Anda di halaman 1dari 32

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JUNI 2020


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

BATU SALURAN KEMIH

DISUSUN OLEH:
Rizka Amalia
(70700119001)

PEMBIMBING :
Dr. dr. Nadyah Haruna, M. Kes
dr. Saharuddin, M. Kes

SUPERVISOR:
dr. Raden Selma, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020

1 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)

A. PENDAHULUAN
Batu saluran kemih (BSK / urolithiasis) didefinisikan sebagai pembentukan batu di
saluran kemih yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan uretra. Komposisi batu yang
terbentuk dapat terdiri atas salah satu atau campuran dari asam urat, kalsium oksalat,
kalsium fosfat, sistin, struvit, atau xantin. Zat tersebut dapat menyebabkan oversaturasi
urin dengan satu atau lebih prekursor kristal, yang menghasilkan formasi kristal. Batu
ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat, atau
kalsium fosfat secara bersama dapat dijumpai sampai 65-85% dari jumlah keseluruhan
batu ginjal. Semua tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu
staghorn, namun pada 75% kasus, komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-
apatit atau disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi,
atau batu urease.1,2
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan organik ataupun bahan
organik. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastabil (tetap terlarut
dalam urine) apabila tidak ada kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya presipitasi
kristal. Kristal-kristal yang yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti nukleus.
Inti nukleus kemudian melakukan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi kristal yang lebih besar tetapi kristal yang besar ini belum cukup mampu untuk
membentuk obstruksi pada saluran kemih. Oleh karena itu, kristal yang besar ini
menempel pada epitel saluran kemih dan melakukan pengendapan sehingga terbentuk
batu yang cukup besar untuk menyebabkan obstruksi pada saluran kemih.2,3,4

Gambar 1. Lokasi batu saluran kemih pada traktur urinarius11

2 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor
itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor
ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.1,5
Pencitraan adalah alat diagnostik yang paling pasti untuk mendeteksi batu saluran
kemih. Radiografi abdomen umumnya merupakan modalitas pencitraan diagnostik
pertama yang digunakan untuk mendeteksi urolith radiopak. Ultrasonografi atau kistografi
kontras ganda dapat digunakan untuk mendeteksi urolith, termasuk yang radiolusen.
Teknik pencitraan abdomen ini digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan urolith dan
lokasi, jumlah, ukuran, bentuk, dan kepadatan.6,7,8,9

B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat menyerang seluruh penduduk yang ada di dunia tidak terkecuali
di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di
negara-negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas
sedangkan di negara berkembang lebih banyak pasien dengan batu buli-buli. Hal ini
dikaitkan dengan dengan adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.2
Prevalensi, insiden, dan komposisi BSK di seluruh dunia bervariasi dan telah
berubah dalam beberapa dekade terakhir, dengan prevalensi berkisar dari 7% -13% di
Amerika Utara, 5% - 9% di Eropa, dan 1% - 5% di Asia. Perbedaan antar negara
mencerminkan beberapa faktor litogenik, termasuk usia, jenis kelamin, kebiasaan makan,
asupan cairan, iklim, tingkat pekerjaan dan pendidikan, status sosial ekonomi, ras, genetik
dan penyakit metabolik.10
Di Indonesia, masalah batu saluran kemih masih menduduki kasus tersering di
antara seluruh kasus urologi. Belum terdapat data angka prevalensi batu saluran kemih
nasional di Indonesia. Di beberapa negara di dunia berkisar antara 1-20%. Laki-laki lebih
sering terjadi dibandingkan perempuan yaitu 3:1 dengan puncak insiden terjadi pada usia
40-50 tahun.3

