Disusun Oleh:
Muh. Fuad Amsyar
N 111 20 022
Pembimbing Klink
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU BEDAH
UPT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
oleh pengendapan zat yang ada dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau
karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut zat. Penelitian terbaru
terdapat 1 orang yang menderita batu ginjal, dan diperkirakan 600.000 orang
Amerika menderita batu saluran kemih setiap tahun. Pada populasi India, sekitar
12% populasinya diperkirakan memiliki batu saluran kemih dan 50% di antaranya
diketahu karena data lengkap mengenai profil pasien BSK masih belum banyak
menderita batu ginjal sebesar 0,6% atau 6 per 1000 penduduk. Jumlah pasien batu
saluran kemih di sub bagian urologi bagian bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
atau seluruh bagian dari pelvis ginjal dan kaliks ginjal, sehingga menyerupai
3
tanduk rusa. Meskipun batu ginjal lebih umum pada pria, namun batu staghorn
lebih jarang dilaporkan pada pria dibandingkan dengan wanita, dan biasanya
unilateral. Pada 49- 68% kasus batu staghorn dapat menyebabkan infeksi. Karena
morbiditas dan potensi kematian batu staghorn yang signifikan, penilaian dan
terbukti menyebabkan kematian 28% dalam periode 10 tahun dan 36% akan
mengalami gangguan fungsi ginjal yang berat. Oleh karena itu, batu staghorn
dianggap sebagai "standar emas" untuk penanganan batu staghorn. Namun, berkat
praktik. Tetapi karena beberapa alasan tak sedikit juga ahli urologi yang
untuk ekstraksi batu ginjal besar. Biasanya dilakukan di ruang operasi, baik oleh
ahli urologi saja atau bekerjasama dengan ahli radiologi. Prosedur Percutaneous
meskipun lebih jarang mungkin karena kurangnya pengalaman dan juga risiko
cedera organ.4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batu Staghorn
a. Definisi
Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah satu penyakit ginjal,
dimana ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan
matriks organik yang merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran
kemih. Lokasi batu ginjal khas dijumpai di kaliks, atau pelvis dan bila
keluar akan terhenti dan menyumbat pada daerah ureter (batu ureter) dan
kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ginjal dapat terbentuk dari
kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat. Namun yang
paling sering terjadi pada batu ginjal adalah batu kalsium.5
Staghorn stone adalah batu yang bentuknya menyerupai tanduk,
dan mempunyai cabang-cabang. Batu jenis ini dapat berukuran kecil atau
besar tergantung dari ukuran ginjalnya.6
Sebagian besar batu terdiri dari struvite (magnesium amonium
fosfat), yang terkait dengan infeksi saluran kemih berulang dengan
patogen penghasil urease. Di negara berkembang, 10 sampai 15% dari
semua batu saluran kemih adalah batu struvit dan wanita dua kali lebih
sering daripada pria. Di negara maju insidennya lebih rendah karena
diagnosis dini dan pengelolaan batu ginjal.5
b. Epidemiologi
6
prevalensi pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdes) tahun 2013 menyatakan prevalensi kejadian batu ginjal
sebesar 0,6 % atau 6 dari 1000 penduduk, Sulawesi Tengah (0,8%)
menduduki peringkat ketiga di atas DI Yogyakarta (1,2%) dan Aceh
(0,9%).6
c. Etiologi
8
d. Faktor Resiko
e. Klasifikasi
10
Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat
sangat jarang dijumpai.
