Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam dan seterusnya. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian tersebut. Dari kepustakaan yang ada, saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda - tanda dan gejala setelah kematian sangat bervariasi. Hal ini karena tanda atau gejala yang ditunjukan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, umur, kondisi fisik pasien, penyakit sebelumnya, keadaan lingkungan mayat, sebelumnya makanan maupun penyebab kematian itu sendiri. Dalam era ini dibutuhkan penentuan saat kematian secara tepat. Untuk itu akan telah dilakukan suatu penelitian dasar untuk mendapat suatu indikator bebas. Indikator ini akan dipakai untuk dasar kerja sebuah slat banal yang mampu mendeteksi perubahan yang hanya objektif dan akurat setelah kematian terjadi. Otak sebagai organ yang relatif terlindung maksimal dengan batok kepala diperkirakan mengalami proses kimiawi yang relatif cepat dan tidak dipengaruhi lingkungan. Proses kimiawi akibat terhentinya suplai zat asam / oksigen mengakibatkan jaringan otak yang sangat sensitif terhadap kekurangan zat asam itu akan lebih cepat mengalami disintegrasi kimiawi, yang diamati melalui perubahan konduktivitas listrikyang terjadi. Dengan penelitian ini diamati korelasi waktu dengan perubahan konduktivitas jaringan otak setelah kematian asfiksia dan perdarahan pada tikus. Telah didapatkan data bahwa konduktivitas berubah terhadap waktu dalam 24 jam pertama menurut fungsi quadratik dan atau kubik. Penurunan konduktivitas ini diperkirakan terjadi berhubungan dengan denaturasi protein atau asam aminino intra dan ekstraseluler.

BAB II PEMBAHASAN

II. 1. DEFINISI ASFIKSIA Asfiksia dalam bahasa Indonesia disebut dengan mati lemas. Sebenarnya pemakaian kata asfiksia tidaklah tepat, sebab kata asfiksia ini berasal dari bahasa Yunani, menyebutkan bahwa asfiksia berarti absence of pulse ( tidak berdenyut), sedangkan pada kematian karena asfiksia, nadi sebenarnya masih dapat berdenyut untuk beberapa menit setelah pernapasan berhenti. Istilah yang tepat secara terminologi kedokteran ialah anoksia atau hipoksia. Asfiksia adalah keadaan akibat terganggunya pergantian udara dalam alveoli paru dengan darah dalam kapiler paru karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan dan gangguan yang diakibatkan karena terhentinya sirkulasi sehingga darah tidak dapat memenuhi kebutuhan O2 dan CO2 tidak dapat dikeluarkan ke paru-paru sehingga meningkat kadarnya dalam paru. Kehilangan oksigen bisa bersifat parsial (hipoksia) atau total (anoksia). Hipoksia dapat diberi batasan sebagai suatu keadaan dimana sel gagal untuk dapat melangsungkan metabolisme secara efisien. Dahulu untuk keadaan ini disebut anoksia yang setelah dipelajari ternyata pemakaian istilah anoksia itu sendiri tidak tepat.

II. 2. EPIDEMIOLOGI Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter. Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu - lintas dan trauma mekanik.

II. 3. PATOFISIOLOGI ASFIKSIA Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua golongan: 1. Primer ( akibat langsung dari asfiksia )
2

Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari asfiksia. Sel - sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Apa yang terjadi pada sel yang kekurangan O2 belum dapat diketahui, tapi yang dapat diketahui adanya perubahan elektrolit dimana kalium meninggalkan sel dan diganti natrium mengakibatkan terjadinya retensi air dan gangguan metabolisme. Di sini sel - sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glia. Akson yang rusak akan mengalami pertumbuhan (sprouting) pada kedua ujung yang terputus oleh jaringan parut tersebut. Akan tetapi hal ini tidak mengakibatkan tersambungnya kembali akson yang terputus, karena terhalang oleh jaringan parut yang terdiri dari sel glia. Bila orang yang mengalami kekurangan oksigen dapat hidup beberapa hari sebelum meninggal perubahan tersebut sangat khas pada sel - sel serebrum, serebelum dan ganglia basalis. Akan tetapi bila orangnya meninggal cepat, maka perubahannya tidak spesifik dan dapat dikaburkan dengan gambaran postmortem autolisis. Pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru - paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas. 2. Sekunder ( berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh ) Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati pada : a. Penutupan mulut dan hidung ( pembekapan ) b. Obstruksi jalan nafas Seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru paru. c. Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan ( traumatic asfiksia ) d. Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya pada keracunan.

