Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberadaan manusia di bumi memiliki tujuan yang paripurna, Sang Pencipta

memiliki tujuan dimana sudah jelas tertulis dalam Al-Quran Surat At-Thalaq ayat

12 yakni,

  ۙ ‫اَل ٰلّهُالَّ ِذي َْخلَ َق َس ْب َع َس ٰم ٰوت ٍَّو ِم َنااْل َرْ ضِ م ِْثلَهُنَّ ۗ   َي َت َن َّزاُل اْل َمْ ُر َب ْي َن ُه َّنلِ َتعْ لَم ۤ ُْوااَ َّنال ٰلّ َه َع ٰلى ُكلِّ َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬
‫اط ِب ُكلِّ َشيْ ءٍعِ ْلمًا‬ َ ‫وَّ اَ َّنال ٰلّ َه َق ْداَ َح‬
"Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga

serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah

Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala

sesuatu."

Begitu juga pada Al-Quran Surat Adzariyat ayat 56 yaitu,

‫اخلَ ْق ُت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن َس ِااَّل لِ َيعْ ُب ُد ْو ِن‬


َ ‫َو َم‬
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku."

Setiap kegiatan manusia di muka bumi ini tidak boleh terlepas dari

perintah-perintah dan aturan agama Islam yang telah ditetaokan, hal tersebut

dilakukan untuk memenuhi tujuan diciptakannya manusia.

Begitu juga dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia, terdapat banyak cara,

baik dengan bekerja sebagai karyawan maupun mencari rejeki dengan berdagang

atau berbisnis. Keduanya diperbolehkan oleh Agama Islam dengan ketentuan-


ketentuan yang telah ditetapkan seperti harus Halal dan Toyyib. Berbisnis juga

telah dicontohkan oleh Rasulullah, dimana beliau sejak berusia 12 tahun telah

diajak pamannya berdagang ke Syiria, hingga ilmu berdagang sdah dipelajarinya

sejak saat itu. Dengan bermodalkan pengalaman serta praktik langsung,

Rasulullah memulai bisnis dagangnya dengan penuh dedikasi dan keuletan,

didukung dengan sifat fathanah dan siddiq yang dimilikinya mampu membuat

bisnisnya berkembang pesat dan menjadikan dirinya sebagai seorang pebisnis

yangjujur dan terpercaya. Hal ini patut dijadikan contoh dalam bisnis yang

berkembang sekarang.

Bisnis telah mengantongi izin sejak awal munculnya Islam. Hal tersebut

dibuktikan dengan adanya dalil-dalil al-Qur’an yang menjelaskan mengenai

kehalalannya, salah satunya seperti yang tertera dalam QS. al-Baqarah ayat 275

yang berbunyi:

 ۘ ‫َواَ َحاَّل ل ٰلّه ُْال َبي َْع َو َحرَّ َم‬

“. . . Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. . .”

Ayat diatas dengan tegas memberikan seruan kepada kaum muslimin bahwa

jual beli (bisnis) dihalalkan oleh Allah, baik dalam bentuk jual beli barang

dagangan maupun jual beli di bidang jasa. Sementara itu, Allah mengharamkan

segala bentuk transaksi yang mengandung riba. Riba merupakan bentuk mal

praktek bisnis yang memuat unsur bathil, fasad dan dhalim yang pada akhirnya

akan mengakibatkan penderitaan bagi salah satu pihak.


Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh

manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka

memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber

daya ekonomi secara efektif dan efisien. Adapun sektor-sektor ekonomi bisnis

tersebut meliputi sektor pertanian, sektor industri, jasa, dan perdagangan (Muslich

2004)

Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas

bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas)

kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam

cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram)

(Yusanto dan Karebet, 2002)

Untuk memulai dan menjalankan bisnis tentu tidak boleh lepas dari etika,

karena mengimplementasikan etika dalam bisnis akan mengarahkan kehidupan

manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dalam bentuk memperoleh

keuntungan materil dan kebahagiaan akhirat dengan memperoleh ridha

Allah.Dalam ekonomi Islam visi misi bisnis tidak hanya berorientasi pada

maksimalisasi laba seperti halnya pada kaum kapitalis yang berprinsip dengan

biaya rendah dapat menghasilkan keuntungan yang besar, melainkan visi misi

bisnis Islami lebih mengedepankan manfaat dari suatu produk serta keberkahan

dalam memperoleh keuntungan.Akan tetapi, kenyataan yang ada sekarang banyak

terjadi pergeseran etika dalam berbisnis, misalnya banyak pelaku bisnis yang

terlibat dalam transaksi riba, mengambil keuntungan yang tidak wajar,

mengurangi timbangan atau takaran, gharar, penipuan, penimbunan, skandal,


korupsi, kolusi, dan ijon. Hal tersebut menandakan merosotnya kejujuran, etika,

rasa solidaritas serta tanggung jawab, sehingga terjadilah persaingan yang tidak

sehat diantara para pelaku bisnis. Bentuk-bentuk transaksi diatas hendaknya

menjadi perhatian serius dari para pelaku bisnis muslim.

Pada saat ini jumlah perusahan bisnis kuliner di Kota Kendari, Sulawesi

Tenggara sudah semakin meningkat, terbukti banyaknya perusahaan bisnis kuliner

seperti restoran, cafe, rumah makan dan sebagainya. Dapat dilihat binsis

yangdilakukan oleh kebanyakan orang adalah bisnis yang bergerak dibidang

kuliner. Selain itu pangsa pasar dalam bisnis kuliner ini mampu menembus semua

kalangan baik yang masih anak-anak maupun yang sudah dewasa, baik di dalam

negeri maupun luar negeri dan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah

hingga menengah keatas.

Bisnis kuliner merupakan jenis usaha yang marak dan banyak yang

ditawarkan di Kota Kendari mulai dari yang sangat sederhana sampai yang

sangat unik dengan tampilan yang berbeda. Rumah makan Kampung Bakau

merupakan salah satu wisata kuliner di pinggiran teluk Kota Kendari yang

menawarkan kuliner beragam. Bahkan lokasinya bisa dijadikan spot –spot

yang bagus untuk berfoto. Seperti spot foto pemandangan Masjid Al –Alam

kebanggan masyarakat Kota Kendari dan Sulawesi Tenggara ( Sultra ). Untuk

tiba di lokasi Rumah Makan Kampung Bakau hanya memakan waktu sekitar

10 menit dari pusat Kota Kendari baik menggunakan kendaraan roda dua maupun

kendaraan roda empat. Pelaku bisnis kuliner terkadang menyimpang dari etika

bisnis dan tidak mengindahkan hal-hal seperti kejujuran dalam mengatakan asal
usul produk tidak ramah kepada konsumen yang sekedar tanya-tanya serta tidak

menepati janji, padahal Rasulullah telah menunjukan tauladan bagaiman berbisnis

yang baik dan telah dijelaskan dalam Alquran.

