yang keji dan Munkar

Tak peduli sepintar dan sehebat apapun manusia, mereka tidak mungkin bisa
lepas sedikitpun dari kesalahan yang terjadi karena lupa, ketidaktahuan dan
ketidaksengajaan, walaupun mereka telah berusaha berhati-hati dan jeli. Karena itulah,
lupa dan salah sudah melekat dalam diri manusia. Namun demikian, terdapat perbuatan
yang dapat menghapus dosa.(KH. MA Sahal Mahfudz, 2011) Allah SWT berfirman dalam
surat Hud ayat 114:

َّ ِ‫ك ِذ ْك ٰرى ل‬
‫لذاكِ ِريْ َن‬ ِ ٌِۗ ٰ‫السيِا‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫َواَقِِم‬
َ ‫ت ٰذل‬ َ ْ ‫َّها ِر َوُزلًَفا م َن الَّْي ِل ٌۗا َّن ا ْْلَ َسنٰت يُ ْذه‬
َّ ‫ْب‬ َ ‫الص ٰلوةَ طََر َِِف الن‬
“Dan kerjakanlah sholat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian
permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa, Allah memerintah dan mwmberi peringatan


kepada hambanya untuk mel.aksanakan shalat. Karna shalat adalah ibadah dan amal
perbustan paling baik, sehingga dosa yang telah diperbuat dapat dihapus dengan cara
melaksanakan shalat tersebut.

Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya' Ulumiddin menuliskan bahwa sholat harus
dikerjakan sungguh-sungguh. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih yang
diriwayatkan Ibnu Majah dari Abu Ayyub, Rasulullah SAW bersabda "Jika engkau
mengerjakan sholat, maka sholatlah dengan sholat orang yang berpisah”(Puti Yasmin,
2020)

Hadits diatas menjelaskan bahwa, Ketika kita hendak shalat kita harus
menghilangkan rasa hawa nafsu. Menurut Imam Ghazali yaitu “perpisahan dengan
kesempatan hidupnya, dan perpisahan dengan seluruh yang dimilikinya”. Karna shalat
adalah suatu kegiatan yang dimana seorang hamba dan tuhannya berdekatan, dan
Ketika seorang hamba tidak mampu mencegah perbuatan keji dan munkar maka dia
sudah jauh dari tuhannya.

c. Mendapatkan pahala yang besar

Rasulullah SAW bersabda, “Lima shalat yang telah Allah Ta’ala wajibkan
kepada para hamba-Nya. Siapa saja yang mendirikannya dan tidak menyia-nyiakan
sedikit pun darinya karena meremehkan haknya, maka dia memiliki perjanjian dengan
Allah Ta’ala untuk memasukkannya ke dalam surga. Sedangkan siapa saja yang tidak
mendirikannya, dia tidak memiliki perjanjian dengan Allah Ta’ala. Jika Allah
menghendaki, Dia akan Menyiksanya. Dan jika Allah Menghendaki, Allah akan
memasukkan ke dalam surga.” (HR. Abu Dawud no. 1420, An-Nasa’i no. 426 dan Ibnu
Majah no. 1401, shahih)

Al-Qur’an menyebutkan surga adalah balasan yang terbaik bagi umat muslim
di akhirat kelak, Surga digambarin sebagai tempat kekal abadi setelah kehidupan di
dunia. Surga Allah ciptakan khusus untuk hambaanya yang bertakwa dan memelihara
shalatnya dengan sempurna.(M. Reza Sulaiman, Aflaha Rizal Bahtiar, 2021)

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Surga adalah tempat yang mahal, dan orang yang menempatinya pun pasti
orang-orang yang berkualitas. Yaitu orang-orang yang berkualitas dalam menjaga
ibadahnya, baik itu secara lahiriyah ataupun batiniyah.

d. Penghubung paling kuat antara hamba dan Rabbnya

Shalat menjadi perantara antara hamba kepada Rabbnya, Shalat


menghubungkan seorang hamba yang berada di bumi dengan Rabbnya yang Maha
Tinggi. Ia berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala bermunajat kepada-Nya.
Hamba berdiri, ruku, dan sujud di hadapan Allah. Hamba bertakbir, memuji Allah,
menyanjung-Nya, dan mengagungkan-Nya. Kemudian hamba menyampaikan hajat-
hajatnya dalam munajatnya itu kepada Rabbnya. Hamba meminta hidayah, ampunan,
rahmat, kebaikan dalam urusan dien, dunia, dan akhirat hanya kepada Allah.(Badrul
Tamam, 2020)

