Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
itu akan tejadi dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat
dilihat setelah beberapa menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu
kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter
sedapat mungkin membantu menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan
penyebab kematian.
Saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda
dan gejala setelah kematian sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal
diantarannya umur, kondisi fisik pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab
kematian itu sendiri.
Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan yang mengakibatkan suplai oksigen berkurang. Hal ini sering dikenal
dengan istilah asfiksia, Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering
diperiksa oleh dokter, hal tersebut menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu
lintas dan traumatik mekanik. Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-tanda
kematian yang berbeda. Hal ini sangat tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu
kita perlu memahami lebih lanjut tentang penyebab asfiksia tersebut.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Asfiksia?
b. Apa saja yang termasuk jenis-jenis asfiksia beserta mekanisme terjadinya
asfiksia?
c. Bagaimana gambaran post mortem pada Asfiksia?
3. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah:
a. Sebagai persyaratan mengikuti ujian akhir stase Forensik dan medikolegal di
RSUD IBNU SINA GRESIK.
1

b. Menjelaskan pengertian asfiksia, jenis-jenis asfiksia serta memahami gambaran


post mortem pada berbagai kasus asfiksia
4. Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjalani stase forensik dan medikolegal
mengenai asfiksia yang meliputi: pengertian asfiksia, jenis-jenis asfiksia serta
gambaran post mortem pada berbagai kasus asfiksia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

ASPIKSIA
a. Pengertian
Asphyxia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan oksigen yang di
sebabkan karena tegangnya saluran pernafasan. Secara fisiologis anoxia ialah
kegagalan oksigen mencapai sel sel tubuh. Kematian oleh karena anoxia terjadi
bila persediaan oksigen pada jaringan tubuh berkurang sampai di bawah batas
minimum keperluan untuk hidup. target organ dari asfiksia adalah otak dan
didalam otak sel targetnya adalah neuron yang memperlihatkan kerentanan yang
2

berbeda terhadap defisiensi oksigen. Kerentanan bergantung pada pembuluh darah


dan jenis neuron yang berbeda.
b. Etiologi Asfiksia
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
1) Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan
seperti laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti
fibrosis paru.
2) Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang
mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral;
sumbatan atau halangan pada saluran napas, penekanan leher atau dada, dan
sebagainya.
3) Keracunan bahan kimiawi yang menimbulkan depresi pusat pernapasan,
misalnya karbon monoksida (CO) dan sianida (CN) yang bekerja pada tingkat
molekuler dan seluler dengan menghalangi penghantaran oksigen ke jaringan.
c. Macam-macam anoxia
1. Anoxic Anoxia
Anoxic anoxia adalah keadaan tak dapat maksuknya oksigen ke dalam aliran
darah atau tidak cukup bisa mencapai aliran darah, misalnya pada organorgan yang menghisap gas inert, berada dalam tambang atau pada tempat
yang tinggi, dimana kadar oksigen berkurang.
2. Stagnant Circulatory Anoxia
Stagnant circulatory anoxia terjadi karena gangguan dari sirkulasi darah.
Contohnya embolisme.
3. Anemic Anoxia
Anemic anoxia adalah darah tidak mampu mengangkut oksigen yang cukup.
Bisa karena volume darah yang kurang ataupun karena kadar hemoglobin
yang rendah. Contohnya intoksikasi CO.
4. Histotoxic Tissue Anoxia
Histotoxic tissue anoxia adalah keadaan sel-sel tidak dapat mempergunakan
oksigen dengan baik yang dapat disebabkan oelh faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Extra cellular: system enzim oksigen terganggu
Misalnya pada keracunan HCN, barbiturate, dan obat-obat hypnotic.
Pada keracunan HCN, cytochrome enzim hancur, sehingga sel-sel mati.
Sedangkan barbiturate dan hypnotic hanya sebaguian saja system

cytochrome enzim yang terganggu, maka jarang menimbulkan kematian


sel kecuali pada over dosis.
b. Intra cellular: terjadi karena penurunan permeabelitas sel membrane,
seperti yang terjadi pada pemberian obat-obat anesthesia yang larut
dalam lemak, misalnya chloroform dan ether
c. Metabolit: disini sisa-sisa metabolisme tidak bisa dibuang, misalnya pada
uremia dan keracunan Co2.
d. Substrat: bahan-bahan yang diperlukan untuk metabolisme kurang.
Misalnya, pada hypoglycemia.
d. Tanda tanda yang tampak pada asphyxia
Mekanisme asphyxia oleh Puppo dibagi menjadi 4 stadium yaitu :
1.
2.
3.
4.

Stadium Dyspnoe
Stadium Konvulsi
Stadium Apnea
Stadium Final

Pembagian ini secara prinsip adalah penting karena dapat memberikan keterangan
yang jelas akan patofisiologi dari proses asphyxia. Stadium-stadium tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan keempat stadium tersebut
tidak terbagi secara jelas.
1. Stadium Dyspnoe
Defisiensi oksigen pada sel-sel darah merah dan akumulasi karbondioksida
dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla oblongata. Hal
ini akan mengakibatkan gerak pernapasan yang cepat dan kuat, peningkatan
denyut nadi dan cyanosis terutama dapat diamati pada wajah dan tangan.
2. Stadium Konvulsi
Pertama adalah kejang kronik, setelah itu kejang tonik, terakhir terjadi
spasme epistotonik. Pupil menjadi lebar dan denyut jantung menjadi pelan.
Hal initerjadi dimungkinkan karena meningkatnya kerusakan dari nucleusnukleus pada otak karena defisiensi oksigen.
3. Stadium Apnea

Depresi pada pusat pernapasan semakin dalam, sehingga pernapasan menjadi


semakin lemah dan dapat berhenti. Timbullah keadaan tidak sadar dan
keluarnya cairan sperma secara tidak disadari (involunter). Dapat juga terjadi
keluarnya urine feces secara tidak disadari meskipun jarang terjadi.
4. Stadium Final
Pada stadium ini terjadi kelumpuhan pernapasan secara lengkap. Setelah
beberapa kontraksi otomatis dari otot-otot aksessoris pernapasan dileher,
kemudian pernapasan berhenti. Jantung mungkin masih berdenyut setelah
beberapa waktu setelah respirasi berhenti.

