Anda di halaman 1dari 18

KEWIRAUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MAKALAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Kewirausahaan


Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Oleh:

ANDI RARA PRAMEI


70600116043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya, sehingga


penyusunan makalah dengan judul “Kewirausahaan dalam perspektif Islam” ini
dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah kewirausahaan tentang “Kewirausahaan dalam perspektif Islam”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih lanjut
tentang apa itu kewirausahaan khususnya dalam pandangan agama Islam.
Selain itu makalah ini juga di rancang sebagai sarana pendidikan yang
bertujuan memfasilitasi mahasiswa agar dapat mengembangkan dirinya. Penulis
menyadari dalam makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan yang
menyebabkan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Harapan penulis atas terbentuknya makalah ini, semoga makalah ini
memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 21 Maret 2019


Penulis,

Andi Rara Pramei

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah . ................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi kewirausahaan ........................................................................ 3
B. Sejarah Entrepreneurship dalam Islam ................................................... 3
C. Pandangan Islam Terhadap Kewirausahaan ........................................... 6
D. Prinsip Dasar Wirausaha Islami .............................................................. 8
E. Langkah-Langkah Menjadi Wirausahawan Yang Sukses..................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama paling sempurna, agama yang mengatur segala aspek
dalam kehidupan, bukan hanya dari segi ukhrawi, namun Islam juga menjelaskan
dan mengatur perkara duniawi melalui Al Qur’an dan Hadits. Salah satu
kesempurnaan Islam adalah dengan mengharuskan kepada umatnya agar bisa hidup
mandiri dengan bekerja atau berbisnis dengan jalan yang benar. Islam tidak hanya
mengajarkan untuk beribadah saja, tetapi Islam juga mengajarkan umatnya untuk
mandiri dan bekerja keras salah satunya dengan berwirausaha.
Oleh karenanya Islam adalah sebuah aturan, norma, pola hidup yang
melingkupi kehidupan manusia dan menjadi pedoman dalam mengarungi
kehidupannya yang selanjutnya pedoman itu dijabarkan dalam fiqih Islam. Sedang
fiqih itu sendiri adalah suatu pola hidup yang ditawarkan Islam dalam bentuk
pemahaman secara mendalam terhadap hukum dan ketentuan Allah untuk
diaplikasikan dalam kehidupan manusia. Adapun kewirausahaan dalam disiplin
ilmu fiqh merupakan bagian pembahasan mu'amalah. Sedangkan perdagangan
adalah bahagian dari kegiatan kewirausahaan. Bila kita berbicara tentang
kewirausahaan menurut pandangan Islam, maka ramburambu yang harus
diperhatikan dalam kegiatan ini adalah teori-teori yang telah di gambarkan dalam
Al-Quran dan As-Sunnah sebagai norma dan etika dalam berwirausaha khususnya
dalam perdagangan
Islam juga mengajarkan bagaimana manusia itu giat dalam menjalani
aktifitas dan semangat bekerja keras untuk mencari nafkah dan menjawab
kebutuhan sehari-hari. Allah SWT, menyeru manusia untuk bertebaran di muka
bumi untuk menuntut karunia Allah, dalam hal ini maksudnya adalah rezki Allah.
Bahkan Rasulullah pun sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk giat dalam
bekerja. Tidak sedikit hadits Rasulullah yang menegaskan tentang hal itu.
Sesungguhnya hakekat dari bekerja merupakan sarana demi mencukupi kebutuhan
yang bersifat rohani, yaitu untuk lebih meningkatkan kualitas keimanan dan
ketaqwaan terhadap Allah SWT. Dan sesungguhnya tujuan utama dari bekerja tak
lain demi mengharapkan Ridlo dari Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian kewirausahaan ?
2. Bagaimana Sejarah Entrepreneurship dalam Islam?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap kewirausahaan?
4. Bagaimana prinsip dasar wirausaha islami?
5. Apa-apa saja Langkah-langkah menjadi wirausahawan yang sukses?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan.

1
2. Untuk mengetahui sejarah Entrepreneurship dalam Islam
3. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap kewirausahaan .
4. Untuk mengetahui prinsip dasar wirausaha Islami
5. Untuk mengetahui langkah-langkah menjadi wirausahawan yang sukses