C. ETIOLOGI
Pembentukan batu dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, yaitu infeksi, non-

3 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


infeksi, kelainan genetik, dan obat-obatan.3,11
1. Batu akibat tanpa infeksi
 Kalsium oksalat
Batu jenis ini paling banyak dijumpai yaitu kurang lebih 70-80 % dari seluruh batu
ginjal. Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan
oleh peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat
reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
Faktor faktor yang mempengaruhi tebentuknya batu kalsium adalah hiperkalsiuri
yaitu kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24 jam. Selain itu
hiperoksaluri dimana eksresi oksalat lebih dari 45 gr per hari. Keadaan ini banyak
dijumpai pada pasien yang banyak mengkonsumsi makanan kaya oksalat seperti soft
drink, arbei, jeruk sitrun, teh, kopi, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.
Kadar asam urat melebihi 850 mg/24 jam juga merupakan faktor predisposisi
terbentuknya batu, karna asam urat ini akan berperan sebagai nidus untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat.2,12
 Kalsium fosfat
Kalsium oksalat awalnya terutama dibentuk oleh agregasi dari kalsium phospat yang
ada pada renal calyx epithelium. Konkresi kalsium phospat mengikis urothelium dan
kemudian terpapar pada urine dan membentuk suatu nidus/inti batu untuk deposisi
kalsium oxalat. Kemudian deposisi kalsium oxalat tumbuh hingga batu tersebut
cukup besar untuk menghancurkan urothelial dan kemudian tersebar ke dalam ductus
collectivus.12,13,14
 Asam urat
Batu asam urat menempati persentasi sekitar 5-10% dari keseluruhan batu saluran
kemih. 75-80 % adalah asam urat murni sisanya adalah campuran dengan kalsium
oksalat. Faktor predisposisi terutama adalah suasana asam yang berlebihan dalam
tubuh (asidosis) dengan pH < 6 dan dehidrasi dimana volume urine < 2 liter/hari.12,13
2. Batu akibat infeksi
 Magnesium amonium fosfat
 Karbonat
 Amonium urat
3. Kelainan genetik
 Sistin
Batu sistin dibentuk pada pasien dengan kelainan kongenital yaitu adanya defek pada
gen yang mentransport cystein atau gangguan asbsorbsi sistin pada mukosa usus.13,14

4 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


 Xantin
Xantin dapat terjadi ketika pembentukan purin meningkat pesat dan pemecahan
xantin menjadi asam urat terhambat.4,15
4. Obat
Diperkirakan sekitar 1 atau 2% dari semua batu ginjal diinduksi oleh obat. Pasien yang
menggunakan protease inhibitor seperti indinavir juga dapat mengalami pembentukan
baru, namun batu tersebut tidak terlihat pada radiografi atau CT non-kontras konvensional
karena atenuasi yang rendah.26 Nefrolitiasis juga kemungkinan disebabkan efek samping
pengobatan atazanavir pada pasien yang terinfeksi HIV.15
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal
dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
sekitarnya.1
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan)
Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan.1

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:


1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan
daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Iklim dan temperatur
Urolithiasis lebih banyak terjadi pada daerah yang bersuhu tinggi dan area gersang/kering
dibandingkan daerah beriklim sedang. Iklim tropis, tempat tinggal yang berdekatan
dengan pantai, pegunungan, dapat menjadi faktor pendukung terjadinya urolithiasis.
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran
kemih.

5 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


5. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.1

D. ANATOMI16,17
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah
kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub
atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal
kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-
batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri.

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:


 Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distalis.
 Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
6 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
 Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
 Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah
korteks
 Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
 Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul
dan calix minor.
 Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
 Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
 Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
 Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

Gambar 2. Ginjal

Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/
Malpighi (yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di
sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang
membawa darah dari dan menuju glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang
memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1)
nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang relatif
jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada
medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di
tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan
7 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah
memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang
akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior,
anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal
melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan
persarafan simpatis melalui n.vagus.
2. Ureter

Gambar 3. Ureter16
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica
urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu
untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas
major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan
secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial
untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik

8 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta
muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca
communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter
melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus
hipogastricus superior dan inferior.
3. Vesica urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme
relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama
dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Gambar 4. Vesica Urinaria17


Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas
tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan
(superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan
lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot
spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior
dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga
yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih
pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada

9 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan pada
vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis
melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2.
Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan
sebagai sensorik dan motorik.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter
interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter
externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa
dan pars spongiosa.

Gambar 5. Uretra genitalia pria16


 Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter
urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini
disuplai oleh persarafan simpatis.

10 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


 Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian
lainnya.
 Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).
 Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang
dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini
dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3,5 cm) dibanding uretra
pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada
orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter
urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra
pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.

Gambar 5. Uretra genitalia wanita

E. PATOFISIOLOGI
Faktor yang signifikan juga berapa lama kristal yang sudah terbentuk sebenarnya
tetap berada di urin jenuh. Lamanya waktu tergantung pada diuresis dan kondisi aliran di
saluran kemih bagian bawah, misalnya, menyebabkan kristal terperangkap (penyebab
postrenal).4