Dalam dunia bisnis memiliki keinginan untuk memperoleh keuntungan

merupakan suatu hal yang wajar, akan tetapi hak pembeli harus tetap dihormati,

dalam artian penjual harus bersikap toleran terhadap kepentingan

pembeli.Sementara mereka masih berasumsi secara konvensional, sehingga

menganggap ukuran keberhasilan suatu bisnis terletak pada seberapa besar

keuntungan dalam bentuk materil yang diperoleh serta seberapa banyak barang

yang bisa terjual.

Berdasarkan pemaparan diatas tentang bisnis islam maka penulis ingin

mengetahui dan meneliti lebih lanjutmengenai penerapan bisnis islam di RM.

Kampung bakau. Maka dari itu penulis mengambil judul skripsi yaitu: “Etika

Bisnis Kuliner Dalam Perspektif Islam (Studi Pada Wisata Kuliner Kampung

Bakau)”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

identifikasi permasalahannya adalah bagaimana Penerapan etika bisnis Islam di

Rumah Makan Kampung Bakau?


3. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang diuraikan penulis mengenai tujuan penelitian, maka

diharapkan penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Untuk memenuhi tugas skripsi dan memberi kontribusi pemikiran bagi

penulis serta memperdalam pengetahuan mengenai penerapan Bisnis

Islam di Rumah makan Kampung Bakau

b. Bagi Praktisi

Dengan adanya penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi

dan evaluasi dalam penerapan Bisnis Islam di Rumah makan Kampung

Bakau

c. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk

mengembangkan ilmu, khususnya ilmu Ekonomi Islam sehingga dapat

dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika dan Bisnis .

Islam bukan hanya sebuah agama yang dianut oleh manusia, tetapi Islam

jugamerupakan pedoman hidup bagi para penganutnya, di mana setiap aspek

dalam kehidupanmanusia telah diatur menurut hukum Islam, salah satunya adalah

aspek dalam etika bisnis yang telah diatur dalam Islam. Islam mengatur bahwa

etika berbisnis yang benar tidak bisa dipisahkan dengan hal-hal penting lainnya.

Filosofi Islam mengajarkan tentang etika dalam berbisnis selain beberapa konsep

bisnis penting lainnya. Inti dari etika bisnis islam menggunakan konsep Tauhid

(singularitas, monoteisme).(Darmawati 2013)

2.1.1 Pengertian Etika

Secara etimologi, etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani “Ethikos”

beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus,

mesti, tugas, aturanaturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-

lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral.

Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik secara moral. Etika merupakan filsafat

tentang moral. Jadi sasaran etika adalah moralitas. Moralitas adalah istilah yang

dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan apa yang baik

dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu dan nilai

yang tersimpul didalamnya, yang dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan

dan praktik tersebut..


Menurut Solomon R (1992), moral tidak diartikan sebagai aturan-aturan dan

ketaatan, tetapi lebih menunjuk kepada bentuk karakter atau sifat-sifat individu

seperti kebajikan, kasih sayang, kemurahan hati dan sebagainya, yang semuanya

itu tidak terdapat dalam hukum.

Menurut Bartens (2002) dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika

kepada tiga pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai

dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam pengertian

kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu

tentang baik dan buruk. Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika

atau akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan

apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan

yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan

untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

Dalam ajaran Islam, istilah yang paling dekat berhubungan dengan istilah

etika dalam Al-Quran adalah Khuluq. Al-Asfahani dalam mengartikan Khuluq

adalah sesuatu apa yang diusahakan manusia untuk mencapai kemuliaan sesuai

dengan penciptaannya. Dalam kamus al-Munawwir, khuluq berarti ;tabi’at, budi

pekerti, kebiasaan , kesatriaan dan keperwiraan, agama Kata khuluq dari kholuqo

sangat dengan khalq dari kholaqo yang berarti; menjadikan, menciptakan. Dari

kata kholaqo-yakhluqu keluar kata khaliq ; sangpencipta, dan makhluk ; yang

diciptakan. Dan dari kata kholuqo-yakhluqukeluar istilah al-akhlaq yang

kemudian sudah menjadi sebuah ilmu tersendiri.


Sangat menarik bila dicermati, kedekatan kholaqo yang berarti mencipta

dan kholuqo yang berarti berperangai, ternyata perangai atau kebiasaan (akhlak)

tidak akan terbentuk kecuali ada kehendak dan i'tikad manusia dalam

menciptakan perbuatannya. Al-Quran juga menggunakan sejumlah istilah lain

untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan: khair(kebaikan), birr

(kebenaran), qist (persamaan),‘adl (Kesetaran dan keadilan), haqq(kebenaran dan

kebaikan), mar’uf (mengetahui dan menyetujui) dan taqwa (ketakwaan). Tindakan

yang terpuji disebut sebagai salihat dan tindakan yang tercela disebut sebagai

Sayyi’ar.Dalam khazanah pemikiran Islam, etika dipahami sebagai Al-Akhlaq

atau Al-Adabyang bertujuan untuk mendidik moralitas manusia. Etika terdapat

dalam materi-materi kandungan ayat-ayat Al-Quran yang sangat luas, dan

dikembangkan dalam pengaruh filsafat Yunani hingga para sufi.

2.1.2 Pengertian Bisnis

Kata bisnis dalamal-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan isytara. Tetapi yang

seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari

kata dasar tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. At-

tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-

munawwir). Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-mufradat fi gharib Al-

Qur’an at-Tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.

(Al-Raghib Al-Asfahaniy 2008).

Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-Raghib, fulanun tajirun bi kadza,

berarti seseorang yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan tujuan yang
diupayakan dalamusahanya. Dalam penggunaannya kata tijarah pada ayat-ayat di

atas terdapat dua macam pemahaman. Pertama, dipahami dengan perdagangan

yaitu pada surat Al-Baqarah: 282. Kedua, dipahami dengan perniagaan dalam

pengertian umum.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa term bisnis dalam Al-Qur’an tijarah

pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan mencari

keuntungan material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan

lebih meliputi dan mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan kualitas.

Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata manusia tetapi juga dilakukan

antara manusia dengan Allah SWT, bahwa bisnis harus dilakukan dengan

ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi danperjanjian-perjanjian dan

bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara penipuan, kebohongan, hanya karena

memperoleh keuntungan. (Ahmad Wardi Muslich 2017)

Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian perdagangan, dari dua

sudut pandang yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu fikih :

1) Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk mendapatkan

keuntungan;

2) Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan harta

dengan harta secara suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan

adanya penggantian

Menurut cara yang dibolehkan penjelasan dari pengertian di atas :


a. Perdagangan adalah satu bagian muamalat yang berbentuk transaksi

antara seorang dengan orang lain.

b. Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang

diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.

c. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif untuk

mencari keuntungan.