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi kewirausahaan
Menurut Peter Drucker, istilah entrepreneur telah digunakan lebih
dari 200 tahun. Entrepreneurship berasal dari kata Perancil “Entreprendre”,
yang artinya adalah “between”and“to undertake” atau “to take”
(melaksanakan atau menjalankan, melakukan/mengerjakan sesuatu
pekerjaan). Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif
dan inovatif yang dijadikan dasar , kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan menurut Drucker (1959)
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang.
Definisi tersebut secara lebih luas dikemukakan oleh Hisrich dalam
Suryana, yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu
dan usaha, diikuti penggunaan uang, fisik, risiko, dan kemudian
menghasilkan balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
Sementara itu, Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu
proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Pengertian
wiraswasta atau wirausaha sebagai padanan entrepreneur adalah orang yang
berani membuka lapangan pekerjaan dengan kekuatan sendiri, yang pada
gilirannya tidak saja menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga
menguntungkan masyarakat, karena dapat menyerap tenaga kerja yang
memerlukan pekerjaan. Sedangkan Entrepreneurship dalam Islam
mempunyai pengertian bahwa kewirausahaan adalah segala aktivitas bisnis
yang diusahakan secara perniagaan dalam rangka memproduksi suatu
barang atau jasa dengan jalan tidak bertentangan dengan syariat.

B. Sejarah Entrepreneurship dalam Islam


Sejarah Islam mencatat bahwa Entrepreneurship telah dimulai sejak
lama, pada masa Adam AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha
dengan bercocok tanam dan Qobil berwirausaha dengan menggembala
hewan ternak. Banyak sejarah nabi yang menyebutkan mereka beraktivitas
di kewirausahaan, sebagian dari mereka berwirausaha di sektor pertanian,
peternakan, kerajinan dan bisnis perdagangan. Contoh yang paling nyata
adalah Nabi Muhammad SAW, awalnya beliau terlibat di bisnis dengan
memelihara dan menjual domba, kemudian membantu bisnis pamannya dan
akhirnya mengelola bisnis saidatina Khadijah.

3
Rasulullah mendapatkan jiwa entrepreneur sejak beliau usia 12
tahun. Ketika itu pamannya Abu Thalib mengajak melakukan perjalanan
bisnis di Syam negeri yang meliputi Syiria, Jordan dan Lebanon saat ini.
Sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya beliau
ditempa untuk tumbuh menjadi wirausahawan yang mandiri. Ketika usia 17
tahun Muhammad telah diserahi wewenang penuh untuk mengurusi seluruh
bisnis pamannya. Ketika usia menginjak 20 tahun adalah merupakan masa
tersulit dalam perjalanan bisnis rasulullah SAW. Beliau harus bersaing
dengan pemain senior dalam perdagangan regional. Namun kemudian titik
keemasan entrepreneurship Muhammad SAW tercapai ketika usia antara
20-25 tahun.
Muhammad SAW adalah sosok pengusaha sukses dan kaya. Di antara
informasi tentang kekayaan beliau sebelum kenabian adalah jumlah mahar
yang dibayarkan ketika menikahi Khadijah Binti khuwalaid. Konon, beliau
menyerahkan 20 ekor unta muda sebagai mahar. Dalam riwayat lain,
ditambah 12 uqiyah (ons) emas. Suatu jumlah yang sangat besar jika
dikonversi ke mata uang kita saat ini. Dengan demikian, Muhammad SAW
telah memiliki kekayaan yang cukup besar ketika beliau menikahi Khadijah.
Dan kekayaan itu kian bertambah setelah menikah, karena hartanya
digabung dengan harta Khadijah dan terus dikembangkan melalui bisnis
(perdagangan).
Rahman (2010) dalam bukunya Muhammad as a Trader mencatat
bahwa Rasulullah SAW sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai
negeri seperti Yaman, Oman, dan Bahrain. Disebutkan juga bahwa
Rasulullah SAW adalah pebisnis yang jujur dan adil dalam membuat
perjanjian bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh.
Dia sering menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan
dengan tepat waktu. Muhammad SAW pun senantiasa menunjukkan rasa
tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi dalam berbisnis.
Kejujurannya telah diakui oleh penduduk Makkah sehingga beliau
digelari Al Shiddiq. Selain itu, Muhammad SAW juga dikenal sangat teguh
memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali
mengkhianati kepercayaan itu. Tidak heran jika beliau juga mendapat
julukan Al Amin (Terpercaya). Beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya
ketika mencapai usia 37 tahun. Kemudian ketika usia 40 tahun beliau lebih
banyak terlibat dalam perenungan perbaikan masalah sosial masyarakat
sekitarnya yang jahiliyah.
Jika kita perhatian, rentang usia beliau berbisnis selama 25 tahun ternyata
lebih lama dibandingkan dengan rentang usia kenabian beliau yang selama
23 tahun. Hal ini tentunya telah membentuk business skill yang sangat