11 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Adapun pathogenesis dari proses formasi batu pada saluran kemih dapat dibagi
menjadi 5 tahap.12,15,16
1. Supersaturasi Urin
Supersaturasi terjadi ketika konsentrasi zat terlarut yang berlebihan melebihi
kelarutannya dalam urin. Berbagai substansi pembentuk batu dapat mencapai konsentrasi
dalam urin yang berada di atas ambang kelarutannya. Dalam kisaran metastabil
pembentukan kristal tidak dapat terjadi sama sekali, atau hanya secara perlahan. Namun,
ketika konsentrasinya naik melebihi rentang metastabil, kristalisasi terjadi. Konsentrasi
zat pembentuk batu yang meningkat dapat disebabkan oleh faktor prerenal, ginjal, dan
postrenal.4,12
Penyebab prerenal menghasilkan peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil
batu melalui peningkatan konsentrasi plasma. Hiperkalsiuria prerenal dan fosfaturia
adalah hasil dari peningkatan penyerapan usus atau mobilisasi dari tulang, misalnya, jika
ada kelebihan PTH atau kalsitriol. Hiperoksalemia dapat disebabkan oleh cacat
metabolisme pada pemecahan asam amino atau oleh peningkatan penyerapan usus.
Hiperurisemia terjadi akibat suplai berlebihan, peningkatan sintesis baru, atau
peningkatan pemecahan purin. Batu xantin dapat terbentuk ketika pembentukan purin
meningkat pesat dan pemecahan xantin menjadi asam urat terhambat. Namun, xanthine
jauh lebih mudah larut daripada asam urat dan oleh karena itu batu xanthine jauh lebih
jarang.4
Reabsorpsi ginjal yang abnormal adalah penyebab sering peningkatan ekskresi
ginjal pada hiperkalsiuria dan penyebab yang tidak berubah pada cystinuria. Konsentrasi
Ca2+ dalam darah kemudian dipertahankan oleh penyerapan usus dan mobilisasi mineral
tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan oleh kerusakan yang berkurang.4
Pelepasan ADH (akibat penurunan volume, stress, dan lain-lain) menyebabkan
peningkatan konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urin.4
Kelarutan beberapa zat tergantung pada pH urin. Fosfat mudah larut dalam urin
asam, tetapi dalam alkali buruk. Karena itu, batu fosfat, hanya ditemukan dalam urin
alkali. Sebaliknya, asam urat (urat) lebih mudah larut ketika terdisosiasi daripada tidak
terdisosiasi, dan batu asam urat lebih mudah terbentuk dalam urin asam. Jika
pembentukan NH3 berkurang, urin harus lebih asam agar asam dapat dihilangkan, dan ini
mendorong pembentukan batu urat.

12 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


2. Nukleasi
Nukleasi adalah pembentukan fase kristal padat dalam suatu larutan.
Pembentukan batu dimulai dari inti, yang berarti proses pembentukan kristal baru.
Nukleasi kristal adalah langkah pertama dalam pembentukan batu yang dapat berupa
nukleasi homogen dari garam yang terjadi di zona supersaturasi yang tidak stabil.
Kristalururia dan formasi batu tampaknya merupakan hasil dari nukleasi heterogeneous
yang disebabkan oleh promotor. Promotor mungkin menghadirkan permukaan yang
sudah dibentuk sebelumnya yang mengurangi energi yang dibutuhkan untuk kristalisasi.
Selama pertumbuhan kristal, energi bebas larutan terus berkurang karena komponen
kristal baru diambil dari larutan dan menjadi bagian dari struktur kristal. Setelah
terbentuk, partikel kristal dapat saling mengikat dalam pola pertumbuhan yang teratur
atau acak dan kemudian tumbuh menjadi partikel yang lebih besar.12,14,15
3. Pembentukan Kristal
Setelah proses nukleasi, kristal mikro dapat matang. Beberapa atom atau molekul
dalam cairan super jenuh mulai membentuk kluster. Pertumbuhan kristal ditentukan oleh
ukuran molekul dan bentuk molekul, sifat fisik material, pH, dan cacat yang mungkin
terbentuk dalam struktur kristal.12,13,14
4. Agregasi Kristal
Agregasi adalah proses di mana inti kristal saling mengikat untuk membentuk
partikel yang lebih besar. Inti awal dapat tumbuh dengan penambahan lebih lanjut dari
garam yang diinginkan14
5. Formasi Kristal
Retensi kristal dapat disebabkan oleh asosiasi kristal dengan lapisan sel epitel.
Urolithiasis melibatkan pembentukan kristal yang diikuti oleh retensi dan akumulasi di
ginjal. Proses lain yang dapat menyebabkan pembentukan batu yaitu presipitasi kristal,
pertumbuhan, dan agregasi, yang menghasilkan pembentukan batu urin, jika kristal
berinti disiram oleh aliran urin. Retensi juga mungkin tergantung pada komposisi
permukaan sel epitel tubulus ginjal.12,15
Efek dari urolithiasis adalah memblok saluran kemih bagian bawah. Selain itu,
peregangan otot ureter menimbulkan kontraksi yang sangat menyakitkan (kolik ginjal).
Obstruksi aliran menyebabkan pelebaran ureter dan hidronefrosis dengan penghentian
ekskresi. Bahkan setelah pengangkatan batu, kerusakan ginjal dapat tetap bertahan.
Obstruksi urin juga meningkatkan pertumbuhan patogen (infeksi saluran kemih). Patogen

