ENTREPRENEURSHIP
Konsep Berwirausaha
Ilahiyah
Editor : ...................
Diterbitkan oleh:
Penerbit EDU PUSTAKA
Anggota IKAPI
Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang
All-Rights Reserved
ISBN:
Hal. xvi + 250, Uk. 15,5 x 23 cm
Cetakan Pertama, 2021
Pemasaran:
Jl. Haji Karim No. 70 Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880
Telefaks. (021-70300534)
Email: penerbitedupustaka@gmail.com
Kata Sambutan
iii
Bagi pengusaha muslim, mereka akan mencamkan dalam hati mereka
bahwa Allah tidak melihat kepada hasil usahanya tetapi pada proses yang
telah mereka lakukan. Jika mereka berhasil atau sukses mereka mendapatkan
keuntungan dunia dan akhirat, dan jika mereka belum sukses mereka tetap
mendapatkan keuntungan akhirat akibat kesabaran dan ketawakkalannya.
“Tangan di atas lebih baik dari tangan dibawah”; “Al yad al ulya khairun
min al yad al sulfa” (HR Bukhari dan Muslim) dengan bahasa yang sangat
simbolik ini Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memilki
kekayaan, sehingga memberikan sesuatu pada orang lain) atuzzakah (Qs.
Nisa:77) Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan manusia untuk
bekerja keras agar kaya dan dapat menjalankan kewajiban membayar zakat).”
Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah
dan orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kamu “ (Qs. At-Taubah:
105). Oleh karena itu, apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia (Rizki) Alloh (Qs. Al Jumuah : 10)
Bahkan Sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu
merupakan kewajiban setelah shalat fardhu” (HR Tabrani dan Baihaqi) Nash
ini jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup mandiri.
Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip bekerja
kerasadalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan kesuksesan (rezeki),
tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan (resiko). Dalam
sejarahnya Nabi Muhammad SAW, istrinya dan sebagian besar sahabatnya
adalah para pedagang dan entrepreneur mancanegara yang piawai. Beliau
adalah prakktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Sebenarnya tidaklah
asing dikatakan bahwa mental entrepreneur inheren dengan jiwa umat islam itu
sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan keseluruh
dunia setidaknya sampai abad ke 13 M, oleh para pedagang muslim.
Kreatifitas perdagangan yang dilakukan, Nabi Muhammad SAW dan
sebagian besar sahabat telah mengubah pandangan dunia bahwa kemuliaan
seseorang bukan terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan
yang tinggi, atau uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan. Oleh karena
itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda “Innalloha yuhibbul muhtarif ”
(sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan
penghasilan). Umar bin Khattab mengatakan sebaliknya bahwa “ Aku benci
salah seorang diantara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan
dunia”. Enterpreneurship atau kewirausahaan merupakan aktivitas yang sudah
Kata Sambutan v
memberikan kelebihan kepada manusia yaitu setiap manusia dianugerahi akal
fikiran agar digunakan sebaik mungkin untuk mencapai tujuan hidup yaitu
pengabdian kepada sang Khaliq (penciptanya).
Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Az Zariyaat: “Dan (ingatlah)
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah
dan beribadat kepadaKu. Aku tidak sekali-kali menghendaki sebarang rezeki
pemberian daripada mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah saja yang nsure rezeki (kepada
sekalian makhlukNya dan Dialah sahaja) yang mempunyai kekuasaan yang
tidak terhingga, lagi yang Maha kuat kukuh kekuasaanNya”. (Az-Dzariyaat,
51: 56-58)
Islam juga telah menganjurkan umatnya agar tidak meletakkan kehidupan
duniawi semata-mata. Segala perlakuan manusia semasa di dunia ini akan
dihitung dan dipertanggungjawabkan secara satu-persatu di akhirat kelak
walaupun sebesar zarah sekalipun.
Bagaimanapun, Islam tidak menganjurkan umatnya untuk meninggalkan
kehidupan dunia demi mengejar kehidupan akhirat begitu juga sebaliknya.
Allah menyukai manusia yang seimbang kedua-duanya dari segi rohani dan
jasmani. Allah telah mengaruniakan sebahagian nikmat untuk kehidupan
manusia di dunia ini dan nikmat terbesarnya akan diberikan ketika di akhirat
kelak.
Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem
ekonomi yang memiliki tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem
ekonomi syariah berpedoman penuh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Hukum-hukum yang melandasi prosedur transaksinya sepenuhnya untuk
kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak ada satu pihak yang merasa
dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi Islam tidak hanya diukur
dari aspek materilnya, namun mempertimbangkan dampak sosial, mental dan
spiritual individu serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Negara kita Indonesia tidak membatasi warga negaranya untuk
berwirausaha, justru sangat mendukung berkembangnya entrepreneur dengan
kebijakan pemerintah yang membuka peminjaman skala mikro atau makro
pada bank-bank milik BUMN. Dalam Islam, berdagang atau bisnis atau
wirausaha sangat dianjurkan, karena nabi kita pun seorang wirausahawan.
Ada suatu nilai yang terkandung dalam islam terkait wirausaha, yakni jujur
dan amanah serta berbisnislah yang wajar dan tidak melampaui batas. Islam
sendiri menganjurkan umatnya untuk menjadi kaya. Maka dari itu dengan
ix
[3]: 14, Al-Hadid []: 20), ia wajib mengeluarkan hak bagi kaum fakir miskin
sesuai dengan tuntutan syariah (QS. At-Taubah [9]: 34-35, Al-An’am [6]: 152,
Al-Furqan [25]: 67, Al-Isra’ [17]: 26-27).
Entrepreneurship merupakan kegiatan mulia, telah dilakukan sejak
zaman Nabi-Nabi Allah SWT hingga Nabi Muhammad SAW. Imam
Syafi’i menyatakan bahwa pencaharian yang paling baik adalah berbisnis
(berwirausaha). Senada dengan itu, Al-Mawardhi menyatakan bahwa mata
pencaharian yang paling baik ialah pertanian, berwirausaha (berdagang), dan
kerajinan. Maka tidak berlebihan jika kemudian aktivitas berwirausaha sangat
ditekankan oleh Rasulullah S.A.W. Tujuannya agar umatnya tidak berpangku
tangan, dan berharap dengan berdoa saja. Berdoa tanpa usaha tidak bernilai
apa-apa.
Buku Islamic Entrepreneurship; Konsep Berwirausaha Ilahiyah
merupakan salah satu motivasi sekaligus ikhtiar penulis mengenalkan konsep
berwirausaha secara Islam. Dengan harapan dapat menjadi rujukan dan
solusi terhadap berbagai problema-problema entrepreneurship, khususnya di
era revolusi 4.0 dan Society 5.0.
Buku ini dibagi menjadi 15 (Lima Belas) Bab. Bab Pertama, membahas
konsep dasar Islamic Entrepreneurship. Di dalamnya dibahas definisi Islamic
Entrepreneurship, pandangan Ahli Terhadap Entrepreneurship, Unsur-Unsur
Islamic Entrepreneurship, Teori Terbentuknya Entrepreneurship, Keuntungan
dan Kelemahan Menjadi Entrepreneur dan Manfaat Menjadi Islamic
Entrepreneurship.
Bab kedua, membahas tentang Prinsip Islamic Entreprenuership.
Di dalamnya dibahas Tauhid, Khilafah, Adil, Penghapusan Riba,
Maslahah, dan Falah. Bab Ketiga, membahas tentang karakteristik Islamic
Entreprenuership. Di dalamnya dibahas definisi Karakter dan Karakteristik
Islamic Entrepreneurship. Bab keempat, membahas membangun jiwa Islamic
Entrepreneurship. Di dalamnya dibahas Jiwa Islamic Entrepreneurship, Ciri-
ciri Islamic Entrepreneurship, Bakat Entrepreneur, dan Menumbuhkan Jiwa
Islamic Entrepreneurship.
Bab kelima, membahas tentang Profil Islamic Entrepreneurship. Di
dalamnya dibahas Profil Entrepreneur, Macam-macam Profil Entrepreneur,
dan Model Islamic Entrepreneurship. Bab keenam, membahas tentang
Motivasi Islamic Entrepreneurship. Di dalamnya dibahas Definisi Motivasi,
Teori-Teori Motivasi dan Motivasi Islamic Entrepreneurship. Bab Ketujuh,
Kata Pengantar xi
Lewat kata pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh komponen yang telah membantu mulai dari proses pembuatan,
pengeditan, sampai terselesainya buku ini. Tidak lupa kepada Penerbit Edu
Pustaka yang berkenan menerbitkan karya sederhana ini. Semoga Allah
membalas budi baik dengan pahala di sisi-Nya. Mudah-mudahan buku ini
bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan khususnya dalam bidang
Kewirausahaan.
Tim Penulis
xiii
Bab 3 Karakteristik Islamic Entrepreneurship.................... 35
A. Definisi Karakter....................................................... 35
B. Karakteristik Islamic Entrepreneurship....................... 36
Bab 4 Membangun Jiwa Islamic Entrepreneurship............. 49
A. Jiwa Islamic Entrepreneurship.................................... 49
B. Ciri-Ciri Islamic Entrepreneurship.............................. 53
C. Bakat Entrepreneur.................................................... 56
D. Menumbuhkan Jiwa Islamic Entrepreneurship........... 58
Daftar Isi xv
D. Cara Tepat Membeli Franchise................................... 199
E. Franchise di Indonesia............................................... 201
F. Perspektif Islam Terhadap Franchise.......................... 204
1
istilah, entreprenuership merupakan sebuah usaha kreatif untuk menjadikan
sesuatu yang tidak ada menjadi ada agar dapat menghasilkan value dan bisa
dinikmati setiap orang (Yuliana, 2017).
Kata wirausaha adalah padanan dua kata wira dan usaha, wira berarti
mandiri, berani bertanggung jawab, dan teladan atau contoh. Sedangkan usaha
berarti kemauan keras memperoleh manfaat atau melakukan suatu kegiatan
usaha atas sebuah tujuan (Idri, 2015). Menurut Justin G. Longenecker, Carlos
W. Moore, (2000) Wirausaha merupakan seorang pembuat keputusan, yang
dapat membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan secara bebas.
Pendorong perubahan, inovasi, dan kemajuan perekonomian di masa yang
akan datang atau orang-orang yang punya kemampuan dalam mengambil
risiko dan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Hisrich dan Peter, (1979) menambahkan, wirausaha merupakan seseorang
(person) yang berani mengambil risiko-risiko dan memiliki perberbedaan dari
kebanyakan orang yang mensuplai modal yang berharap keuntungan tetap,
serta berbeda pula dengan pemodal (kapitalis) yang mensuplai modal pada
saat bersamaan melakukan eksploitasi terhadap pihak-pihak yang terlibat
(Frinces, 2010).
Dengan demikian, entrepreneurship punya makna luas,tidak saja tentang
seseorang atau setiap orang, yang mampu melihat dan menangkap berbagai
peluang usaha, kemudian dibentuk menjadi lahan bisnis dengan cara
memberikan waktunya secara totality guna menciptakan peluang usaha atau
bisnis. Setelah tercipta peluang usaha atau bisnis wirausahawan akan berusahat
sekuat tenaga menjaga ladang bisnisnya, mengembangkan ladang bisnisnya
atau bisa jadi memperbanyak cakupan bisnisnya sejalan dengan motivasi utama
berwirausaha (Alfianto, 2012).
Entrepreneurship adalah karakter mental dan jiwa yang berusaha untuk aktif
selalu dalam dunia usaha guna memuncullkan kreativitas dan inovasi usaha
sehingga menghasilkan pendapatan secara kontinu dalam setiap kegiatan usaha
yang dilaksanakan. Pelakunya disebut usahawan. Kewirausahaan diartikan
juga watak, gairah, perilaku dan kecakapan seseorang dalam mengatur usaha
dan praktek yang menjurus pada usaha mencari, menciptakan, menerapkan
cara kerja, teknologi dan produk baru yang berbasis pada keridhohan-Nya,
sebab segala hal yang dilakukan bermuara pada dan kembali kepada-Nya.