4
penting bagi proses pengambilan hukum perdata dan komersial kelak di
kemudian hari. Mungkin ada sebagian yang berpendapat bahwa pengalaman
beliau dalam berbisnis sebagian besar terjadi ketika beliau belum menjadi
rasul, sehingga teladan beliau tidak bisa dijadikan sunnah oleh kita.
Pendapat ini akan kehilangan pijakannya seadainya kita menelaah
hukum dan sabda Rasul SAW yang berkaitan dengan bisnis dan ekonomi.
Sangat jelas sekali bahwa kejelasan Rasul SAW dalam memutuskan
masalah bisnis dan ekonomi sangat banyak dipengaruhi oleh kepiawaian
dan intuisi bisnis masa mudanya. Oleh karena itu business laws rasul yg
sifatnya ijtihadi sangat banyak dipengaruhi oleh pengalaman bisnis masa
mudanya. Beliau adalah seorang yang berhasil dalam bisnisnya tanpa
menggunakan cara-cara yang tidak baik. Beliau meyakini bahwa
kesuksesan bisnis berkelanjutan hanya dapat dicapai dengan cara-cara sehat.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berbisnis dilandasi oleh
prinsip-prinsip yang kuat. Jika tidak, usahanya akan rapuh dan takkan
bertahan lama. Rasulullah SAW tak hanya mengajarkan bagaimana
melaksanakan ibadah yang baik, tapi juga bagaimana berbisnis yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
Kecerdasan (fathonah), kejujuran (siddiq), dan kesetiaannya
memegang janji/ amanah, adalah sebagai dasar etika wirausaha yang sangat
modern. Dari sifat-sifat yang dimilikinya itulah maka berbagai pinjaman
komersial (commercial loan) tersedia di kota Makkah yang pada gilirannya
membuka peluang antara Muhammad dengan pemilik modal. Salah seorang
pemilik modal terbesar ketika itu adalah seorang janda kaya bernama
Khadijah, yang memberikan tawaran suatu kemitraan berdasarkan pada
sistem bagi hasil/profit sharing atau mudharabah. Kecerdasan Muhammad
sebagai seorang wirausahawan telah mendatangkan keuntungan besar bagi
Khadijah, karena tidak satupun jenis bisnis yang ditangani Muhammad
mengalami kerugian.
Lebih kurang dua puluh tahun Muhammad berkiprah sebagai
seorang wirausahawan sehingga beliau sangat dikenal di Syria, Yaman,
Basra (Iraq), Yordania dan kota-kota perdagangan di jazirah Arabia. Dalam
berbagai telaah sejarah diriwayatkan bahwa, Muhammad memulai
perdagangannya pada usia tujuh belas tahun di saat Abu Thalib
menganjurkan untuk berdagang sebagai cara melepaskan beban keluarga
pamannya dan beliau sendiri. Bagi seorang pemuda yang jujur dan penuh
idealisme untuk melakukan kerja keras dan menjalankan perdagangan
secara adil dan atas dasar suka sama suka. Dengan cara itu Muhammad
percaya bahwa kalau ia jujur, setia dan profesional, maka orang akan
mempercayainya. Inilah dasar kepribadian dan etika berwirausaha yang

5
diletakkan Nabi Muhammad SAW umatnya dan seluruh umat manusia.
Dasar-dasar etika wirausaha yang demikian itu pula kemudian yang
menyebabkan pengaruh Islam berkembang pesat sampai ke pelosok bumi.
C. Pandangan Islam terhadap Enterpreneur
Dalam pandangan Islam, seorang muslim atau pemeluk agama Islam
sangat di anjurkan untuk melakukan upaya mencari rezki atau penghasilan.
Dalam sebuah ayat Al-Quran pada surat Al-Jum’ah, ayat ke 10, di situ
dinyatakan ”Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu
di bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar
kamu beruntung”. Dari terjemahan ayat Al-qur’an tersebut, jelas
menunjukkan bahwa Tuhan memerintahkan bagi umat manusia untuk
berusaha atau melakukan upaya yang sungguh-sungguh dengan
menyerukan manusia untuk ”bertebaran” di bumi guna mencari karunia
Tuhan yang telah limpahkan-Nya di bumi ini.
Kata ”bertebaranlah”, dalam ayat di atas, selama ini masih
ditanggapi secara santai atau kurang serius bagi sebagian besar kaum
Muslim atau umat Islam di seluruh muka bumi ini. Buktinya tak ada yang
melakukan kajian yang sangat mendalam tentang ”kata perintah Tuhan”
tersebut. Selama ini bila di kaji dalam berbagai literatur Islam tidak pernah
didapati kajian-kajian yang memandang serius soal ”keingkaran” umat
Islam atas pengabaian seruan atau perintah Tuhan tersebut. Padahal jika
umat Islam secara kaffah atau menyeluruh tetap konsisten menjalankan
seruan Tuhan itu tentu dari sejak dulu ketika ayat ini diturunkan hingga kini,
panji-panji Islam akan terus berkibar sebagai pemimpin bagi kesejahteraan
umat manusia diseluruh jagad raya ini.
Seruan Tuhan tersebut tentu dilakukan untuk kebaikan dan
kesejahteraan manusia itu sendiri. Dan itu sangat nyata buktinya di dunia
ini, bahwa di mana saja di bumi ini negeri-negeri yang mempunyai warga
masyarakat yang suka dan gigih dalam berusaha maka negeri-negeri
tersebut pasti akan menjadi negeri yang makmur dan sejahtera. Dan dimana
saja di dunia ini negeri yang memiliki banyak penduduk yang tidak gigih
dalamberusaha atau senang bermalas-malasan, maka negeri tersebut juga
akan menjadi negeri yang terbelakang dan kurang berkembang bahkan
dapat dikatagorikan sebagai negeri miskin yang patut diberikan bantuan
kemanusiaan.
Bekerja dan berwirausaha merupakan salah satu tugas manusia
sebagai khalifah fil Ardh. Allah memberikan kepercayaan kepada manusia
untuk menjadi khalifah di bumi ini bukan hanya semata-mata memikirkan
perkara akhirat saja, tetapi manusia diberi tanggung jawab oleh Allah SWT
untuk menjaga dan mengelola apa yang telah Allah rizkikan kepada mereka