e. Tanda tanda kelainan yang di temukan pada otopsi


1. Pada Pemeriksaan Luar
a. Sianosis
Dapat dengan mudah terlihat pada daerah - daerah ujung jari dan bibir,
dimana terdapat pembuluh darah kapiler. Sianosis ini mempunyai arti bila
keadaan mayat masih baru.
b. Perdarahan berbintik ( petechiae haemorrhages, Tadius spot )
Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringan yang
longgar, seperti pada selaput biji mata dan kelopak mata serta pada kulit
kepala. Pada kasus yang hebat, perdarahan tersebut dapat dilihat pada kulit
khususnya didaerah wajah. Terjadinya keadaan ini akibat perubahan
permeabilitas kapiler sebagai akibat langsung dari hypoxia dan
peningkatan tekanan intra kapiler, sehingga kapiler pecah dan terjadilah
perdarahan berbintik bintik (petechiae).
c. Pembuluh darah kecil pada conjuctiva melebar (injected)
2. Pada Pemeriksaan Dalam
a. Kongesti organ
Kongesti atau pembendungan yang sistemik dan kongesti pada paru - paru
yang disertai dengan dilatasi jantung kanan, merupakan ciri klasik
kematian karena ashpyxia. Jantung sebelah kanan membesar dan banyak

terisi darah. Sebaliknya jantung sebelah kiri sering menjadi contracted dan
kosong.
b. Darah menjadi lebih encer
Pada setiap kematian yang cepat, darah akan tetap cair, salah satu keadaan
tersebut terdapat pada asphyxia. Darah yang tetap cair ini sering
dihubungkan dengan aktivitas fibrinolisin dan faktor - faktor pembekuan
yang ada di ekstravaskuler dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh
darah oleh karena cepatnya proses kematian.
c. Edema pulmonum
Edema pulmonum atau pembekalan paru tidak banyak berarti di dalam
kaitannya dengan kematian karena obstruksi saluran napas, oleh karena
keadaan ini dapat terjadi pada berbagai macam keadaan, sehingga tidak
khas.
d. Perdarahan berbintik mungkin dapat ditemukan pada thymus, pericard,
larynx, paru, pleura, epiglotis, permukaan serosa organ dalam, galea dari
scalp pada kepala.
e. Hiperemia dari lambung, hati, dan ginjal.
f. Ginjal kadang - kadang contracted, sehingga timbul wrinkle capsule
akibat adanya pengerutan. Hal ini terjadi jika proses asphyxia sangat berat.
f. penyebab asphyxia
1. Wajar
A. Laryngeal edema
B. Ludwig angina
C. Laryngitis difteria
D. Reaksi anafilatik
E. Pneumothorax
F. Complete blocking arteri pulmonalis karena emboli
G. Tamponade jantung
H. Tumor laryng/leher
I. Asthma bronchiale
2. Tidak wajar
A. Trauma pada tungkai menjadi trombose vena femolaris lalu menjadi emboli
B. Patah tulang panjang menjadi emboli lemak pada paru
C. Luka tusuk atau iris yang mengenai vena jungularis interna menjadi emboli
udara
D. Udara terhalang secara paksa, di bagi atas
a. Strangulation
1. Hanging (strangulation by suspension)

Defenisi
Suatu strangulasi dengan tekanan pada leher disebabkan oleh jerat
yang menjadi erat akibat berat badan korban sendiri, sehingga
saluran udara pernapasan tertutup.
Mekanisme
Saluran udara tertutup karena pangkal lidah terdorong ke atas
belakang, ke arah dinding posterior pharynx. Palatum molle dan
uvula terdorong ke atas, menekan epiglotis, sehingga menutup
lubang larynx.
Gambar 1

Kasus Gantung Diri


Lebam pada gantung diri terkonsentrasi pada daerah
ekstemitas

Sebab kematian
1. Asphyxia
2. Gangguan sirkulasi darah otak karena tertekannya vena jugularis
dan atau arteri carotis, sehingga terjadi cerebral anoxia
3. Vagal reflex (shock)
4. Kerusakan batang otak atau sumsum tulang belakang

Gambar 2

Tardieu spot pada Gantung


diri.
Tardieu spot diakibatkan
pecahnya
kapiler-kapiler pada kaki

2.

Strangulation

by

ligature (jeratan)

Definisi
Suatu strangulasi dimana tekanan pada leher disebabkan oleh jerat
yang menjadi erat akibat kekuatan yang lain daripada berat badan
korban.
Mekanisme
Tertutupnya jalan napas akibat larynx yang tertekan ke belakang
kea rah dinding pharynx, sehingga lumen tertutup oleh karena
mendapat tekanan dari samping dan dari depan. Tekanan dari depan
akan menutup jalan napas, sedangkan dari samping akan menutup
pembuluh darah di samping leher, biasanya hanya vena yang
tertutup.
Karena tekanan tidak sekeras hanging, sehingga muka tidak
cyanotic. Alat yang biasanya dipakai adalah sapu tangan, handuk,
tali, kaos kaki, dasi, stagen, selendang, ikat pinggang, dan kabel
listrik.
Sebab kematian
1. Asphyxia
2. Gangguan sirkulasi otak
3. Vagal reflex
8

Cara kematian
1. Pembunuhan (paling sering)
2. Bunuh diri
3. Kecelakaan
Contoh kasus pembunuhan
1.
2.
3.
4.

Pembunuhan bayi
Pembunuhan yang dilakukan oleh geng atau rombongan
Penderita psikosa di RSJ yang panic dan saling menjerat
Hukuman mati

3. Throtiling (manual strangulation)


Definisi
Suatu Strangulasi yang menggunakan tangan atau lengan bawah
untuk menekan leher sehingga saluran nafas tertutup
Mekanisme
Tertutupnya jalan nafas dengan satu atau dua tangan menekan leher,
sehingga menekan pada laryng dan menutup glotus bila tangan di
tekan pada bagian depan larynx, akan menutup lumen dengan
menyempitkan diameter anteroposterior, bila juga pangkal lidah
terdorong ke belakang atas dan glottis tertutup
Sebab kematian
1. Vagar yaitu rangsangan sinus carotis yang menyebabkan cardiac
inhibition, sehingga timbul hering reflek . Dalam hal demikian
tidak di temukan tanda kekerasan di leher dan di tempat lain dan
gejala asphyxia juga tidak di temukan
2. Asphyxia
3. Gangguan sirkulasi otak atau shock , lebih lebih bila korban di
dalam pengaruh alcohol
Cara kematian
1.Pembunuhan
2. Kecelakaan
b. Suffocation
Definisi
9

Obstruksi jalan napas sehingga menghalangi masuknya udara ke paruparu yang mengakibatkan terjadinya asphyxia
1. Smothering
Definisi
suatu keadaan tertutupnya lubang-lubang eksternal dari jalan napas
(mulut dan hidung) secara mekanis oleh benda padat atau bahan
yang terdiri dari partikel-partikel (finely devided materials),
misalnya: pasir, lumpur, abu, dan salju.
Cara kematian:
a. Kecelakaan (tersering)
b. Pembunuhan (jarang), misalnya dengan bantal, plaster, dan
lainnya.
c. Bunuh diri (jarang), misalnya dengan bantal, kantong plastik,
dan lainnya.
Pemeriksaan otopsi
Mencari bahan-bahan yang diduga menjadi penyebab dalam
rongga mulut atau dalam lubang hidung, misalnya sepotong kain
atau handuk yang dimasukkan ke dalam kerongkongan mulut,
serbuk halus, pasir, bulu, dan sebagainya.
Juga kelainan dalam bentuk luka lecet dab atau luka memar
terdapat dimulut, hidung, dan daerah sekitarnya. Sering didapatkan
memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam yang
berhadapan dengan gigi.
Pada anak-anak oleh karena tenaga untuk melakukan
pembekapan tersebut tidak terlalu besar, kelainan biasanya
minimal, yaitu luka lecet tekan dan atau memar pada bibir bagian
dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang.
Tanda-tanda asphyxia disertai adanya luka lecet tekan dan
memar di daerah mulut, hidung, dan sekitarnya merupakan
petunjuk pasti bahwa pada korban telah terjadi pembekapan yang
mematikan.