Sebagaimana lahir-mati, takdir dan rezeki semuanya mutlak menjadi ranah
kekuasaan absolut dan menjadi instrumen di luar rasionalitas manusia (Fauzan,
2014). Oleh karena itu, setiap muslim hanya diperintahkan untuk senantiasa
A. Tauhid
Tauhid adalah prinsip pertama dan utama Islamic Entrepreneurship. Tauhid
merupakan komponen penting dalam Islamic Entrepreneurship, selain sebagai
fondasi utama dalam kehidupan dan esensi keyakinan manusia. Tauhid
termasuk sistem pandangan hidup yang menegaskan satu kesatuan terpadu
dan tunggal manunggal dalam semua aspek hidup dan kehidupan. Semua yang
ada, berasal dan bersumber pada satu Tuhan saja, yang menjadi asas kesatuan
ciptaan-Nya dalam berbagai bentuk, jenis maupun kehidupannya, yakni hanya
Allah SWT, tidak ada sekutu apapun [QS. Al-Ikhas [112]: 1-4).
Tauhid adalah istilah Islam-Arab yang sering diterjemahkan Bahasa
Inggris sebagai “monoteisme”; keyakinan pada Satu Tuhan sebagai lawan dari
dualisme, Politeisme atau Ateisme (Badawi, 1991). Tauhid memiliki makna
pengesaan bahwa hanya Allah SWT sebagai Tuhan; Pencipta alam semesta
serta segala isinya (QS. Al-An‘am [8]: 2). Sedangkan cara pengesahannya
melalui pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah SWT semata,
tidak ada sesuatupun yang layak di sembah selain Allah dan tidak ada pemilik
langit, bumi dan segala isinya, selain dari pada Allah SWT (QS al- Baqarah
[2]: 107).
Tauhid ini menetapkan hukum mengenai aturan hubungan antara
manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan manusia lainnya (habl-minallah
17
wa habl min an-nas) (Salleh, 2013). Esensi tauhid merupakan penyerahan diri
secara paripurna kepada kehendak Ilahi, baik dalam aspek ibadah maupun
muamalah, dalam rangka merealisasikan pola kehidupan yang sejalan dengan
kehendak Allah semata. Tauhid menjadi standar seluruh konsep dan aktifitas
umat Islam, baik pada bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun
pertahanan dan keamanan serta lingkungan.
Pandangan dunia Tauhid mewajibkan setiap manusia hanya takut pada
satu kekuatan saja, yaitu kekuatan Allah SWT, selain Dia hanya kekuatan palsu
dan tidak mutlak. Tauhid menggaransi kebebasan manusia dan memuliakan
hanya semata kepada-Nya, bukan yang lain. Pandangan ini mendorong
manusia untuk melakukan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan,
belenggu, dan kenistaan serta dominasi manusia atas manusia. Karena Tauhid
menyiratkan tanggung jawab seseorang di hadapan Allah dan keyakinan akan
kebangkitan dan kehidupan kekal, yang sifatnya bergantung pada tindakan
seseorang saat berada di bumi (Badawi, 1991).
Tauhid mempunyai hakikat sebagai ide-ide yang bekerja untuk keadilan,
solidaritas, dan pembebasan dalam berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi,
sosial, politik budaya dan sebagainya. Konsekuensi logis dari pandangan
dunia Tauhid adalah bahwa menyetujui kondisi masyarakat yang banyak
kontradiksi dan diskriminasi sosial, serta meluluskan pengkotak-kotakan dalam
masyarakat sebagai perbuatan syirik (Sabara, 2016). Tauhid merupakan inti
dari ajaran Islam yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril (QS. Ali Imran [3]: 64) dan misi utama para nabi dan rasul
dalam mendakwahkan ajaran-ajarannya kepada umat manusia (Afrizal,
2018). Tauhid adalah konsep kunci yang merangkum jalan hidup Islam dan
menghadirkan esensi dari peradaban Islam.
Tauhid merupakan hak Allah yang paling wajib untuk ditunaikan
manusia, karena manusia diciptakan hanya untuk mentauhidkan Allah SWT.
Oleh karena itu, hubungan antara manusia dengan tuhan, atau sebaliknya,
memberi pemahaman bahwa bumi, langit serta alam semesta dengan segala
isinya tidaklah diciptakan secara kebetulan dan tanpa perencanaan yang
matang, serta tidak diciptakan dengan sia-sia, melainkan memiliki tujuan
(QS. Al-Mu‘minun [23]: 115). Melainkan Allah SWT sebagai satu- satunya
penciptanya dengan berbagai hikmat yang tersirat disebaliknya. Sehingga
hikmat inilah yang menjadikan manusia bernilai dan berarti di alam dunia.
Maka manusia dituntut untuk beribadat mentaati tuhan yang satu dengan
dikaruniai kuasa ikhtiar, berfikir dan lainya. Tauhid bukan hanya mengakui
B. Khilafah
Khalifah secara umum berarti wakil tuhan di bumi (QS. Al- Baqarah [2]:
30). Definisi luasnya bermakna sebagai amanah dan tanggung jawab manusia
terhadap apa-apa yang telah dikuasakan kepadanya, baik dalam bentuk sikap
maupun perilaku manusia terhadap Allah SWT, sesama manusia, dan alam
semesta. Sedangkan arti sempit, khalifah berarti tanggung jawab manusia untuk
mengatur sumber daya yang dikuasakan Allah kepadanya guna mewujudkan
maslahah maksimum dan mencegah kerusakan di muka bumi (P3EI, 2015)
Khilafah adalah kesadaran fundamental seseorang terhadap amanah
dan tangungjawab yang Allah SWT diberikan kepadanya di muka bumi (QS.
Al-Baqarah [2]: 30) dengan misi untuk memakmurkan bumi dan bertanggung
jawab kepada Allah SWT tentang pengelolaan sumber daya yang dibebankan
kepadanya (Tahir, 1995) dan mengatur kehidupan dunia sesuai petunjuk Allah
SWT. Allah SWT memberikan bumi ini dengan tujuan untuk dimakmurkan
oleh manusia dan dijadikan manusia menguasai bumi dan isinya (QS. Al-
An‘am [6]: 165). Mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup
dan kehidupan yang meliputi membangun, mengelola dan memelihara bumi
C. Adl
Allah telah menciptakan dan merancang ciptaan-Nya termasuk alam
semesta dan alamnya, serta manusia dalam proporsi yang seimbang. Jika
ada penyimpangan dari keseimbangan ini, seluruh sistem makhluk mungkin
runtuh atau berfungsi dengan buruk, termasuk dalam aktivitas ekonomi
yang dilakukan manusia (Adnan Abd Rashid & Arifin Mamat, 2013). Islam
menyebutkan keadilan adalah tujuan universal yang ingin dituju dalam
keseimbangan yang sempurna (Zakiyah, 2017). Sedangkan tujuan utama
umat Islam adalah terciptanya keadilan dalam berbagai aspek termasuk
kewirausahaan yang merupakan bagian dari masyarakat yang adil, sehat
dan bermoral. Islam mengharapkan terciptanya perekonomian yang energik,
bertujuan, sejahtera dan adil di mana setiap anggota masyarakat mendapatkan
imbalan yang menjadi hak mereka.
Prinsip adil merupakan pilar penting dalam Islamic Entrepreneurship.
Penegakkan keadilan telah ditekankan oleh al-Quran sebagai misi utama para
Nabi yang diutus Allah (QS. Al-Hadid [57]:25) bahkan menempatkan keadilan
selevel dengan kebajikan dan ketakwaan (QS. Al-Maidah [5]: 8). Maka, dalam
khazanah Islam, keadilan merupakan norma utama dalam seluruh aspek
kehidupan termasuk dunia ekonomi. Hal ini dapat ditangkap dalam pesan
al-Qur‘an yang menjadikan adil sebagai tujuan agama. Seseorang yang hidup
menurut hukum Allah harus berbuat adil tidak hanya kepada diri sendiri tetapi
juga kepada alam sekitarnya (QS. Asy-Syuura [42]: 17) (Muslehuddin, 2000).
Perintah berlaku adil ditujukan kepada setiap orang, tanpa pandang bulu.
Maka dari itu Kemestian berlaku adil dalam kewirausahaan mesti ditegakan di
dalam keluarga dan masyarakat muslim itu sendiri. Bahkan kepada orang kafir
pun umat Islam diperintahkan berlaku adil (Maghfur, 2016). Keadilan juga
D. Penghapusan Riba
Secara Bahasa Arab, riba digunakan dalam arti meningkatkan,
memperluas, membengkak, menggemukkan dan bersuka ria dan lain sebagainya
(Ahmed, 2013). Dalam bahasa Inggris riba disebut usury, yang bermakna
pengambilan bunga atas pinjaman uang secara berlebihan, sehingga cenderung
mengarah kepada eksploitasi atau pemerasan (Umam, 2018). Sedangkan
bunga merupakan jumlah tambahan yang dibayarkan/diterima dari jumlah
pokok menurut kesepakatan karena jangka waktu yang dilampirkan (Ahmad
& Humayoun, 2011). Dengan demikian riba atau bunga pada prinsipnya sama.
Islam dengan lantang melarang riba (QS. Ar-Rum [30]: 39, An-Nisa‘ [4]: 160-
161, Al-Baqarah [2]: 278-279) karena Islam menentang setiap bentuk eksploitasi
dan mendukung sistem ekonomi yang bertujuan mengamankan keadilan
sosio ekonomi yang luas. Bahkan berurusan dengan transaksi berbasis riba
berarti mendeklarasikan perang dengan Allah dan Rasul-Nya (QS. Al- Baqarah
[2]: 279) (Ahmad & Humayoun, 2011). Untuk itu, Islam melaknat berbagai
bentuk eksploitasi, khususnya ketidakadilan dimana pemberi pinjaman dijamin
mendapatkan pengembalian positif tanpa mempertimbangkan risiko yang
diperoleh peminjam, atau dengan kata lain, peminjam menanggung semua
jenis risiko. Dengan asumsi bahwa kekayaan yang dimiliki individu sebenarnya
merupakan amanah Allah SWT, sebagaimana kehidupan seseorang, maka
amanah kekayaan merupakan hal yang sakral. Maka apabila kekayaan itu
diambil secara tidak pantas, berarti ada ketidakadilan yang menodai kesucian
manusia (Iqbal, Zamir; Mirakhor, 2011).
Riba dianggap sebagai kenaikan atau kelebihan atas pokok atau, lebih
tepatnya, surplus yang ditetapkan atas hutang. Dalam teori ekonomi modern,
laba juga dilihat sebagai nilai surplus atau sisa atas pembayaran kontraktual
atau hanya selisih antara pendapatan dan biaya (Nur, 2008), tentu saja ini
E. Maslahah
Maslahat berasal Bahasa Arab dari kata al-islah yang artinya damai dan
tentram. Kata damai sendiri berorientasi pada materi sedangkan tentram
berorientasi pada im-materi. Secara etimologi, maslahah adalah turunan dari
kata shaluha-yashluhu-shâlih yang berarti (baik). Dalam pengertian umum,
maslahah berarti kesejahteraan. Lawan dari maslahat adalah mafsadat dari
fasada yafsudu, artinya sesuatu yang merusak dan tidak baik. Maslahat kadang-
F. Falah
Falah bermakna sebagai kemuliaan dan kemenangan, yaitu kemuliaan dan
kemenangan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata
al-Qur‘an yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang dunia
dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru
lebih ditekankan pada aspek spiritual (al-Baqarah [2]:5, 201, Ali Imran [3]:104,
130, at-Taubah [9]:88, al-Qashash [28]:67, Thaha [20]: 64, al-Mukminun [23]:1,
al-A‘la [87]:14 dan asy-Syam [91]:9, Al-Maidah [5]: 90, Al-A‘la [87]: 14, Al-
Mu‘minun [23]: 1-9, Asy- Syams [91]: 9, Al-Jumu‘ah [62]: 9).