2.2 Tujuan Umum Etika Bisnis

Dalam hal ini, etika bisnis Islam adalah merupakan hal yang penting dalam

perjalanan sebuah aktivitas bisnis profesional. Sebagaimana diungkapkan oleh

Husein Syahata (2002), bahwa etika bisnis Islam mempunyai fungsi substansial

yang membekali para pelaku bisnis, beberapa hal sebagai berikut:

a. Membangun kode etik islami yang mengatur, mengembangkan dan

menancapkan metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Kode etik ini

juga menjadi simbol arahan agar melindungi pelaku bisnis dari risiko.

b. Kode ini dapat menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab para

pelaku bisnis, terutama bagi diri mereka sendiri, antara komunitas bisnis,

masyarakat, dan diatas segalanya adalah tanggungjawab di hadapan Allah

SWT.

c. Kode etik ini dipersepsi sebagai dokumen hukum yang dapat menyelesaikan

persoalan yang muncul, daripada harus diserahkan kepada pihak peradilan.

d. Kode etik dapat memberi kontribusi dalam penyelesaian banyak persoalan

yang terjadi antara sesama pelaku bisnis dan masyarakat tempat mereka
bekerja. Sebuah hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah) dan

kerja sama antara mereka semua.

2.2 Etika Bisnis dalam Islam

Etika bisnis lahir di Amerika pada tahun 1970-an kemudian meluas ke

Eropa tahun 1980-an dan menjadi fenomena global di tahun 1990-an jika

sebelumnya hanya para teolog dan ahli agama yang membicarakan masalah-

masalah moral dari bisnis, sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan

masalah-masalah etis di sekitar bisnis, dan etika bisnis dianggap sebagai suatu

tanggapan tepat atas krisis moral yang meliputi dunia bisnis di Amerika serikat,

akan tetapi ironisnya justru negara Amerika yang paling gigih menolak

kesepakatan Bali pada pertemuan negara-negara dunia tahun 2007 di Bali. Pada

saat sebagian besar negara-negara mempermasalahkan etika industri, negara-

negara maju yang menjadi sumber penyebab global warming agar dibatasi,

Amerika menolaknya.

Dalam agama Islam tampak pandangan positif terhadap perdagangan dan

kegiatan ekonomis. Nabi Muhammad seorang pedagang, dan agama Islam

disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim. Dalam Al-Quran terdapat

peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, akan tetapi tidak melarang

mencari kekayaan dengan cara yang halal.


Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 275 :

 ۘ ‫َواَ َحاَّل ل ٰلّه ُْال َبي َْع َو َحرَّ َم‬

Atihnya:“ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”


(Q.S Al-Baqarah [2]:275)

Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat strategis

di tengah kegiatan manusia mencari rezeki dan untuk memenuhi kehidupan,

“Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan

setiap jual beli yang mabur”. (HR. Ahmad )

Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh etika dan

moral bisnis Islam yang mencakup akhlak mulia, Allah SWT akan melapangkan

hatinya dan akan membukakan pintu rezeki di mana pintu rezeki akan terbuka

dengan akhlak mulia tersebut, akhlak yang baik itu adalah modal dasar yang akan

melahirkan praktik bisnis yang etis dan moralis. Salah satu dari akhlak yang baik

dalam bisnis Islam adalah kejujuran, sebagian dari makna kejujuran adalah

seorang pengusaha senantiasa terbuka dan transparan dalam jual belinya.

‫ِإ َّن‬Lَ‫ ف‬، ‫ق‬ ِّ ِ‫ َعلَ ْي ُك ْم ب‬: ‫لَّ َم‬L‫ ِه َو َس‬L‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬L‫ص‬
ِ ‫ ْد‬L‫الص‬ َ ِ‫وْ ُل هللا‬L‫ا َل َر ُس‬Lَ‫ ق‬: ‫ا َل‬Lَ‫هُ ق‬L‫ َي هللاُ َع ْن‬L‫ض‬
ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ب ِن َم ْسعُوْ د َر‬

‫ َوِإ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِديْ ِإلَى‬، ِّ‫ق يَ ْه ِديْ ِإلَى ْالبِر‬
َ ‫ص ْد‬
ِّ ‫ال‬

َ ‫ ِذ‬L‫ِإ َّن ْال َك‬Lَ‫ ف‬، ‫ب‬


‫ب‬ َ ‫ ِذ‬L‫ وَِإيَّا ُك ْم َو ْال َك‬، ‫ ِّد ْيقًا‬L‫ص‬ َ ‫ق َحتَّى يُ ْكت‬
ِ ِ‫ َد هللا‬L‫َب ِع ْن‬ ُ ‫ َو َما يَزَ ا ُل ال َّر ُج ُل يَصْ ُد‬، ‫ْال َجنَّ ِة‬
َ ‫ق َويَتَ َحرَّى الصِّ ْد‬

َ ‫ َو َما يَزَا ُل ال َّر ُج ُل يَ ْك ِذبُ َويَت ََحرَّى ْال َك ِذ‬، ‫ار‬


َ ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬
ِ‫ َد هللا‬L‫َب ِع ْن‬ ِ َّ‫ وَِإ َّن ْالفُجُوْ َر يَ ْه ِديْ ِإلَى الن‬، ‫يَ ْه ِديْ ِإلَى ْالفُجُوْ ِر‬

‫َك َّذابًا‬
Artinya:

“Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu berlaku jujur,

karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan

seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih

jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh

kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan

kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa

berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta

(pembohong)”. (HR.Bukhari)

Akhlak yang lainnya adalah amᾱnah, Islam menginginkan seorang

pebisnis muslim mempunyai hati yang tanggap dengan menjaganya, memenuhi

hak-hak Allah dan manusia, serta menjaga muamalahnya dari unsur yang

melampaui batas atau sia-sia.(Noor, 2014)

2.2.1 Berani Dan Kerja Keras

Berani dalam hal ini adalah berani mengambil risiko dan keputusan bisnis

serta bekerja keras untuk mewujudkan apa yang telah diputuskan. Setiap usaha

pasti terdapat risiko yang harus dihadapi. Seorang pebisnis hendaknya tanggap

terhadap perubahan selera dan kebutuhan masyarakat serta menganalisis kejadian

lapangan yang ada untuk segera mengambil keputusan mengenai langkah ke

depan perusahaan. Setelah mengetahui langkah yang harus ditempuh, pebisnis

bekerja untuk meraih apa yang diinginkan, dalam Islam bekerja merupakan
kewajiban kedua setelah ibadah. Oleh karena itu apabila bekerja dilakukan dengan

ikhlas maka bekerja pada suatu pekerjaan akan bernilai ibadah. Pada dasarnya apa

yang kita lakukan pasti dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Pebisnis

muslim memang harus memiliki etos kerja yang tinggi untuk menghidupi diri

sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab.(Ismail Izzati 2015)

2.2.2 Kerja, Gaji dan Bayaran

Etika kerja dalam Islam mengharuskan bahwa gaji dan bayaran serta

spesifikasi dari sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan hendaknya jelas, disetujui

pada saat mengadakan kesepakatan awal. Hal ini juga mengharuskan bahwa gaji

yang telah ditentukan dan juga bayaran-bayaran yang lain hendaknya dibayarkan

pada saat pekerjaan itu telah selesai tanpa ada sedikit pun penundaan dan

pengurangan. Firman Allah SWT dalam Al-Quran surah An-Najmayat 39:

‫َ واَ ْنلَّ ْي َسلِاْل ِ ْن َسا ِن ِااَّل َما َس ٰعى‬

Artihnya:

"dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,"

Juga di jelaskan adanya perbedaan di antara para pekerja atas dasar kualitas dan

kuantitas kerja yang dilakukan terdapat dalam Al-Quran surah Al-‘Ahqaf ayat 19:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َّاع ِملُ ْوا ۚ   َولِي َُو ِّف َي ُه ْماَعْ َمالَهُمْ َو ُه ْماَل ي ُْظلَم ُْو َن‬
َ ‫َولِ ُكلٍّد ََر ٰج ٌت ِّمم‬

Artihnya:
"Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah

mereka kerjakan, dan agar Allah mencukupkan balasan perbuatan mereka, dan

mereka tidak dirugikan."