10

Pembekapan yang dilakukan dengan satu tangan sedangkan


tangan yang lain menekan kepala korban dari belakang, yang dapat
pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan, maka dapat
ditemukan lecet atau memar pada otot leher bagian belakang.
Untuk membuktikannya kadang-kadang harus dilakukan sayatan
untuk melihat otot-otot leher.
Bila alat yang dipakai adalah tangan atau bantal, terhadap
sedikit bekas-bekas scarfing di sekitar mulut dan hidung.
Pada pembekakan dengan mempergunakan bantal, bila
tekanan yang dipergunakan cukup besar dan korban memakai
lipstik, maka pada sarung bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir
dan dapat tembus sampai bagian bantalnya sendiri.
Bila smothering terjadinya cepat, maka akan terjadi tandatanda asphyxia berupa darah gelap dan encer, wajah cyanotic,
ecchymosis kecil-kecil pada galea scalp, perdarahan konjunctiva.
Bila smothering berlangsung lebih lama, akan terjadi hyperaeration
dan edem pada paru.
Contoh kasus kecelakaan:
1. Biasanya terjadi di tambang-tambang, dimana korban tertimbun
tanah dan salju.
2. Alkoholisme

di tempat tidur ia menelungkupkan mukanya

pada bantal, sehingga korban sensitif terhadap anoxia.


3. Bayi hidungnya tertutup selimut atau payudara ibunya,
sedangkan ibunya tertidur pulas.
Contoh kasus pembunuhan:
1. Terjadi perampokan atau korban dikeroyok
2. Korban mulutnya dan hidungnya di plester
3. Korban mulutnya dimasuki dasi/serbet, sehingga lidah tertekan
ke belakang
4. Korban yang fisiknya lemah dari pelaku, sehingga korban
ditelentangkan kemudian wajahnya ditekan dengan bantal
5. Mulut dan hidung bayi yang baru lahir ditutup dengan tangan
atau dengan ari-ari (pembunuhan anak)
11

Contoh kasus bunuh diri:


1. Memasukka kepala dalam kantong plastik, dengan demikian
korban membius dirinya dengan asam arang (CO2). Perhatikan
dalam kantong plastik harus ada butir air kondensasi yang
berasal dari pernapasan.
2. Dapat juga terjadi dengan menutup hidung dan mulut dengan
plester yang lebar.
2. Chocking
Definisi
masuknya suatu benda padat pada lumen jalan napas dan
menyumbatnya, sehingga udara tidak dapat mencapai paru-paru.
Cara kematian:
1. Kecelakaan (tersering)
2. Pembunuhan
3. Bunuh diri (jarang)
Contoh kasus kecelakaan:
1. Penderita alkoholisme atau serebral arteriosclerosis mengalami
gangguan refleks mengeluarkan benda asing, sehingga waktu
penderita ini mencoba menelan bolus makanan yang cukup kasar,
dapat berakibat bolus tidak masuk dalam saluran pencernaan
tetapi masuk dalam larynx, sedangkan penderita tidak mampu
mengeluarkannya lagi
2. Penderita tonsilektomi dengan anestesi eter, dapat mengalami
aspirasi kain kasa yang tertinggal.
3. Kecelakaan sering terjadi pada bayi dan anak kecil yang gemar
memasukkan benda asing bulat kecil ke dalam lubang hidung.
Bila benda ini sampai larynx akan terjadi penyumbatan total,
sehingga korban cepat meninggal. Jika benda ini dapat melalui
larynx dan sampai pada trakea atau bronkus, akan terjadi
penyumbatan sebagian, sehingga korban dapat hidup beberapa
jam.

12

4. Orang tua yang makan terlalu cepat, ada kalanya sepotong daging
(bolus) menutup pangkal tenggorokan (larynx) atau gigi palsu
(protesis) menutup larynx (choking).
5. Kasus di Surabaya, seorang wanita muntah lalu berusaha
mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, beberapa menit kemudian
meninggal. Pada otopsi ditemukan fibroma yang bertangkai yang
berasal dari kerongkongan (esophagus) menutup larynx.
Contoh kasus pembunuhan: infanticide (karena tidak dapat
melawan)
Contoh kasus bunuh diri:
1. Biasanya terjadi pada penderita gangguan jiwa, mereka
memasukkan potongan-potongan kain pada kertas yang dibuat
gumpalan sedemikian rupa dan didorong masuk ke dalam rongga
mulut.
2. Memasukkan dari sampai larynx.

Temuan pada pemeriksaan otopsi:


1.
2.
3.
4.

Cyanosis
Hyperaeration dan odema paru
Beberapa bagian paru mengalami atelectasis
Bila korban sempat hidup lama, dapat dijumpai bronco

pneumonia tau abses paru sebagai komplikasi


5. Kelompok-kelompok alveoli yang mengalami over distension
3. Gangging
Pada perampokan ada kalanya korban setelah diikat, agar tidak
dapat berteriak mulut disumbat dengan kain yang kemudian diikat
dari mulut ke belakang kepala (gagging). Dalam hal ini, palatum
molle tertekan pada pharings.
c. Traumatic asphyxia: external pressure on the chest
Definisi
13

Suatu keadaan udara terhalang untuk masuk dan keluar paru akibat
gerakan napas terhenti oleh karena tekanan dari luar pada dada. Jadi
inspirasi

dan

ekspirasi

terhenti

karena

dada

tidak

dapat

mengembang.
Cara Kematian:
1. Kecelakaan (tersering)
2. Pembunuhan
Contoh kasus kecelakaan:
1. Terjepit Antara lantai dan elevator
2. Tertimbun pasir/bata, reruntuhan gedung
3. Terjepit antara dua kendaraan, atau pada dinding pada kendaraan
yang mundur
4. Pada tumpukan orang yang keluar atau masuk melalui pintu yang
sempit
Contoh kasus pembunuhan:
Hanya dapat dilakukan bila lawannya lemah atau dalam keadaan
mabuk. Cara ini dikenal dengan nama BURKING, dari seorang yang
bernama BURKE, dia adalah seorang calo mayat untuk fakultas
kedokteran di Edinburg (Inggris), pada permulaan abad ke-19. Oleh
karean sukar mendapatkan mayat, Buerke dan temannya Hare
memutuskan untuk membuat mayat. Korbannya biasanya orang tua,
gelandangan dan pemabuk. Korban dibuat mabuk terlebih dahulu,
kemudian ditelentangkan lalu Burke menduduki dada korban, lalu
satu tangan menutup mulut dan hidung, sedangkan tangan yang lain
menekan rahang yang bawah dan rahang atas dan Hare membantu
memegang tungkai (Burking adalah kombinasi antara external
pressure on the chest dan smothering). Akhirnya Burke dan Hare
ketahuan juga oleh karena setiap mayat yang diserahkan selalu
ditemukan patah tulang iga.
Temuan pada pemeriksaan otopsi:
1. Tanda-tanda asphyxia
2. Roman muka dan leher cyanosis
14