Falah merupakan konsep keberkahan dalam praktek kewirausahaan
dan tujuan final praktek berekonomi. Keberkahan fungsi sebagai pemikat
material bagi individu untuk mengikuti perilaku yang dibenarkan. Konsep falah
A. Definisi Karakter
Pada berbagai teori baik pendidikan, ekonomi, maupun sosial budaya
dinyatakan bahwa karakter merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh
seseorang guna mencapai sesuatu yang diinginkan. Karakter dari kata latin
Latin kharakter, kharassein, dan kharax, yang bermakna tools for making, to engrave,
dan pointed stake. Kata ini mulai digunakan kembali dalam bahasa Prancis
caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi
character, sebelum menjadi bahasa Indonesia karakter. Karakter mengandung
pengertian (1) Kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya
menarik dan atraktif, (2) reputasi seseorang, dan (3) seseorang yang memiliki
kepribadian yang eksentrik (Bayu, 2015).
Karakter adalah watak, sifat atau tabiat. Karakter pada umumnya
ditujukan pada sifat suatu obyek mahluk hidup, terutama manusia. Karakter
merupakan bagian dari pembahasan ilmu-ilmu sosial seperti psikologi,
antropologi atu sosiologi. Pada ilmu psikologi pada umumnya terbatas pada
manusia sebagai individu (perseorangan). Istilah karakter dalam psikologi
digunakan kepada integrasi kebiasaan, sentimen dan ideal yang membuat
tindakan seseorang relatif stabil dan dapat diramalkan. Menurut antropologi,
karakter biasanya dikaitkan dengan sifat suatu kelompok yang dipengaruhi
oleh nilai-nilai budaya atau posisi-posisi sosialnya dalam sebuah struktur
35
masyarakat. Jika karakter menunjuk pada integrasi kebiasaan, sentimen
dan ideal yang berpengaruh terhadap tindakan seseorang yang relatif stabil,
tentunya karakter tersebut bersumber dari sebuah konsep ideal tentang
kepribadian yang integratif, menunjuk pada satu sikap dan reaksi positif
tertentu dalam menghadapi permasalahan kehidupan (Wazir, 2013).
Karakter berhubungan dengan kualitas, reputasi dan kepribadian, maka
karakter mengandung ciri-ciri khusus seperti percaya diri, watak dari percaya
diri adalah keyakinan, ketidaktergantunga, individualis dan optimis. Mau
mengambil risiko, menyukai tantangan, memiliki jiwa kepemimpinan dalam
wujud, mampu memimpin, mudah berinteraksi dengan banyak orang, dan
dapat menerima saran dan kritik dari bawahan. Pada konteks kekinian karakter
memiliki posisi yang sangat penting dan strategis.
Sebagaimana Scalia menunjukkan bahwa karekter harus menjadi fondasi
bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning). Sebab kecerdasan
dan pengetahuan (termasuk informasi) dapat diperjualbelikan. Dan telah
menjadi pengetahuan umum bahwa di era knowledge economy abad ke-21 ini
knowledge is power. Untuk membangun karakter perlu proses. Dimulai dari
perenungan mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral)
dan di dukung dengan aksi nyata sehingga menjadi praktis, refleksi, dan
praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi costum
(kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang (Bayu, 2015).
Karakter berhubungan dengan kemauan. Perpaduan antara karakter
dan kemampuan ini tampak pada empat unsur pokok, yaitu: Pertama,
Kemampuan (hubungannya dengan skill) antara lain: (a). Dalam membaca
peluang, (b). Dalam berinovasi, (c). Dalam mengelola, (d). Dalam menjual.
Kedua, Keberaniannya (hubungannya dengan karakter) antara lain: (a). Dalam
mengatasi ketakutannya, (b). Dalam mengendalikan risiko, (c). Untuk keluar
dari zona nyaman. Ketiga, Keteguhan hati (hubungannya dengan karakter)
antara lain: (a). Persistent (Gigih, pantang menyerah), (b). Determinasi (teguh
akan keyakinannya), (c). Kekuatan akan pikirannya (power of mind) bahwa
setiap orang juga bisa. Keempat, Insipirasi sebagai cikal bakal untuk menemukan
peluang (hubungannya dengan experiences) (Wazir, 2013).
49
spirit dalam menerobos sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan
barang dan jasa. Jiwa entreprenuer ada dalam setiap orang yang mempunyai
kemampuan kreatif dan inovatif serta yang menyukai perubahan,
pembaharuan, kemajuan dan tantangan (Suryana, 2013). Jiwa entreprenuer
adalah jiwa kemandirian untuk mencari sebuah sumber penghasilan dengan
membuka usaha ataupun menyalurkan kretifitas yang dimiliki seseorang
untuk kemudian dijadikan untuk mencari penghasilan, jiwa entreprenuership
ditanamkan sejak seseorang mulai sadar bahwa uang itu penting dan seseorang
tersebut memiliki keterampilan atau seseuatu hal seperti barang atau jasa yang
bisa dijual, seseorang akan belajar untuk lebih mandiri, berfikir kritis, dan maju
apabila ditanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini (Suryana, 2013). Dengan
indikator seperti percaya diri, optimisme, disiplin, komitmen, berinisiatif,
motivasi, memiliki jiwa kepemimpinan, suka tantangan, memiliki tanggung
jawab dan human relationship.
Muhammad Rapii, (2019) menyatakan bahwa seseorang yang berjiwa
wirausaha setidaknya memiliki kepribadian yang kuat, yaitu (1) Kepercayaan
dan pengendalian diri pada saat mereka sedang melaksanakan pekerjaan, (2)
selalu mencari kegiatan, (3) mampu meneguhkan hati, (4) memenej pekerjaan
berdasarkan tujuan, (5) penganalisisan kesempatan, pemikiran yang kreatif
dan objektif, (7) mampu memecahkan persoalan.
Sedangkan menurut teori yang banyak dianut para pengembang
menyatakan bahwa jiwa entreprenuership itu bisa dibangkitkan melalui
pembelajaran dan pelatihan. Orang-orang yang tadinya tidak memiliki jiwa
entreprenuer, setelah melalui pendidikan dan pelatihan bisa menjadi orang-
orang yang hebat dan tangguh (Fatimah, 2013), sangat potensial menatap
masa depan yang didalam kepribadianya telah terinternalisasikan nilai-nilai
kewirausahaan, yakni kepribadian yang memiliki tindakan kreatif sebagai nilai,
gemar berwirausaha, tegar dalam berbagai tindakan, percaya diri, memiliki
self determination atau lucus of control, berkemampuan mengelolah risiko,
menganggap waktu sangat berharga serta memiliki motivasi yang kuat, dan
karakter itu semua telah menginternal sebagai nilai-nilai yang diyakini benar
(Hasanah, 2015).
Menurut Yuyun Suryana dan Kartib Bayu, (2015) jiwa entrepreneur
terdapat pada setiap insan, berarti setiap insan memiliki kreativitas dan
mempunyai tujuan tertentu, serta berusaha untuk mencapai keberhasilan
dalam hidupnya. Namun, terkadang dijumpai bahwa daya ciptanya kurang
terealisasi, kalaupun terealisasikan tetapi kurang maksimal dan mampu untuk
C. Bakat Entrepreneur
Nana Herdiana Abdurrahman, (2013) mengemukakan bahwa ada enam
bakat yang lazim dimiliki seorang entreprenuer, yaitu: Pertama, kemampuan
dan rasa percaya diri (willlingness and self confidence). Modal utama seorang
bakat adalah keberanian yang tinggi dan percaya diri. Mereka mempunyai
keyakinan dan kepercayaan bahwa dengan tekad dan keebranian yang kuat,
akan mampu mengatasi segala persoalan di lapangan. Dalam membereskan
sebuah persoalan mereka cenderung tidak mau menerima sesuatu dalam
kondisi apa adanya atau dalam keadaan yang belum tuntas. Mereka sangat
yakin bahwa segala sesuatu tugas dan pekerjaan dapat diselesaikan secara
tuntas sesuai dengan rencana dan dorongan nurani.
Selain ayat Alqur‘an di atas dan tidak terhitung banyak pula hadits yang
mendorong pengembangan semangat entrepreneurship. Misalnya, “Hendaklah
kamu berdagang karena di dalamnya terdapat Sembilan puluh persen pintu rezeki”
(HR. Ahmad). “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap transaksi jual beli
yang mabrur (dibenarkan)” (HR. Ahmad dan Al-Bazzar). Energi entrepreneurship
bersumber pula pada praktek kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan umat Islam sebagai pedagang yang unggul sehingga tidak ada alasan
bagi umat Islam untuk tidak mencontoh beliau dalam berwirausaha. Begitu
juga praktik para sahabat yang kebanyakan berprofesi sebagai pedagang seperti
Abu Hanifah sebagai salah satu ahli fiqh terkemuka adalah seorang pedagang
ulung yang memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. Tradisi itu dilanjutkan oleh
murid-muridnya seperti Abu Yusuf dan Al-Syaibani, hingga diaplikasikan
dalam sebuah teori dan praktik yang menghasilkan sistem ekonomi Islam yang
mampu mengantarkan umat Islam ke gerang kemakmuran (Siswanto, 2016).
A. Profil Entrepreneur
Entrepreneur dimaknai sebagai seseorang yang mampu menghasilkan atau
menciptakan nilai tambah melalui pematangan ide-idenya dan menyatukan
sumber daya yang dimilikinya serta mewujudkannya (Winarno, 2011). Maka
entrepreneurship, muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan
usaha-usaha dan ide-ide barunya dan mengimplementasikan (Hilyati, 2013).
Dalam pengertian berbeda, entrepreneur merupakan seseorang atau sekelompok
orang yang dapat menerobos sistem ekonomi yang telah ada dengan cara
mempromosikan barang dan jasa yang baru, dengan memperkenalkan bentuk
organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.
Dalam arti lain, entrepreneur disebut sebagai orang yang berani berjuang
secara mandiri dengan cara mencurahkan segenap sumber daya dan upaya
meliputi keahlian mengidentifikasi produk baru, menentukan cara produksi
baru, mengatur operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang
bernilai lebih tinggi. Dengan demikian, entrepreneur adalah suatu proses atau
suatu aktivitas usaha yang dilakukan seseorang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan sesuai dengan keinginan dan harapan, melalui cara memproduksi,
ataupun menjual barang atau jasa (Megawati, 2018).
65
Perbedaan antara entrepreneur dengan pengusaha adalah. Kalau entrepreneur
adalah seorang pembuat keputusan yang dapat membantu terwujudnya sistem
ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagian besar perangsang perubahan,
inovasi dan kemajuan di perekonomian datang dari para entrepreneur; maka
entrepreneur orang sering dikenal sebagai orang yang punya kemampuan untuk
mengambil risiko dan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Nuranisa, 2018).
Sedangkan seorang pengusaha merupakan seorang yang menggabungkan
sumber daya, tenaga kerja, bahan baku, serta aset lain untuk menghasilkan nilai
yang le-bih besar dari sebelumnya, juga seorang yang menge-nalkan perubahan,
inovasi, dan tantangan baru.
Imam Mashud, (2016) menyatakan bahwa entrepreneur merupakan orang-
orang yang punya kepandaian melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk
mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat,
watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
nyata secara kreatif dalam rangka memperoleh kesuksesan dan meningkatkan
pendapatan. Intinya, seorang entrepreneur merupakan orang-orang yang punya
karakter entrepreneur dan dapat menerapkan hakikat entrepreneurship dalam
hidupnya.
Setiap profesi sedikit banyak akan memengaruhi profil kepribadian dari
orang yang menggeluti profesi tersebut. Demikian pula halnya dengan profesi
wirausaha. J. Timmons dan kawan-kawan pernah melakukan riset tentang
ciri-ciri pribadi wirausaha, dan mendapatkan daftar berikut ini:
1. Komitmen total, ketetapan hati, dan tekun
2. Dorongan untuk mencapai hasil dan berkembang.
3. Berorientasi kepada peluang dan tujuan.
4. Mengambil inisiatif dan tanggung jawab pribadi.
5. Penyelesaian masalah terus menerus.
6. Realisme dan rasa humor.
7. Mencari dan memakai umpan balik.
8. Pengendalian diri dalam diri sendiri.
9. Mencari dan mengambil risiko yang diperhitungkan.
10. Tidak membutuhkan status dan kekuasaan
11. Pribadi yang utuh dan andal.
7. Copreneurs
Coprenurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang
didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di
bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis
yang sudah ada (Alma, 2006).