Ini memberikan bukti bahwa gaji yang didapatkan oleh para pekerja tidak

harus sama dan rata.Sesuai dengan etika kerja dalam Islam, seorang pekerja

haruslah berlaku adil dan jujur terhadap apa yang menjadi tugas dan kerjanya.

Orang yang mempekerjakanorang lain tidaklah dia melakukan kesewenang-

wenangan pada mereka, dan gaji hendaknya ditentukan atas dasar konsultasi dan

kesepakatan (Ahmad .M, 2006)

2.2.3 Kejujuran dan Transparan

Mencari dan mendapatkan orang yang jujur sangatlah sulit pada zaman

sekarang, kejujuran menjadi barang yang langka. Kelangkaan itu kemudian

membuat kejujuran menjadi mahal harganya, mahal untuk dibeli maupun mahal

untuk dijual. Kejujuran juga mahal untuk dibeli atau dimiliki. Proses seleksi

penerimaan karyawan tak jarang menuntut syarat kejujuran, bahkan tidak sedikit

perusahaan yang melaksanakan pelatihan bagi karyawannya dimana memasukkan

materi tentang kejujuran dan pelatihan tersebut mengeluarkan biaya yang tidak

sedikit. Di zaman sekarang banyak pebisnis yang rela berbohong untuk

mendapatkan keuntungan. Mereka rela menjual kejujuran untuk menggapai

kekayaan, bukti-bukti tentang hal ini sudah sering kita liat setiap hari. Di pasar,

banyak para pedagang kecil yang mengurangi timbangan untuk mendapatkan

keuntungan lebih besar, dan ada juga produk-produk yang ternodai oleh
ketidakjujuran pedagangnya mulai dari makanan, minuman, produk pertanian,

perkebunan, obat-obatan, hingga ke produk-produk berteknologi tinggi.

Ketidakjujuran tidak hanya terjadi pada produk yang dibuat, akan tetapi

juga pada para pebisnis atau pedagang yang bersangkutan. Sering kali para

pedagang itu menjual produk dengan kualitas buruk, tetapi dikatakan berkualitas

baik. Ini sudah jelas menipu para pembeli, bagi para konsumen yang pandai

mungkin mereka bisa membedakan barang yang berkualitas dan tidak berkualitas.

Sebagai seorang pebisnis muslim, wajib bagi kita untuk berkata jujur dalam

berbisnis atau berdagang. Dalam agama Islam telah diperintahkan untuk berkata

jujur, siapa pun orangnya. Baik tua muda, pria wanita, pengangguran, karyawan,

pebisnis, atau apapun profesinya maka wajib berkata jujur, dan dalam berbisnis

Rasulullah SAW selalu mengajarkan kita untuk jujur, baik kepada rekanan bisnis,

terlebih kepada konsumen. Dalam Al-Quran Allah SWT memerintahkan kepada

manusia untuk jujur, tulus/ikhlas dan benar dalam semua perjalanan hidupnya,

dan ini sangat dituntut dalam bidang bisnis. Kejujuran bukan hanya diperintahkan,

namunia dinyatakan sebagai keharusan yang mutlak dan absolut. Islam juga

memerintahkan setiap muslim untuk jujur, baik dalamperkataan maupun

perbuatan. Bentuk niat dari sebuah pekerjaan akan sangat menentukan takaran

keikhlasan seseorang.

Hal ini sesuai dengan yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW, barang

dagangan dengan mengatakan modal yang sebenarnya. Apabila ingin menjadi

seorang pebisnis jadilah pebisnis yang jujur, karena pebisnis muslim yang jujur
akan dekat dengan Allah SWT. Dan Allah SWT akan memasukkannya ke dalam

surga bersama orang-orang yang soleh (Ramdan,2013).

Rasulullah SAW bersabda:

َ :‫لِ ُم َم‬:‫ُوق ْالم ُْس‬


‫ع‬: ُ ‫د‬:‫الص‬
َّ ُ‫ « ال َّتا ِج ُر اَألمِين‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬:‫عن عبد هللا بن عمر رضي هللا عنه قال‬

‫دارقطني‬::‫اكم وال‬::‫ه والح‬::‫ ِة » رواه ابن ماج‬:‫و َم ْال ِق َيا َم‬:ْ :‫هداء – َي‬::‫ديقين و الش‬::‫يين و الص‬::‫ع النب‬::‫ م‬:‫ال ُّش َهدَ ا ِء – وفي رواية‬

‫وغيرهم‬

Artinya:

“Dari Abu Sa’id al-Khudzri r.a berkata, Rasulullah SAW

bersabda:“Pedagang yang terpercaya dan jujur akan dikumpulkan bersama

Nabi, para sahabat dan orang-orang mati syahid” (H.R. Al-Tirmidzi).

Penjelasan diatas sesuai dengan pernyataan Ahmad, (2006), bahwasannya

Allah SWT menjanjikan kebahagiaan bagi orang-orang yang melakukan bisnis

dengan cara jujur dan terus terang.

2.3 Prinsip-prinsip Etika Bisnis Dalam Islam

Bisnis Islam meliputi ranah produksi, distribusi, maupun komsumsi dalam

berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan harta, barang dan jasa

termasuk keuntungan yang diperoleh, tetapi dibatasi cara memperoleh dan

pendayagunaan yang dikenal dengan istilah halal dan haram, untuk menjadi

pelaku bisnis yang sukses sesuai dengan maksud ajaran Islam yakni mendapatkan

keuntungan dalam kehidupan dunia akhirat. Berawal dari urusan-urusan

muamalah yang selalu berkaitan erat dengan prilaku manusia dalam kehidupan

sehari-hari terkadang manusia berpikir semaunya, lupa diri dan tidak beretika
dalam melakukan bisnis, sehingga terjadilah kezaliman ditengah masyarakat yang

tidak terkendali. Maka konsep etika bisnis sangat sesuai untuk dijadikan pijakan

dasar sehingga akan kembali tercipta keadilan dan kejujuran serta kebaikan pada

masyarakat dan khususnya umat Islam. Oleh karenanya Nabi Muhammad SAW

diutus oleh AllahSWT untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana Rasulullah

SAW bersabda:

‫ْ ُأل‬
ِ ‫ار َماَأل ْخ‬
‫الق‬ ِ ‫ِإ َّن َمابُعِث ُت َت ِّم َم َم َك‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah SAW:“Sesungguhnya aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R. Ahmad).