II. 4. JENIS JENIS ASFIKSIA Dalam kenyataan sehari-hari merupakan gabungan dari empat kelompok:
1. Anoksik-anoksia

Keadaan ini diibaratkan dengan tidak atau kurang pemasokan oksigen untuk keperluan pabrik. Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru - paru karena : a. Tidak ada atau tidak cukup O2 bernafas dalam ruangan tertutup, kepala

ditutupi kantong plastik, udara yan kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tertutup atau di pegunungan yang tinggi. Ini disebut asfiksia murni ( suffocation ) b. Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti

pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam tenggorokan. Ini disebut sebagai asfiksia mekanik ( mechanical asphyxia ) 2. Stagnan-hipoksia (dahulu stagnant circulatory anoxia) Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa karena gagal jantung, syok, dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet, tersendat jalannya. 3. Anemik-hipoksia (dahulu anemic anoxia) Dimana tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapatkan pada anemi berat dengan pendarahan yang tiba - tiba. Kedaaan ini diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang membawa bahan bakar ke pabrik.

4. Histotoksik-hipoksia (dahulu histotoxic tissue anoxia) Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif.

II. 5. POLA CEDERA ASFIKSIA 1.Serangan jantung

Dicurigai ketika sedikit atau tidak ada temuan yang abnormal pada pemeriksaan kematian asfiksia mendadak.Kematian biasanya disebabkan oleh hambatan jantung karena tekanan mendadak dileher. Mekanisme yang terjadi mirip dengan syncope sinus karotikus. 2. Petekie haemorrhagic Sering terdapat di kelopak mata, dibelakang telinga dan konjungtiva.Tidak selalu karena hipoksia atau meningkatnya tekanan intrakapiler.Betul bahwa ptekie lebih sering terjadi pada kulit yang dijerat karena tekanan vena yang meningkat, tapi kenyataaannya ptekie dapat ditemukan pada tempat yang tidak berkaitan dengan penjeratan.Sebagai contoh sekelompok ptekie dapat terjadi pada kaki orang gantung diri yang terjadi mungkin karena gerakan tubuh yang terjadi sebelum kematian, tungkai yang menabrak benda keras. Hipoksia dan hiperkapnea terjadi secara bersamaan pada asfiksia, kemudian diikuti peningkatan tekanan darah, curah jantung dan katekolamin (norepinefrin) dimana norepinefrin akan meningkatkan permeabilitas endotel pembuluh darah.. Distribusi ptekie pada orang dewasa biasanya pada kulit retroaurikuler, konjungtiva, thymus, subpleura dan atrioventrikular.sedangkan kematian infant mendadak menimbulkan ptekie di pleura visceralis dan parietal, thymus, perikardium. Distribusi intrathotax biasanya karena asfiksia sentral yang disebabkan karena kegagalan pusat pernapasan.Ptekie hemorragis dikonjungtiva biasanya tidak ada pada infant, kalo ada harus dicurigai kemungkinan asfiksia mekanik harus diperhatikan.Ptekie dan perdarahan luas juga bisa terjadi pada kasus dimana asfiksia bukan penyebab utama, distribusi disepanjang aorta thorakalis dan konjungtiva bisa karena kegagalan jantung akut pada penyakit pambuluh darah koroner. Masalah lain adalah adanya artefak hemorragis postmortem yang dapat dihasilkan dikulit kepala akibat pembukaan kulit kepala untuk melihat tengkorak akibat sobekan pembuluh darah kecil. 3.Sianosis dan kongestif Asfiksia tidak selalu menimbulkan sianosis sehingga faktor sianosis tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk menentukan kematian asfiksia.Sianosis tidak kelihatan jika kadar Hb < 5 g%.Terdapatnya dilatasi vena besar dan sisi kanan jantung merupakan indikasi kematian asfiksia tapi tidak semua kematian asfiksia disertai hal ini. Adanya cairan darah
5