1. Inovasi (Innovation)
Entrepreneur merupakan seorang inovator yang peka terhadap perubahan-
perubahan (Darwis, 2016). Maka Islamic Entrepreneur harus ada di garda
terdepan sebagai orang yang memiliki inovasi terutama dalam menghadapi
perubahan global. Secara umum faktor personal yang mendorong lahirnya
inovasi berbisnis bisa karena: (a) keinginan berprestasi. Keinginan tersebut
tampak dalam wujud tindakan untuk melakukan sesuatu lebih baik dan efisien
dibandingkan sebelumnya (Yuliana, 2017), (b) adanya sifat penasaran, (c)
berani menanggung risiko dengan penuh perhitungan untuk mulai mengelola
bisnis demi mendapatkan laba (Nuranisa, 2018), (d) faktor pendidikan dan
faktor pengalaman.
Sedangkan faktor lingkungan yang medorong lahirnya inovasi, yaitu:
(a) adanya peluang, (b) pengalaman, dan (c) kreativitas. Kesemuanya itu
terjadi karena memiliki rasa percaya diri, berinisiatif, punya motif berprestasi,
berwawasan jauh kedepan, punya jiwa kepemimpinan dan tidak takut
mengambil risiko dengan penuh perhitungan (Aprijon, 2013).
3. Pelaksanaan (Implementation)
Faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah bisnis adalah
sebagai berikut: (a) siap mental secara total, (b) adanya manajer pelaksana
sebagai tangan kanan, pembantu utama, (c) adanya kemauan yang tinggi
terhadap bisnis, (d) adanya visi, pandangan jauh ke depan untuk mendapatkan
keberhasilan.
A. Definisi Motivasi
Motivasi merupakan proses untuk mencoba membujuk dan mendorong
agar orang mau bekerja bertindak secara tertentu. Motivasi menyangkut
reaksi berantai, dimulai dari kebutuhan yang dirasakan. Selanjutnya timbul
kemauan besar yang hendak digapai, kemudian menumbuhkan usaha-usaha
untuk merealisasikannya yang pada akhirnya timbul pemuasan kebutuhan
tersebut. Motivasi adalah hal penting untuk diperhatikan dalam perusahaan,
karena dapat memengaruhi prestasi kerja para pegawai yang ada di lingkungan
perusahaan tersebut. Motivasi ini adalah komponen utama bagi manajer,
sebagaimana pengertian manajer harus bekerja dengan dan melalui orang
lain. Manajer perlu mengerti orang-orang berperilaku tertentu agar dapat
memengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi
(Handoko, 2012).
Motivasi merupakan suatu faktor yang mendorong seseorang untuk
melaksanakan suatu kegiatan tertentu. Motivasi sering kali diartikan pula
sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Maka untuk memotivasi
seseorang diperlukan pemahaman tentang bagaimana proses terbentuknya
motivasi (Abdurrahman, 2013). Istilah motivasi kadang-kadang dipakai
bergantian dengan istilah-istilah, seperti kebutuhan (need), keinginan (want),
79
dorongan (drive), atau impuls. Sedangkan motivasi seseorang ini tergantung
pada kekuatan motivasi itu sendiri.
Secara etimologi motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti
dorongan atau daya pengerak. Motivasi hanya diberikan kepada manusia saja,
khususnya kepada para bawahan atau pengikut (Sunyoto, 2012). Motivasi juga
berasal dari kata motif, yakni sesuatu yang menggerakkan atau mendorong
seseorang melakukan suatu kegiatan, yang berhubungan dengan jawaban
pertanyaan mengapa tingkah laku seseorang demikian. Motivasi dapat pula
diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu
(Manullang, M, 2011).
Menurut Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003) motivasi adalah
serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan
menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan (purpose).
Membangkitkan berkaitan dengan dorongan atau energi di belakang tindakan.
Motivasi berangkaian dengan pilihan yang dilakukan orang lain dan arah
perilaku mereka.
Motivasi diartikan suatu kumpulan kekuatan tenaga yang berasal baik
dari dalam maupun luar individu yang memulai sikap dan menetapkan bentuk,
arah, serta intensitasnya. Dengan tujuan untuk memengaruhi kinerja pegawai.
Bila motivasi tinggi dengan didukung kekuatan tinggi maka kinerja pegawai
juga tinggi dan sebaliknya. Hanya saja yang menjadi permasalahan adalah
apabila motivasi tinggi tetapi tanpa didukung oleh kemampuan yang cukup,
maka pada prinsipnya pegawai tersebut memiliki minat yang tinggi namun
kemampuan kurang (Ambar, 2009).
Artinya, untuk setiap individu sebenarnya mempunyai motivasi yang
mampu menjadi spirit dalam mengarahkan dan menumbuhkan semangat
dalam bekerja. Spirit yang dimiliki oleh seseorang tersebut dapat bersumber dari
dirinya (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), dimana kedua bentuk tersebut
akan lebih baik jika dua-duanya bersama-sama ikut menjadi pendorong
motivasi seseorang (I. Fahmi, 2016). Dimana setiap orang cenderung untuk
melaksanakan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan berbagai cara,
seperti pemberian insentif yang bersifat finansial maupun non finansial, seperti
pemberian pengakuan atas prestasi kerjanya, dan memberikan penghargaan
kepada orang lain (Purwanto, 2011).
Sondang P Siagian, (2012) melihat bahwa ketika berbicara motivasi
mengandung, maka ada tiga komponen sangat penting yang perlu diketahui
setiap orang, yaitu:
B. Teori-Teori Motivasi
Motivasi adalah masalah kompleks. Tidak ada seperangkat petunjuk
yang mudah dan dapat menjamin seseorang mampu membangkitkan dan
meningkatkan motivasi seseorang. Upaya meningkatkan dan mempertahankan
motivasi memperlukan perjuangan tanpa henti (Wibowo, 2015).
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori-teori motivasi dari para ahli
manajemen berikut ini:
Secara garis besar setidaknya ada tiga alasan utama ketika seseorang
memutuskan untuk menjadi wirausahawan dan mulali membangun perusahaan
untuk menjadi pemilik usaha, mengejar ide dan mendapatkan kepuasan
finansial sebagai berikut, (1) Menjadi pemilik usaha: Menjadi pemilik usaha
merupakan alasan utama akan tetapi tidak berarti bahwa menjadi seorang
wirausahawan adalah seseorang yang sulit bekerjasama atau sulit untuk
menerima otoritas. Sebaliknya banyak entrepreneur mau menjadi boss untuk
diri sendiri karena memiliki ambisi untuk mempunyai perusahaan sendiri atau
frustrasi terhadap pekerjaaan mereka. Ketika menjadi pemilik usaha tidak lain
realisasi pencapaian personal atau professional,
(2) Mengejar ide baru: Alasan lainnya seseorang menjadi entrepreneur adalah
mengejar ide pribadi. Ada beberapa orang yang memiliki ide baru untuk produk
dan jasa dan memiliki keinginan untuk mewujudkan ide baru tersebut. Para
entrepreneur yang berasal dari seorang eksekutif korporasi biasanya memiliki
ide yang relevan dengan perusahaan namun perusahaan tersebut menolak ide
tersebut. Akibatnya, banyak ide yang baik namun tidak dapat dilaksanakan
93
Seorang entrepreneur harus memahami dengan baik bagaimana menyusun kata-
kata yang mampu membentuk suatu arti atau makna, bagaimana mengubah
suatu situasi menjadi lebih menarik dan menyenangkan, bagaimana mengajak
konsumen untuk berperan aktif dalam diskusi mengenai produk yang dimiliki,
mampu menyelipkan humor yang mampu menghidupkan suasana, serta
memilih media komunikasi yang tepat baik tertulis maupun lisan.
Jadi, komunikasi terjadi bila antara orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi memiliki kesamaan mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
Jelasnya, apabila seseorang paham tentang sesuatu yang di katakan orang
lain kepadanya maka komunikasi dapat berlangsung. Secara sederhana dari
pengertian ini dapat dilihat bahwa tujuan dari komunikasi adalah untuk
membangun kesamaan arti antara pengirim pesan dan penerima pesan. Dengan
adanya kesamaan arti ini, maka dua orang atau lebih individu bisa saling
mengirimkan informasi dan mendefinisikan serta memahami realita masing-
masing, sehingga aktivitas manusia bisa terlaksana (Yudhi & Maharani, 2013)
presentation in class and in oral examination. Based on research, found that
the competence of students is relatively low. Also found that there is a different
degree of the competence among the students in the different departments. The
indicators of interpersonal communication competence are (1.
William C. Himstreet, (1981), komunikasi merupakan sebuah proses
transfer informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim),
baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
Komunikasi diartikan sebagai sebuah proses karena merupakan sesuatu
yang sedang terjadi dan selalu bergerak. Komunikasi adalah suatu sistem
bahwa dalam komunikasi terdapat beberapa aspek-aspek yang saling terkait.
Seperti halnya komunikasi dalam keluarga, maka orang-orang yang ada dalam
keluarga adalah bagian dari sistem. Simbol dalam komunikasi bisa menyangkut
bahasa dan perilaku non-verbal lainnya, seperti seni dan musik.
Makna merupakan inti dari komunikasi. Makna tidak begitu saja kita
ambil dari apa yang kita alami, melainkan dibentuk dalam proses komunikasi.
Kita berbicara dengan orang lain untuk memperjelas apa yang dipikirkan,
bagaimana cara menginterpretasi perilaku non-verbal orang lain. Dari
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dimengerti oleh pihak lain. Namun, komunikasi hanya akan berjalan baik jika
pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh si penerima pesan tersebut
(Yudhi & Maharani, 2013)presentation in class and in oral examination. Based
on research, found that the competence of students is relatively low. Also
B. Komponen Komunikasi
Komunikasi digunakan oleh siapa saja dan untuk kepentingan apa
saja serta dalam situasi dan kondisi bagaimana saja. Dalam dunia kerja,
komunikasi menjadi bagian penting, sebab komunikasi yang dilakukan tidak
secara baik akan berdampak sangat luas terhadap aktivitas organisasi, misalnya
permusuhan antar karyawan, dan sebaliknya komunikasi yang dilakukan secara
baik akan meningkatkan saling pemahaman dan pengertian, kerjasama, disiplin
kerja dan kepuasan kerja. Mengingat orang-orang yang berkerjasama dalam
sebuah organisasi untuk menggapai tujuan organisasi adalah sekelompok
sumber daya manusia dengan banyak karakter dan motivasi, maka komunikasi
yang terbuka mesti diterapkan secara baik. Karyawan harus mempunyai
keahlian komunikasi yang baik akan bisa mendapatkan dan mengelaborasikan
tugas yang diembannya, sehingga meningkatkan kinerjanya (Rapareni, 2013).
Setidaknya ada 8 (delapan) komponen penting dalam komunikasi yang
antara satu dengan lainnya saling berkaitan, yakni antara lain:
1. Lingkungan komunikasi
Pada lingkungan komunikasi setidaknya punya 3 (tiga dimensi), yaitu
(a) Fisik, merupakan ruang di mana aktivitas komunikasi berlangsung secara
nyata atau berwujud. (b). Sosial-psikologis, misalnya tata relasi status di antara
pihak yang terlibat, peran yang mereka jalankan dan aturan budaya masyarakat
2. Sumber-penerima
Sumber (source), biasa disebut sebagai pengirim (sender), penyandi
(encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator.
Sedangkan penerima disebut tujuan (destination), komunikate (communicate),
penyandi balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), atau
penafsir (interpreter), merupakan orang yang menerima pesan dari sumber atau
menjadi orang yang menjadi tujuan informasi.
Sumber dan penerima sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan
untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah
sumber (atau pembicara), sekaligus penerima (atau pendengar). Ketika anda
berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh, anda mengirimkan pesan.
Mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya, anda menerima pesan
dengan. maknanya ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima
pesan, dan begitu juga sebaliknya.
3. Enkoding-Dekoding
Enkoding atau penyandingan disebut tindakan menghasilkan pesandan
dekoding atau pemecah sandi sebagai tindakan menerima pesan. Pelakunya
disebut enkoder (pembicara atau penulis) dan dekoder (pendengar atau pembaca).
Enkoding-dekoding merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Oleh
karena itu, ketika seseorang berbicara (enkoding), maka juga menyerap
tanggapan dari pendengar (dekoding).
