Anda di halaman 1dari 7

Asfiksia

A. Definisi
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar
oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan
dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler
paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon
dioksida disebut hiperkapnia.

B. Hipoksia
Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari
empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang
mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada
masing-masing kelompok akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh.
Kelompok tersebut adalah :
a. Hipoksik-hipoksia
Hipoksia hipoksik adalah hipoksia yang disebabkan oleh rendahnya tekanan
parsial oksigen dalam darah arteri yang disebabkan karena kurangnya
oksigen yang masuk paru-paru sehingga oksigen tidak dapat mencapai darah
dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Kegagalan ini bisa
disebabkan adanya sumbatan / obstruksi di saluran pernapasan, baik oleh
sebab alamiah (misalnya penyakit yang disertai dengan penyumbatan
saluran pernafasan seperti laringitis difteri, status asmatikus, karsinoma
bronchonenik, dan sebagainya) atau oleh trauma/kekerasan yang bersifat
mekanik, seperti tercekik, penggantungan, tenggelam dan sebagainya.
Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia (Amir, 2008), yaitu:
a. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
b. Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena:
1) Tidak ada atau tidak cukup O2. Bernafas dalam ruangan tertutup,
kepala di tutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara
lembab, bernafas dalam selokan tetutup atau di pegunungan yang
tinggi. Ini di kenal dengan asfiksia murni atau sufokasi.
2) Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti
pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau
korpus alienum dalam tenggorokan. Ini di kenal dengan asfiksia
mekanik.
c. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)
Di mana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati
pada anemia berat dan perdarahan yang tiba-tiba. Keadaan ini diibaratkan
dengan sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.
d. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)
e. Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena
gagal jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen
cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan
lalu lintas macet tersendat jalannya.
f. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)
g. Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh
tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif. Tipe ini dibedakan atas:
1) Ekstraseluler
2) Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. Pada keracunan
Sianida terjadi perusakan pada enzim sitokrom oksidase, yang dapat
menyebabkan kematian segera. Pada keracunan Barbiturat dan
hipnotik lainnya, sitokrom dihambat secara parsial sehingga kematian
berlangsung perlahan.
3) Intraselular
4) Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel-sel tubuh karena penurunan
permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan zat anastetik
yang larut dalam lemak seperti kloform, eter dan sebagainya.
5) Metabolik
6) Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu
pemakaian O2 oleh jaringan seperti pada keadaan uremia.
7) Substrat
8) Dalam hal ini makanan tidak mencukupi untuk metabolisme yang
efisien, misalnya pada keadaan hipoglikemia.
h. Anemik-hipoksia
Anemik hipoksia, dimana PO2 darah arteri normal tetapi jumlah
hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut oksigen berkurang. Contohny,
keracunan Karbon monoksida yang menghambat kemampuan hemoglobin
berikatan dengan oksigen.
i. Stagnan-hipoksia
Di mana ada pembatasan lokal aliran darah beroksigen ke jaringan. Oksigen
diberikan ke seluruh tubuh namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan. Contohnya adalah iskemia otak, penyakit jantung iskemik dan
hipoksia Intraurine, yang merupakan penyebab kematian perinatal tersering.
j. Histotoksik-hipoksia
Hipoksia histotoksik di mana jumlah oksigen yang mencapai sel-sel normal,
tetapi sel tidak dapat secara efektif menggunakan oksigen karena kerusakan
enzim fosforilasi oksidatif. Contohnya adalah pengaruh minum minuman
beralkohol.
C. Etiologi
Etiologi asfiksia secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Mekanis: hal ini mengganggu kelancaran udara dalam traktus respiratorius
melalui berbagai mekanisme. Terjadi penutupan jalur udara oleh tekanan
eksternal pada leher dalam kasus penggantungan diri, strangulasi, dan
pencekikan. Tekanan eksternal pada dada dapat terjadi pada kasus asfiksia
traumatika. Penyumbatan saluran napas dapat terjadi dikarenakan adanya
benda asing pada kasus tersedak maupun oleh cairan pada kasus
penenggelaman.
2. Patologis: terjadi apa bila masuknya oksigen ke dalam paru dihalangi oleh
suatu penyakit saluran pernapasan atas seperti edema laryngeal, spasme,
tumor, dan abses
3. Toksik atau kimia: terhentinya pergerakan saluran pernapasan dikarenakan
keracunan dengan morfin atau barbiturat. Dapat pula terjadi dikarenakan
terhalangnya penggunaan oksigen oleh darah pada keracunan sianida
4. Lingkungan: terjadi apabila berada pada suatu tempat dengan kadar oksigen
yang rendah atau inhalasi karbon monoksida
5. Traumatik: adanya trauma tumpul pada dada yang terjadi dalam
pneumothorax, hemathorax, atau emboli pulmonal dapat mengganggu
oksigenasi dan ventilasi
6. Postural : dikarenakan posisi tubuh yang menghalangi pertukaran udara
secara adekuat