Ketika peradaban bangsa Arab pada masa jahiliyah sangat jauh dari akhak

mulia, misalnya mereka saling melakukan pembunuhan, pelacuran dan mabuk-

mabukan, serta usaha-usaha bisnis yang curang, dan manusia tidak lagi mengenal

Allah SWT, maka Allah SWT mengutus Muhammad SAW sebagai Nabi dan

Rasul untuk menjadi suri tauladan bagi sekutu alam, serta membuatperubahan

yang signifikan dibidang akhlak sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran

surah al-Ahzab ayat 21:Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ لَ َق ْد َكا َنلَ ُكمْ فِي َْرس ُْواِل ل ٰلّ ِهاُسْ َوةٌ َح َس َن ٌةلِّ َم ْن َكا َن َيرْ جُواال ٰلّ َه َو ْال َي ْو َمااْل ٰ خ َِر َو َذ َك َرال ٰلّ َه َك ِثيْرً ا‬

Artinya:

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."


Petunjuk Rasulullah SAW tentang etika bisnis ada empat hal yang menjadi

kunci sukses dalam mengelola suatu bisnis, keempat hal tersebut merupakan sikap

yang sangat penting dan menonjol dari Nabi Muhamad SAW dan sangat dikenal

dikalangan ulama, namun masih jarang diimplementasikan khususnya dalam

dunia bisnis.

Sifat-sifat tersebut di antaranya:

a. Ṣiddīq (jujur/Benar)

Jujur nilai dasar ialah prinsip-prinsip, nilai-nilai, ikhlas, terjamin, dan

keseimbangan emosional adalah sikap yang sangat penting dalam hal bisnis.

Sikap jujur berarti selalu melandaskan ucapan kenyakinan, serta perbuatan

berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada berlawanan atau pertentangan yang disengaja

antara ucapan dan perbuatan. Selalu bersikap jujur maka akan dicatat oleh Allah

SWT sebagai seorang yang jujur.

Oleh sebab itu, salah satu karakter pebisnis yang penting dan di ridhai oleh

Allah SWT ialah kejujuran. Begitu pentingnya kejujuran bagi kehidupan disegala

aspek terutama dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan orang lain. Seorang

pebisnis yang jujur akan merasa bahagia kelak dia dapat bekumpul bersama para

Nabi. sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam

bersabda,

ِ‫شهَدَاء‬ ِّ ‫صدُوقُاَألمِي ُن َم َعال َّنبِ ِّيي َن َو‬


ُّ ‫الص ِّديقِي َن َوال‬ َّ ‫ال َّتا ِج ُرال‬
Artihnya :
“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah ‘terpercaya’ (akan

dibangkitkan pada hari kiamat) bersama para nabi, shiddiqiin dan syuhada.”

[HR. At-Tirmidzi dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu, dishahihkan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Al-Mustadrak ‘Alal Majmu’ Al-Fatawa, 1/163) &

Asy-Syaikh Al-Albani (Shahihut Targhib, no. 1782)]

b. Amᾱnah (Terpercaya)

Sikap amᾱnah ialah nilai dasar terpercaya, dan nilai-nilai dalam

berbisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggung jawab, transparan dan tepat

waktu sikap ini juga sangat dianjurkan dalam aktifitas bisnis, kejujuran dan

amᾱnah mempunyai hubungan yang sangat erat, karena jika seseorang telah

berlaku jujur pastilah orang tersebut amᾱnah(terpecaya). Maksud amᾱnah adalah

mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya, tidak mengambil sesuatu

melebihi haknya dan tidak melebihi hak orang lain (Irawan, 2017)

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surah An-Nisa’ ayat 58:

ۤ ٰ
  ۗ ‫اس))))))))))ا َ ْن َت ْح ُك ُم ْوابِا ْل َعدْ ِل‬ َ ‫ِا َّناللّ َه َيْأ ُم ُر ُك ْما َ ْن ُتَؤ دُّواااْل َ ٰم ٰنتِا ِٰلىاَهْ لِ َها ۙ   َوا َِذ‬
ِ ‫اح َك ْم ُت ْم َب ْي َنال َّن‬
ٰ ٰ
‫س ِم ْي ًع ۢا َبصِ ْي ًرا‬
َ ‫ِا َّناللّ َهنِ ِع َّما َي ِع ُظ ُك ْم ِب ٖ)ه ۗ   ِا َّناللّ َه َكا َن‬

Artihnya:

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia

hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang


memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha

Melihat.”

c. Faṭᾱnah (Cerdas)

Faṭᾱnah berarti memiliki pengetahuan luas, nilai-nilai dalam bisnis

memilki visi, pemimpin yang cerdas mengerti akan suatu produk dan jasa serta

dapat menjelaskannya,faṭᾱnah dapat juga diartikan dengan kecerdikan atau

kebijaksanaan. Sifat faṭᾱnahdapat dinyatakan sebagai strategi hidup setiap

muslim. Seorang muslim yang mempunyai kecerdasan dan kebijaksanaan, akan

mementingkan persoalan akhirat dibanding dengan persoalan dunia. kecerdasan

yang dimaksud di sini bukan hanya kecerdasan intelektual tapi juga kecerdasan

emosional dan kecerdasan spritual seperti yang dikatakan Ary Ginanjar yaitu

“kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap prilaku kegiatan,

melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia

seutuhnya dan memiliki pola pikiran tauhid serta berprinsip kerena Allah SWT.

d. Tablīg(Ramah dan Komunikatif)

Rasulullah SAW dikaruniai sifat tablīg untuk menyampaikan apa yang

diterima dari Allah SWT untuk disampaikan kepada ummatnya dengan tidak

mengurangi sedikitpun perintah yang diterimanya. Nilai dasarnya sifat tablīgialah

komunikatif dan nilaibisnisnya ialah dapat menyesuaikan diri, pebisnis yang

cerdas, kerja tim, dan koordinasi. Tablīgartinya menyampaikan sesuatu. Hal ini

berarti bahwa orang yang memiliki sifat tablīg harus komunikatif dan

argumentatif. Jika kita dititipi amᾱnah oleh orang lain maka harus disampaikan
kepada orang yang berhak menerimanya, karena sudah menjadi kewajiban sebagai

umat Nabi Muhammad SAW, seperti menyampaikan dan menerapkan

sikaptablīgdalam segala aspek terutama dalam dunia bisnis (Rahmat, 2017)

2.5 Landasan Etika Bisnis Dalam Islam

Seorang muslim harus berusaha dalam dunia bisnis agar mendapatkan

keberkahan dari Allah SWT di dunia dan di akhirat. Aturan bisnis Islam

menjelaskan berbagai hal yang harus dilakukan oleh para pebisnis muslim dan

diharapkan dapat berkembang dalam menjalankan bisnisnya. Adapun landasan

etika bisnis dalam Islam, yaitu:

Dalam surah Al-Baqarah ayat 143:

ُ ‫َو َك ٰذلِ َك َج َع ْل ٰن ُكمْ اُم ًَّة َّو َس ًطالِّ َتک ُْو ُن ْوا‬
 ۗ ‫ ِهي ًْدا‬::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::‫ش َهدَٓا َء َعلَىال َّناسِ َو َي ُك ْو َنالرَّ س ُْول ُ َعلَ ْي ُكمْ َش‬

  ۗ ُ ‫ ْولَ ِم َّم ْن َّي ْن َقلِب َُع ٰلى َعقِ َب ْي ِه ۗ   َو ِا ْن َكا َن ْتلَ َك ِبي َْر ًة ِااَّل َعلَىالَّ ِذ ْي َن َهدَ ىاهّٰلل‬:::::::::::::::‫االقِ ْباَل لَّ ِت ْي ُك ْن َت َعلَ ْي َه ۤا ِااَّل لِ َنعْ لَ َم َم ْن َّي َّت ِبعُالرَّ ُس‬
ْ ‫اج َع ْل َن‬
َ ‫َو َم‬

‫َو َما َكا َنال ٰلّ ُهلِيُضِ ي َْع ِا ْي َما َن ُك ْم ۗ   ِا َّنال ٰلّ َه ِبال َّناسِ لَ َرء ُْوفٌرَّ ِح ْي ٌم‬

Artinya:

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat

pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul

(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat

yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui

siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh,

(pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi

petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh,

Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."


Berdasarkan ayat di atas menjelaskan bahwa umat Islam dijadikan umat

yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas segala perbuatan

mereka sendiri bagi orang-orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia

maupun di akhirat.

Hadis Rasulullah SAW yang berkenaan dengan etika bisnis Islam antara lain :

Diriwayatkan dari Rifa’ah bin Rafi’ bahwa Nabi SAW pernah ditanya

“Pekerjaan apakah yang paling baik?, beliau menjawab “Pekerjaan seseorang

dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik” (HR. Al-Bazzar dan dianggap

Shahih menurut al-Hakim). Diriwayatkan dari Umar bahwa Rasulullah SAW,

bersabda:

( :‫ص َد َق َو َب َّي َناب ُْو ِر َكلَ ُه َمافِ ْي َب ْيع ِِه َم َاوِإ ْن َك َذ َب َو َك َت َما ُم ِح َق ْت َب َر َك ُة َب ْيع ِِه َما‬ ِ ‫ْال َبي َْعان ِِب ْال ِخ َي‬
َ ‫ار َمالَ ْم َي َت َفرَّ َقا َفِإ ْن‬
‫م ّتفقعليه‬
Artinya: “Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memilki hak

khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum

berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan

keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka

keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”.(Muttafaqun alaihi .)

Dalam Al-Quran menegaskan dan menjelaskan bahwa dalam berbisnis

tidak boleh dilakukan dengan cara kebathilan dan kedzaliman, tetapi dengan cara

atas dasar sukarela atau keridhoan, baik dalam untung ataupun rugi ke

tika dalam membeli atau menjual. Adapun firman Allah pada Al-Quran

surat An-nisa ayat 29 yaitu :


‫ض ِم ْن ُك ْم َواَل‬ َ ْ‫ارةً عَن‬
ٍ ‫تَرا‬ ِ ;‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُك ْ;م بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِط‬
َ َ‫;ل ِإاَّل َأنْ تَ ُك;;ونَ تِج‬

َ ُ‫تَ ْقتُلُوا َأ ْنف‬ 


‫س ُك ْم ِإنَّ هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam

perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dalam aturan perdagangan Islam

melarang adanya penipuan di antara kedua belah pihak seperti para penjual dan

pembeli dan harus ridha serta sepakat dalam melaksanakan berbagai etika yang

dilakukan oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Sehingga

dengan mematuhi etika perdagangan Islam, maka diharapkan suatu usaha

perdagangan seorang muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu

mendapatkan berkah dari Allah SWT di dunia dan di akhirat. Etika perdagangan

Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli masing-masing akan saling

mendapatkan keuntungan .(Dawwah, 2008)

2.6 2.6 Penelitian Terkait

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut,

maka langkah yang ditempuh adalah mengkaji penelitian terdahulu. Maksud

pengkajian ini adalah untuk dapat mengetahui bahwa apa yang diteliti sekarang

tidak sama dengan penelitian terdahulu. Oleh sebab itu, untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan seperti plagiasi, maka penulis mempertegaskan perbedaan

antara masing-masing penelitian yang akan di bahas sebagai berikut:

Evi Susanti, Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Usaha Mebel Di CV Jati

Karya Palembang, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang,2017.Hasil

penelitian ini memperlihatkan bahwa etika atau perilaku yang diterapkan oleh CV

Jati Karya ini mayoritas mereka sudah menerapkan etika bisnis yang sesuai

dengan ajaran Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada masalah harga, produk dan

kualitas barang yang mereka jual. Para pembeli di mebel CV Jati Karya ini

mendapat harga yang ekonomis, tidak murah dan tidak mahal. Mengenai

barangnya, pembeli mendapatkan barang yang berkualitas dan mutu terjamin,

tidak ada yang menggunakan sumpah serta tidak pernah mengingkari dalam hal

perjanjian, mereka juga ramah dan sopan terhadap pembeli sehingga para pembeli

merasa puas dan nyaman untuk membeli barang dimebel ini. Namun belum

seratus persen maksimal. Seperti masih ada karyawan/i yang kurang ramah dan

sopan terhadap pembeli, barang yang terkadang masih ada cacat fisik namun akan

di perbaiki bila kesalahan dari mebel itu sendiri.

Irna Sari, Penerapan Etika Bisnis Bagi Pedagang Muslim Dalam

Persaingan Usaha (Studi Pada Pasar Butung Makassar) Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar, 2017. Berdasarka hasil penelitian, Penerapan Etika Bisnis

Bagi Pedagang Muslim Dalam Persaingan Usaha sudah berjalan karena dari hasil

penelitian terhadap pedagang ada yang sudah mengetahui tentang etika dan

menerapkannya dan ada juga yang mengetahui namun tidak menerapkannya.

Persaingan usaha yang dilakukan pedagang di Pusat Grosir Butung Makassar


dapat dikatakan persaingan yang jujur dan sehat karena para pedagang yakin

bahwa rezeki telah diatur oleh Allah SWT dan masing-masing telah ada

bagiannya. Oleh karena itu, para pedagang tidak selalu memikirkan persaingan

dan menganggap bahwa dalam berdagang pasti ada untung rugi dan semua itu

harus diterima resikonya.