4. Kompetensi komunikasi
Kompetensi komunikasi dimaknai sebagai memiliki kemampuan yang
meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan sikap (attitude)
yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan non verbal
berdasarkan patokan-patokan tertentu. Sedangkan tiga ukuran kompetensi,
adalah: pemahaman terhadap proses komunikasi dalam berbagai konteksnya,
5. Pesan (message)
Pesan merupakan isi atau maksud yang akan berikan oleh satu pihak
kepada pihak lain melalui media/saluran di mana pesan diberikan kepada
komunikan. Pesan disebut produk fisik yang sebenarnya dari sumber-enkoder
atau source-encoder. Apabila seseorang berbicara, maka isi pembicaran
tersebut adalah pesan (Budyatna, 2012). Secara umum pesan komunikasi
dapat memiliki banyak bentuk. Misalnya, kita mengirimkan dan menerima
pesan melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra. Walaupun
kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini
bukanlah satu-satunya jenis pesan. Ada pesan nonverbal (tanpa kata atau
isyarat, gerak dan mimik). Seperti, pakaian yang kita kenakan, cara berjalan,
berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk dan
tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
sebuah komunikasi (Hermawan, 2012). Paling tidak ada tiga factor yang perlu
untuk dipertimbangkan di dalam pesan; (a) kode pesan atau message code, (b)
isi pesan atau message content, dan (c) pengelolaan pesan atau message treatment
(Budyatna, 2012).
6. Saluran (channel)
Saluran komunikasi merupakan media yang dilewati pesan. Komunikasi
jarang sekali berlangsung melalui hanya satu saluran. Umumnya kita
menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan.
8. Gangguan
Gangguan (noise) merupakan gangguan dalam komunikasi yang
mendistorsi pesan. Gangguan itu dapat menghalangi penerima dalam
menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan ini dapat
berwujud gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang
sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna) (Tim
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
C. Macam-Macam Komunikasi
Setiap orang tidak dapat dilepaskan dari dunia komunikasi, mulai dari
bangun tidur hingga akan tidur kembali. Sebelum berangkat kerja atau sekolah,
banyak kegiatan komunikasi dilakukan, seperti mendengarkan radio atau
musik melalui HP atau android, menonton acara televisi, membaca koran,
tabloid, atau majalah, atau berinteraksi dengan anggota keluarga (Purwanto,
2011).
Komunikasi pada prinsipnya terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu;
pertama, Komunikasi vertikal merupakan komunikasi yang dilancarkan dari
atas ke bawah (downward communication) dan sebaliknya dari bawah ke atas
A. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan komponen penting dalam gerak laju organisasi
penting sebagai kemampuan untuk mengarahkan dan meyakinkan bawahan
atau staf agar secara suka rela melakukan aktivitas kerjasama dalam mencapai
tujuan. Kepemimpinan seringkali dianggap sebagai driver. Kepemimpinan
melukiskan relasi antara pemimpin dengan yang dipimpin dan bagaimana
pemimpin menuntun follower akan menentukan sejauhmana follower mencapai
tujuan atau keinginan pimpinan.
Kepemimpinan ada pada posisi penting dan strategis karena menjadi
lokomotif bagi segenap sumber daya yang ada dalam organisasi atau perusahaan
dalam mencapai tujuan (goals). Kepemimpinan tidak sama dengan pimpinan.
Pimpinan merupakan seseorang yang tugasnya memimpin sehingga pimpinan
dapat juga disebut manajer, sedang kepemimpinan adalah bakat atau watak
yang idealnya dimiliki oleh setiap pemimpin atau manajer. Kepemimpinan
merupakan aktivitas memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi
perilaku manusia baik individu maupun kelompok (Mahmuddin, 2014).
Kepemimpinan disebut leadership dalam bahasa Inggris dan zi‟amah
atau Imamah dalam bahasa Arab (Charis et al., 2020). Kepemimpinan adalah
kekuasaan untuk memengaruhi seseorang untuk melaksanakan atau tidak
melaksanakan sesuatu. Untuk itu, kepemimpinan memerlukan penggunaan
109
kemampuan secara aktif untuk memengaruhi orang lain dan menggapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kepemimpinan dapat terlaksana tanpa
perlu terikat aturan-aturan yang ada. jika kepemimpinan dibatasi tata aturan
birokrasi, atau dihubungkan dengan suatu orginisasi tertentu. Hal tersebut
diartikan sebagai manajemen (Nurhayati, 2012).
Secara stuktural kepemimpinan dimaknai sebagai proses pemberian
motivasi supaya orang-orang yang dipimpin melakukan aktivitas atau pekerjaan
sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga bermakna
usaha-usaha mengarahkan, membimbing dan memengaruhi orang lain, supaya
pikiran dan aktivitasnya tidak melenceng dari tugas pokok masing- masing.
Adapun dalam konteks non-struktural kepemimpinan bermakna sebagai proses
memengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan seluruh
fasilitas guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Nurhayati,
2012). Sehingga pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinanan dituntut
tidak hanya sekedar melaksanakan fungsi kepemimpinan melainkan
memberikan pelayanan kepada setiap bawahannya. Supaya mereka merasakan
kehadiran seorang pemimpin sebagai rekan kerja yang biasa saling menghargai
bukan seorang pemimpin yang hanya memberikan tugas dan memerintahkan
bawahan untuk bekerja tanpa memikirkan kondisinya (Bahruddin et al., 2019).
Menurut Veithzal Rivai, (2003) pada hakekatnya kepemimpinan juga
berarti: Pertama, Proses memengaruhi dan memberi contoh dari pemimpin
kepada bawahannya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kedua, Seni
memengaruhi dan menggerakkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan
bersama. Ketiga, Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Keempat, Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi
tertentu. Kelima, Kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok supaya
mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat forman atau tidak formal. Pengaruh
formal diartikan jika seseorang pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam
sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh tidak formal muncul dari
luar struktur organisasi formal. Dengan demikian seseorang pemimpin dapat
muncul dari dalam organisasi atau karena ditunjuk secara formal.
Dari berbagai paparan di atas, dapat dipahami bahwa kepemimpinan
adalah pengaruh antara pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta
121
lebih bersifat heuristic yaitu sesuatu yang merupakan pedoman dan petunjuk
yang akan menuntun untuk memahami, dan mempelajari, atau menemukan
hal-hal yang baru.
Atribut orang kreatif ialah terbuka terhadap pengalaman, suka
memperhatikan, memandang sesuatu dengan cara pandang yang berbeda
atau tidak biasa, kesungguhan menerima dan merekonsiliasi sesuatu yang
bertentangan dengan sesuatu, toleran terhadap perbedaan, bijak dalam
mengambil keputusan, berpikir sebelum bertindak, percaya diri, tidak menjadi
subjek dari standar dan kendali kelompok, berani mengambil risiko yang
diperhitungkan, gigih, peka terhadap persoalan, lancar-kemampuan untuk
mengenerik gagasan-gagasan yang banyak, fleksibel, keaslian, tanggap terhadap
perasaan, terbuka terhadap fenomena yang belum jelas, motivasi, bebas dari
rasa takut gagal, berpikir dalam imajinasi dan selektif (Hadiyati, 2012).
Berpikir kreatif sama seperti daya imajinasi. Daya imajinasi terbagi atas
dua bagian. Daya imajinasi sintetik dan kreatif. Imajinasi sintetik berfungsi
sebagai penyusun konsep-konsep lama, ide atau rancangan lama menjadi satu
kombinasi baru berdasarkan bahan yang telah ada berdasarkan pengalaman
(experience),, pendidikan (education) dan pengamatan (observation). Sedangkan
Imajinasi kreatif berfungsi mengaitkan kemampuan pikiran individu yang
terbatas bersentuhan dengan alam kecerdasanya yang tak terbatas, sehingga
menghasikan gagasan dasar yang benar-benar baru (Ananta et al., 2014).
Kreativitas adalah proses yang bisa dikembangkan dan ditingkatkan.
Akan tetapi, kemampuan ini tidak sama antara satu orang dengan lainnya.
Kemampuan dan bakat merupakan dasarnya, tetapi pengetahuan dari
lingkungannya dapat juga memengaruhi kreativitas seseorang. Selama ini ada
asumsi yang salah terhadap orang kreatif. Ada yang asumsi bahwa hanya orang
jenius atau pintar saja yang mempunyai kreativitas. Kreativitas bukanlah suatu
bakat misterius yang diperuntukkan hanya bagi segelintir orang. Mengingat
kreativitas adalah cara pandang yang kadangkala dilakukan justru secara tidak
logis. Proses ini melibatkan hubungan antar banyak hal dimana orang lain
kadang-kadang tidak atau belum memikirkannya.
Dengan kata lain, kreativitas adalah suatu aktivitas yang mendatangkan
hasil yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti. Kreativitas menekankan
pada tiga kemampuan, yaitu berkaitan dengan kemampuan mengkombinasi,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan secara operasional yang
kreatif. Kreativitas merupakan sebuah kemampuan untuk mengembangkan
gagasan-gagasan baru dan mendapatkan cara-cara baru dalam memecahkan
139
Entrepreneurship berhubungan sangat erat dengan pemasaran, karena
pemasaran adalah bagian dari entrepreneurship. Entrepreneurship berkaitan
dengan pemanfaatan peluang yang di ikuti keberanian untuk mengambil
risiko dan membutuhkan tindakan yang penuh perhitungan dalam melakukan
eksekusi terhadap peluang tersebut, dan pengelolaan sumber daya secara kreatif
dan inovatif untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan pemasaran adalah
ilmu dan seni mengeksplorasi, menciptakan dan memberikan nilai untuk
memenuhi kebutuhan target pasar (Hendarsyah, 2020). Selain itu, konsep
marketing entrepreneurial adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability) dan perilaku seseorang entrepreneur dalam menghadapi
berbagai persoalan yang terkait dalam usaha mendapatkan peluang usaha
yang dilakukan.
Secara umum, marketing entrepreneurial merupakan fungsi organisasi dan
seperangkat proses untuk membuat, berkomunikasi dan memberikan nilai
kepada pelanggan dan untuk mengelola relasi dengan pelanggan dengan cara
yang menguntungkan organisasi dan para pemangku kepentingan, dan yang
ditandai dengan inovasi, proaktif mengambil risiko, dan mungkin dilakukan
tanpa sumber daya saat ini dikendalikan (Amirudin & Emmanuel, 2012). Selain
itu, marketing entrepreneurial adalah aspek pemasaran yang menitikberatkan
pada kebutuhan terciptanya dan dikembangkannya jaringan yang mampu
mendukung perusahaan, meliputi suplier, manajer, investor, penasehat, asosiasi
dagang, pemerintah lokal dan otoritas publik yang penting bagi konsumen dan
juga kesuksesan bisnis (Harini et al., 2017).
Pendekatan marketing entrepreneurial adalah pendekatan konsep yang
tepat ditinjau dari keterbatasan sumber daya dan permasalahan yang ada
pada UMKM. Pendekatan marketing entrepreneurial pengusaha kecil mampu
menciptakan suatu kondisi usaha yang lebih terarah terkait dengan usaha
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Aspek penting dari pemasaran ini
diteliti dalam konteks usaha kewirausahaan untuk melihat bagaimana teori
pemasaran sesuai dengan praktek kewirausahaan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kotler et al., (2010) yang menyebutkan bahwa konsep pemasaran
yang dijalankan oleh entrepreneur menunjukkan perbedaan dari konsep yang
dikemukakan dalam pemasaran konvensional.
Konsep pemasaran yang selama ini dilaksanakan dalam perusahaan besar
dan dengan banyaknya teks buku yang menjadi asal dari konsep dan studi
kasus, maka sudah waktunya untuk mempelajari proses pemasaran dalam
1. Product (Produk)
Produk merupakan sesuatu yang memenuhi apa yang pelanggan butuhkan
atau inginkan dan menjadi titik sentral dari kegiatan marketing (Alma, 2006).
Pentingnya suatu produk bukan terletak pada kepemilikannya secara fisik,
akan tetapi pada jasa yang diberikan kepada pembeli (Pasigai, 2009). Dengan
produk inilah perusahaan pertama-tama memenuhi need & want konsumen.