3. Menginfakkan Sebagian Rezeki


Kata infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, yang artinya membelanjakan atau
membiayai tapi arti infaq itu sendiri dikhususkan untuk perintah-perintah Allah SWT.
Menurut kamus bahasa Indonesia pengertian Infaq adalah mengeluarkan harta yang
mencakup zakat dan non zakat. Sedangkan menurut terminologi syariat, pengertian
infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk
suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Oleh karena itu, infaq berbeda dengan zakat. Infaq tidak mengenal nisab atau
jumlah harta yang tidak ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada
mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim,
orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan.(Pengertian Infaq Beserta
Perbedaab dengan Zakat, 2021)
Harta yang kita punya bukan sepenuhnya punya kita, dan bukan berarti
kebahagiaan saja. Harta didatangkan untuk menguji, sampai mana kesetiaan hamba
kepada Rabbnya. Infaq tidak membuat seseorang menjadi miskin, tetapi infaq membuat
seseorang kaya akan pahala yang besar. Berikut keutamaan infaq:
a. Memperoleh pahala yang besar
Allah SWT berfirman, “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
infakkanlah sebahagian dari hartamu yang Allah menjadikan kamu menguasainya.
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (sebahagian) dari
hartanya memperolehi pahala yang besar”. (QS. Al-Hadid: 7).
Allah memerintahkan kepada hambanya agar beriman, dan Allah
memerintahkan untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah. Dan Allan menjanjikan,
bagi hambanya yang mentaati perintahNya dengan pahala yang besar dan kenikmatan
yang kekal atau abadi di surga nanti.
Allah tidak pernah memberatkan hambanya, untuk mendekatkan diri
kepadaNya dan melaksanakan semua perintahNya. Hanya orang-orang yang
bersungguh-sungguh dalam mencapai ridhaNya, yang akan Allah beri imbalan yang
lebih dari apa yang telah hambanya lakukan.
b. Didoakan para Malaikat

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Malaikat adalah makhluk Allah yang tidak makan an minum, dan tidak
mempunyai nafsu seperti halnya manusia. Malaikat adalah makhluk yang taat kepada
Allah dan tidak pernah membangkang.
Terkenal tidak perlu di dunia saja, tetapi terkenal di antara makhluk Allah yang
lain adalah suatu hal yang sangat luar biasa. Malaikat adalah makhluk yang taat,
bayangkan Ketika kita didoakan oleh makhluk Allah yang ketaatannya sulit untuk kita
gapai, betapa istimewanya kita sampai penduduk langit pun kenal dan mendoakannya.
c. Allah akan mengganti harta yang diinfakkan
Allah SWT berfirman, "Katakanlah: 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan
rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan (belanjakan), maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki
yang sebaik-baiknya. (QS. Saba: 39).
Ayat diatas menegaskan bahwa, Allah yang melapangkan rizki hambanya.
Ketika seseorang membantu orang lain, dalam artian dia sedang menabung pahala
untuk di akhirat nanti. Dengan kita membantu orang lain, berarti memberdayakan orang
lain dan akan berbuah kemakmuran. Rasulullah memberitahu bahwasannya, orang
yang membantu orang lain dengan niat karna Allah akan didoakan oleh para malaikat
unyuk mempebanyak rizkinya.
Berikut adalah perniagaan yang tidak akan merugi, beserta keutamaannya.
Semoga kita sebagai hamba yang bertakwa, bisa melaksanakan semua perintahNya dan
mendapat ridhaNya.

Kesimpulan

Perniagaan adalah salah satu bentuk muamalah yang kegiatannya yaitu tukar
menukar barang, tetapi adanya kesepakatan diantara keduanya baik itu penjual atau
pembelinya. Agar tidak ada yang rugi di pihak manapun, tetapi saling menguntungkan
satu sama lain itu yang disebut perniagaan. Perniagaan juga adalah salah satu aktivitas
yang banyak diminati oleh orang, yang dimana perniagaan ini menjadi jantung semua
orang di dunia ini.
Tetapi didalam islam ada perniagaan yang dimana Ketika seseorang
mengerjakannya tidak akan merugi, Allah menamakannya dengan perniagaan akhirat.
Perniagaan yang menjadi jantung kehidupan, tidak hanya di dunia saja tetapi di akhirat
juga. Allah menyebutkan didalam surat fathir ayat 29,