6
untuk memenuhi kebutuhannya melalui beberapa usaha, salah satunya
dengan entrepreneurship yakni berwirausaha. Dalam Al Quran Surat Al
Qashash ayat 77, Allah berfirman:

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Maka menjadi entrepreneurship merupakan salah satu bentuk untuk
memenuhi perintah Allah dalam kewajiban mencari rezeki. Segala sesuatu
memerlukan usaha dan keja keras untuk mendapatkanya begitupun juga
mencari rezeki, diperlukan usaha-usaha untuk mendapatkanya. Firman
Allah SWT dalam QS. An-Najm: 39.

Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa


yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm : 39).
Dengan adanya anjuran untuk bekerja, menjadikan setiap umat Islam harus
mencari pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Karena jalan mendapatkan pekerjaan bermacam-macam, namun yang
terpenting adalah pekerjaan tersebut harus halal dan sesuai dengan landasan
syari’ah Islam. Hal itu harus menjadi pegangan bagi setiap umat Islam
dalam menjalani pekerjaan yang ia geluti. Tanpa hal itu, maka apa yang
dilakukan akan terasa sia-sia dan tidak akan barokah. Dan tentunya jika
bekerja tidak dilandasi dengan semangat keimanan dan ketaqwaan maka
yang akan didapat adalah kebahagiaan yang semu.
Entrepreneurship dalam Islam mempunyai pengertian bahwa
kewirausahaan adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara
perniagaan dalam rangka memproduksi suatu barang atau jasa dengan jalan
tidak bertentangan dengan syariat.
a) Kewirausahaan dianggap sebagai jihad fii sabilillah (strong efforts
to do good things in the name of Allah)
b) Entrepreneur dianggap sebagai amal Sholeh (good deeds) karena
kegiatan entrepreneurship menyediakan pendapatan kepada
individu, menawarkan kesempatan kerja kepada masyarakat,