f. Patofisiologi
11
Urease yang produksi oleh bakteri akan memecah urea urin
menjadi ammonia dan karbon dioksida (CO2). Hidrolisis lebih lanjut
mengarah pada produksi dua ammonium dan satu ion bikarbonat untuk
setiap molekul urea. Dimana hal ini menyebabkan urin yang sangat basa
yang tidak dapat terjadi pada kondisi fisiologis normal. Tingkat
alkalinitas urin yang tinggi dapat menyebabkan supersaturasi magnesium
amxmonium fosfat dan kalsium fosfat.8
Urin yang sangat basa juga menyebabkan kerusakan pada lapisan
glikosaminoglikan yang dimana biasanya berfungsi untuk melindungi
permukaan urothelial dan sel-sel dari bakteri. Ini mengarah pada
pembentukan biofilm bakteri dimana pengendapan kristal struvite dan
apatit terjadi. Pada saat mensekresi polisakarida ekstraseluler, nidus asli
terus tumbuh, mengarah pada pembentukan batu yang berbentuk pelvis
ginjal, infundibula dan kaliks, yang terdiri dari beberapa lapisan batu
struvite yang disatukan oleh biofilm.8
Urutan proses yang memicu pembentukan batu meliputi nukleasi,
pertumbuhan, agregasi, dan retensi kristal di dalam ginjal. 1 Nukleasi
Kristal. Langkah pertama dalam pembentukan batu ginjal dimulai
dengan pembentukan nukleus (disebut nidus) dari urin jenuh yang
tertahan di dalam ginjal. Pertumbuhan Kristal. Kristal dalam urin
saling menempel untuk membentuk massa batu kecil yang keras disebut
pertumbuhan kristal. Pertumbuhan batu dicapai melalui agregasi kristal
preformed atau nukleasi sekunder kristal pada matriks permukaan
berlapis. Agregasi Kristal proses dimana massa Kristal kecil yang padat
dalam larutan saling menempel membentuk batu disebut agregasi. Semua
model urolitiasis CaOx mengakui bahwa agregasi kristal mungkin
terlibat dalam retensi kristal di dalam ginjal. Agregasi Kristal dianggap
sebagai langkah paling utama dalam pembentukan batu.8
12
g. Manifestasi Klinis
15
h. Pemeriksaan Penunjang
Selain dari keluhan khas yang didapatkan pada penderita nefrolitiasis, ada
beberapa hal yang harus dievaluasi untuk menegakkan diagnosis, yaitu:5
16
Pemeriksaan profil urin 24 jam dapat dilakukan untuk mengecek: Kalsium,
oksalat, asam urat, natrium, fosfor, sitrat, magnesium, kreatinin, Ph, dan
volume urin total.9
CT SCAN
i. Tatalaksana
17
lebih cepat dalam mengendalikan rasa sakit yang disebabkan oleh kolik
ginjal.
EUA merekomendasikan :
a. Antiinflamasi nonsteroid sebagai obat pilihan pertama, misalnya
metamizole* (dipyrone); sebagai alternatif parasetamol atau,
tergantung pada faktor risiko kardiovaskular, diklofenak**,
indometasin, atau ibuprofen.
b. Opioid (hidromorfin, pentazosin, atau tramadol) sebagai pilihan
kedua.
c. Dekompresi ginjal atau pengangkatan batu secara ureteroskopi
dalam kasus nyeri kolik refraktori analgesik.
Sepsis dan/atau Anuria dalam obstruksi ginjal14
Ginjal yang tersumbat dengan semua tanda infeksi saluran kemih
(ISK) dan/atau anuria adalah keadaan darurat urologis. Dekompresi yang
mendesak seringkali diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
pada hidronefrosis yang terinfeksi akibat obstruksi ginjal yang disebabkan
oleh batu, unilateral atau bilateral. Dekompresi Saat ini, ada dua opsi untuk
dekompresi:
1. Pemasangan stent ureter yang menetap;
2. Penempatan tabung nefrostomi perkutan.
EAU merekomendasikan :
1. Dekompresi segera jika terjadi sepsis dengan batu yang
menyumbat, gunakan drainase perkutan atau stenting ureter.
2. Tunda pengobatan definitif batu sampai sepsis teratasi.
3. Kumpulkan (lagi) urin untuk tes antibiogram setelah dekompresi.
4. Mulai antibiotik segera (+ perawatan intensif, jika perlu).
Evaluasi ulang rejimen antibiotik setelah temuan antibiogram
18
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy.
Bekerja dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
di luar tubuh untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu
akan dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih
ESWL dianggap sebagai pengobatan cukup berhasil untuk batu
ginjal berukuran menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih
dari20-30mm pada pasien yang lebih memilih ESWL, asalkan
mereka menerima perawatan berpotensi lebih.
Keberhasilan SWL bergantung pada kemanjuran lithotripter dan
faktor-faktor berikut14:
1. Ukuran, lokasi (ureter, pelvis atau calyceal), dan komposisi
(kekerasan) batu
2. Habitus (pengalaman) pasien.
3. kinerja SWL
19
Masing-masing faktor ini secara signifikan mempengaruhi tingkat
perawatan ulang dan hasil akhir dari SWL. Ada beberapa
kontraindikasi penggunaan SWL ekstrakorporeal, antara lain:
1. kehamilan, akibat efek potensial pada janin
2. gangguan perdarahan, yang harus dikompensasi setidaknya 24 jam
sebelum dan 48 jam setelah pengobatan
3. ISK yang tidak terkontrol;
4. malformasi tulang yang parah dan obesitas yang parah, yang
mencegah penargetan batu;
5. aneurisma arteri di sekitar batu
6. obstruksi anatomis distal batu.
EAU merekomendasikan :
1. Pastikan penggunaan penghubung yang benar karena ini sangat
penting untuk transportasi gelombang kejut yang efektif.
2. Pertahankan pemantauan fluoroscopic dan/atau ultrasonografi
dengan hati-hati selama shock wave lithotripsy (SWL).
3. Gunakan analgesia yang tepat karena meningkatkan hasil
pengobatan dengan membatasi gerakan yang diinduksi rasa sakit
dan ekskursi pernafasan yang berlebihan.
4. Meresepkan antibiotik sebelum SWL dalam kasus batu yang
terinfeksi atau bakteriuria.
Ureteroscopy (retrograde and antegrade) 14
Standar saat ini untuk ureteroscope adalah diameter ujung < 8
French (F). URS (Ureteroscopy) dapat digunakan untuk seluruh
ureter. Namun, perbaikan teknis, serta ketersediaan lingkup digital,
juga mendukung penggunaan ureteroscopes fleksibel dalam ureter.
Pengangkatan batu ureter antegrade perkutan merupakan
pertimbangan pada kasus tertentu, yaitu besar (> 15 mm), impaksi
batu ureter proksimal dalam sistem pengumpulan ginjal yang melebar,
20
atau ketika ureter tidak dapat menerima manipulasi retrograde. EAU
merekomendasikan :
1. Gunakan holmium: laser lithotripsy yttrium-aluminium-
garnet (Ho:YAG) untuk ureteroskopi (fleksibel) (URS).
2. Lakukan ekstraksi batu hanya dengan visualisasi endoskopik
langsung dari batu tersebut.
3. Jangan masukkan stent pada kasus yang tidak rumit
4. Tawarkan terapi ekspulsif medis untuk pasien yang
menderita gejala terkait stent dan setelah lithotripsy laser
Ho:YAG untuk memfasilitasi pelepasan fragmen.
5. Gunakan pengangkatan batu ureter antegrade perkutan
sebagai alternatif saat shock wave lithotripsy (SWL) tidak
diindikasikan atau telah gagal, dan saat saluran kemih bagian
atas tidak dapat menerima retrograde URS.
6. Gunakan URS fleksibel dalam kasus di mana nefrolitotomi
perkutan atau SWL bukan pilihan (bahkan untuk batu > 2
cm). Namun, dalam kasus ini ada risiko lebih tinggi bahwa
prosedur tindak lanjut dan pemasangan stent ureter mungkin
diperlukan.
21
alasan utama untuk merekomendasikan bahwa PNL adalah baris
pertama untuk mengobati pasien nefrolitias.
Kontraindikasi termasuk:
1. ISK yang tidak diobati;
2. Tumor di area saluran akses;
3. Potensi tumor ginjal ganas;
4. Kehamilan
5. Penggunaan antikoagulan
EAU merekomendasikan :
1. Lakukan pencitraan pra-prosedur, termasuk media kontras jika
memungkinkan atau studi retrograde saat memulai prosedur, untuk
menilai kelengkapan batu dan anatomi sistem pengumpulan untuk
memastikan akses yang aman ke batu ginjal.
2. Lakukan prosedur tubeless (tanpa tabung nefrostomi) atau tanpa
tabung total (tanpa tabung nefrostomi dan stent ureter) perkutan
nefrolitotomi, dalam kasus yang tidak rumit.
Laparoscopy and operasi terbuka14
Kemajuan dalam SWL dan bedah endourologis (URS dan PNL)
secara signifikan menurunkan indikasi untuk bedah batu terbuka atau
laparoskopi. Pyelolithotomy laparoskopi dapat ditawarkan untuk batu
soliter > 2 cm yang terletak di pelvis ginjal sebagai alternatif PNL.
Indikasi untuk pengangkatan batu ureter secara aktif adalah :
1. Batu dengan kemungkinan keluar spontan yang rendah;
2. Nyeri terus-menerus meskipun sudah diberi obat analgesik yang
adekuat;
3. obstruksi persisten;
4. insufisiensi ginjal (gagal ginjal, obstruksi bilateral, atau ginjal
tunggal).
Indikasi untuk pengangkatan batu ginjal, antara lain:
22
1. pertumbuhan batu;
2. batu pada pasien berisiko tinggi untuk pembentukan batu;
3. sumbatan yang disebabkan oleh batu;
4. infeksi;
5. batu simtomatik (misalnya nyeri atau hematuria);
6. batu > 15 mm;
7. batu < 15 mm jika observasi bukanlah pilihan;
8. preferensi pasien;
9. komorbiditas;
10. situasi sosial pasien (misalnya profesi atau perjalanan);
11. pilihan pengobatan.
EAU merekomendasikan : Pengangkatan batu dengan pembedahan
laparoskopi atau terbuka dalam kasus yang jarang terjadi di mana
shock wave lithotripsy, ureteroskopi retrograde atau antegrade, dan
nefrolitotomi perkutan gagal, atau tidak mungkin berhasil.
Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)
Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada
kasus dengan batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat
juga diberikan pada pasien yang belum memiliki indikasi
pengeluaran batu secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari
peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik; pemberian
nifedipin atau agen alfa-blocker, seperti tamsulosin; manajemen
rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik, dapat dilakukan dengan
pemberian simpatolitik, atau antiprostaglandin, analgesik;
pemantauan berkala setiap 1-14 hari sekali selama 6 minggu
untuk menilai posisi batu dan derajat hidronefrosis.
23
Tatalaksana lain yang dapat dilakukan yakni:11
24
1. Diet
Manipulasi diet biasanya tidak berhasil dalam melarutkan batu struvite
pada manusia. Adapun diet yang disarankan harus rendah kalsium dan
fosfor dengan kemungkinan penambahan alumunium hidroksida (untuk
membantu mengurangi penyerapan fosfor) dan acidifier urin, seperti
ammonium kloria. Suplementasi estrogen juga telah direkomendasikan
untuk individu tertentu. Selain hal-hal yang perlu dilakukan diatas, adapun
beberapa diet yang perlu dianjurkan kepada pasien untuk menekan tingkat
kekambuhan terkait penyakit ini, diantaranya : 1). Rendah protein, karena
protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan suasana
urin menjadi lebih asam; 2) Rendah oksalat; 3) Rendah garam karena
natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri; dan 4). Rendah purin
2. Medikamentosa
L-metionin disarankan untuk meningkatkan pengasaman urin dan
mungkin mengurangi resiko batu struvite. Dalam sebuah penelitian,
penambahan 1500 mg L-metionin setiap hari dapat menurunkan rasio
supersaturasi urin untuk struvite sebesar 34% pada sukarelawan sehat dan
secara signifikan menurunkan pH urin mereka.
3. Acetohydroxamic acid (AHA) adalah inhibitor urease yang telah terbukti
menurunkan pertumbuhan batu struvite dan tingkat kekambuhan. AHA
tidak memiliki efek pengasaman langsung, dan bukan merupakan
antibiotic. Sehingga ini harus digunakan bersama dengan antibiotic kultur-
spesifik dan sering sinergis dengan mereka.
j. Prognosis
k. Pencegahan
l. Komplikasi
27
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 37 tahun
Gender : Perempuan
Tanggal Lahir : 12/04/1985
Status : sudah menikah
Agama : Islam
Alamat : jl. Sungai Kinore
Rumah Sakit : Rumah sakit Sindhu trisno
Tanggal Masuk : Rabu, 2 November 2022 (IGD)
Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 3 November 2022 (IGD)
28
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalisata
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS : 15 (E4 M6 V5)
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, kuat angkat, reguler
29
Suhu : 36,6 ⁰C
Pernapasan : 22 x/menit
SpO2 : 99 %
VAS : 5-6
Kepala : Normocephal
Konjungtiva : Anemis +/+
Sclera : Ikterik -/-
Pupil : Isokor bulat ukuran 2,5 mm/2,5 mm, reflex cahaya +/+
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Simetris bilateral, jejas (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak nampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Auskultasi : Bunyi jantung I /II murni reguler, bising jantung (-),
gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar (+), distensi abdomen (-), jejas (-),
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal.
Perkusi : Timpani (+).
Palpasi : Nyeri tekan (+) Regio Lumbar sinistra , Nyeri Ketok
Ginjal Dextra (+)
Ekstremitas
30
Superior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Inferior : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
SARS CoV-2 Antigen ()
Hasil : Negatif
CT-Scan
31
Hasil Ct scan abdomen tanpa kontras sebagi berikut:
-Ginjal kanan : Ukuran dan densitas kortex normal. Tampak dilatasi PCS
dengan batu berukuran +/- 3.3 x 2.3 x 3.2 cm pada pelvis renalis serta
multiple batu pada calyx
-Ginjal kiri : Ukuran dan kortex normal. Tampak dilatasi PCS hingga
ureter, tidak tampak densitas batu / mass
-Ureter kiri: dilatasi, tampak densitas batu berukuran +/- 0.6 x 0.7 x 1 cm
pada 1/3 proximal setinggi CV L3-L4
Kesan:
32
- Hepatomegaly
- Spondylosis lumbalis
D. RESUME
Pasien perempuan usia 37 tahun datang ke poliklinik urologi RSUD
Undata Palu dengan keluhan nyeri pada pinggang kanan yang dialami sejak
tahun 2018 dan memberat 6 bulan terakhir, nyeri bersifat hilang timbul, pasien
juga mengeluhkan nyeri daerah pinggang saat BAK dan BAK berwarna
seperti kapur, terkadang disertai adanya darah dan pasir, dan dalam sehari
pasien BAK ±10 kali, saat pasien duduk lama pinggang terasa nyeri. BAB
dalam batas normal. Keluhan lain demam(-), mual (-), muntah (-).
E. DIAGNOSIS KERJA
- Batu Staghorn Renal (D)
F. TINDAKAN
33
- Pro Ureteroscopic Lithotripsy (URS)
G. PROGNOSIS
Dubia at Bonam
H. DOKUMENTASI OPERASI
34
BAB IV
PEMBAHASAN
36
DAFTAR PUSTAKA
38