dijantung pada post mortem menunjukan meningkatnya aktifitas antitrombin dan fibrinolitik. 4.Penemuan jalan napas Inhalasi berbagai material sering terjadi, lebih sering menimbulkan perdebatan karena sulitnya membuktikan sebab kematiannya. Inhalasi isi perut merupakan fase terminal asfiksia ketika pernapasan tidak teratur dan megap-megap, hilang kesadaran. Isi perut terkadang ditemukan pada pemeriksaan makro dan mikroskopik paru anak yang mati mendadak tanpa suatu kejelasan. Regurgitasi antemortem dikenali ketika ditemukan asam digesti dan nekrosis jaringan paru.

II. 6. FASE ASFIKSIA Terdapat empat fase dalam asfiksia, yaitu: 1. Fase Dispneu Pada fase ini terjadi penurunan kadar oksigen dalam sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata. Hal ini membuat amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi, dan mulai tampak tanda-tanda sianosis ( agak biru ) terutama muka dan tangan. 2. Fase Konvulsi Akibat kadar CO2 yang naik maka pernapasan menjadi sukar, terjadi kongesti di vena dan kapiler sehingga terjadi perdarahan berbintik-bintik (petekie), terjadinya penurunan kesadaran dan kejang. Kejang terjadi akibat rangsangan terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula kejang berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2. 3. Fase Apneu Pada fase ini, terjadi depresi pusat pernapasan yang lebih hebat. Pernapasan melemah dan dapat berhenti, kesadaran menurun dan akibat dari relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran urine dan tinja. Korban laki-laki dapat mengeluarkan mani dan korban wanita mengeluarkan darah dari vagina.
6

4. Fase Akhir Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan berhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung 3-4 menit. Hal ini tergantung dari tingkat penghalangan O2. Bila penghalangan O2 tidak 100 %, maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.

II. 7. PEMERIKSAAN LUAR DAN DALAM PADA ASFIKSIA 1. Pemeriksaan luar Lebam mayat jelas terlihat (livide) karena kadar karbondioksida yang tinggi dalam darah Sianosis adalah warna kebiruan dari kulit dan membran mukosa yang merupakan akibat dari konsentrasi yang berlebihan dari deoksihemoglobin atau hemoglobin tereduksi pada pembuluh darah kecil. Sianosis terjadi jika kadar deoksihemoglobin sekitar 5 g/dL. Dapat dengan mudah terlihat pada daerah ujung jari dan bibir.

Pada mulut bisa ditemukan busa Karena otot sfingter mengalami relaksasi, mungkin bisa terdapat feses, urin atau cairan sperma

Bercak Tardieu yaitu bercak petekie di bawah kulit atau konjungtiva

2. Pemeriksaan dalam

Congesti dan sianosis pada organ tubuh

Darah menjadi encer dan gelap, terutama pada jantung

Perdarahan thymus, pericard, larynx, paru, pleura, permukaan serosa organ dalam Jantung kanan membesar dan banyak terisi darah

Jantung kiri berkontraksi dan kosong Pembendungan dan pelebaran pembuluh darah balik dan paru-paru Lambung, hati.ginjal menjadi hiperemi Limpa mengkerut wrinkle capsule

II. 8. PENYEBAB ASFIKSIA 1. Wajar/ Alamiah Misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti laringitis difteri, atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru. 2. Tidak wajar Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging, drowning, strangulation dan suffocation serta keracunan. Obstruksi mekanik pada saluran pernapasan oleh: - Tekanan dari luar tubuh misalnya pencekikan atau penjeratan - Benda asing - Tekanan dari bagian dalam tubuh pada saluran pernapasan, misalnya karena tumor paru yang menekan saluran bronkus utama - Edema padaglottis Asfiksia mekanik juga bisa karena trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dan sebagainya. Kerusakan akibat asfiksia (asphyxial injuries) dapat disebabkan oleh kegagalan sel-sel untuk menerima atau menggunakan oksigen. Kehilangan oksigen dapat terjadi parsial (hipoksia) atau total (anoksia).