7
sehingga mengurangi kemiskinan. Dimana kemiskinan adalah salah
atu dari persoalan sosial.
c) Entrepreneurship juga meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dengan melakukan kebajikan melalui Entrepreneurship, akan
mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antara individu
dan individu serta akan membantu menjaga hubungan yang lebih
baik antara individu dengan tuhannya.
d) Meningkatkan kualitas hidup, hidup lebih nyaman menguatkan
kedudukan sosio-ekonomi negara, agama dan bangsa.
e) Membantu mengembangkan khairun ummah (masyarakat terbaik,
yang produktif dan maju (progressive)
f) Pedoman utama dalam kewirausahaan islami. Agar kegiatan
kewirausahaan dianggap sebagai 'ibadah' diantaranya adalah Tetap
melakukan Ibadah, Sholat, dan puasa dan ibadah-ibadah lain di
antara kesibukan sebagai entrepreneur, hindari melakukan hal-hal
yang dilarang oleh Allah, pelajari sikap seorang pengusaha muslim
yang baik, bisnis yang baik perencanaan strategi (tidak pergi dari
ajaran Islam) dan mengetahui aturan (hukum) bermuamalah secara
islami.
D. Prinsip Dasar Wirausaha Islami
Kesuksesan seoarang Muhammad dalam merintis usaha bisnisnya,
tak lepas dari kerja kerasa dan manejemen serta marketing yang sangat
profesional. Dengan demikian, perlu dielaborasi lebih lanjut prinsip-prinsip
dasar cara dagang ala Muhammad agar menjadi refrensi untuk
mengembangkan segala usaha baik mikro maupun usaha secara makro
dewasa ini.
Sehubungan dengan itu, sebagaimana jamak diketahui bahwa
landasan moral dan tingkah laku Nabi Muhammad adalah Al-Quran. Segala
tindak tanduk dalam kesehariannnya selalu menecerminkan ajaran moral
Al-Quran, termasuk etika bisnisnya. Kaitannya dengan poin ini, Quraisy
Syihab pun menyimpulkan secara umum bahwa sebuah bisnis yang sukses
tak lepas dari tiga elemen dasar. Pertama, berkaitan dengan
hati/kepercayaan pebisnis; kedua, berkaitan dengan moral dan perilaku
pebisnis; ketiga, berkaitan dengan harta/perolehan keuntungan.
M. Quraisy Syihab lebih lanjut memaparkan bahwa seorang
penugasaha harus mempunyai niat (visi) yang baik. Usaha atau bisnis tidak
hanya sekedar mengejar keuntungan semata. Tidak juga hanya untuk
memperkaya diri, tapi usaha yang kita rintis harus menjadi sarana untuk
saling membantu dalam memenuhi kebutuhan orang lain. Dan pada
akhirnya, bisnis yang demikian itu, akan bernilai ibadah bahkan sebagian

8
daripada jihad.17 Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. disebutkan,
“Seorang Mukmin memperoleh ganjaran menyangkut segala sesuatu,
walaupun menyangkut sesuap yang dipersembahkannya ke mulut istrinya
“(HR. Ahmad).
Begitupula dengan moral pembisnis, menurutnya, harus
memperlakukan mitranya sebaikbaik mungkin. Tidak saling merugikan (la
darar wa la dirara). Hal ini tidak berarti bahwa pembisnis tidak
mementingkan laba (keuntungan), bahkan Islam sangat menekankan
keuntungan dalam bisnis, tapi hal itu bukan satu-satunya tujuan utama. Di
samping itu, aturan dalam pengembangan harta juga tidak luput dari aturan
Islam. Prinsip kehalalan, manfaat, sukarela, kejelasan, keseimbangan, dan
persaingan sehat adalah hal-hal pokok yang mesti diperhatikan oleh
pembisnis dalam melakukan transaksi dalam jual beli. Konsep-konsep
diatas telah diperaktekkan oleh Muhammad dalam hidupnya selama 25
tahun sebelum kenabian. Ia pun, dalam kurung waktu yang relatif singkat,
menjadi sangat sukses dan dikenal sebagai mellioner di seluruh kota
metropolitan kala itu.
Dan untuk lebih detailnya M. Thobrani dalam bukunya “Super Sukses
Muhammad” juga membahas kunci kesuksesan bisnis Nabi Muhammad.
1) Pertama, ditinjau dari sistem Marketing Nabi. Menurutnya, Nabi
Muhammad menjadikan kejujuran sebagai asas dalam sebuah bisnis.
Tidak hanya kelebihan barangnya yang dijelaskan kepada pembeli
tapi juga kekurangan-kekurangannya (cacat). Takaran timbangan
yang sangat adil. Ia pun dikenal sebagai al-Amin (orang terpercaya),
yang pada akhirnya kepercayaan (trust) dari mitra bisnisnya tak lagi
diragukan yang menjadi kunci dalam sebuah bisnis.
2) Kedua, melayani dengan sepenuh hati. Selain jujur, pelayanan yang
baik juga menjadi kunci kesuksesan Rasulullah. Ia pun
memperlakukan istimewa kepada semua orang. Ia sangat ramah dan
murah hati kepada pembeli. Akhirnya semua pembeli merasa senang
dan sangat merasa terhormat jika berinteraksi dengan Rasulullah
Saw. Hal itu juga dikatakan oleh Beliau, “Belum beriman seseorang
sehiangga dia mencintai saudaramu seperti mencintai dirimu
sendiri”.
3) Ketiga, memenuhi janji. Dalam berbisnis, Nabi Muhammad selalu
tepat janji. Baik janji antar pribadi, antar kelompok maupun antar
negara.20 Hal itu sebagai bentuk akhlak Al-Qur’an yang
menganjurkan untuk selalu menepati janji (Q.S Al-Maidah: {5}: 1)
“ Hai orang beriana, penuhilah akaq-akad itu..”Begitupula dalam