13 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


pemisah urea membentuk NH3 dari urea, sehingga menyebabkan alkalinisasi urin. Ini
pada gilirannya, dalam lingkaran setan, mendukung pembentukan batu fosfat. Bahkan
tanpa kolonisasi bakteri, deposisi asam urat intrarenal (ginjal gout) atau garam kalsium
(nefrokalsinosis) dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan ginjal.4

Gambar 6. Patofisiologi urolithiasis4

F. GAMBARAN KLINIS

Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat bervariasi, mulai dari tanpa

14 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


keluhan, sakit pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urine, dan
anuria.3

1. Batu ginjal (nefrolitiasis)

Batu dapat hanya berada di bagian pelvis renalis, namun dapat juga bercabang
mengikuti kaliks atau melibatkan 2 kaliks yang bersebelahan (batu staghorn). Batu di
pelvis dapat menyebabkan hidronefrosis, namun batu kaliks biasanya tidak
menunjukkan tanda pada pemeriksaan fisis. Umumnya, manifestasi klinis berupa
obstruksi aliran kemih dan infeksi. Terkadang dapat disertai nyeri pinggang, baik
hanya pegal, kolik, atau hingga nyeri yang menetap dan hebat. Pemeriksaan fisis
umumnya normal, tetapi jika telah terjadi hidronefrosis, dapat teraba massa ginjal
yang membesar. Nyeri tekan atau nyeri ketok sudut kostovertebra dapat positif sesuai
sisi ginjal yang terkena.5

2. Batu ureter (ureterolitiasis)

Ciri utama nyeri kolik akibat peristalsis adalah sifatnya yang hilang timbul
disertai mual dan nyeri alih yang khas. Dalam perjalanannya, batu ureter dapat
akhirnya ikut keluar bersama urine, atau terhenti di buli. Batu juga bisa tetap di ureter
dan menyebabkan obstruksi kronis dengan hidroureter. Kasus-kasus seperti ini dapat
berujung pada hidronefrosis. Batu ureter dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan
lokasi, yaitu proksimal dan distal. Batu ureter proksimal jika batu terletak di atas
pelvic brim dan distal jika terletak di bawah pelvic brim.5

3. Batu buli-buli (vesikolitiasis)

Jika batu berada pangkal uretra, aliran miksi akan berhenti secara tiba-tiba.
Akan tetapi, saat pasien merubah posisi tubuhnya, batu dapat bergeser dan urine pun
kembali keluar. Pada anak kecil, biasanya mereka menarik-narik penisnya. Jika di
sertai infeksi sekunder saat miksi terdapat nyeri menetap di suprapubik.5

4. Batu uretra (uretrolitiasis)

Kebanyakan terjadi sebagai akibat patologi dari bagian saluran kemih yang
lebih atas. Gejalanya adalah urine menetes. miksi tiba-tiba terhenti, dan terdapat
nyeri.5
G. DIAGNOSIS

1. Gambaran klinis

15 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat bervariasi, mulai dari
tanpa keluhan, sakit pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria, retensi
urine, dan anuria. Keluhan tersebut dapat disertai dengan penyulit seperti demam dan
tanda gagal ginjal. Selain itu, perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit dahulu
yang berhubungan dengan penyakit batu saluran kemih seperti obesitas,
hiperparatiroid primer, malabsorbsi gastrointestinal, penyakit usus atau pankreas.
Riwayat pola makan juga ditanyakan sebagai predisposisi batu pada pasien, antara
lain asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah dan sayur kurang,
serta makanan tinggi purin yang berlebihan, jenis minuman yang dikonsumsi, jumlah
dan jenis protein yang dikonsumsi. Riwayat pengobatan dan suplemen seperti
probenesid, inhibitor protease, inhibitor lipase, kemoterapi, vitamin C, vitamin D,
kalsium, dan inhibitor karbonik anhidrase. Apabila pasien mengalami demam atau
ginjal tunggal dan diagnosisnya diragukan, maka perlu segera dilakukan pencitraan.3
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK sangat bervariasi mulai tanpa kelainan
fisik sampai adanya tanda-tanda sakit berat, tergantung pada letak batu dan penyulit
yang ditimbulkan (komplikasi).3 Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan antara lain:
 Pemeriksaan fisik umum : Hipertensi, demam, anemia, syok
 Pemeriksaan fisik urologi
- Sudut kostovertebra : Nyeri tekan, nyeri ketok, dan pembesaran ginjal
- Supra simfisis : Nyeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh
- Genitalia eksterna : Teraba batu di uretra
- Colok dubur : Teraba batu di buli-buli (palpasi bimanual)
2. Gambaran Radiologis
a. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu – batu berjenis kalsium oksalat
atau kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai diantara batu
jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak / radiolusen.3
Jenis Batu Radioopasitas
Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/Sistin Non opak