ۡ ِ‫إِ َّن ٱلَّ ِذين ي ۡت لُو َن ك‬


‫ٱلصلَ ٰوةَ َوأَن َف ُقواْ ِِمَّا َرَزق ٰن َُه ۡم ِسرٗا َو َع ََلنِيَةٗ يَ ۡر ُجو َن ِ ٰتََرةٗ لَّن‬
َّ ْ‫ٱَّللِ َوأَقَ ُاموا‬
َّ ‫َب‬َ ‫ت‬
ٰ ََ
‫تَبُور‬
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur`ān),
mendirikan salat, dan menginfakkan Sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perdagangan yang tidak akan rugi. (QS. Fatir (35): 29).
Seperti yang sudah Allah sebutkan dalam ayat diatas, perniagaan akhirat ada 3
macam yaitu membaca Al-Quran, mendirikan shalat dan menginfakkan rezekinya.
Suatu perniagaan yang tidak akan sia-sia, tetapi menolong kita di akhirat nanti. Allah
memerintahkan kepada hambanya bukan sesuatu yang sepele, tetapi Allah
meringankan untuk seseorang yang ingin jauh lebih dekat denganNya. Dengan
perniagaan ini nama kita terkenal oleh penduduk langit, bahkan malaikat pun
mendoakannya.
Berikut perniagaan akhirat, yang tidak akan merugikan atau mengecewakan
orang yang melakukannya. Bahkan Allah melipat gandakan dengan apa yang telah kita
lakukan.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Daftar Pustaka

al-Qarni, A. (2008). Tafsir Al-Muyassar jilid 3.

Amar Abdullah Bin Syakir. (2021). Mendirikan Shalat, Sifat Orang Beriman.

Aris Kurniawan. (2022). Pengertian Perniagaan Dalam Hukum Dagang Beserta Dasar

Kepemilikan Bisnis.

As-Sa’idi, Abdu ar- Rahman Ibn Nasir. (1997). Kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan.

Muassasah Ar-Rayyan.

Badrul Tamam. (2020). Shalat Penghubung Hamba kepada Rabbnya. Pena Tauhid.

Dr. Erwandi Tarmidzi. (2012). Harta Haram Muamalat Kontemporer. M.A. Berkat

Mulia Insani.

Husain Bin Audah Awaysasyah. (1973). Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah. Kementrian

Agama Kuwait.

Imam Abdurrouf Al-Munawi. (2010). Faidhul Qadhir Syarh Al-Jami’ Ash-Shogir juz

22. Kairo : Dar El-Hadith.

Ismail Ibnu Katsir Ad-Damasyqi, A.-I. A. F. (2000). Tafsir Ibnu Katsir juz 22. Sinar

Baru Algensindo.

Isruwanti Ummu Nashifa. (2018). Shalat dan Kebahgiaan Hati.

Jalaludin As-Suyuti, I. (1505). Tafsir Jalalain jilid 2. Sinar Baru Algensindo.

KH. MA Sahal Mahfudz. (2011). Dialog Problematika Umat. Khalista Surabaya dan

LTN PBNU.

Khanza Safitra. (t.t.). Keutamaan Perniagaan Menurut Islam. Dalamislam.com.

M. Reza Sulaiman, Aflaha Rizal Bahtiar. (2021). Pengertian Surga lengkap dengan 8

Nama Surga dan Calon Penghuninya Menurut Islam.

Manna’ Khalil Qaththan. (1990). Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an. Mabahis Fi Ulumil

Qur’an.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx


Muhammad Quraish Shihab. (2001). Tafsir Al-Misbah.

Novingky Ferdinand. (2021). Prinsip Perniagaan Menurut Islam: Sebuah Tinjauan

Fiqih Untuk Muamalah Kontemporer.

Pengertian Infaq Beserta Perbedaab dengan Zakat. (2021).

Puti Yasmin. (2020). Bagaimana Shalat Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar?

Syekh Wahbah Az-Zuhaili. (2016). Tafsir Al-munir. GEMA INSANI.

Ulumul Qur’an: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Volume x, Nomor x, September 20xx| p-ISSN: 0000-0000; e-ISSN: 0000-000| xx-xx

Anda mungkin juga menyukai