3. Petechiae pada roman muka, leher, bahu, sclera, conjungtiva,


dan galea apeneurotica (warna merah tua atau merah ungu)
4. Adanya tanda-tanda kekerasan pada dada
d. Drowning (tenggelam)
Definisi
Suatu bentuk suffocation dimana korban terbenam dalam air atau cairan
dan benda tersebut terhisap masuk ke dalam jalan nafas sampai alveoli
paru
Hal-hal yang perlu diketahui pada kasus tenggelam:
1. Apakah korban meninggal sebelum masuk air
2. Apakah korban meninggal di air tawar atau asin
3. Apakah ada antemortem injury, bila ada apakah berpengaruh pada
kematiannya
4. Apakah ada sebab kematian wajar atau keracunan, dan apakah ini
menyebabkan kematian
5. Bagaimana cara kematiannya
Pembagian drowning
A. Primary drowning
Korban meninggal dalam beberapa menit setelah permulaan
peristiwa tenggelam tanpa pertolongan pernafasan buatan.
1. Dry drowning
a. Kematian korban oleh karena cardiac arrest yang
mendadak dan sirkulasi refleks oleh karena vagal refleks
dan sirkulasi kollaps.
b. Tidak ada air yang

masuk

ke

dalam

tractus

gastrointestinalis maupun traktus respiratorius.


c. Tidak ditemukan kelainan patalogis yang bermakna.
2. Wet drowning
a. Tenggelam di air tawar (fresh water) Secara teoritis adalah
akibat ventricular fibrilasi.
Kelainan patologis.
1. Hipervolemia
2. Hemolisis
3. Hiperkalemia
4. Hipoclorida
5. Hiponatremia
b. Tenggelam di air garam kematian akibat pulmonary
oedema. Kelainan patalogis.
15

1.
2.
3.
4.

Hypovolemia
Hypoproteinemia
Hypernatremia
Hyperclorida

Pada keadaan sebenarnya, kematian terjadi oleh karena asphyxia


dengan kelainan patalogis:
1. Hypoxemia arterial kelainan patalogis
2. Asidosis
Oleh karena itu, pada pemeriksaan setempat (TKP) sebaiknya
dilakukan:
1. Pemeriksaan korban
2. Pengambilan contoh cairan, yang penting untuk tes:
a. Di tempat korban ditemukan meninggal atau pada tempat
lain.
b. Menilai kadar elektrolit dalam cairan tersebut (pada kadar
chloride

yang

tinggi

dapat

mengakibatkan

acut

fulminating pulmonary edema.


B. Secondary drowing
korban meninggal dalam waktu 30 menit sampai beberapa hari
setelah tenggelam dan sempat dilakukan pernafasan buatan.
Biasanya korban meninggal oleh karena.
1. Pulmonary odem
2. Asidosis
3. Pneumonitis oleh karena bahan kuman
Mekanisme tenggelam ada 3 macam:
1. Beberapa korban begitu berhubungan dengan air yang dingin
terutama leher atau jatuh secara horizontal, ia mengalami vagal
refleks.
2. Korban saat menghirup air, air yang masuk ke larynx
menyebabkan laryngeal spasme, sebab kematian karena
asphyxia. Pada korban ditemukan tanda-tanda asphyxia tapi
tanda-tanda drowing pasa organ dalam tidan ada oleh karena
air tidak masuk.

16

3. Korban pada saat masuk ke dalam air., ia berusaha untuk


mencapai permukaan, sehingga menjadi panic dan menghisap
air, bartuk, dan berusaha untuk ekspirasi. Karena kebutuhan
oksigen maka ia akan bernafas sehingga air lebih banyak
terhisap. Lama-lama korban menjadi cyanotic dan tidak sadar.
Selama tidak sadar korban akan terus bernafas dan akhirnya
paru-paru tidak dapat berfungsi, sehingga pernafasan berhenti.
Proses ini berlangsung 3-5 menit, kadang-kadang 10 menit.
Persangkaan yang salah:
1. Ada yang menganggap bila seseorang tenggelam dan
mayatnya kemudian timbul, maka korban tersebut hidup pada
waktu dimasukkan dalam air, dank arena jiwanya belum
ikhlas, maka mayatnya timbul di permukaan air.
2. Orang yang tenggelam akan cepat membusuk dan mengambil
sikap petinju. Sikap ini dianggap sebagai sikap membela diri.
3. Korban yang tenggelam dalam air sering mengeluarkan buih
halus dari mulut. Tanda ini tidak khas oleh karena dapat juga
ditemukan kasus edema paru oleh karena overload infuse.
Mekanisme tenggelam dalam air tawar:
1. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar,
sehingga terjadi hemodelusi yang hebat sampai 75% yang
berakibat terjadinya hemolisis.
2. Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana
kalium dalam plasma meningkat dan natrium berkurang, juga
terjadi anoxia pada myocardium.
3. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan
sirkulasi berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistolik dan
dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel.
4. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah,
terjadi anoxia cerebri yang hebat, hal ini menerangkan
mengapa kematian terjadi dengan cepat.

17

Mekanisme tenggelam dalam air asin:


1. Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar
sampai 42% dan masuk ke dalam jaringan paru, sehingga
terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu relative
singkat.
2. Pertukaran

elektrolit

dari

air

asin

ke

dalam

darah

mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan peningkatan


kadar natrium plasma.
3. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoxia pada
myocardium dan disertai peningkatan viskositas darah akan
menyebabkan payah jantung.
4. Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsentrasi tekanan
sistolik menetap dalam beberapa menit.
Sebab kematian:
1.
2.
3.
4.

Asphyxia
Vagal refleks
Spasme larynx
Ventrikel fibrilasi

Cara kematian:
1.
2.
3.
4.