Muhammad Faiz Rosyadi, Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap

Customer Retention (Studi Kasus Pada Bank BPD DIY Cabang Syariah)

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.Hasil penelitian

menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang terlihat pada nilai Adjusted R

Square sebesar 0,725 yang berarti bahwa customer retention pengaruhnya dapat

dijelaskan oleh keempat variabel independen yaitu keadilan, kehendak bebas,

tanggung jawab, kebenaran sebesar 72,5%, dan sisanya yaitu 27,5% dapat

dijelaskan oleh variabel lain di luarmodel penelitian ini. Secara parsial

berdasarkan hasil uji t variabel-variabel dalam penelitian ini berpengaruh positif

dan signifikan dimana variabel tanggung jawab (responsibility) memiliki

pengaruh terbesar dibandingkan variabel lain dalam penelitian ini, sedangkan

variabel kebenaran memiliki pengaruh paling rendah terhadap customerretention..

Berdasarkan uji F menunjukkan bahwa secara simultan atau bersama-sama

variabel dalam penelitian ini yaitu keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab,

kebenaran, berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer retention. Oleh

karena itu untuk meningkatkan customer retention dalam suatu perusahaan, dapat

dilakukan dengan cara meningkatkan penerapan etika bisnis Islam dalam setiap

kegiatan bisnis.
Olivia Sinarta dan Dhyah Harjanti, Penerapan Etika Bisnis Pada PT X,

Universitas Kristen Petra, Surabaya2014.Penelitian ini menunjukkan bahwa

konsep etika bisnis ini diterapkan oleh PT X. Penerapan etika bisnis dalam PT X

ini sendiri masih bisa digolongkan cukup baik walaupun masih ada beberapa hal

yang masih belum diterapkan perusahaan dengan baik, seperti prinsip kelestarian

lingkungan hidup dan ada beberapa distributor yang masih kurang memiliki

passion sehingga implementasi etika bisnis dalam perusahaan ini belum

sempurna.
TABEL 1.1
Penelitian Terkait
No Jenis Referensi Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan dan Perbedaan
1 Skripsi Evi Susanti Penerapan Etika Persamaannya yaitu
Bisnis Islam Dalam menerapkan etika bisnis
Usaha Mabel DI CV Islam,perbedaannya pada objek
Jati Karya penelitian. Peneliti meneliti
Palembang pada usaha Rumah Makan
Wong Solo cabang Batoh
sedangkan Evi Susanti Pada
Usaha Mebel.
2 Skripsi Irna Sari Penerapan Etika Persamaannya yaitu
Bisnis Bagi menerapkan etika bisnis Islam
Pedagang Muslim dan nilai kejujuran,
Dalam Persaingan perbedaannya peneliti meneliti
Usaha (Studi Pada pada usaha Rumah Makan
Pasar Butung Wong Solo cabang Batoh
Makassar). sedangkan Irna Sari dalam
Persaingan Usaha.

3 Skripsi Muhammad Pengaruh Etika Persamaannya yaitu membahas


Faiz Rosyadi Bisnis Islam etika bisnis islam,
Terhadap Customer perbedaannya peneliti meneliti
Retention (Studi Penerapan etika bisnis Islam
Kasus Pada Bank dalam usaha Rumah Makan
BPD DIY Cabang Wong Solo cabang Batoh
Syariah) sedangkan Muhammad Faiz
Rosyadi meneliti Pengaruh
Etika Bisnis Islam Terhadap
Customer Retention.
4 Jurnal Olivia Sinarta Penerapan Etika Persamaannya yaitu
dan Dhyah Bisnis Pada PT X menerapkan etika bisnis Islam,
Harjanti perbedaannya pada objek
penelitian. Peneliti meneliti
dalam usaha Rumah Makan
Wong Solo cabang Batoh
sedangkan Olivia Sinarta dan
Dhyah harjanti pada PT X.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan rata-

rata penulis melihat implementasi etika bisnis Islam hanya dari penerapan nilai

kejujuran, sedangkan dalam penelitian ini penulis akan melihat implementasi etika

bisnis Islam
2.7 Kerangka Pemikiran

Kerangaka pikir pada dasarnya mengungkapakan alur peristiwa sosial

yang diteliti secara logis dan rassional, sehingga jelas proses terjadihnya

fenomena sosial yang di teliti dalam menggambarka permasalahan penelitian

(Hamidi 2004)

Dari kerangka pemikiran di bawah ini, maka dapat dijelaskan bahwa

pengetahuan memberikan peran penting bai manudia dalam mengetahui suatu

objek tertentu. Dalam etika berbisnis seseorang harus memahami bagaimana

tujuan berbisnis dalam transaksi yang dilakukan oleh para pedagang. Dengan

adanya pengetahuan, seseorangakan memahami bagaimana penerapan etika bisnis

islam yang dilakukan oleh pebisnis.


Tabel 2.1
Kerangka Pikir

RM KAMPUNG BAKAU

ETIKA BISNIS ISLAM

1.Jujur (Shiddῖq}
2.Dapat Dipercaya (Amanᾶh)
3.Cerdas (fatanaᾶh)
4.Ramah dan Komunikatif (Tablῖgh)

ANALISIS DESKRIPTIF
KUALITATIF

KESIMPULAN DAN SARAN


Etika bisnis Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW yaitu jujur

(ṣiddīq), dapat dipercaya (amᾱnah), ramah dan komunikatif (tablīg), dan cerdas

(faṭᾱnah). Inilah yang akan menjadi unsur pokok untuk mengukur praktik

penerapan etika bisnis Islam apakah ada diterapkan atau tidak diterapkan di

Rumah Makan Kampung Bakau.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RM Kampung Bakau yang tepatnya

berada pada Kel. Andonouhu, Kec. Poasia,Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena

sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat

realitas yang membangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek

yang diteliti.(Noor, 2012:13)

Sedangkan menurut Taylor dan Bogdan dalam (Bagong, 2008:116)

Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data,

tulisan, dan tingkah laku yang diamati dari orang-orang. Alasan digunakannya

pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dikarenakan:

a. Peneliti secara aktif berinteraksi secara pribadi dengan informan sehingga

peneliti dapat melihat individu secara holistik (utuh), sehingga hasil yang

diperoleh lebih akurat.


b. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara, melalui

metode ini individu yang diteliti dapat diberi kesempatan agar secara

sukarela mengajukan gagasan dan persepsinya.

c. Penelitian ini bersifat naturalistik (sebagaimana adanya), artinya data yang

diperoleh sesuai dengan fakta (hasil yang diperoleh).

3.3 Subjek Dan Objek Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Penelitian ini tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil penelitian.

Hasil penelitian lebih bersifat kontekstual dan kasuitik, yang berlaku pada waktu

dan tempat tertentu sewaktu penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam

penelitian kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada penelitian kualitatif

disebut informan atau subjek penelitian. Informan atau subjek yang dipilih untuk

diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian.(Kriyantono, 2008:101)

Subjek penelitian ini yaitu informan yang akan memberikan berbagai

informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Yang menjadi informan atau

subjek penelitian adalah karyawan Rumah Makan Kampung Bakau dan konsumen

yang terdiri dari 1 orang manager, 1 orang karyawan dan 10 orang konsumen.