D. Klasifikasi
Asfiksia dibagi menjadi tiga klasifikasi besar yaitu sufokasi (suffocation),
strangulasi (strangulation) dan asfiksia kimiawi. Klasifikasi sufokasi dan
strangulasi memiliki subkategori di dalamnya. Di dalam klasifikasi sufokasi
terdapat sufokasi lingkungan (environmental suffocation), pembekapan
(smothering), tersedak (choking), penenggelaman (drowning), asfiksia
mekanik (mechanical asphyxia), gagging, dan sufokasi gas (gases suffocation).
Sementara itu, pada strangulasi terdapat strangulasi manual (manual
strangulation), strangulasi dengan pengikat (ligature strangulation), dan
penggantungan (hanging).

E. Patofisiologi
F. Gejala Asfiksia
Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia, yaitu :
1. Fase dispneu / sianosis
Pada fase dispneu / sianosis asfiksia berlangsung kira-kira 4 menit. Fase ini
terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida.
Tingginya kadar karbon dioksida akan merangsang medulla oblongata
sehingga terjadi perubahan pada pernapasan, nadi dan tekanan darah.
Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba cepat. Tekanan
darah terukur meningkat.
2. Fase konvulsi
Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira 2 menit. Awalnya berupa kejang
klonik lalu kejang tonik kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang,
pupil dilatasi, denyut jantung lambat, dan tekanan darah turun.
3. Fase apneu
Fase apneu asfiksia berlangsung kira-kira 1 menit. Fase ini dapat kita amati
berupa adanya depresi pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran menurun
sampai hilang dan relaksasi spingter.
4. Fase akhir / terminal / final
Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap.
Denyut jantung beberapa saat masih ada lalu napas terhenti kemudian mati.

Gambaran Postmortem pada Asfiksia Karena asfiksia merupakan


mekanisme kematian, maka secara menyeluruh untuk semua kasus akan
ditemukan tanda-tanda umum yang hampir sama, yaitu:

1. Pada pemeriksaan luar


a. Muka dan ujung-ujung ekstremitas sianotik (warna biru keunguan) yang
disebabkan tubuh mayat lebih membutuhkan HbCO2 daripada HbO2.
b. Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu’s spot
merupakan bintik-bintik perdarahan (petekie) akibat pelebaran kapiler
darah setempat.
c. Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena terhambatnya
pembekuan darah dan meningkatnya fragilitas/permeabilitas kapiler. Hal
ini akibat meningkatnya kadar CO2 sehingga darah dalam keadaan lebih
cair. Lebam mayat lebih gelap karena meningkatnya kadar HbCO2.
d. Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan
adanya fenomena kocokan pada pernapasan kuat.
2. Pada pemeriksaan dalam
a. Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat dan ejakulasi pada mayat
laki-laki akibat kongesti / bendungan alat tubuh & sianotik.
b. Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih cair.
c. Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea apponeurotika,
laring, kelenjar timus dan kelenjar tiroid.
d. Busa halus di saluran pernapasan.
e. Edema paru.
f. Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti fraktur laring,
fraktur tulang lidah dan resapan darah pada luka.

Anda mungkin juga menyukai