Kecelakaan
Pembunuhan
Bunuh diri
Undetermined

Pemeriksaan otopsi
1. Pemeriksaan luar
a. Tidak ada yang patognomonis untuk drowning, fungsinya
hanya menguatkan.
b. Hanya beberapa penemuan memperkuat diagnose drowning
antara lain : kulit basah, dingin, dan pucat.
c. Lebam mayat biasanya cyanotic, kecuali bila air sangat
dingin maka lebam mayat akan berwarna pink.
18

d. Kadang-kadang terdapat cutis anserine (Goose Flesh) pada


lengan, paha, dan bahu. Ini disebabkan suhu air dingin
menyebabkan kontraksi m. erector pillorum.
e. Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat
(cairan kental dan berbuih).
f. Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran
dapat tergenggam.
g. Bila berada cukup lama dalam air, kulit telapak tangan dan
kaki mengeriput (Washer womens hand) dan pucat
(bleached).
h. Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di
pemandian atau yang meloncat dari tempat tinggi yang dapat
merobek paru, hati, otak, atau iga.
2. Pemeriksaan dalam
a. Jalan napas berisi buih, kadang ditemukan lumpur, pasir,
rumput air, diatom, dan sebagainya.
b. Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik
perdarahan yang terjadi karena adanya kompresi terhadap
septum inter-alveoler atau oleh karena terjadinya fase
konvulsi akibat kekurangan oksigen.
c. Paru-paru membesar, mengalami kongesti dan mempunyai
gambaran seperti marmer sehingga jantung kanan dan venavena besar dilatasi. Bila paru masih fresh, kadang-kadang
dapat dibedakan apakah ini tenggelam dalam air tawar atau
air asin.
Tabel 1 perbedaan tenggelam dalam air tawar dan air asin
Tenggelam dalam air tawar
Tenggelam dalam air asin
1. Paru-paru kering
1. Paru-paru basah
2. Paru-paru besar tapi ringan
2. Paru-paru besar dan berat
3. Batas anterior menutupi jantung
3. Batas
anterior
menutup
4. Warna
merah
pucat
dan
mediastinum
emphysematous
4. Warna
ungu/kebiruan
dan
5. Paru-paru bila dikeluarkan dari
permukaan mengkilat
19

thorax tidak kempes

5. Paru-paru bila dikeluarkan dari


thorax, bentuknya mendatar dan

6. Bila diiris terdengar krepitasi,


tidak

mengempis,

bila ditekan menjadi cekung


6. Bila diiris terdengar krepitasi

tidak

mengandung cairan, dipijat keluar

menurun,

buih

tanpa

ditekan

akan

keluar banyak cairan


d. Banyak cairan dalam lambung.
e. Perdarahan telinga bagian tengah (dapat ditemukan pada kasus
asphyxia lain).
Bila jenazah sudah beberapa hari berada dalam air, maka
terjadi bleaching dan terjadi pembusukan dimana kulit ari banyak
yang terkelupas. Pembusukan terjadi dalam 2 hari setelah
tenggelam dalam iklim yang panas. Pada iklim yang dingin dapat
tahan sampai 1 minggu. Pembusukan dimulai pada bagian kepala
dan atas tubuh, karena dalam air kepala mempunyai kecenderungan
lebih rendah letaknya oleh karena lebih berat. Bila pembusukan
sudah merata, seluruh tubuh akan mengapung karena timbunan gas.
Hal ini disebut sebagai Floater. Volumen gas pembusukan dapat
menjadi 2 kali volume tubuh korban, sehingga korban dengan berat
60kg dapat memindahkan air sebanyak 120 liter, gaya tekan ke atas
adalah 120 60 = 60 kg, berarti bila pada mayat diikatkan benda
seberat > 60 kg, maka pada waktu mayat membusuk masih dapat
terapung. Pada stadium tertentu, kulit dapat terkelupas seluruhnya,
kadang

terjadi

mutilasi

dari

bagian-bagian

tubuh

akibat

persentuhan dengan benda-benda dalam air atau baling-baling


kapal atau dimakan binatang air.
Kematian mendadak pada tenggelam dalam air dingin
Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air yang
dingin sering disinggung walaupun tanpa penyebab langsung, oleh
karena spasme larynx atau vagal refleks yang menyebabkan cardiac
arrest. Keadaan tersebut dapat dijelaskan oleh karena terjadinya

20

fibrilasi ventrikel pada korban dan dapat dibuktikan bahwa pada


orang yang masuk ke dalam air dingin atau tersiram air yang yang
dingin dapat menimbulkan ventricular ectopis beat.
PEMERIKSAAN KHUSUS PADA TENGGELAM
1. Percobaan getah paru (Longsap proof)
Merupakan pemeriksaan pathogenomonis untuk kasus-kasus
tertentu. Dicari benda-benda asing dalam getah paru yang
diambil pada daerah subpleura, antara lain; pasir, lumpur, telur
cacing, tanaman air, dan sebgainya (percobaan getah paru
positif). Syarat melakukan percobaan getah paru adalah paruparu harus belum membusuk, alat yang dipakai adalah objek
glass, cover glass dan mikroskop
Caranya:
a. Setelah paru-paru dikeluarkan thorax, diletakkan dengan
bagian convexmenghadap ke atas.
b. Dengan pisau yang telah dibersihkan dengan air yang
mengalir

kemudian

pisau

dikibaskan

untuk

menghilangkan airnya.
c. Pembukaan paru dibersihkan dengan cara dikerik atau
dikerok 2-3 kali, lalu pisau kembali dibersihkan dengan air
yang mengalir.
d. Dengan mata pisau yang tegak lurus permukaan paru,
kemudian permukaan paru diiris sedangkal mungkin
(subpleura), lalu pisau kembali dibersihkan dibawah air
mengalir, lalu dikibaskan sampai kering.
e. Dengan ujung pisau, getah paru pada irisan tadi diambil
kemudian diteteskan pada objek glass lalu ditutup cover
glass dan diperiksa dibawah mikroskop.
f. Cara lain yaitu dengan menempelkan objek glass pada
permukaan irisan di daerah subpleura, lalu ditutup cover
glass dan diperiksa di bawah mikroskop.
g. Syarat sediaan percobaan getah paru:

21

1) Eritosit dalam sediaan harus sedikit jumlahnya. Bila


banyak mungkin irisan terlalu dalam.
h. Gambaran di bawah mikroskop:
1) Pasir berbentuk Kristal, persegi, hitam. Pasir lebih
besar daripada eritrosit.
2) Lumpur amorf. Lumpur lebih besar daripada pasir.
Menurut beberapa ahli, cairan masih dapat mengalir ke dalam
saluran napas setelah korban meninggal, tetapi tidak sampai pada
alveoli. Jadi bila ada benda asing dalam alveoli, maka diagnosanya
adalah tenggelam.
Jika percobaan ini positif dan tidak ada sebab kematian lain,
kesimpulannya adalah tenggelam. Pada tenggelam, korban belum
tentu mati, mungkin mati oleh sebab lain.
Bila tes getah paru positif dan ditemukan sebab kematian lain,
maka kemungkinannya adalah:
a. Mungkin meninggalnya karena tenggelam
b. Mungkin meninggal karena sebab lain tersebut
c. Mungkin sebab kematian bersaing
Bila tes getah paru negative, maka kemungkinannya adalah:
a. Mungkin korban sudah mati, lalu dimasukkan ke dalam air
(harus ditemukan sebab kematian lain).
b. Mungkin korban tenggelam dalam air yang jernih.
c. Mungkin korban mati karena vagal refleks atau spasme
larynx.
Bila percobaan getah paru negatif dan sebab kematian lain tidak
ditemukan,

maka

kesimpulannya:

tidak

ada

hal-hal

yang

menyangkal bahwa korban meninggal karena tenggelam.