3.3.2 Objek Penelitian

Fokus objek dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi etika

bisnis Islam di Rumah Makan Kampung Bakau


3.4 Sumber Data

1. Data primer yaitu:

Data yang diperolehsecara langsung dari responden dan informan

melalui pengedaran quisioner dan wawancara.

Menurut Umi Narimawati (2008) ’mengatakan bahwa: “Data Primer

ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia

dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus

dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu

orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai

sarana mendapatkan informasi ataupun data.

2. Data sekunder yaitu:

Data yang di peroleh melalui pengkajian berbagai sumber-sumber

tertulis, baik berupa buku-buku literature,dokumen, maupun data

tertulis,lainnya yang diterbitkan instansi, Data sekunder adalah sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data

(Sugiyono 2010).

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan

metode:1) wawancara, 2) observasi,3) dokumentasi.

1. Wawancara di lakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dan

terarah dengan informan, pegawai dan pihak yang dapat di anggap dapat
memberikan informasi mengenai berbagai hal yang releven dengan

penelitian.

2. Obserfasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi di gunakan

untuk memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan secara

sistematis pada objek penelitian. Pengamatan langsung di lapangan di

lakukan untuk mengetahui kondisi dan lokasi penelitian. Dalam penelitian

ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian.

yaitu di desa Kofalagadi Kecamatan Menui Kepulauan Kabupaten Morowali

3. Dokumentasi yaitu merupakan alat pengumpulan data dengan cara

mengadakan pencatatan langsung melalui dokumen-dokumen, arsip,laporan

catatan harian,dan sebagainya.(Kountur 2012)

3.6 Teknik Analisis Data

Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis data dilakukan secara

deskriptif kualitatif. Data yang di peroleh akan di analisis secara deskriptif yaitu

suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran secara

sistematis, faktual dan akurat mengenaifakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang di selidiki. Fenomena yang di teliti secara deskriptif tersebut di

cari infomasi mengenai hal-hal yang di anggap memiliki relevansi dengan tujuan

penelitian.
Teknik analisis data menurut Milles dan huberman Arikunto (2010) dalam

analisis data kualitatif terdapat 4(empat) komponen yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data(data collection)

Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap informasi yang sesuai

terhadap penelitian. Proses ini di lakukan dengan observasi langsung ke

lapangan untuk menunjang penelitian yang di lakukan agar mendapatkan

sumber data yang di harapkan.

2. Redukasi data (data reduction)

Reduksi data merupakan data redukasi rangkaian proses penelitian,

penyederhanaan,pengabstrakan, dan informasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan di lapangan. Rangkaian proses pengelolahan data inilah yang

akhirnya menghasilkan pengelompokan dan pengkategorian data sehinggah

dan mudah disajikan dan diverifikasi.

3. Penyajian data (display data)

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersususn yang

memberiakan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data kualitatif pada umumnya disajikan dalam bentuk

naratif, namun dapat juga menggunakan matriks, grafik, ataupun bagan.

Dalam penelitian ini dengan adanya penyajian dan data penelitian dapat

memperhatikan hasil penelitian secara lebih detail dan menyeluruh sehingga

peneliti dapat menarik kesimpulan apakah RM Kampung Bakau sudah

menerapkan etika bisnis islam.


4. Verifikasi data(data verification) menarik kesimpulan

Verifikasi data penelitian yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data yang

di peroleh dari berbagai sumber, kemudian peneliti mengambil simpulan

yang bersifat sementara sambil mencari data pendukung atau menolak

simpulan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengkajian tentang simpulan

yang telah di ambil dengan data pembanding teori tertentu. Penguji di

maksud untuk melibat kebenaran hasil analisis yang melahirkan simpulan

yang dapat di percaya. (Sugiyono 2013)

3.7 Defenisi Operasiaonal

Berikut ini adalah pengirtian tentang defenisi operasional variabel:

1. Etika bisnis islam adalah seperagkat nilai tentang baik, buruk benar,

salah dan halal haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-

prinsip moralitas yan sesuai dengan syariah.

2. Bisnis kuliner adalah salah satu jenis usaha yang dilakukan seseorang

yang bergerak dibidang makanan. Bisnis kuliner tergolong bisnis yang

mudah dilakukan karena hanya menyajikan makanan dan minuman

tanpa melalui tahap promosi.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad .M. 2006. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Ahmad, HR. Hadist Riwayat Ahmad, Muslimin Dan Abu Dawud.

Ahmad Wardi Muslich. 2017. Fiqih Muamalat. Jakarta: Amzah.

Al-Raghib Al-Asfahaniy. 2008. Mu’Jam Mufradat Alfads Al-Qur’an / Al-

Asfahani. Mutawir: Jurnal Keilmuan Tafsir hadist.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. 1st ed.

ed. Suharsimi Arikunto. Jakarta: Rineka Cipta.

Bagong. 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbaga Alternataf Pendekatan.

Jakarta: Penerbit Kencana Prranada Media Group.

Darmawati. 2013. “Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam Ekspolerasi Prinsip Etis

Al-Qur’an Dan Sunnah.” Ekonomi Bisnis Islam 13: 11.

Dawwah, Asyraf Muhammad. 2008. Meneladani Keuntungan Bisnis Rasulullah.

Semarang: Pustaka Nuun.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan

Proposal Dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Pers.

HR.Bukhari. Hadits Riwayat Bukhari Dan Muslim Dan Ahmad.


Husein Syahata. 2002. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Irawan. 2017. “Penerapan Etika Bisnis Islam Pedagang Sembako Di Pasar Sental

Sinjai.”

Ismail Izzati. 2015. “Penerapan Etika Bisnis Islam.” Universitas Negri Islam

Malang.

K. Bartens. 2002. Gramedia Pustaka Utama Etika. Jakarta.

Kountur. 2012. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis. Jakarta:

ppm.

Kriyantono. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Muslich. 2004. Etika Bisnis Islami : Landasan Filosofis, Normatif, Dan Substansi

Implementatif. ed. Taliziduhu. Jakarta: Ekonesia Ndraha.

Muttafaqun alaihi. Hadist Yang Diriwayatkan 3 Imam, Bukhari, Muslim Dalam

Khitab Shaihnya Dan Ima Ahmad Dalam Al-Musnad.

Noor. 2012. Metode Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

———. 2014. Etika Ekonomi Dan Bisnis Perspektif Agama-Agama Di Indonesia.

Globetshiets.

Rahmat. 2017. “Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Bisnis Elektronik Di

Bone Trade Center (BCT).” Universitas Islam Negeri Alaudin Makasar.

Ramdan. 2013. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Solomon R. 1992. “Ethics And Excellence: Corporation and Integrity In

BUsiness.” New York: Oxford University Press 9: 6.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

———. 2013. Metode Penelitan Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif

Dan R&D. Jakarta: Mizan.

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif.

Bandung: Agung Media.

Yusanto dan Karebet. 2002. Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani

Press.

Anda mungkin juga menyukai