Maka wirausaha harus dapat memastikan bahwa konsumen menghendaki
produk-produk yang berkualitas, penampilan yang menarik, dan memuaskan.
Maka wirausaha harus mampu memacu inovasi produk, riset, pengembangan
dan pengendalikan secara berkesinambungan terhadap produk yang dihasilkan.
Selain itu, wirauasaha dan perusahaan harus memerhatikan bauran produk
(product mix) dari product line mereka, dan mengerti cara memosisikan produk
tersebut, cara menggunakan merek tersebut, cara menggunakan sumber daya
perusahaan, dan cara mengatur bauran produk agar masing-masing produk
2. Price (Harga)
Harga adalah banyaknya uang yang dibayarkan oleh pelanggan untuk
produk tersebut. Harga sangat penting mengingat hal tersebut menentukan
keuntungan perusahaan (Alma, 2006). Entreprenuer di dalam menentukan
harga harus bijak, terutama dalam menyangkut potongan harga, pembayaran
ongkos kirim, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan harga. Bila perlu,
entrepreneur melakukan pertimbangan dengan melihat informasi, fakta, dan
analisis di lapangan. Entrepreneur harus mempertimbangkan berbagai faktor
sebelum menentukan harga seperti: (a) biaya barang dan jasa. (b) permintaan
dan penawaran pasar. (c) antisipasi volume penjualan produk dan jasa. (d)
harga pesaing, (e) kondisi ekonomi, (f) lokasi usaha, (g) fluktuasi musiman, (h)
faktor psiklogis pelanggan, (i) bunga kredit dan bentuk kredit, (j) sensitivitas
harga pelanggan (elastisitas permintaan).
Penetapan harga yang dilakukan wirausaha akan memengaruhi
kemampuan bersaing dengan wirausaha lain dan kemampuan membeli
konsumen. Harga yang tinggi sering dianggap pelanggan berkorelasi
positif dengan kualitas yang juga tinggi. Tujuan penetapan harga adalah
memaksimalkan penjualan dan penetrasi pasar, mempertahankan kualitas
atau differensiasi
3. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan salah atau variable dalam bauran pemasaran yang
penting sekali dilaksankan perusahaan khususnya dalam memasarkan produk
jasa. Kegiatan promosi tidak saja berfungsi menjadi alat komunikasi perusahaan
4. Place (Tempat)
Penetrasi pasar perusahaan tidak dapat maksimal tanpa didukung
tempat atau saluran distribusi yang baik untuk menjual jasa yang ditawarkan
kepada konsumen, karena lokasi yang tidak strategis dapat mengurangi minat
konsumen dalam berhubungan dengan perusahaan tersebut. Maka, place
merujuk pada penyediakan produk tersebut pada sebuah tempat yang nyaman
bagi pelanggan untuk mengaksesnya. Tempat strategis, menyenangkan, aman
dan efisien merupakan tempat yang menarik bagi konsumen, untuk mencapai
tempat sasaran yang baik maka dapat dilakukan dengan jalan:
Pertama, memperbanyak saluran distribusi baik saluran distribusi
langsung maupun tidak langsung. Saluran distribusi langsung merupakan
penyalurkan barang-barang yang dibeli konsumen secara langsung ke tempat
tinggal konsumen. Supaya konsumen tidak perlu lagi memikirkan masalah
pengangkutan barang yang dibelinya. Pada sisi wirausahawan juga mendapat
keuntungan berupa kontak langsung karena para wirausahawan akan
memahami gaya hidup, perkiraan penghasilan, status sosial dan sebagainya
5. People
Faktor manusia yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung
dalam aktivitas penyampaian produk di pasaran sangat penting. Faktor ini
tidak dapat dikesampingkan, bahkan termasuk salah satu yang utama. Elemen
dari orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain. Segala
tindak tanduk karyawan, cara berpakaian karyawan dan penampilan karyawan
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa. Karyawan harus
diberi pengarahan, dan pelatihan, agar dapat melayani konsumen sebaik-
baiknya (Alma, 2006). Dengan kata lain, people ini berhubungan dengan apa
yang membedakan kualitas sumber daya manusia (tenaga kerja) yang ada dan
karakteristik pelanggan yang dimiliki suatu perusahaan dengan perusahaan
pesaing.
6. Physical Evidence
Sarana fisik (Physical Evidence), termasuk salah satu hal nyata yang
ikut serta memengaruhi keputusan konsumen untuk mau membeli dan
menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Termasuk dalam bagian dari
sarana fisik seperti lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan,
logo, warna dan barang-barang lainnya. Misalnya, untuk penjualan jasa
transportasi, konsumen akan memperhatikan kondisi mobil yang digunakan,
untuk jasa hotel konsumen akan melihat tampilan hotel, kamar, dan berbagai
fasilitas yang terdapat di dalamnya (Alma, 2006).
151
Dengan memiliki rencana bisnis yang baik ada peluang besar bisnis yang
dijalankan dapat sukses dan berhasil.
Rencana bisnis setidaknya memiliki tiga fungsi dasar yaitu: Pertama,
Menetapkan proyek masa depan. Kedua, Menetapkan seberapa baik sasaran
telah terpenuhi. Ketiga, Mendapatkan uang (Meilani & Sutrisno, 2015).
Walaupun demikian, ada juga yang menyakini bahwa business plan cuma
sebatas formalitas saja karena tanpa business plan pun kegiatan usaha tetap
dapat dijalankan dengan maksimal. Akan tetapi, rencana bisnis pada prinsipnya
merupakan komponen penting karena menjadi alat bantu untuk menjadi
pedoman sekaligus panduan dan alat pencari dukungan investor terutama yang
baru akan memulai sebuah bisnis, atau yang akan atau sedang mengembangkan
bisnis (Rimiyati & Munawaroh, 2016).
Renaca bisnis atau usaha adalah alat untuk memastikan bahwa sebuah
bisnis atau usaha dijalankan dengan baik dan benar, yang mencakup pemilihan
kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan, dan komponen-
komponen lainnya yang akan membantu tercapainya tujuan usaha. Renacan
usaha merupakan langkah pertama dalam berwirausaha untuk mengantisipasi
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan untuk menghadapi setiap tantangan
dalam menjalankan usaha (Hasmidyani et al., 2018). Oleh karenanya, David
H. Bangs, Jr. (1995) dalam Buchari Alma, (2006) bahwa, para pengusaha
yang tidak mampu membuat perencanaan bisnis sama dengan merencanakan
kegagalan. Ungkapan ini benar adanya, sebagaimana hasil pengalaman para
pemilik usaha kecil yang mau menyediakan sedikit waktu untuk mendalami
semua strateginya, menggunakan seluruh informasi untuk menguji kebenaran
pendapatnya, dan cukup pandai mengenali kekurangan-kekurangan dirinya
merupakan pengusaha yang tidak akan mengalami kegagalan.
Edward E.Bewayo, (2015) dalam risetnya memperlihatkan bahwa
rencana usaha merangkum dengan lengkap dan rapi apa yang mesti
dilakukan pengusaha: mulai dari mereka melakukan riset pasar, selanjutnya
memproyeksikan penjualan dan meningkatkan modal, mengumpulkan tim
manajemen, dan lain-lain. Pilihan untuk memberi penekanan pada rencana
usaha tampaknya menggambarkan bahwa kesuksesan dalam berwirausaha
seharusnya lebih banyak daripada apa yang pengusaha lain lakukan.
Business Plan adalah langkah pertama yang harus disiapkan dengan
asumsi dapat digunakan untuk menggali, menumbuhkan gagasan atau ide
bisnis dan menuangkannya dalam sebuah kegiatan usaha bisnis. Business
Plan didefinisikan sebagai keseluruhan proses tentang apa-apa yang akan
159
mempunyai citra dan kualitas yang baik dihadapan konsumen. Peran etika
sangat mendukung kemajuan dan perkembangan perusahaan, karena etika
adalah norma dan nilai yang wajib terus dijaga demi kebaikan bersama dan
perusahaan sudah seharusnya menjadikan itu sebagai sebuah standar baku
dalam menggerakkan roda bisnisnya (Aravik, H., & Hamzani, 2021). Menjaga
etika bertujuan untuk menangui reputasi perusahaan.
Secara umum persoalan etika ini senantiasa dihadapi para manajer
dalam kegiatan entrepreneur, namun mesti selalu dijaga secara berkelanjutan,
sebab reputasi sebagai perusahaan yang etis tidak dibentuk dalam semalam,
tapi terbentuk dalam jangka panjang bahkan bisa puluhan tahun. Dan ini
adalah aset yang tak ternilai sebagai goodwill bagi sebuah perusahaan (Aqli,
2016). Komitmen dan menjunjung tinggi etika harus dapat dilakukan setiap
stakeholder perusahaan, baik sebagai pihak internal perusahaan seperti unsur
pimpinan, tim manajemen, investor dan karyawan, maupun dari eksternal
stakholder seperti konsumen, kelompok-kelompok yang berhubungan dengan
perusahaan, organisasi buruh, pihak pemasok, pemerintah, kreditor, sampai
kepada masyarakat umum.
Etika bisnis atau entrepreneur merupakan pemikiran atau refleksi tentang
moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik dan
buruk, terpuji atau tercela, dan oleh karenanya diperbolehkan atau tidak
dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan
manusia dan kegiatan ekonomis yang menjadi bidang perilaku manusia yang
penting (Fauzan & Nuryana, 2014). Etika kewirausahaan menyangkut usaha
membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan,
dan ini merupakan elemen sangat penting buat suksesnya suatu bisnis dalam
jangka panjang. Etika bisnis sangat memengaruhi hubungan antara pihak-
pihak yang terkait, misalnya hubungan antara pimpinan dengan bawahan,
antara penjual dengan pembeli, antara produksen dengan konsumen serta
bermaksud membantu kedua belah pihak untuk bertindak secara bebas dalam
aktivitas bisnis tetapi dapat dipertanggung jawabkan.
Faisal Badroen, (2007) menjelasakan bahwa etika kewirausahaan atau
bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan salah dalam
dunia bisnis yang berbasis pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain
etika bisnis bermakna seperangakat prinsip dan norma di mana para pelaku
bisnis harus berkomitmen padanya dalam bertransaksi, berprilaku dan berelasi
guna mencapai tujuan bisnisnya dengan selamat. Selain itu etika bisnis juga
bermakna refleksi tentang sikap dan prilaku baik, buruk, tercela, benar, salah,
Urgensi etika bisnis dapat dipandang dari dua segi antara lain: (1), segi
sosial seruan kepada semua orang yang berkompetisi di pasar. (2): segi moral
dalam konteks pasar bebas etika bisnis sangat diperlukan sebagai jaminan agar
kompetisi berjalan baik dan sehat menurut moral. Secara lazim tuntutan moral
dapat dirumuskan dengan cara positif dan negatif. Secara positif kompetisi
bisnis harus berjalan dengan semangat kejujuran dan secara negatif dalam
kompetisi bisnis orang dilarang merugikan orang lain (Murwadji, 2016). Selain
itu, etika bisnis sangat penting untuk menjaga loyalitas stakeholder dalam
membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan
perusahaan karena semua keputusan perusahaan sangat memengaruhi dan
dipengaruhi oleh stakeholder adalah semua individu atau kelompok yang
berkepentingan atau berpengaruh terhadap perusahaan (Murwadji, 2016).
Pada aspek UMKM penerapan etika bisnis sangat penting karena
berdampak pada enam aspek kemajuan bisnis seperti aspek pemasaran,
manajemen dan SDM, hukum, sosial, dampak lingkungan, dan finansial.
Etika bisnis sangat berpengaruh positif terhadap tanggung jawab perusahaan
terutama pada lingkungan sosial. Etika bisnis sangat berpengaruh pada
keberhasilan dan keuntungan perusahaan modern, dan perannya akan
meningkat di masa depan. Tegasnya etika bisnis adalah faktor yang signifikan
dalam memengaruhi keberhasilan bisnis dan citra perusahaan (Mutmainnah,
2019).