16 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Pada foto polos abdomen pasien harus melepas bajunya dan tidak
menggunakan alat -alat yang berbahan logam. Selain itu, pasien harus buang air
kecil terlebih dahulu. Pada saat difoto harus terlihat diafragma dan ramus inferior
os pubis.20,21,22,23

Gambar 7. Foto polos abdomen normal6

Pada pasien penderita batu ginjal yang dilakukan pemeriksaan foto polos
abdomen dapat terlihat bentuk dari pelvis renalis yang melebar dengan gambaran
radioopak.

Gambar 8. Terlihat gambaran radioopak membentuk pelvis renalis yang


membesar. Menandakan batu pada kalix minor dan kalix mayor. Pada gambaran
17 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
radiologis disebut dengan Batu Staghorn13

Batu ureter dapat terjadi akibat komplikasi dari ESWL (Extrashockwave


Litotripsy) karena batu dapat turun ke ureter dan tidak bisa keluar.

Gambar 9. Terlihat gambaran radioopak setinggi vertebra lumbal 4 menandakan


adanya batu di ureter13

Gambar 10. Terlihat radio-opak di daerah vesica urinaria menandakan adanya


batu di vesica urinaria8

b. BNO-IVP20,21,22,24
BNO – IVP adalah pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (ginjal, ureter,
dan kandung kemih) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena.
Pada saat media kontras di injeksikan melalui pembuluh darah vena pada tangan
pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal
18 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
dan saluran kemih sehingga tractus urinarius berwarna putih. Indikasi dari BNO –
IVP yaitu nefrolithiasis, nefritis adanya keganasan, kista, dan lain-lain.
Kontraindikasi dari penggunaan BNO – IVP adalah ureum yang meningkat, adanya
riwayat hipertensi, diabetes mellitus dll. Sebelumnya pasien harus dilakukan skin test
terlebih dahulu untuk mengetahui apakah ada alergi pada bahan kontras. Terdapat
beberapa fase pada BNO – IVP:
a. Fase Ekskresi (3 – 5 Menit)
Melihat apakah ginjal mampu mengekskresikan kontras yang dimasukkan.
b. Fase Nefrogram (5 -15 Menit)
Fase dimana kontras menunjukkan nefron ginjal, pelvis renalis, ureter
proximal.

Gambar 11. Fase nefrogram normal13

Gambar 12. Fase nefrogram tetapi ureter sebelah kanan tidak terisi
19 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
menandakan adanya obstruksi13
c. Fase Uretrogram (30 Menit)
Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis dan ureter
proksimal terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih.

Gambar 13. Terlihat gambaran klingkin yang menandakan adanya batu


pada ureter kiri bagian proximal8

d. Fase Vesica Urinaria Full Blast (45 Menit)


Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, pelvis renalis, ureter
hingga kandung kemih.

Gambar 14. Kontras tidak memenuhi vesica urinaria menandakan


kemungkin batu pada vesica urinaria8

20 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


c. Ultrasonography (USG)22,25,26
Ultrasonography adalah salah satu imaging diagnostic (pencitraan diagnostik)
untuk pemeriksaan alat – alat tubuh, dimana kita dapat melihat bentuk tubuh, ukuran
anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini
bersifat non invasif, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat dilakukan dengan cepat,
aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Prinsip
penggunaan USG adalah gelombang suara yang dihasilkan leh transduser akan
dipantulkan oleh jaringan yang ada didalam tubuh kita. Frekuensi gelombang suara
dihasilkan oleh kristal – kristal yang ada di dalam transduser mencapai 1 -10 MHz (1-
10 Juta Hz) sehingga manusia tidak dapat mendengarnya. Gelombang suara yang
diterima oleh jaringan di tubuh tersebut akan dipantulkan kembali ke dalam
transduser dan diubah menjadi energi listrik oleh suatu efek bernama piezo – electric.
Energi listrik tersebut akan diperlihatkan kedalam bentuk cahaya pada layar
osiloskop. Masing – masing jaringan tubuh mempunyai impendance acustic tertentu.
Jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam – macam eko disebut
echogenic. Sedangkan, jaringan yang homogen hanya sedikit sekali atau sama sekali
tidak ada eko, disebut dengan anechoic atau echofree.
Pada USG ginjal, sonic window yang digunakan adalah otot perut belakang
dan posterolateral dan celah iga. Pada ginjal kanan, hepar juga bisa digunakan sonic
window sedangkan pada ginjal kiri, lambung yang berisi air bisa digunakan sebagai
sonic window.