2. Pemeriksaan darah secara kimia
Pemeriksaan ini harus dilakukan secepatnya karena pada post
moterm kadar elektrolit (Cl, Na, K, Mg) dalam darah akan
mengalami perubahan.

22

Tabel 2 perbedaan Kadar Elektrolit Tenggelam dalam Air Tawar dan Air Asin (Gettler)
Kadar elektrolit
C
N

Tenggelam dalam air tawar


Dalam jantung kiri<kanan
Dalam Plasma menurun

Tenggelam dalam air asin


Dalam jantung kiri>kanan
Dalam plasma meningkat

Dalam plasma meningkat

jelas
Dalam plasma sedikit

meningkat

Teknik pemeriksaannya:
1. Darah dari ventrikel kanan dan kiri diambil sebanyak 10 ml.
2. Dianalisa kadar NaCl nya, bila perbedaan kadar tersebut 25%
atau lebih, merupakan petunjuk yang kuat bahwa terjadi
drowning.
3. Waktu membuka jantung, harus diperiksa adanya atrial septal
defect atau ventricular septal defect, sebab mengakibatkan
pemeriksaan menjadi kabur.
Hasil ini jarang sekali positif, oleh karena tergantung dari:
a. Banyaknya aspirate yang masuk tractus respiratorius
b. Kadar NaCl air dimana korban tenggelam. Bila kadar NaCl air
sama dengan tubuh, maka tidak ada perubahan.
3. Destruction test & analisa isi lambung
Usaha untuk mencari diatome (binatang bersel satu) dalam tubuh
korban. Karena adanya anggapan bahwa bila orang masih hidup
waktu tenggelam, maka akan terjadi aspirasi dank arena terjadi
force of

respiration

terjadi

kerusakan

bronchioli/bronchus,

sehingga terdapat jalan dari diatome untuk masuk kedalam tubuh.


Tidak ditemukannya diatome, tidak dapat menyingkirkan bahwa
kematia korban karena tenggelam.
Teknik pemeriksaan :

23

1. Diambil potongan jaringan sebesar 2-5 gr (hati, ginjal, limpa,


dan sumsum tulang).
2. Potongan jaringan tersebut dimasukkan 10ml asam nitrat
jenuh, +0,5ml asam sulfat jenuh.
3. Kemudian dimasukkan lemari asam sampai semua jaringan
hancur.
4. Warna jaringan menjadi hitam oleh karena karbonnya.
5. Ditambahkan natrium nitrat tetes demi tetes sampai warna
berubah menjadi jernih.
6. Kadang-kadang sifat cairan asam sehingga sukar untuk
melakukan pemeriksaan, oleh karena itu ditambahkan sedikit
NaOH lemah (sering tidak dilakukan oleh karena bila
berlebihan akan menghancurkan chitine).
7. Kemudian dicuci dengan aquadest. Lalu dikonsentrasikan
(seperti telur cacing), diambil sedikit untuk diperiksa,
diteteskan pada deck gelas lalu dikeringkan dengan api kecil.
8. Kemudian ditetesi minyak emersi dan diperiksa dibawah
mikroskop.
Kerugiannya adalah bahwa pada banyak orang yang tidak mati
tenggelam, destruction test dapat positif pada:
1. Pencari pasir
2. Penderita
yang

sering

batuk,

terdapat

defect

bronchiole/bronchus sehingga diatome dapat masuk.


Cara lain:
1. Kepala dibuka dan dilihat telinga tengah dan stratum
spongiosum os mastoid. Dari keduanya dapat ditemukan
bintik-bintik perdarahan pada mukosanya, hal ini merupakan
petunjuk yang kuat bahwa terjadi drowning.
2. pemeriksaan isi lambung: adanya pasir atau lumpur dan
binatang air atau tumbuhan, akan bersifat menunjang kea rah
drowning.
4. Pemeriksaan histopatologi jaringan paru
Mungkin ditemukan bintik-bintik perdarahan

sekitar

bronchiole yang disebut Paltout Spot. Dapat juga terjadi


pada asphyxia oleh karena penutupan jalan napas secara

24

mekanis yang lain. Ada tanda-tanda empysema yang akut


dengan pecahnya banyak alveoli.
5. Menenntukan berat jenis plasma ( BJ Plasma)
Lebih dapat dipercaya dari pada Gettler Test. Tetapi tidak dapat
membedakan tenggelam di air tawar atau asin, Karena pada
semua kasus tenggelam akan terjadi BJ Plasma jantung kiri <
jantung kanan
e. Inhalation of suffocating gasses
Definisi :
Suatu keadaan sebagai akibat korban menghirup gas tertentu dalam
jumlah berlebihan, sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi.
Sebab kematian :
Kematian disebabkan oleh karena asphyxia
Cara kematian :
1. Kecelakaan
2. Pembunuhan
3. Bunuh diri
Gas yang menyebabkan mati lemas :
Udara adalah campuran gas yang terdiri dari : O 2, zat asam dengan
volume 21%, N2, zat lemas, Nitrogen dengan volume 78%, argon
dengan volume 0,94%, CO2, zat asam arang dengan volume 0,04%. Gas
selain argon dalam jumlah yang kecil, yaitu helium, xenon, dan krpton.
GAS ASAM ARANG (CO2)
Berat jenis CO2 1,52 kali lebih berat dari udara, sehingga
letaknya ditempat yang rendah dan tidak mudah hilang. Tumbuhan
menggunakan CO2, dari udara untuk asimilasi dengan energi sinar
matahari yang menghasilkan zat asam O2.
6 CO2 + H2O ( CH2O) 6 + 6 O2

25

Pada waktu malam terjadi sebaliknya, tumbuhan justru


memproduksi CO2. Sering terjadi pekerja pelabuhan meninggal dunia
sewaktu memasuki palka yang memuat melukut (bekatul), dedak atau
bungkil. Ini disebabkan karena cendawan menguraikan ( CH2O ) 6
menjadi CO2.
Kecelakaan dapat juga terjadi waktu pekerja masuk dalam
sumur untuk membersihkan, karena sudah lama tidak dipakai dan yang
meninggal biasanya lebih dari satu orang. Biasanya begitu salah satu
orang masuk palka atau sumur terlebih dahulu pingsan dan temannya
berusaha menolong akan tetapi ikut menjadi korban juga.
Untuk menguras sumur biasanya pemiliknya menggunakan
mesin pompa yang menggunakan bahan bakar minyak dan ketika airnya
surut mesin pompa diturunkan ke dalam sumur. Mesin pompa hanya
idup

sebentar

lalu

mati

sendiri.