3. Bertanggung jawab
Tanggungjawab adalah sikap terhadap tugas yang membebani seorang
pebisnis dan karyawan atau staf. Pebisnis yang bertanggungjawab pastilah orang-
orang yang selalu bersedia dimintai dan memberikan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan tugas dan kewajiban, termasuk jika mereka lalai dalam
pelaksanaan tugas dan tanggungjawab. Pebisnis yang bertanggung- jawab selalu
siap menjadi good risk-taker (Mu’min, 2016).
5. Memiliki fairness
Fairness merupakan rasa adil, dan sikap sportif atau sportifitas. Seorang
pebisnis bisa dikategorikan sebagai seorang yang mempunyai keutamaan ini
apabila pebisnis tersebut selalu bersedia memberikan apa yang patut diberikan
kepada pihak lain, apakah karyawan, pemasok dan pelanggan dalam kaitannya
dengan hak (Mu’min, 2016).
7. Rendah hati
Harus digaris bawahi bahwa sikap moral dan rendah hati tidak ada
sangkut pautnya dengan rasa sungkan kepada atasan atau rekan kerja yang
lebih tua usianya, enggan untuk membela suatu pendirian atau merendahkan
diri ke kuasa pimpinan. Seseorang melihat dirinya sendiri apa adanya, apakah
sebagai karyawan, manajer atau sebagai pimpinan puncak sebuah bisnis.
Dalam konteks bisnis, sikap rendah hati merupakan kekuatan batin yang
membuat semua pihak yang terlibat untuk melihat diri dan menampilkan
dirinya apa adanya (Mu’min, 2016).
173
dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas
untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi
bisnis maupun pembangunan (Rahmat, 2017). Sedangkan Institute of Chartered
Accountants, England and Wales menyatakan bahwa CSR adalah garansi bahwa
organisasi-organisasi pengelola bisnis dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang
saham (shareholders) mereka.
Canadian Government mendefinisikan dengan kegiatan usaha yang
mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya,
pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan
secara transparan dan bertanggung jawab agar dapat mewujudkan masyarakat
yang sehat dan berkembang (Rahmat, 2017). Oleh karena itu, secara sederhana,
CSR dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang mengharuskan perusahaan
untuk dapat memenuhi dan memperhatikan kepentingan para stakeholder
dalam kegiatan operasinya mencari keuntungan. Stakeholder yang di maksud
diantaranya adalah para share holder, karyawan (buruh), customer, komunitas
lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan lain sebagainya
(Aziz, 2013). CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”,
di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan
faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga harus
berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk
jangka panjang (Kristanto, 2012).
CSR dalam perspektif filsafat moral di bidang ekonomi bisnis pada
dasarnya adalah perwujudan perasaan etik perusahaan untuk mewujudkan sifat
altruistic korporasi. Perasaan etik yang semula bersifat individual ini saat ini
telah berkembang menjadi sebuah tuntutan global dalam dunia bisnis (Fauzi,
2020). CSR adalah eskalasi kualitas kehidupan dengan cara masyarakat mampu
menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati, memanfaatkan
serta memelihara lingkungan hidup. Sekaligus sebagai bagian dari proses
penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan
bisnis dari stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam
modal) maupun ekstemal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota
masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain) (Ernawan et
al., 2016).
Dengan demikian CSR termasuk bagian dari komitmen usaha perusahaan
untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi lebih
Indikator sukses atau tidaknya CSR dapat dilihat dari, yaitu: Pertama,
secara umum, dapat dilihat dari capaian nilai etika yang dikandungnya seperti
turut menegakkan social justice, sustainability dan equality. Kedua, secara sosial,
dapat dinilai dari tinggi rendahnya legitimasi sosial korporasi di hadapan
stakeholder sosialnya. Ketiga, secara bisnis, dapat dilihat dari meningkatnya nilai
saham akibat peningkatan corporate social image. Keempat, secara teknis, dapat
dilihat dari capaian program hasil evaluasi teknis lapangan (Fahmi, 2015)
A. Definisi Franchise
Franchise (waralaba) merupakan sebuah model bisnis yang terbukti
berhasil dan banyak pengusaha menggunakannya (Sulistyaningsih, 2017).
Walaupun demikian, dalam kepustakaan hukum Indonesia, istilah waralaba
(franchise) tidak dikenal. Hal ini dapat dimaklumi karena memang lembaga
waralaba sejak awal tidak terdapat dalam budaya atau tradisi bisnis masyarakat
Indonesia. Namun karena pengaruh globalisasi, maka franchise juga masuk
dalam tatanan hukum dan budaya masyarakat Indonesia. Istilah franchise
selanjutnya menjadi istilah yang sangat familiar, khususnya dalam masyarakat
bisnis Indonesia dan menarik perhatian banyak pihak untuk mendalaminya
(M. M. Rivai, 2012).
Kata franchise yang dikenal dengan waralaba, asalnya dari bahasa Prancis
yang berarti hak istimewa (privelege) atau kemerdekaan (freedom). Sedangkan
waralaba berasal dari kata “wara” (lebih atau istimewa) dan “laba” (untung),
sehingga waralaba berarti usaha yang memberikan labah lebih atau istimewa.
Waralaba merupakan suatu cara pendistribusian barang dan jasa kepada
konsumen atau masyarakat, yang dijual kepada pihak lain yang berminat.
Pemilik dari cara ini dikenal pewaralaba (franchisor), sedangkan pembeli
disebut penerima waralaba (franchisee) (M. M. Rivai, 2012). Dengan demikian
Franchisee merupakan badan usaha atau perorangan yang diberikan atau
187
menerima hak untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh franchisor (Achmadi, 2007).
Andrian Sutedi, (2008) mengartikan waralaba merupakan suatu
pola kemitraan usaha antara perusahaan yang mempunyai merek dagang,
sistem manajemen, keuangan, dan pemasaran yang telah baik, yang disebut
pewaralaba (franchisor), dengan perusahaan/individu yang mau memanfaatkan
atau menggunakan merek dan sistem milik pewaralaba, disebut terwaralaba
(franchisee). Kompensasi yang diterima adalah pewaralaba harus memberikan
bantuan teknis, manajemen, dan marketing kepada terwaralaba serta membayar
sejumlah biaya (fee) kepada pewaralaba. Relasi kemitraan usaha yang dibuat
kedua belah pihak dikukuhkan dalam suatu perjanjian lisensi/waralaba.
Menurut Retno Djohar Juliani, (2014) franchising atau waralaba yaitu
suatu sistim marketing atau distribusi barang atau jasa, dimana sebuah
perusahaan induk atau franchisor menyerahkan kepada individu atau
perusahaan lain atau franchise yang berskala kecil atau menengah, berupa
hak-hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara
yang sudah ditentukan selama waktu tertentu dan di suatu tempat tertentu pula.
Sedangkan Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 1997 menyatakan
bahwa waralaba (franchise) merupakan suatu perikatan di mana salah satu
pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa. Selain itu,
menurut Peraturan Menteri Industri dan Perdagangan Indonesia No 259/
MPP/Kep/7/1997, franchise merupakan suatu perikatan di mana pihak yang
satu diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain
dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak
lain dalam rangka untuk mempersiapkan dan atau menjual barang dan atau
jasa (Malik, 2007).
Amerika lewat International Franchise Association (IFA) menjelaskan
bahwa franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan
franchisee, di mana franchisor mempunyai kewajiban menjaga kepentingan
secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee. Sedangkan
menurut British Franchise Association franchise didefinisikan sebagai garansi
lisensi kontraktual antara satu orang (franchisor) dengan pihak lain (franchisee)
dengan: Pertama, Mengijinkan franchisee menjalankan usaha dalam waktu
E. Franchise di Indonesia
Konsep waralaba atau franchise muncul sejak 200 tahun sebelum Masehi.
Saat itu seorang pengusaha Cina memperkenalkan konsep rangkaian toko untuk
mendistribusikan produk-produk makanan dengan merk tertentu. Sebenarnya
waralaba dengan pengertian yang dikenal saat ini berasal dari Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat waralaba mulai dikenal ketika perusahaan-perusahaan bir
memberikan lisensi kepada perusahaan-perusahaan kecil sebagai upaya untuk
mendistribusikan produk mereka. Sistem waralaba di Amerika Serikat pertama
kali dimulai pada tahun1851 M (Dzuluqy, 2019).
Zaman franchise modern baru dimulai pada akhir tahun 1940-an dan
awal tahun 1950-an. Hal ini terlihat dari berkembangnya Mc Donalds‘s (1955),
Carvel Ice Cream (1945), Jhon Robert (1955), Kentucky Fried Chicken (1952),
A. Definisi E-Commerce
Kemajuan teknologi telah menyebabkan terjadinya perubahan budaya
dan kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga melahirkan model-model hubungan
baru, termasuk dalam dunia bisnis. Salah satu media andalannya adalah
melalui E- Commerce (Electronik Commerce) (Sukmayanti, 2020). E- commerce
merupakan suatu bentuk perdagangan yang memiliki ciri khas tersendiri
(Andreas et al., 2019), seperti situs-situs jual beli online seperti Shopee,
Tokopedia, Blibli, Bukalapak dan Lazada (Kholijah, 2020).
E-commerce atau Electronic Commerce terdiri dari dua suku kata yaitu
Electronic dan Commerce. Secara bahasa Electronic adalah semua alat yang
berhubungan dengan teknologi dan dunia elektronika, sedangkan Commerce
adalah perniagaan atau perdagangan (Sara & Fitryani, 2020). Secara istilah
E-commerce adalah sebuah mekanisme transaksi yang menggunakan jaringan
komunikasi elektronik seperti internet yang digunakan banyak negara baik maju
maupun berkembang, dan aktivitasnya tidak dapat lagi dibatasi dengan batasan
geografis dan dapat meningkatkan efisiensi serta kecepatan penyelenggaraan
bisnis (Wulandari, 2017).
Menurut Robert V. Kozinets, Kristine De Valck, Andrea C. Wojnicki,
(2010) e-commerce sebagai proses pembelian, penjualan, dan pentransferan atau
pertukaran produk baik barang dan jasa, maupun informasi melalui jaringan
209
komputer atau sumber internet. Salah satu keuntungan penggunaan sumber
internet adalah pengiriman data dan informasi yang lebih cepat antara orang-
orang yang terlibat, dalam hal ini yang dimaksud adalah pihak penjual dan
pembeli.
Sedangkan menut Laudon, K., (2009) e-commerce adalah transaksi bisnis
yang dilakukan dengan menggunakan internet dan web dan memenuhi dua
syarat yaitu seluruh transaksi dilakukan dengan teknologi media digital terutama
pada transaksi yang terjadi melalui internet dan web, serta adanya perpindahan
mata uang pada saat transaksi tersebut terjadi. E-commerce sebagai suatu
cara untuk melakukan aktivitas perekonomian dengan infrastruktur internet
memiliki jangkauan penerapan yang sangat luas. Dengan internet, maka, setiap
orang dapat melakukan aktivitas apapun termasuk aktivitas ekonomi. Secara
garis besar, e-commerce diterapkan untuk melaksanakan aktivitas ekonomi
business-to-business, business-to consumer, dan consumer-to-consumer (Santoso,
2016).
Business-To-Business (B2B). B2B merupakan transaksi secara elektronik
antara entitas atau obyek bisnis yang satu ke obyek bisnis lainnya, disebut juga
transaksi antar perusahaan. Transaksi yang digunakan adalah EDI dan email
untuk pembelian barang dan jasa, informasi maupun konsultasi (Samad, 2019).
Karakteristik dari bisnis model B2B antara lain:
(a) Trading partners sudah diketahui dan umumnya mempunyai relasi yang
cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner tersebut.
Karena sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang
dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan.
(b) Pertukaran data berlangsung berulang-ulang dan secara berkala, misalnya
setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama.
(c) Pelaku bisa berinisiatif mngirimkan data tanpa harus menunggu
parternya.
Abdullah, M. I., & Helmarini. (2021). Nilai-Nilai Ajaran Islam Dan Etika
Wirausaha Dalam Pendidikan Kewirsusahaan. Jurnal Economic Edu, 1(2),
83–89. http://jurnal.umb.ac.id/index.php/ecoedu/article/view/1358
Abdurrahman, N. H. (2013). Manajemen Bisnis Syariah & Kewirausahaan.
Bandung: Pustaka Setia.