Gambar 15. Tampak hidronefrosis dengan ureter yang terdesak akibat adanya batu
di ureter terminal dengan adanya acoustic shadow8

21 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Pada pemeriksaan USG ginjal, batu ginjal tampak sebagai suatu opasitas dengan
reflektif yang tinggi di daerah sinus renalis, yang disertai dengan acoustic shadow di
distalnya
Acoustic shadow adalah bayangan dibelakang massa yang free echoic akibat
tertutup oleh suatu massa yang mempunyai densitas yang tinggi. Gambaran USG
pada gambar menunjukan pelvis yang membesar karena hambatan aliran urin akibat
adanya nefrolithiasis sehingga terjadi hidronefrosis. Pada batu ureter dapat ditemukan
adanya hidroureter akibat adanya sumbatan pada ureter. Dapat juga ditemukan
acoustic shadow dan adanya twinkling artefact.

Gambar 15. Tampak hiperechoic pada batu di ureter dengan adanya acoustic
shadow dan adanya twingkling artefacts8
Twninkling artefact atau color comet tail artefact adalah gambaran pada USG
Doppler akibat adanya gambaran pergerakan yang palsu, biasanya karena gambaran
di USG Doppler dengan opasitas yang tinggi, biasanya disebabkan oleh batu (Hircs et
al, 2011).

Gambar 16. Hidroureter dengan penebalan dinding akibat inflamasi pada ureter
proksimal8
22 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
Pada gambar terdapat pembesaran dari ureter. Pembesaran ini disebabkan oleh
stasis urin yang bisa menyebabkan hidroureter. Apabila kondisi ini terus berlanjut
maka dapat menyebabkan gagal ginjal. Pasien dengan batu di vesicolithiasis akan
menunjukkan hasil dengan opasitas tinggi dengan acoustic shadow dan penebalan
dinding dari vesica urinaria akibat dari inflamasi.

Gambar 17. Gambaran hiperechoic dengan acoustic shadow pada vesica urinaria
menggambarkan batu pada vesica urinaria8

d. CT-Scan21,25,16
CT-Scan merupakan alat diagnostik dengan teknik radiografi yang
menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan penyerapan
sinar-X pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor hitam putih. Prinsip
penggunaan CT-Scan mirip dengan radiologi konvensional, perbedaannya adalah
gambaran yang dihasilkan oleh CT – Scan tidak tumpang tindih berbeda dengan
radiologi konvensional.
CT – Scan pada bidang urologi sudah lama dilakukan dan dapat dilakukan
pada pasien dengan urolithiasis dengan sensitivitas mencapai 95% – 100%. Selain itu
penggunaan CT – Scan ini sangat cepat dan akurat karena spesifitas mencapai 94% -
96%. Selain mendiagnosis batu pada saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan
lain pembesaran ginjal.

23 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Gambar 18. Potongan gambar CT – Scan menunjukkan gambar Bear’s Paw
menggambarkan batu pada ginjal8

Gambar 19. Gambaran Perirenal Cobwebs8

Perirenal cobweb adalah salah satu tanda adanya batu pada ginjal. Pada
pasien dengan batu ginjal yang kronis akan terjadi pembentuk septa – septa dan
terjadi hidronefrosis sehingga akan memberikan gambaran seperti jarring laba – laba.

24 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Gambar 20. Gambaran Soft Tissue Rim Sign8

Soft tissue rim sign menunjukkan bahwa terdapat edema pada ureter akibat
inflamasi yang mengelilingi batu karena memberikan gambaran radioopak.

e. CT – Urography26,27,28
Pada dasarnya CT – Urography merupakan CT – Scan yang menggunakan
kontras yang digunakan untuk melihat ginjal, ureter, dan vesica urinaria secara
optimal. Terdapat tiga fase pada CT – Urography, yaitu (O’Connor, 2010):
 Fase Unenhanced
 Fase Nephrographic
Fase ini membutuhkan 90 – 100 detik setelah penyuntikan kontras non ionic
(100 -150 ml). Fase ini melihat apakah ada massa pada ginjal.
 Fase Pyelograph
Lima sampai lima belas menit setelah penyuntikan kontras. Fase ini untuk
melihat apakah kontras teralirkan dari ginjal menuju vesica urinaria.