Kemudian

berusaha

untuk

menghidupkannya lagi. Pada keadaan ini semua O2, dalam sumur telah
dipakai oleh pompa dan yang ada hanya CO2 dengan CO. Ketika orang
masuk sumur tersebut akan pingsan dan tidak tertolong lagi.
Untuk pemadaman kebakaran banyak digunakan CO2, dapat
membahayakan

nyawa

bila

disemprot

di

ruangan

tertutup.

Mengawetkan mayat dengan dry ice, tidak dianjurkan oleh karena


mengandung CO2 dalam keadaan beku. CO2 di alam bebas terdapat di
pegunungan Dieng ( lembah maut ).
Cara - cara untuk mengetes adanya CO2 dalam sumur :
1. Lilin dinyalakan dan dimasukkan dalam sumur, bila lilin mati
pertanda adanya CO2. Hal ini tidak dapat diandalkan oleh karena
lilin hanya mati pada konsentrasi CO2 yang rendah sedangkan bila
konsentrasi tinggi lilin tidak mati.
2. Memasukkan burung atau ayam ke dalam sumur, bila mati pertanda
adanya CO2.

Cara menolong / mengeluarkan korban dari sumur :


26

Penolong memakai topeng oksigen, dimana untuk pernapasan O 2,


terdapat dalam tabung yang disandang dipunggung ( aqua lung ).
Cara mengambil contoh gas :
1. Botol diisi penuh air, lalu diikat pada leher botol dan pada bagian
pantat botol.
2. Botol diturunkan sampai pada dasar tempat kejadian dengan posisi
tegak agar tidak tumpah (CO2 dan H2S menempati bagian
terendah).
3. Selanjutnya ikatan bagian pantat botol ditarik sedemikian rupa,
sehingga air dalam botol tumpah , dengan sendirinya gas akan
menggantikan air yang tumpah tadi dan masuk botol.
4. Botol ditegakkan kembali dan ditarik lalu kemudian ditutup rapat
untuk dilakukan pemeriksaan.

Karbon Monooksida (CO)


Berat jenis CO sedikit lebih ringan daripada udara. Dalam alam bebas
ditemukan di tambang batubara bersamaan dengan CO 2 dan gas lain.
Burung kenari atau tikus digunakan untuk mengetahui adanya CO
dalam konsentrasi kecil, binatang menunjukkan perasaan sedih
(distress). CO biasanya terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna
di tanur, mesin bensin, tungku, kompor. Satu volume CO dicampur
dengan 1,5 volume O2 atau 2,5 volume udara dapat meledak bila ada
bunga api. CO bersenyawa dengan hemoglobin 210 kali lebih cepat
daripada dengan O2 dan membentuk karboksi hemoglobin (COHb) yang
jauh lebih stabil daripada oksihemoglobin (OHb).
Kematian karena kecelakaan :
1. Di indonesia jarang terjadi. Di Jawa Timur pernah terjadi pada waktu
hujan lebat, semua jendela mobil ditutup, penumpang mengalami
keracunan CO karena knalpot bocor dan CO masuk ke dalam mobil.
2. Di jakarta ditemukan seorang laki-laki dan seorang wanita dalm
mobil di suatu tempat yang sunyi dengan mesin AC mobil hidup.

27

Waktu diperiksa ternyata wanita duduk di dasar mobil sudah


meninggal, sedangkan laki-laki duduk di jok dan nyawanya masih
dapat ditolong.
3. Di negara dengan musim dingin sering terjadi kecelakaan dengan
CO karena alat pemanasnya menggunakan batubara, gas dapur atau
bensin dan ventilasi udara kurang baik. Gas dapur mengandung 2030% CO.
4. Lemari es yang dinyalakan dengan gas dapur atau minyak gas dapat
juga menyebabkan kematian karena CO, apabila ventilasi sangat
jelek.
5. Beberapa remaja ditahan di Pos militer dan malam itu lampu listrik
padam. Suatu generator dihidupkan dan kebetulan knalpot tertuju ke
pintu tahanan, esok harinya didapatkan sebagian remaja tersebut
meninggal.

Kematian karena bunuh diri :


Bunuh diri dengan Co sering terjadi di negara dengan musim
dingin. Cela jendela dan pintu ditutup dengan kertas, ada kalanya
mereka meninggalkan surat perpisahan, kemudian keran gas dibuka dan
kepala dimasukkan dalam oven. Ada kalanya korban berbaring di
tempat tidur tertutup selimut dan di samping kepala terdapat pipa yang
dihubungkan dengan gas dari kompor.
Kematian karena pembunuhan :
Sangat jarang terjadi, seseorang diasuransikan jiwanya dengan
jumlah premi yang besar oleh beberapa orang, kemudian terjadi
percobaan untuk membunuhnya antara lain dengan mencoba menabrak
dengan mobil, diracun dan terakir dibunuh dengan gas dapur
sebelumnya orang tersebut dibuat mabuk.
Pemeriksaan otopsi kasus keracunan CO ditemukan :
1. Kulit muka dan anggota gerak mengandung gelembung udara
berisi cairan (bullae) yang sering disalah artikan sebagai luka
bakar.
28

2. Pada darah ditemukan warna merah terang (bright cherry red),


demikian juga dengan warna permukaan otak dan permukaan usus.
(warna merah terang juga ditemukan pada keracunan asam cyanida,
nitrit, dan pada mayat yang disimpan dalam kamar pendingin).
Hanya analisis yang dapat membuktikan bahwa warna merah cerah
disebabkan COHb.

Pembuktian CO :
1. Bahan darah dapat diperiksa dengan spektroskop, darah sedikitnya
harus mengandung 10% CO.
2. Alkali dilution test : satu tetes darah diencerkan dengan air sampai
menjadi merah muda, di samping itu dibuat blanko tes dari darah
seorang bukan perokok dengan volume disamakan. Kemudian
tiang tabung diteteskan reagen satu 10% Natrium atau Kalium
Hidroksida dan dicampur. Blanko tes dalam waktu yang pendek
berwarna hijau kecoklatan, karena terbentuknya alkali hematin.
Darah yang mengandung CO warnanya tetap untuk beberapa waktu
(10-15 detik) kemdian menjadi hijau kecoklatan. Bila test positif
darah mengandung 50% CO.
3. Tes kuantitatif dilakukan dengan reduksi Paladium klorida menjadi
Paladium.