Achmadi. (2007). Analisis Pengaruh Faktor Ukuran, Usia, Dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Strategi Kewirausahaan Dalam Franchising. Value
Added: Majalah Ekonomi Dan Bisnis, 4(1), 1–15. https://jurnal.unimus.
ac.id/index.php/vadded/article/view/672
Adnan Abd Rashid, & Arifin Mamat. (2013). Educational View of the Islamic
Leadership : Are the Islamic Leaders Performing Their Responsibilities ?
International Journal of Humanities and Social Science, 3(3), 178–185.
Afdila, & Ferdian. (2020). Pengaruh E-Commerce terhadap Perilaku Konsumen
dalam Perspektif Ekonomi Syariah. Al-Muqayyad, 3(2), 180–192. https://
doi.org/https://doi.org/10.469 63/jam.v3i2.285
Afrizal, L. H. (2018). Rubūbiyah dan Ulūhiyyah Sebagai Konsep Tauhid
(Tinjauan Tafsir, Hadits dan Bahasa). Tasfiyah, 2(1), 41. https://doi.
org/10.21111/tasfiyah.v2i1.2482
219
Ahmad, A., & Humayoun, A. A. (2011). Islamic banking and prohibition of
Riba/interest. African Journal of Business Management, 5(5), 1763–1767.
https://doi.org/10.5897/AJBM10.723
Aisyah. (2017). Inovasi Dalam Perspektif Hadis. Jurnal TAHDIS, 8(1), 90–101.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/view/4009
Aisyah, L., & Achiria, S. (2019). Usaha Bisnis E-commearce Perspektif
Ekonomi Islam (studi pada bisnis @lisdasasirangan). Ad-Deenar: Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3(2), 187–200. https://doi.org/10.30868/
ad.v3i2.507
Alfaqiih, A. (2017). Prinsip-Prinsip Praktik Bisnis Dalam Islam Bagi Pelaku
Usaha Muslim. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 24(3), 448–466. https://
doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss3.art6
Alfianto, E. A. (2012). Kewirausahaan : Sebuah Kajian Pengabdian Kepada
Masyarakat. Jurnal Heritage, 1(2), 33–42. https://jurnal.yudharta.ac.id/
v2/index.php/HERITAGE/article/view/837
Alma, B. (2006). Kewirausahaan; Menumbuhkan Jiwa Wirausaha bagi Mahasiswa
dan Masyarakat Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Ambar, T. S. R. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu.
Amirudin, & Emmanuel, R. (2012). Penerapan Tujuh Dimensi Pemasaran
Dalam Entrepreneur Marketing Di Indonesia. Kajian Ilmiah Mahasiswa
Manajemen, 1(5), 1–6. http://journal.wima.ac.id/index.php/Kamma/
article/view/322
Andharini, S. N. (2012). Pemasaran Kewirausahaan Dan Kinerja Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah. Jurnal Ekonomika Bisnis, 03(02), 121–130. https://
doi.org/10.22219/jekobisnis.v3i2.2235
Andreas, R., Andini, P. R., & Rulanda, S. P. (2019). Islamic Perspective
In Consumers Protecting Of E-Commerce Transactions In Indonesia.
Ikonomika, 4(1), 60–70. https://doi.org/10.24042/febi.v4i1.3898
Aprijon. (2013). Kewirausahaan dan Pandangan Islam. Menara Riau; Jurnal
Ilmu Pengetahuan Dan Pengembangan Masyarakat Islam, 12(1), 1–11. http://
ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Menara/article/view/406
Aqli, R. (2016). Etika Wirausaha dan Pengelolaan Wirausaha Menurut Ajaran
Agama Islam. Jurnal Qolamuna, 1(2), 305–322. https://ejournal.stismu.
ac.id/ojs/index.php/qolamuna/article/view/20
239
Copreneurs: Entrepreneur yang muncul dengan cara menciptakan pembagian
pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang.
Corporate Social Responsibility (CSR): Komitmen perusahaan untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan
komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan.
Customer service arientation: Entrepreneur yang mempunyai kemampuan
menemukan dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Desire for immediate feedback: Entrepreneur yang memiliki karakter selalu
menginginkan umpan balik dengan segera.
Desire for responsibility: Entrepreneur yang memiliki karakter punya rasa
tanggungjawab terhadap usaha yang dilakukannya, sehingga akan selalu
mawas diri.
Developing others: Wirausaha memiliki karakter bersedia mengembangkan
teman kerja secara sukarela.
E-commerce: Transaksi bisnis yang dilakukan dengan menggunakan internet
dan web dan memenuhi dua syarat yaitu seluruh transaksi dilakukan
dengan teknologi media digital terutama pada transaksi yang terjadi
melalui internet dan web, serta adanya perpindahan mata uang pada saat
transaksi tersebut terjadi
Entrepreneurship: Sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam usaha
untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan
pendapatan di dalam kegiatan usahanya
Expertise: Entrepreneur yang mempunyai kemampuan menggunakan dan
mengembangkan keahlian.
Family-Owned Business: Entrepreneur yang muncul dari keluarga
Franchisee: Badan usaha atau perorangan yang diberikan atau menerima hak
untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh franchisor
Future orientation: Entrepreneur yang memiliki orientasi dan perspektif dan
wawasan jauh ke depan.
B E
Berani 2, 5, 7, 8, 10, 14, 37, 57, 65, 67, E-commerce 74, 209, 210, 211, 212, 213,
69, 73, 76, 77, 85, 86, 87, 117, 122, 214, 215, 216, 217, 218
123, 183 Entrepreneurship iii, iv, 1, 2, 3, 8, 59, 60,
Bisnis 2, 3, 5, 6, 7, 15, 23, 32, 39, 41, 45, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 70, 71, 72,
46, 47, 48, 49, 53, 54, 55, 57, 61, 76, 77, 78, 85, 93, 116, 124, 126,
62, 66, 67, 68, 69, 71, 72, 73, 74, 130, 135, 140, 141, 161, 222, 224
75, 76, 77, 78, 84, 85, 86, 88, 95, Etika Islamic Entrepreneurship v, 159,
105, 106, 115, 116, 117, 123, 124, 164, 166
126, 133, 135, 137, 140, 142, 143,
148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, F
155, 157, 158, 159, 160, 161, 162, Falah 24, 25, 31, 32, 42, 150
163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, Franchise v, 187, 188, 190, 195, 197, 199,
170, 171, 173, 174, 176, 177, 178, 201, 202, 203, 204, 221, 222, 226,
179, 180, 181, 183, 184, 187, 189, 229, 234, 235, 237
190, 191, 192, 193, 194, 195, 196,
245
H 76, 77, 78, 84, 85, 87, 118, 140,
141, 158, 160, 161, 163, 223, 225,
Hak Kekayaan Intelektual 191, 206 228, 230
Halal 7, 15, 24, 29, 46, 106, 217 Khilafah iv, 22
Haram 7, 15, 46, 106, 165, 206, 216 Komunikasi 5, 74, 93, 94, 95, 96, 97, 98,
Harga 5, 15, 27, 30, 40, 49, 70, 92, 117, 99, 100, 101, 102, 104, 107, 111,
139, 141, 144, 145, 149, 165, 166, 139, 142, 143, 145, 146, 154, 209,
169, 198, 206, 211, 213, 214, 215, 210, 211, 218, 230, 237, 242
216, 217, 218, 239 Kreativitas iii, 2, 3, 5, 37, 42, 45, 50, 71,
Hukum Islam 205, 216 76, 88, 121, 122, 123, 124, 125,
126, 129, 130, 131, 132, 134, 135,
I 136, 137, 145, 199
Ibadah iii, 4, 6, 10, 11, 15, 17, 18, 23, 47,
89, 90, 91, 92, 135, 136, 181 M
Islamic Entrepreneurship iii, iv, v, 1, 5, 7, Maslahah 22, 24, 30, 31, 171
8, 10, 14, 17, 25, 31, 32, 35, 36, 49, Motivasi iv, 2, 5, 9, 11, 12, 32, 38, 43, 45,
53, 58, 65, 76, 79, 84, 93, 101, 109, 50, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 87,
115, 121, 139, 149, 151, 159, 164, 88, 91, 92, 95, 101, 110, 112, 122,
166, 234 126, 135, 136, 195
J N
Jiwa iv, 2, 8, 31, 36, 48, 49, 50, 51, 52, 53, Nabi Muhammad Saw 4, 241
58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 69, 71,
75, 76, 78, 84, 103, 107, 115, 117, P
132, 156, 171, 182, 224, 230, 240,
242 Pemasaran produk 95
Profil Entrepreneur iv, 65, 70
K
T
Karyawan 9, 14, 39, 59, 93, 95, 116, 147,
153, 160, 162, 165, 167, 168, 170, Tauhid 4, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 30, 181,
173, 174, 175, 176, 179, 192, 194, 182, 241
199, 240 Teladan 2, 10, 14, 118
Kerja 2, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 24, 27, 30,
37, 38, 39, 43, 44, 45, 51, 52, 53, W
54, 56, 57, 59, 60, 61, 62, 63, 66, Wirausaha 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
67, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 78, 79, 14, 15, 32, 37, 38, 39, 41, 42, 43,
81, 83, 84, 85, 87, 91, 92, 93, 95, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53,
98, 101, 102, 110, 112, 113, 115, 54, 57, 58, 59, 62, 64, 66, 67, 68,
125, 127, 128, 130, 136, 147, 148, 70, 71, 73, 75, 76, 78, 84, 85, 87,
150, 153, 157, 162, 164, 165, 168, 88, 89, 90, 91, 102, 106, 107, 117,
175, 196, 204, 240, 241, 242 131, 133, 134, 137, 141, 142, 143,
Kewirausahaan 1, 5, 6, 7, 8, 9, 14, 19, 20, 144, 145, 148, 149, 157, 161, 162,
23, 24, 25, 26, 29, 30, 31, 32, 42, 163, 199, 241
45, 49, 50, 60, 61, 62, 63, 71, 75, Women Entreprenuer 72, 243
247
Kabul juga diamanahkan untuk mengemban beberapa jabatan struktural
di kampus sebagai Wakil Ketua Bidang Akademik STIE Putra Bangsa Kebumen
(Sekarang Universitas Putra Bangsa Kebumen) tahun 2001. Kemudian
menjadi Kasubag pada tahun 2004. Di Universitas Trilogi (d/h STEKPI)
menjabat sebagai Pelayanan Pembelajaran. Setelah tiga bulan kemudian, Kabul
dipromosikan menjadi Kabag. Humas dan Kerjasama merangkap jabatan
sebagai Kabag. kemahasiswaan dan Perpustakaan.
Oktober 2016, Kabul dipercaya menjadi Wakil Direktur Magister
Manajemen di Universitas Trilogi. Tiga bulan kemudian Kabul diangkat
menjadi Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas
Trilogi menggantikan pejabat sebelumnya hingga akhir masa jabatan selesai.
Selesai masa jabatan Wakil Rektor, amanah baru diberikan kepada Kabul
untuk menjadi Ketua Prodi program Magister Manajemen merangkap Ketua
Program Studi Manajemen (S1) Universitas Trilogi dan mengawal proses
Akreditasi S2-MM hingga selesai.
Pada Tahun 2019, Kabul diangkat menjadi Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis merangkap sebagai Dekan Fakultas Bio Industri Universitas Trilogi. Setelah
menjabat sebagai Dekan selama 3 bulan, Kabul kembali diamanahkan menjadi
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Trilogi hingga
saat ini. Selain aktif sebagai dosen, Kabul juga aktif meneliti dan mengembangkan
konsep VIEWS (Value, Integrity, Entrepreneurship, Wisdom, dan Sincerely) dan menjadi
narasumber di beberapa seminar, workshop, maupun webinar.
HAVIS ARAVIK
adalah Dosen tetap Sekolah Tinggi Ekonomi
dan Bisnis Syariah (Stebis) Indo Global Mandiri
Palembang. Lahir di Kuang Dalam Sumatera Selatan,
21 Juni 1984 dari pasangan H. Muhammad Tobri dan
Hj. Sukaiyati. Sejak mahasiswa hingga sekarang, aktif
dalam berbagai kegiatan seminar, lokakarya, training-
training dan melakukan penelitian, pengabdian kepada