25 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Gambar 21. Tampak kontras sudah memasuki vesica urinaria8

Gambar 22. Terlihat massa yang diduga sebagai batu ginjal yang
menyebabkan desakan pada ureter sehingga terjadi hidroureter dan
hidronefrosis pada ginjal kiri8

26 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


H. DIAGNOSIS BANDING

Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut, misalnya distensi
usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun
ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung
empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga dipertimbangkan adneksitis.20
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan apalagi bila
hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu saluran kemih yang
bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid,
akibat rangsangan dan inflamasi. Pada batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz.13,18

Gambar 23. Gambaran kolelitiasis pada kolesistografi

Gambar 24. Gambaran foto polos abdomen tampak appendikolith

27 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


Gambar 25. Gambaran tumor Grawitz

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi3,5

- Mengatasi nyeri

- Menghilangkan batu yang sudah ada

- Mencegah terjadinya pembentukan batu berulang.

- Batu yang telah berhasil dikeluarkan dianalisis untuk mengetahui komposisinya


sehingga dapat menentukan strategi pencegahan yang sesuai

Tata laksana batu saluran kemih bergantung kepada ukuran. lokasi. ada tidaknya
infeksi. dan fungsi ginjal. lndikasi pengeluaran aktif batu saluran kemih adalah sebagai
berikut.3,5
1. Kasus batu dengan kemungkinan keluar spontan yang rendah
2. Adanya obstruksi saluran kemih persisten
3. Ukuran batu > 15 mm
4. Adanya infeksi
5. Nyeri menetap atau nyeri berulang
6. Disertai infeksi
7. Batu metabolik yang tumbuh cepat
8. Adanya gangguan fungsi ginjal
9. Keadaan sosial pasien (misal: pekerjaan)
28 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
1. Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)1,2,3,5,14
Terapi ini dapat diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi
pengeluaran batu secara aktif. Biasanya diberikan pada kasus batu yang tidak
mengganggu dan ukurannya kurang dari 0,5 cm, berlokasi di ureter distal dan tidak
terjadi obstruksi total. Pasien dengan sepsis, nyeri tidak terkontrol atau fungsi ginjal
yang buruk tidak disarankan menggunakan terapi konservatif. Terapi konservatif terdiri
atas:
- Peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik target diuresis 2 liter / hari
- Pemberian nifedipin atau agen a -blocker, seperti tamsulosin
- Manajemen nyeri, khususnya pada kolik, pemberian simpatolitik atau
antiprostaglandin, analgesik. Pemberian OAINS supositoria memberikan onset
lebih cepat dan efek samping lebih rendah.
- Pemantauan berkala setiap 1-14 hari sekali selama maksimal 6 minggu untuk
menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis.
2. Pelarutan
Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, yang hanya terjadi pada
keadaan urine asam (pH <6,2). Pada kasus ini, dapat diberikan natrium bikarbonat serta
makanan yang bersifat alkalis. Jika perlu, beri allopurinol untuk membantu menurunkan
kadar asam urat darah dan urine. Batu struvit tidak dapat dilarutkan, namun dapat
dicegah pembesarannya melalui cara yang sama serta pemberian antiurease. Infeksi
sulit diatasi karena bakteri di batu tidak dapat dicapai antibiotik. Litotripsi merupakan
metode pemecahan/penghancuran batu. Batu dapat dipecahkan secara mekanis atau
dengan gelombang ultrasonik, elektrohidrolik, atau sinar laser. Metode yang banyak
digunakan saat ini extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL), menggunakan
gelombang kejut yang dialirkan melalui air dan dipusatkan pada batu, tanpa adanya
perlukaan pada kulit. Batu diharapkan pecah menjadi ukuran kurang dari 2 mm dan
keluar bersama urin. Lokasi batu dipastikan dengan bantuan sinar Rontgen atau
ultrasonografi. 1,3,5 Kontraindikasi dari ESWL antara lain:
- Hamil
- Perdarahan diatesis
- lnfeksi saluran kemih tidak terkontrol
- Obesitas yang berat, menghalangi kerja dari gelombang kejut
- Aneurisma arteri di sekitar batu