Hidrogen Sulfida (H2S)


Berat jenis gas H2S sedikit lebih ringan dari udara (1,19 kali).
Gas ini terbentuk karena penguraian bahan organik yang mengandung
belerang (S), terjadi di pabrik samak kulit, di selokan yang tertutup,
septik tank.
Keracunan H2S pernah terjadi di pabrik samak kulit, waktu itu bak
untuk merendam kulit akan dibersihkan dan cairan sudah dibuang. Pagi
hari karena tidak ada listrik, maka kipas angin tidak dapat dijalankan.
Beberapa karyawan masuk ke dalam bak, tetapi tidak lama kemudian
29

rebah dan teman sekerja yang ingin menolong menerima nasib yang
sama. Beberapa korban meninggal dunia seketika itu dan beberapa
korban lain karena menghirup air kotor, meninggal beberapa hari
kemudian karena radang paru/pnumonia. Kecelakaan seperti di atas
terjadi pula pada pabrik karton, dimana bahan baku yang seharusnya
dipakai adalah kertas bekas, tetapi dicampur dengan bekas kulit hewan,
disini juga beberapa karyawan meninggal dunia.
g. gambaran post mortem pada Asfiksia
Secara patologi apa yang di temukan pada post mortem dari kematian karena
anoxia dari segala tipe di atas dapat di bagi atas
1. Perubahan Primer : sebagai akibat langsung anoxia
Perubahan Primer.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

di seluruh tubuh
otak adalah organ yang paling peka terhadap anoxia
Perubahan elektrolit kalium meninggalkan sel diganti oleh natrium
retensi air sehingga metabolisme terganggu
sel otak akan mati dan menjadi Glial tissue
kepekaan sel-sel syaraf pada tiap bagian otak terhadap anoxia tergantung
pada perkembangan philogenetik, tingkat spesialisasinya, dan tingkat
kebutuhannya akan oksigen.

Pada pemeriksaan histopatologi akan tampak :


a. sel akan mengalami perubahan ischemia yaitu pembengkakan (swollen)
b. terdapat granule yang terkumpul didekat sel yang rusak
c. pada kasus yang berat, kemampuan untuk menyerap pengecatan akan
menurun atau hilang sama sekali
d. sel syaraf yang rusak diganti oleh jaringan glia

2. Perubahan Sekunder
Perubahan tergantung dari proses kejadiannya

30

a. anoxic-anoxia jantung mengkompensasi dengan memperbesar outputnya,


pada saat yang sama arterial dan venous pressure meningkat. Akhirnya lamalama jantung mengalami kegagalan. post mortem darah berwarna gelap.
b. pada strangulation venous return dari kepala
terganggu. Terjadi
pembendungan pada kepala dan leher
di

conjunctiva,

palpebra

dan

sehingga timbul perdarahan petechial


kulit

kepala,otak,juga

pleura

dan

pericard.Perdarahan petechial ini disebut TARDIEU SPOT, yang disebabkan


oleh peningkatan tekanan intra kapiler akibat anoxia
c. pada anemic anoxia keracunan CO, oxy digantikan oleh Carboxy
Haemoglobin.
d. pada histotoxic anoxia, misalnya pada keracunan cyanide
e. pada keracunan barbiturat depresi nafas agak lama, menyebabkan incipent
cardiac failure.

BAB III
KESIMPULAN
Asphyxia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan oksigen yang di sebabkan
karena tegangnya saluran pernafasan. Secara fisiologis anoxia ialah kegagalan oksigen
mencapai sel sel tubuh. Kematian oleh karena anoxia terjadi bila persediaan oksigen pada
jaringan tubuh berkurang sampai di bawah batas minimum keperluan untuk hidup. target
organ dari asfiksia adalah otak dan didalam otak sel targetnya adalah neuron yang
31

memperlihatkan kerentanan yang berbeda terhadap defisiensi oksigen. Kerentanan


bergantung pada pembuluh darah dan jenis neuron yang berbeda
Asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut, Penyebab alamiah, misalnya penyakit
yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis difteri atau menimbulkan
gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru, Trauma mekanik yang menyebabkan
asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli
lemak, pneumotoraks bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran napas, penekanan
leher atau dada, dan sebagainya, Keracunan bahan kimiawi yang menimbulkan depresi
pusat pernapasan, misalnya karbon monoksida (CO) dan sianida (CN) yang bekerja pada
tingkat molekuler dan seluler dengan menghalangi penghantaran oksigen ke jaringan.
Adapun penyebab asphyxia. Yang pertama penyebab yang wajar, antara lain ada
karena Laryngeal edema, Ludwig angina, Laryngitis difteria, Reaksi anafilatik,
Pneumothorax, Complete blocking arteri pulmonalis karena emboli, Tamponade jantung,
Tumor laryng/leher dan Asthma bronchiale adapun penyebab asphyxia yang Tidak wajar
di antaranya ada Trauma pada tungkai menjadi trombose vena femolaris lalu menjadi
emboli, Patah tulang panjang menjadi emboli lemak pada paru, Luka tusuk atau iris yang
mengenai vena jungularis interna menjadi emboli udara dan Udara terhalang secara
paksa, di bagi atas
Gambaran post mortem pada Asfiksia dimana Secara patologi apa yang di
temukan pada post mortem dari kematian karena anoxia dari segala tipe di atas dapat di
bagi atas perubahan primer dan perubahan sekunder. Pada perubahan primer perubahan
ini berada pada seluruh tubuh, otak adalah organ yang paling peka terhadap anoxia pada
perubahan elektrolit kalium meninggalkan sel diganti oleh natrium terjadi retensi air
sehingga metabolisme terganggu dan sel otak akan mati dan menjadi Glial tissue
kepekaan sel-sel syaraf pada tiap bagian otak terhadap anoxia tergantung pada
perkembangan philogenetik, tingkat spesialisasinya, dan tingkat kebutuhannya akan
oksigen.
Pada perubahan Sekunder perubahan tergantung dari proses kejadiannya. Pada
anoxic-anoxia jantung mengkompensasi dengan memperbesar outputnya, pada saat yang
sama arterial dan venous pressure meningkat. Akhirnya lama-lama jantung mengalami
kegagalan. post mortem darah berwarna gelap. pada strangulation venous return dari

32

kepala

terganggu. Terjadi pembendungan pada kepala dan leher sehingga timbul

perdarahan petechial di conjunctiva, palpebra dan kulit kepala,otak,juga pleura dan


pericard.Perdarahan petechial ini disebut TARDIEU SPOT, yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intra kapiler akibat anoxia. pada anemic anoxia keracunan CO, oxy
digantikan oleh Carboxy Haemoglobin. Dan pada histotoxic anoxia, misalnya pada
keracunan cyanide pada keracunan barbiturat depresi nafas agak lama, menyebabkan
incipent cardiac failure.

DAFTAR PUSTAKA
Algozi, Agus, 2013. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Litan, dkk, 2012. ASFIKSIA, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro, RSUP DR. Kariadi
Dahlan S,

2000. Asfiksia, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang

33

Darmono, 2009. Farmasi Forensik Dan Toksikologi, Penerapannya


Dalam Penyidik Kasus Tindak Pidana Kejahatan, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Amir A, 2007. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, ed 2, Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik

dan Medikolegal Fakultas

Universitas Sumatera Utara, Medan.

34

Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai