ASFIKSIA : PEMBEKAPAN
Disusun Oleh:
A. Rara Pramei
70700120004
Pembimbing:
dr. Denny Mathius, Sp. F., M. Kes
NIM : 70700120004
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
kematian. Pada kematian karena asfiksia, nadi sebenarnya masih berdenyut untuk
beberapa menit setelah pernapasan berhenti. Istilah yang tepat secara terminologi
1. Anoxic anoxia, oksigenasi yang tidak sempurna pada darah yang berada
keadaan dimana terjadi gangguan respirasi secara mekanik yang dapat terjadi
kepala dan leher, atau serangan jantung yang tiba-tiba yang disebabkan oleh
paru-paru)
(pembakaran hutan)
3. Drowning (tenggelam)
dan elektrik
2. Anemik hipoksia
hipoksia)
traumatik terjadi karena penekanan dari luar pada dinding dada yang
misalnya tertimbun pasir, tanah, runtuhan tembok, atau tertimpa saat saling
dan sirkulasi. Tanda Asfiksia pada Pemeriksaan Jenazah adalah pada pemeriksaan
perdarahan subkonjungtiva. Petekie terdapat pula pada leher, bokong, dan kaki.2,4
2.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut data dari Centers for Disease Control (CDC) tahun 1999-2004 di
asfiksia sebanyak 130 kasus kematian dari total 3.265 kasus kematian. Kematian
akibat gantung diri merupakan yang paling banyak terjadi. Studi yang dilakukan
di India mendapatkan hasil kematian akibat asfiksia sebanyak 3960 kasus
(21,23%) dari total kematian 18.648 pada tahun 2009-2011. Dilaporkan kasus
terbanyak terjadi pada tahun 2011 sebanyak 8 kasus (32%), dan tertinggi
adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Manifestasi kliniknya terbagi dua
tipe dari asfiksia. Sel - sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O 2. Di sini sel
- sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial. Akson yang rusak akan
jaringan parut tersebut. Akan tetapi hal ini tidak mengakibatkan tersambungnya
kembali akson yang terputus, karena terhalang oleh jaringan parut yang terdiri
Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung
maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini
didapati pada :
dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena
(traumatic asphyxia)
a) Gejala Asfiksia
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat
dibedakan dalam empat fase, yaitu: 1,2,4
1. Fase Dispnea
2. Fase Kejang
dilatasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun. Efek ini berkaitan
dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan
oksigen.
4. Fase Apnea
setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih
bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda
Tanda asfiksia pada pemeriksaan luar jenazah dapat ditemukan, yaitu: 1,2,4
1. Sianosis
2. Kongesti
darah konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2. Akibatnya
vena, venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel
kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah
spot.
3. Buih halus
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat
lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam
Warna lebam mayat merah kebiruan gelap ini terbentuk lebih cepat.
Distribusi lebam lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan
paska kematian.
menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap, dan pada pengirisan banyak
mengeluarkan darah.
dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot
5. Pengenceran darah, dulu diduga bahwa darah yang encer pada kadaver
atau peningkatan permeabilitas kapiler. Tapi hal ini tidak terlalu bermakna
2.5 KLASIFIKASI
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan
penjeratan, pencekikan, gantung diri, dan lain-lain. Pada konteks forensik, asfiksia
jenis ini merupakan jenis yang paling banyak ditemukan. Asfiksia mekanik
a. Pembekapan (smothering)
c. Gantung (hanging)
lingkungan ke dalam mulut dan atau lubang hidung, yang biasanya dilakukan
menekan dada korban sehingga dada tidak dapat bergerak (“overlying”), dan
yang pada umumnya merupakan kasus pembunuhan; maka yang lainnya yaitu :
Korban pembekapan umumnya wanita yang gemuk, orang tua yang lemah,
orang dewasa yang berada di bawah pengaruh obat atau anak-anak. Kelainan yang
terjadi karena pembekapan adalah berbentuk luka lecet dan atau luka memar
terdapat di mulut, hidung, dan daerah sekitarnya. Sering juga didapatkan memar
dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam yang berhadapan dengan
gigi.
Tanda-tanda asfiksia, yaitu :
- Sianosis
Tanda ini dapat dengan mudah dilihat pada ujung-ujung jari dan
jika keadaan mayat masih baru (kurang dari 24 jam post mortal).
subserosa lain. Pada kasus yang hebat perdarahan tersebut dapat dilihat
vena, venula, dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel
kapiler sehingga dinding kaplier yang terdiri dari selapis sel akan pecah
- Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat
lendir saluran nafas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat
memar di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya, dan merupakan petunjuk pasti
Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain
menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus
pencekikan dengan satu tangan; maka dapat ditemukan adanya lecet atau memar
harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya, atau membuka
Bunuh diri dengan cara pembekapan dapat terjadi pada pasien dengan
menyumbat dengna benda-benda yang ada di sekitarnya; dan hal tersebut dapat
khususnya bila bayi tersebut prematur, yaitu bila ia tertindih oleh selimut atau
bantal. Pada orang dewasa dapat pula terbekap tanpa disengaja, misalnya pada
pekerja yang jatuh pada cairan yang kental, atau pada tumpukan tepung dan
sejenisnya.
dan mulut tertutup oleh bantal atau selimut. Selain itu juga dapat
disebut overlying.
sebagainya.
orang dewasa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti
orangtua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau
minuman keras.
menuju paru-paru yang bukan karena penekanan pada leher atau tenggelam.
berupa asfiksia pada anak atau bayi karena ibu yang kurang berpengalaman.
Bayi didekap terlalu erat pada dada ibu sewaktu menyusui. Jarang sekali hal
ini terjadi sebagai upaya pembunuhan. Orang dewasa juga sangat jarang
Tersedak benda asing (gagging and choking). Yaitu jika terdapat benda
asing di dalam saluran pernafasan. Misalnya biji kopi. Hal ini lebih sering
parsial. Penekanan pada dada. Keadaan ini sering terjadi akibat kecelakaan
dioksida, karbon monoksida dan sulfur dioksida. Hal ini bisa disebabkan
karena kecelakaan ataupun bunuh diri. Jika seluruh ruangan penuh berisi gas
syok (jarang). Biasanya dalam waktu 4-5 menit setelah mengalami sufokasi
a. Pemeriksaan Luar
dan menekan gigi, gusi dan lidah. Ujung lidah juga dapat
minimal; yaitu luka lecet tekan dan atau memar pada bibir
b. Pemeriksaan Dalam
daerah subglotis.
d) Gambaran Mikroskopis
terhadap luka. Reaksi ini penting untuk membedakan apakah luka terjadi
pada saat seseorang masih hidup atau sudah mati. Reaksi vital yang umum
(col), dan edema interstisiel (ed). Hiperinflasi duktus yang terjadi akibat emfisema
tanda-tanda luka di luar maupun di dalam tubuh atau sumbatan pada saluran
pernafasan, dan kondisi saat kematian tidak diketahui secara pasti. Ditambah
hipoksia seperti edema, perdarahan, emfisema, kongesti pasif dan degenerasi sel
dan hidung yang mencegah pernapasan. Alat yang digunakan pada pembekapan
biasanya berupa kain, lembaran kedap air atau tangan, namun terkadang zat
seperti pasir, lumpur, biji-bijian atau tepung juga digunkan untuk menutup jalan
napas. Dalam pembekapan, kematian dapat terjadi baik oleh bahan oklusi yang
menekan lubang wajah, atau dengan berat pasif kepala yang menekan hidung dan
sianosis dan peteki wajah dan konjungtiva biasanya tidak ditemukan baik pada
korban selamat maupun yang meninggal. Apabila seseorang tidak dapat meronta
saat dibekap, misalnya karena usia tua atau intoksikasi, maka pada pemeriksaan
biasanya tidak didapatkan bukti berupa luka, termasuk pada area mulut dan
memar dan laserasi pada bagian dalam bibir atau memar pada gusi pada pasien
yang tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit gigi) dan diseksi jaringan lunak
wajah dapat memperlihatkan memar subkutan disekitar mulut dan hidung. Sangat
sulit untuk membuktikan pembunuhan dari temuan objektif. Retensi dari objek
yang digunakan untuk membekap korban yang bertahan dapat memberikan nilai
bukti. Saliva, misalnya, dapat diidentifikasi pada bantal yang digunakan pada
Pemeriksaan Luar
beberapa bahan lembut seperti pakaian tidur, bantal, payudara ibu atau
2. Terdapat luka lecet goresan, bekas kuku jari, laserasi pada bagian
3. Bisa terdapat memar dan laserasi pada bibir, gusi dan lidah.
pada wajah, dengan bercak putih dan merah muda yang kontras, yang
atau lesi di dalam bibir atau mulut, cukup rawan jika menafsirkan
Gambar 19. Luka laserasi yang mengalami kontusi pada sisi dalam bibir
BAB III
PENUTUP
kematian.
sumbatan pada saluran nafas dan sebagainya. Kejadian ini sering dijumpai pada
narkotika.
terhadap aliran udara dari lingkungan ke dalam mulut dan atau lubang hidung,
Tanda-tanda asfiksia disertai dengan adanya luka lecet tekan dan memar di
daerah mulut, hidung, dan sekitarnya, merupakan petunjuk pasti bahwa pada
masih mampu untuk menghirup udara, meskipun lebih sedikit dari kebutuhannya.
p. 94-101
Bagian Forensik RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou periode tahun 2010 -2015.
https://emedicine.medscape.com/article/1988699-overview#a2.