29 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


- Obstruksi anatomis distal dari batu

3. Pembedahan3,5,18,19,20
Pembedahan dikerjakan apabila cara nonbedah tidak berhasil dan tidak tersedia
alat untuk litotripsi. Indikasi bergantung pada lokasi batu. Indikasi pembedahan pada
batu ginjal:
- Batu kaliks: adanya hidrokaliks, kasus nefrolitiasis kompleks, tidak berhasil
dengan ESWL.
- Batu pelvis: jika terjadi hidronefrosis, infeksi, atau nyeri hebat, batu berbentuk
tanduk rusa.
- Batu ureter: telah terjadi gangguan fungsi ginjal, nyeri hebat, terdapat impaksi
ureter.
- Batu buli-buli: ukuran >3 cm.
J. PROGNOSIS
Prognosis bonam bila penanganan kegawatdaruratan segera dilakukan. Tingkat
kekambuhan batu ginjal adalah sekitar 15% pada tahun pertama dan setinggi 50% dalam waktu
lima tahun sejak batu pertama.25 Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu,
letak batu, dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya
infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal.29
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas dari
batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam
saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu,
namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.29

30 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001


DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo,B., Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto; 2007.


2. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2014.
3. Rasyid N, Duarsa GWK, Atmoko W. Panduan Penatalaksanaan Klinis Batu Saluran
Kemih Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2018.
4. Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme; 2000.
5. Tanto, Chris. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius;
2014.
6. Herring W. Learning Radiology Recognizing The Basics 3rd Edition. Philadelphia:
Elsevier, 2016.
7. Malueka RG. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press; 2007.
8. Masch WR, Cronin KV, Sahani DV, Kambadakone A. Imaging in Urolithiasis.
Radiol Clin N Am; 2016.
9. Patel,Uday. Imaging and Urodynamics of the Lower urinary Tract, Second edition.
London: Springer; 2010.
10. Liu Y, Chen Y, Liao B, Luo D, Wang K, Li H, Zeng G. Epidemiology of Urolithiasis
in Asia. Asian Journal of Urology. 2018; 5: 205-214.
11. Turk C, Knoll T, Petrik A, Sarica K, Skolarikos A, Straub M. Seitz C. Guidelines on
Urolithiasis. European Association of Urology; 2015.
12. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Jameson JL, Hauser SL, Loscalzo J. Harrison’s
Principles of Internal Medicine 18th Edition Volume II. New York: McGraw-Hill
Companies; 2012.
13. Alelign T, Petros B. Review Article Kidney Stone Disease: An Update on Current
Concepts. Advances in Urology; 2018.
14. Bartges JW, Callens AJ. Urolithiasis. Vet Clin Small Anim. 2015; 45: 747–768.
15. Jayaraman UC, Gurusamy A. Review on Urolithiasis Pathophysiology and
Aesculapian Discussion. Journal of Pharmacy. 2018; 8(2): 30-42.
16. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Basic Anatomi. Philadelphia: Elsevier;
2014.
17. Netter FH. Atlas of Human Anatomy 5th ed. Philadephia: Elsevier; 2013.
18. Sorokin I, Pearle MS. Medical therapy for nephrolithiasis: State of the art. Asian
Journal of Urology. 2018; 5: 243-255.
31 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001
19. Sjamjuhidayat, De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005.
20. Hamm B, Asbach P, Beyersdoff D, Hein P, Lemke U. Direct Diagnosis in Radiologi;
Urogenital Imaging. New York: Thieme Publishing Groups; 2008.
21. Moeller TBM, Reif E. Pocket Atlas of Radiographic Anatomy. New York: Thieme
Stuttgart; 2000.
22. Sandstrom S. WHO Manual Pembuatan Foto Diagnostik: Teknik & Proyeksi
Radiografi. Jakarta: EGC; 2010.
23. Martadiani ED, Anandasari PPY. Panduan Belajar Koas Radiologi. Denpasar:
Udayana University Press; 2017.
24. Sutton D, Seventh Edition. Textbook of Radiology and Imaging, Volume II. London.
Churchill Livingstone; 2003.
25. Baert LA. editors, Encyclopedia of Diagnostic Imaging. New York: Springer; 2008.
26. Sandhu MS, Gulati A, Saritha J, Nayak B. Urolithiasis: Comparison of diagnostic
performance of digital tomosynthesis and ultrasound. Which one to choose and
when? and ultrasound. Which one to choose and when? European Journal of
Radiology. 2018; 105: 25–31.
27. McCarthy CJ, Baliyan V, Kordbacheh H, Sajjad Z, Sahani D, Kambadakone A.
Radiology of renal stone disease. International Journal of Surgery. 2016; 36: 638-646.
28. Kahan S, Rave JJ. In a Page Surgery. Australia: Blackwell Publishing; 2004.
29. Shires, Schwartz. Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta: EGC.

32 FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Rizka Amalia 70700119001

Anda mungkin juga menyukai