2. 1. Suffocation (kekurangan napas):

Kekurangan napas atau kegagalan oksigen untuk mencapai darah dapat terjadi akibat kurangnya kadar oksigen di lingkungan sekitar atau terhalangnya saluran napas eksternal. Contoh klasik dari tipe asfiksia ini adalah anak kecil yang terjebak di lemari es dan pada kasus pembunuhan yang dilakukan dengan menutup kepala korban dengan plastik. Pengurangan kadar oksigen sampai pada level 16% adalah keadaan yang cukup membahayakan. Suffocation juga terjadi pada choking. Diagnosis dan penatalaksanaan dalam choking asphyxiation (obstruksi pada saluran napas internal) tergantung pada lokasi dan pengeluaran benda yang menyebabkan obstruksi. Suffocation dapat juga terjadi karena kompresi pada daerah dada atau abdomen yang dapat menghalangi pergerakan respirasi normal. Terdiri dari beberapa jenis : a. Smothering Batasannya, lubang luar jalan napas yaitu mulut dan hidung tertutup secara mekanis oleh benda padat atau bahan yang terdiri dari partikel kecil. Cara kematian lewat kecelakaan , pembunuhan dan bunuh diri b. Burking Cara kematian dimana korban dijatuhkan ke tanah kemudian dadanya ditekan dengan berat badan penyerang, sementara satu tangan penyerang menutup lubang hidung dan mulut korban, tangan satunya menekan rahang bawah keatas sehingga timbul asfiksia dengan cepat. c. Choking Batasannya, suatu keadaan dimana ada benda padat masuk dan menyumbat lumen udara pernapasan. Cara kematiaan dijumpai pada kasus kecelakaan. Pemeriksaan otopsi dilakukan dengan mencari bahan penyebabnya dalam saluran napas . Biasanya ditemukan cyanosis, oedema paru, atelektasis yang tersebar. d. Gagging Salah satu bentuk sufokasi dimana pelaku memasukkan sesuatu kedalam mulut korban sehingga korban tidak bias bernapas dan terjadi asfiksia akibat palatum mole tertekan pharynx.

e. External pressure on the chest ( traumatic asphyxia ) Batasannya, terhalangnya udara untuk masuk atau keluar dari paru-paru akibat gerak napas yang berhenti karena ada tekanan dada dari luar . Cara kematiannya, lewat kecelakaan dan pembunuhan. Pemeriksaan otopsi dilakukan dengan mencari tanda kekerasan pada dada dan ditemukan tanda asfiksia pada umumnya.

2. 2. Strangulation (pencekikan) a. Strangulation by Ligature (jerat) Batasannya, suatu strangulation dimana tekanan pada leher disebabkan oleh jerat yang menjadi erat oleh karena kekuatan yang bukan karena kekuatan berat badan korban. Sebab kematian antara lain karena asfiksia , gangguan sirkulasi otak dan vagal reflek. Cara kematiannya lewat pembunuhan ( tersering ), kecelakaan, bunuh diri. Pemeriksaan seperti pemeriksaan setempat lainnya dan lihat jeratnya, jangan dilepas sebelum pemeriksaan selesai, sebaiknya difoto dulu. Kelainan yang dijumpai pada otopsi, pada pemeriksaan luar ditemukan tan da asfiksia. Sedangkan pada pemerikasaan dalam ditemukan perdarahan pada otot leher, patah tulang hyoid, patah tulang rawan larynx dan robekan kecil pada pembuluh darah leher dan otot leher. b. Manual Strangulation (cekik) Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan jalan napas oleh karena tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini menyebabkan hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan perubahan atau terhentinya aliran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan komplit pada arteri karotis, kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik.Batasan suatu strangulation dimana tekanan pada leher dilakukan dengan tangan atau lengan bawah sehingga saluran napas tertutup. Cara melakukan dapat dengan satu tangan, dua tangan ataupun pelaku dibelakang korban. c. Mugging Pelaku berdiri didepan atau dibelakang korban kemudian lengan bawahnya ditempatkan pada bagian depan leher korban ( daerah larynx) dan ditekankan ke belakang Sebab kematian : asfiksia, gangguan sirkulasi otak dan vagal reflek.
10