9
pemasaran barang, beliau selalu menepati pesanan pembeli, dan
menyediakan barang sesuai dengan yang ada dalam iklan.
4) Keempat, tidak ada sumpah palsu. Sumpah palsu adalah fenomena
yang sering kita saksikan dalam transaksi jual beli. Penjual
terkadang bersumpah demi meyakinkan para pembeli. Hal ini tentu
tidak sealur dengan cara dagang Rasulullah Saw. Ia tidak pernah
sumpah demi menarik perhatian dan kepercayaan orang lain.
Bahkan beliau dalam sebuah riwayat sangat mewanti-wanti cara
dagang dengan melakukan sumpah palsu. Ia bersabda, “Dengan
melakukan sumpah palsu, barangbarang memang terjual, tetapi
hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis lain, hadis riwayat Abu Zar
Rasulullah Saw mengancam dengan azab pedih bagi orang yang
bersumpah palsu dalam bisnis, dan Allah tidak akan
memperdulikannya nanti di hari kiamat (H.R Muslim).
5) Kelima, ada unsur sosialnya. Hal yang menarik dan berbeda dari
dagang Rasulullah Saw. adalah bisnis yang tidak hanya sekedar
memikirkan keuntungan secara materi semata, tapi lebih daripada
itu, Rasulullah juga sangat bahkan mengedepankan unsur sosial.
Dalam hal ini, tidak terlalu menonjolkan keuntungan secara materi,
tapi juga mengedepankan prinsip saling tolong menolong. Hal itu
terjadi dengan dua cara, yaitu dengan menjual hal-hal yang sangat
dibutuhkan oleh orang lain, dan kedua dengan harga yang
terjangkau.
6) Keenam, tidak memonopoli perdagangan. Salah satu yang selalu
menjadi perhatian Rasulullah Saw. adalah melarang para pedagang
memonopoli perdagangan. Monopoli dalam perdagangan secara
otomatis berdampak pada permainan harga. Pembeli juga terkadang
merasa terpaksa membeli barang yang ia butuhkan dengan harga
yang tinggi, karena tidak ada barang yang lain. Tentu kondisi
semacam ini sangat bertolak belakang dengan prinsip dasar dagang
Rasulullah Saw. yaitu saling suka sama suka, tidak ada unsur
paksaan dan terpaksa (la darar wa la dirar).
E. Langkah-langkah menjadi wirausahawan yang sukses
Setelah menelaah sejarah perjalanan karir Nabi Muhammad dalam
mencapai puncak kesuksesan bisnisnya, maka tampak jelas dalam diri
Muhammad tampil sebagai pewirausa yang sangat sukes. Maka dari itu,
alangkah naifnya jika orang Barat telah menjadikannya sebagai refrensi
dalam kajian mereka, sementara kita sebagai orang Islam hanya diam
berpangku tangan. Dengan demikian, pada poin ini penulis akan
mengejawantahkan rahasia bisnis Nabi Muhammad Saw yang kemudian

10
dielaborasi dengan konsep atau teori wirausaha modern untuk mencapai
usaha yang menjanjikan.
Prof. Dr. Bukhari Alma, dalam bukunya “Kewirausahaan”,
memaparkan salah satu bab pembahasan adalah Jalan Menuju Wirausaha
Sukses. Ia pun mengutip Murphy and Peck (1980: 8) tentang delapan anak
tangga untuk mencapa puncak karir, yaitu kerja keras, penampilan baik,
keyakinan yang kuat, pandai mengambil keputusan, terus menambah
pengetahuan, ambisi untuk maju, komunikasi yang baik. Dari delapan
konsep itu jauh sebelumnnya Rasulullah telah memperaktekkan dalam
bisnisnya.
a) Mau Kerja Keras (Capicity for Hard Work)
Kerja keras adalah kunci utama kesuksesan seorang pengusaha.
Tanpa kerja keras, seorang hanyalah bermimpi untuk menjadi orang sukes.
Dalam sejarah, Islampun sangat membenci orang yang malas berkerja, dan
orang yang hidup mengemis serta tergantung pada orang lain. Nabi dalam
kisahnya, pernah memberi hadiah kapak dan tali kepada seorang lelaki agar
ia memakai kedua alat tersebut untuk mencari kayu demi memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Umar pun demikian, dalam sebuah riwayat,
pernah menegur dan memarahi seorang sahabat yang hanya duduk diam
dala masjid setelah salat.
Selain itu, sejarah Rasulullah telah mengajari kita betapa pentingnya
sebuah kerja keras. Rasulullah telah melintasi banyak negara dari Mekkah
ke Syria dan beberapa negara tetangga. Kondisi pada saat itu pun tidak
seaman sekarang. Tanah yang tandus dan padang pasir yang sangat panas
menjadi tantangan tersendiri untuk melintasi satu kota. Namun, dengan
kerja keras dan semangat yang tinggi hal itu telah dilewatinya dengan modal
semangat. Tidak sama dengan kondisi para saudagar dan pebisnis dewasa
ini, rintangan tidak terlalu sulit, bahkan pasilitas yang ada semakin
mempermudah segalanya. Hanya duduk diruangan ber-AC, bisa
mengunjungi satu negara ke negara lain dalam waktu yang cukup singkat.
Tidak seperti dulu yang mana Nabi Muhammad hanya memakai unta
bahkan jalan kaki melintasi padang pasir untuk memasarkan dagangannya
b) Bekerjasama dengan Orang Lain (Getting Things Done With and
Through People)
Banyak teman banyak reski. Slogan itu sangatlah tepat dalam
mengembangkan bisnis. Seorang pebisnis diharpakan untuk terus
memperbanyak teman dan menghindari permusuhan. Dalam konteks ini,
pebisnis diharuskan untuk bertingkah ramah dan dan menjaga kepercayaan
orang lain. Di samping itu ia juga harus memiliki kepiawaian menggerakkan
orang lain, yang mana hal itu disebut sebagai salah satu bentuk dari

11
manejmen, yaitu seni menggunakan tenaga orang lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Semuanya bisa tercapai di atas, bila sifat
pebisnis tersebut memperlakukan orang lain sebaik-baik mungkin.
Memperlakukan orang lain seistimewa mungkin tanpa membeda-bedakan
antara orang miskin, kaya, atau orang pejabat. Kita harus membuat mereka
merasa seorang raja yang segala kebutuhannya dilayani oleh pelayanannya.
Sehungan dengan konsep di atas, sebenarnya jauh sebelumnya
Nabi telah memberikan kata kunci kesuksesan sebuah usaha. Dalam
sejarahnya, Rasulullah dikenal dengan sangat ramah dan pintar bergaul
dengan siapa pun. Ia juga sangat disenagangi oleh semua orang. Tak ada
musuhnya. Bahkan silaturrahimnya sangat kuat. Maka tak salah jika
Rasulullah dalam satu riwayatnya menyatakan bahwa, “Barangsiapa yang
ingin dilapangkan rezkinya maka hendaklah menyambungsilaturrahimya”.
c) Penampilan yang Baik (Good Appearance)
Penampilan yang baik tidak hanya sekedar paras muka yang cantik,
elok dan sebagainya, tapi yang paling penting adalah penampilan yang baik
yang dimaksud adalah kepribadian yang agung, seperti jujur, ramah dan
murah senyum. Dewasa ini, para pembisnis terkadang memahami
penampilan yang baik dengan kurang arif. Penampilan yang baik hanya
terbatas pada penampilan para saleswomen yang tampil seksi dan
menawang, tapi terkadang tidak terlalu memerhatikan kejujurannya. Maka
hal itu, untuk jangka pendek, bisa saja berhasil menarik perhatian banyak
orang, tapi tidak bertahan lama. Dalam tataran inilah yang membedakan
bisnis Rasulullah Saw.
Dalam kisahnya, Rasul juga sangat rapi, bahkan disebutkan dalam
sirah, Nabi Muhammad tidak pernah pisah dari sisir dan cerminnya, bahkan
ketika ia bangun dari tidurnya, langsung merapikan rambutnya agar ia selalu
tampil menarik. Selain, itu kejujuran Rasulullah merupakan daya tarik yang
sangat luar bisa pengaruhnya dalam menarik simpatik para pembeli,
ditambah lagi dengan muka yang selalu ceria dan murah senyum. Dalam
perakteknya, Rasulullah saw yang selalu menyapa dan menyalami para
pembeli.
d) Yakin (Self Confidence)
Percaya diri adalah keyakinan yang besar untuk sukses. Seorang
pebisnis harus ia yakin bahwa ia kan sukses dalam usahanya. Ia pun harus
menjauhkan segala sifat keraguan dalam bisnisnya. Maka dari itu, dalam
Islam tiap langkah dan usaha yang diharapkan dimulai dengan niat yang
baik, dalam bahasa manejemenya adalah visi yang jelas. Dengan jelasnya
niat (visi) ke depan maka hal itulah yang akan membuat kita selalu optimis
dalam melalui proses pencapaian. Sehingga, dalam keseharian, seorang

12
pebisnis pun selalu tekun, sabar melalui ringtangan serta tidak
memperdulikan pendapat-pendapat yang bisa melemahkan semangatnya. Ia
terus maju melangkah dengan percaya diri.
e) Pandai Membuat Keputusan (Making Sound Decision)
Mengambil keputusan yang tepat juga menjadi hal yang sangat
urgen dan menentukan dalam kesuksesan sebuah usaha. Cepat dan tepat.
Tidak hanya cepat, tapi juga harus tepat sasaran. Begitu banyak orang yang
bangkrut karena salah dalam mengambil keputusan. Dengan demikian,
kematangan dalam menimbang sesuatu sangat diperlukan sebelum
memutuskan sesuatu. Tidak boleh tergesa-gesa, namun juga tidak boleh
terlalu lambat. Sekali lagi, cepat dan tepat. Rasulullah Saw. telah
memberikan keputusan yang tepat dan cepat dalam sejarahnya.
f) Pandai Berkomunikasi
Komunikasi adalah alat yang paling asasi untuk menjalin hubungan
dengan orang lain. Pandai berkomunikasi adalah piawai mengorganisasi
buah pikiran ke dalam bentuk ucapan yang jelas, dan enak didengar dan
mampu menarik perhatian orang lain. Keterampilan berkomunikasi juga
termasuk modal utama untuk bisa menjadi orang besar, apalagi menjadi
seorang bisnisman. Komunikasi baik menjadi kunci kemampuan seorang
manejer menggerakkan bawahannya, begitupula sebaliknya, seorang
bawahan dengan sesamanya atau dengan atasannya harus menjaga
komunikasi yang baik. Dalam sirah kenabian, komunikasi yang baik telah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw sendiri. Tiap orang yang berkumunikasi
dengannya selalu merasa enak dan terhormat. Orang tidak pernah
tersinggung oleh kata-kata Rasulullah Saw.
Di samping itu, semua orang dengan berbagai latar belakang, baik
orang kaya, bangsawan, rakyat biasa, orang miskin, merasa bahwa apa yang
disampaikan oleh Rasulullah sesuai dengan kebutuhannya. Hal itu dikenal
dalam sejarah bahwa Rasulullah saw seorang penyampai pesan (al-tabligh).
Pesan yang disampaikannya benar-benar sampai dan dipahami secara jelas
orang yang mendengarkannya. Kunci dari semua itu adalah Rasulullah Saw
memberikan orang lain apa yang ia butuhkan. Di saat berhadapan dengan
orang bangsawan, beda komunikasi yang ia gunakan jika berhadapan
dengan orang bisa. Begitupula di depan para orang kaya juga berbeda pola
komunikasi di hadapan orang miskin.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13
Entrepreneurship dalam Islam mempunyai pengertian bahwa
kewirausahaan adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara
perniagaan dalam rangka memproduksi suatu barang atau jasa dengan jalan
tidak bertentangan dengan syariat. Wirausaha adalah bagian dari ibadah,
bakan salah satu dari cabang jihad. Olehnya, wirausaha sangatlah mulia
dalam Islam. Dengan berwirausaha, seseorang akan mandiri dan tidak akan
menjadi beban hidup kepada orang lain. Ia pun akan selalu memberi dan
menolong orang-orang yang membutuhkan. Realitas ini sangatlah dijunjung
tinggi dalam Islam.
Wirausaha ala Rasulullah Saw telah menjadi contoh dan refrensi
dunia sekarang ini. Salah satu contoh tersebut adalah kejujuran. Kejejuran
inilah yang menjadi modal utama dalam sebuah bisnis. Dari kejujuran
terciptalah sebuah saling kepercayaan yang merupakan kunci utama dalam
membangun mitra dan mengembangan bisnis. Pada akhinya, wirausaha
sangatlah mulia. Apalagi wirausaha yang berpijak pada cara Rasulullah.
Tidak hanya mementingkan keuntungan materi, tapi yang tak kalah
pengingnya adalah keuntungan inmateri, yaitu kepuasan batin (investment
spritual).
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengarapkan kritik atau saran dari pembaca, untuk lebih menjadi baik lagi
kedepannya dalam pembuatan makalah selanjjutnaya. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

14
1. Ratna,Wijayanti. 2018. Membangun Entrepreneurship Islami dalam
Perspektif Hadits. Jurnal Studi Islam. Vol. 13 No. 1
2. Dedy, takdir dkk. 2015. Kewirausahaan. Yogyakarta : Wijana Mahadi
Karya
3. Juhanis. 2014. Manajemen Kewirausahaan Islam. Makassar : Alauddin
University Press
4. Bahri. 2018. Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan
Bertransaksi Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah)
dan Dimensi Horizontal (Hablumminannas). Jurnal Ekonomi Syariah dan
Bisnis, Vol. 1. No. 2
5. Ita, nurcholifah. 2014. Membangun Muslim Entrepreneurship: Dari
Pendekatan Konvensional Ke Pendekatan Syariah. Fakultas syari’ah dan
ekonomi islam iain pontianak

15

Anda mungkin juga menyukai