2. 3. Hanging ( penggantungan ) Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya saluran nafas, kongesti vena sampai menyebabkan perdarahan di otak, iskemis serebral karena sumbatan pada arteri karotis dan vertebralis, syok vagal karena tekanan pada sinus karotis yang mengakibatkan jantung berhenti berdenyut, dan fraktur atau dislokasi tulang vertebra cervicalis 2 dan 3 yang menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan. Batasannya, tekanan pada leher disebabkan oleh jerat yang menjadi erat akibat berat badan korban sehingga jalan napas tertutup. Sebab kematian adalah asfiksia, gangguan sirkulasi otak, shock dan kerusakan batang otak/sumsum tulang belakang. Cara kematian dapat dengan bunuh diri ( suicidal hanging ), pembunuhan ( Homicidal hanging ), kecelakaan ( Accidental hanging ) misalnya waktu bermain/ bekerja, autoerotic hanging ( Masochistic hanging ), serta hukuman gantung ( Judicial hanging ). Maka perlu dilakukan pemeriksaan tempat kejadian untuk mengetahui korban hidup/mati, mencari bukti-bukti petunjuk kematian, macam simpul, jarak ujung kaki dengan lantai, letak korban, cara menurunkan korban, bekas serabut tali diamankan, perhatikan bahan pengantungnya serta lidah terjulur, mata melotot, keluar mani dan kotoran, keluar darah , semuanya bukan petunjuk cara kematian

2. 4. Drowning (tenggelam) Suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernapasan, karena sebagian atau seluruh tubuh berada dalam air sehingga udara tidak mungkin bisa memasuki saluran pernapasan. Di daerah trofis, tubuh mayat pada kasus mati tenggelam (drowning) mulai membusuk pada hari kedua sedangkan di daerah dingin, membusuk setelah satu minggu. Pembusukan tersebut ditandai oleh terkelupasnya kulit ari. Jika pembusukannya merata, tubuh mayat akan mengapung di permukaan air. Keadaan ini disebut floaten. Floaten biasanya terjadi pada hari ketiga sampai hari keenam.

11

Jenis jenis mati tenggelam (drowning) berdasarkan posisi mayat, yaitu :


1. Submerse drowning

Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh mayat masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat. 2. Immerse drowning Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat masuk ke dalam air. berdasarkan penyebabnya, yaitu : 1. Dry drowning : mati tenggelam dengan inhalasi sedikit air Penyebab kematian pada kasus dry drowning, yaitu spasme laring (menimbulkan asfiksia) dan vagal reflex / cardiac arrest / kolaps sirkulasi. 2. Wet drowning : mati tenggelam dengan inhalasi banyak air. Penyebab kematian pada kasus wet drowning, yaitu asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam dalam air tawar dan dema paru pada kasus tenggelam dalam air asin (laut). Tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian pembunuhan pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu : 1. Biasanya tangan korban diikat yang tidak mungkin dilakukan oleh korban. 2. Kadang-kadang dapat kita temukan tanda-tanda kekerasan sebelum korban ditenggelamkan. Tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu : 1. Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya. 2. Kita dapat temukan suicide note. 3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh korban. 4. Kadang-kadang tubuh korban diikatkan bahan pemberat.
12

Tanda penting yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning), yaitu : 1. Kulit tubuh mayat terasa basah, dingin, pucat dan pakaian basah. 2. Lebam mayat biasanya sianotik kecuali mati tenggelam di air dingin berwarna merah muda. 3. Kulit telapak tangan / telapak kaki mayat pucat (bleached) dan keriput (washer womans hands / feet). 4. Kadang-kadang terdapat cutis anserine / goose skin pada lengan, paha dan bahu mayat. 5. Terdapat buih putih halus pada hidung atau mulut mayat (scheumfilz froth) yang bersifat melekat. 6. Bila mayat kita miringkan, cairan akan keluar dari mulut / hidung. 7. Bila terdapat cadaveric spasme maka kotoran air / bahan setempat berada dalam genggaman tangan mayat. 8. Perdarahan pada liang telinga tengah mayat. 9. Benda air (rumput, lumpur, dan sebagainya) dapat kita temukan dalam saluran pencernaan dan saluran pernapasan mayat. Tanda penting yang yang memperkuat diagnosis mati tenggelam (drowning) pada pemeriksaan dalam otopsi, yaitu : 1. Paru-paru mayat membesar dan mengalami kongesti. 2. Saluran napas mayat berisi buih. Kadang-kadang berisi lumpur, pasir, atau rumput air. 3. Lambung mayat berisi banyak cairan. 4. Benda asing dalam saluran napas masuk sampai ke alveoli. Serta adanya diatome pada paru-paru atau sumsum tulang mayat. 5. Organ dalam mayat mengalami kongesti. Beda keadaan paru yang tenggelam di air tawar dan air asin AIR TAWAR 1. Paru-paru kering, besar dan ringan 2. Membesar,emphysematous uniform tetapi ringan. 3.Tepi atas anterior sedikit menutupi permukaan jantung 4.Warna merah muda ( merah pucat ) 4.Merah kebiruan permukaan mengkilat AIR ASIN 1.Paru-paru basah, besar dan berat 2.Membesar tetapi berat 3.Menutupi permukaan mediastinum

13

( licin ) 5.Bila dipotong terasa krepitasi yg khas dan mengecil 6.Bila dipijat tak keluar cairan kecuali jika oedematous , busa banyak 7. mati dalam 5 menit, 40 ml/ KgBB 7. mati dalam 5- 10 menit, 20 ml/ KgBB 5.Krepitasi tidak ada, ditekan lunak dan basah, mengecil serta keluar cairan 6.Keluar cairan banyak, busa sedikit

Darah ( air tawar ) BJ 1,055 Hipotonik Hemodilusi/ hemolisis Hipervolemia Hiperkalemia Hiponatremia Hipoklorida

Darah ( air asin ) BJ 1, 0595 1, 0600 Hipertonik Hemokosentrasi dan oedema paru Hipovolemia Hipokalemia Hipernatremia Hiperklorida

Macam - macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu : 1. Percobaan getah paru (lonset proef). 2. Pemeriksaan diatome (destruction test). 3. Penentuan berat jenis (BD) plasma. 4. Pemeriksaan kimia darah (gettler test). 5. Pemeriksaan histopatologi Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif menunjukkan bahwa korban masih hidup saat berada dalam air.

1. Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef )

Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru mayat. Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat harus segar / belum membusuk. Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef) yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris permukaan paruparu. Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung eritrosit
14

. Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur cacing. Ada tiga kemungkinan dari hasil percobaan getah paru ( lonsef proef ), yaitu : 1. Hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain. 2. Hasilnya positif dan ada sebab kematian lain. 3. Hasilnya negatif. Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan ada sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain. Jika hasilnya negatif maka ada tiga kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu : 1. Korban mati dahulu sebelum tenggelam. 2. Korban tenggelam dalam air jernih. 3. Korban mati karena vagal reflex / spasme larynx. Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita simpulkan bahwa tidak ada halhal yang menyangkal bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka kemungkinan korban telah mati sebelum korban dimasukkan ke dalam air. 2. Pemeriksaan Diatome (Destruction Test) Kegunaan melakukan pemeriksaan diatome adalah mencari ada tidaknya diatome dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang bersel satu dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut. Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu ambil jaringan paru-paru bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan H2SO4. Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan sampai hancur membubur & berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih lalu sentrifus hingga terdapat endapan hitam. Endapan kemudian diambil menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek gelas. Interpretasi pemeriksaan diatome yaitu bentuk atau besarnya bervariasi dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif palsu pada pencari pasir

15

dan pada orang dengan batuk kronik. Untuk hepar atau lien, tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari penyerapan abnnormal gastrointestinal. 3. Penentuan Berat Jenis (BD) Plasma

Penentuan berat jenis (BD) plasma bertujuan untuk mengetahui adanya hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut dengan menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar 1,055; air laut 1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4 yang telah diketahui berat jenisnya.

4. Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler Test)

Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa kadar NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam dalam air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma. Korban yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit meningkat dalam plasma.

5. Pemeriksaan Histopatologi

Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik perdarahan di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.

2. 5. Keracunan Paralisis sistem respirasi karena adanya penekanan pada otak. Bahan yang menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika, CO2 , CO , H2S. Cara kematian sering disebabkan kecelakaan (terbanyak), pembunuhan, bunuh diri, dan keracunan. a. CO2 ( Gas Asam Arang )

16

Berat jenis CO2 1,52 kali dibandingkan dengan udara sehingg terdapat ditempat yang rendah dan tidak mudah hilang. Terdapat dalam sumur tua, palka kapal, goa-goa, kasus gerbong maut. Oleh sebab itu sebelum menguras sumur sebaiknya dites dulu dengan ayam/burung yang dimasukkan kedalamnya. Pemeriksan tes gas CO2 ini dengan menambah air kapur Ca(OH)2 kedalam sample gas, maka akan terbentuk air keruh keputihan ( endapan putih ). Cara mengambil sample gas adalah dengan menggunakan botol 5-10 liter diikat didua tempat, leher dan didasarnya, kemudian diisi air dan diturunkan ditempat yang mau diperiksa. Sampai di bawah botol kemudian dibalik, air akan keluar dan gas akan masuk dalam botol. Botol diangkat dan ditutup rapat. b. CO ( Carbon monoksida ) Berat jenis CO sedikit lebih ringan dari udara, mempunyai sifat mengikat Hb 210 kali lebih cepat dari O2. Sering dijumpai pada kebakaran gedung, meninggal dunia dalam mobil dengan mesin dan alat pendingin dalam keadaan hidup dan knalpot bocor, ruang ventilasinya kurang dengan adanya alat pemanas menggunakan gas dapur/bensin. Tes pemeriksaan darah korban dengan ALKALI DILUTION TEST. Sebagai kontrol ialah darah orang normal yang bukan perokok. c. H2S ( Hidrogen sulfit ) Gas H2S berat jenis 1,19 kali lebih berat dari pada udara. Dapat ditemukan pada penguraian bahan yang mengandung S (Sulfur) terdapat dipabrik penyaman kulit, selokan yang tertutup, dijamban. Pada lebam mayat berwarna merah terang (Cherry red ). Pemeriksaan dapat dilakukan test terhadap sample gas dengan Pb Asetat.

17

BAB III KESIMPULAN

Pada asfiksia terjadi kekurangan oksigen yang bisa diakibatkan oleh karena adanya gangguan akibat obstruksi saluran penapasan maupun akibat terhentinya sirkulasi. Terjadi kegagalan oksigen untuk mencapai sel-sel tubuh sehingga terjadi kekurangan O2 dan kelebihan CO2 . Asfiksia bisa terjadi karena penyebab yang wajar atau tidak wajar. Penyebab tidak wajar misalnya pada patah tulang panjang sehingga bisa terjadi emboli lemak dan tersangkut di paru, udara yang terhalang paksa karena starngulasi, suffokasi, asfiksia traumatik ataupun drowning. Penyebabnya bisa ditentukan dengan melihat hasil pemeriksaan postmortem.

18

DAFTAR PUSTAKA

1.

Drajat MT, Perubahan Konduksi dan Resistensi Sel dan Jaringan Otak Setelah Kematian ( Studi Pendahuluan untuk Penentuan Saat Kematian), available from http://152.118.80.2/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=77157&lokasi=lokal

2.

Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi T, Munin A, et al, ed, Ilmu Kedokteran Forensik, FKUI, Jakarta, 1997

3. 4. 5.

Anonim, Pola Cedera Asfiksia, available from http://www.freewebs.com/ Anonim, Death in General, available from http://www.dmmoyle.com/ Amir A, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, edisi 2, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007

6.

Chadha PV, Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, edisi 5, Widya Medika, Jakarta, 1995

19

Anda mungkin juga menyukai