Anda di halaman 1dari 28

ASFIKSIA MEKANIK

Gracia Ester Halawa 102118045

Riri Permatasari 102119033

Syifa Asri Fauziah 18360161

Triviyanti Halawa 102118044

PEMBIMBING:
dr. Agustinus Sitepu, Sp. F

KEPANITERAAN KLINIS SENIOR BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RM . DJOELHAM BINJAI
TAHUN 2019
TEORI

ASFIKSIA
MEKANIK
DEFINISI

Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan


berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya
kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah
dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen
(udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida
dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut
hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.
ETIOLOGI
Asfiksia dapat disebabkan oleh hal • Trauma mekanik, yang
berikut: menyebabkan asfiksia mekanik,
• Penyebab Alamiah, misalnya misalnya trauma yang
penyakit yang menyumbat saluran mengakibatkan emboli,
pernafasan seperti laryngitis difteri, pneumotoraks bilateral, sumbatan
tumor laring, asma bronkiale, atau atau halangan pada saluran napas
menimbulkan gangguan pergerakan dan sebagainya. Emboli terbagi
paru seperti fibrosis paru, atas 2 macam, yaitu emboli lemak
pneumonia, COPD. dan emboli udara. Emboli lemak
• Keracunan bahan yang disebabkan oleh fraktur tulang
menimbulkan depresi pusat panjang. Emboli udara disebabkan
pernafasan, misalnya barbiturate, oleh terbukanya vena jugularis
narkotika. akibat luka.
GEJALA

Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia,


yaitu :

• Fase dispneu / sianosis


• Fase konvulsi
• Fase apneu
• Fase akhir / terminal / final
• Fase dispneu / sianosis

• berlangsung kira-kira 4 menit.


• terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon
dioksida. Tingginya kadar karbon dioksida akan merangsang
medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernapasan, nadi
dan tekanan darah.
• Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba cepat.
Tekanan darah terukur meningkat.
• Fase konvulsi

• Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira 2 menit.


• Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik
kemudian opistotonik.
• Kesadaran mulai hilang, pupil dilatasi, denyut
jantung lambat, dan tekanan darah turun.
• Fase apneu

• Fase apneu asfiksia berlangsung kira-kira 1 menit.


• Fase ini dapat kita amati berupa adanya depresi pusat
pernapasan (napas lemah), kesadaran menurun sampai
hilang dan relaksasi spingter.
• Fase akhir / terminal / final

• Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya paralisis pusat


pernapasan lengkap.
• Denyut jantung beberapa saat masih ada lalu napas
terhenti kemudian mati.
PATOFISIOLOGI
kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua golongan:

a) Primer ( akibat langsung dari asfiksia)


Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pa
da tipe dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan
O2. Bagian-bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak O2,
dengan demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan
oksigen. Perubahan yang karakteristik terlihat pada sel-sel serebrum,
serebelum dan ganglia basalis. Di sini sel-sel otak yang mati akan
digantikan oleh jaringan glial, sehingga pada organ tubuh yang lain
yakni jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan
akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas.
PATOFISIOLOGI

b) Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha


kompensasi dari tubuh)

Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen


yang rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya
tekanan arteri dan vena meninggi. Karena oksigen dalam
darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung
maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung
dengan cepat.
PATOFISIOLOGI
Keadaan ini didapati pada:
1) Penutupan mulut dan hidung (pembekapan )
2) Obstruksi jalan nafasSeperti pada mati gantung, penjeratan,
pencekikan dan korpus alienum dalam saluran nafas atau
pada tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke
paru-paru.
3) Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesak
an (traumatic asphyxia).
4) Penghentian primer dari pernafasan Akibat kegagalan pada
pusat pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa
bentuk
ASFIKSIA MEKANIK
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara
pernafasan terhalang memasuki saluran pernafasan oleh berbagai
kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya :
• Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:
a) Pembekapan (smothering)
b) Tersedak (gagging dan choking)
• Penekanan dinding saluran pernafasan:
a) Penjeratan (strangulation)
b) Pencekikan (manual strangulation)
c) Gantung (hanging)
• External pressure of the chest yaitu penekanan dinding dada
dari luar.
• Drawning (tenggelam) yaitu saluran napas terisi air.
• Inhalation of suffocating gases.
• Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:

a) Pembekapan (smothering)
• Definisi
Pembekapan (smothering) adalah suatu suffocation dimana
lubang luar jalan napas yaitu hidung dan mulut tertutup
secara mekanis oleh benda padat atau partikel-partikel kecil.

• Etiologi Kematian pada Pembekapan


Ada 3 penyebab kematian pada pembekapan (smothering),
yaitu :
 Asfiksia
 Edema paru
 Hiperaerasi
 Edema paru dan hiperaerasi terjadi pada kematian yang
lambat dari pembekapan.
a) Pembekapan (smothering)
• Cara Kematian pada Pembekapan
Cara kematian pada kasus
pembekapan, yaitu : • Gambaran Postmortem
 Kecelakaan (paling sering), Pembekapan
misalnya tertimbun tanah Hal-hal penting pada pemeriksaan
longsor atau salju, alkoholisme, otopsi kasus pembekapan, yaitu :
bayi tertutup selimut atau  Mencari penyebab kematian.
mammae ibu  Menemukan tanda-tanda
 Pembunuhan, misalnya hidung asfiksia.
dan mulut diplester, bantal  Menemukan edema paru,
ditekan ke wajah, serbet atau hiperaerasi dan sianosis pada
dasi dimasukkan ke dalam kematian yang lambat.
mulut.
 Bunuh diri
b) Tersedak (chocking)

Definisi
Tersedak (chocking) adalah Cara Kematian Pada Kasus Tersedak
suatu suffocation dimana ada Ada 2 cara kematian pada kasus
benda padat yang masuk dan tersedak, yaitu :
menyumbat lumen jalan • Kecelakaan (paling sering), seperti
udara. gangguan refleks batuk pada
alkoholisme, pada bayi atau anak
kecil yang gemar memasukkan
benda asing ke dalam mulutnya,
tonsilektomi, aspirasi, dan kain kasa
yang tertinggal pada anestesi eter.
• Pembunuhan (kasus infanticide)
b) Tersedak (chocking)

Gambaran Postmortem
Hal-hal penting pada pemeriksaan otopsi
kasus tersedak (chocking), yaitu :
Mencari bahan penyebab dalam saluran
pernapasan. Juga kadang-kadang ada
tanda kekerasan di mulut korban.
Menemukan tanda asfiksia.
Mencari tanda-tanda edema paru,
hiperaerasi dan atelektasis pada kematian
lambat.
Tersedak dapat terjadi sebagai
komplikasi dari bronkopneumonia dan
abses.
• Penekanan Dinding Saluran Pernafasan

a) Penjeratan (strangulation)
• Definisi
Jerat (strangulation by ligature) adalah suatu strangulasi
berupa tekanan pada leher korban akibat suatu jeratan dan
menjadi erat karena kekuatan lain bukan karena berat badan
korban.

• Etiologi Kematian pada Penjeratan


Ada 3 penyebab kematian pada jerat (strangulation by
ligature), yaitu :
 Asfiksia
 Iskemia
 Vagal refleks
a) Penjeratan (strangulation)

Cara Kematian pada Penjeratan


Ada 3 cara kematian pada kasus jeratan (strangulation by ligature),
yaitu :
• Pembunuhan (paling sering).
Pembunuhan pada kasus jeratan dapat kita jumpai pada kejadian
infanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling
menjerat.
• Kecelakaan.
Kecelakaan pada kasus jeratan dapat kita temukan pada bayi yang
terjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk.
• Bunuh diri.
Pada kasus bunuh diri dengan jeratan, dilakukan dengan melilitkan
tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya
ditarik. Antara jeratan dan leher dimasukkan tongkat lalu mereka
memutar tongkat tersebut.
a) Penjeratan (strangulation)

Gambaran Postmortem
Pemeriksaan otopsi pada kasus jeratan (strangulation by
ligature) mirip kasus penggantungan (hanging) kecuali pada :
• Distribusi lebam mayat yang berbeda.
• Alur jeratan mendatar / horisontal.
• Lokasi jeratan lebih rendah.
b) Pencekikan (Manual Strangulasi)

Definisi
Pencekikan (manual strangulasi) adalah suatu strangulasi berupa tekanan
pada leher korban yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau
lengan bawah. Pencekikan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
• Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri di depan korban.
• Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang
korban.
• Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang
korban.
• Apabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah
pelaku maka ini disebut mugging.
b) Pencekikan (Manual Strangulasi)

Etiologi Kematian pada Pencekikan


Ada 3 penyebab kematian pada pencekikan, yaitu :
• Asfiksia
• Iskemia
• Vagal reflex
Cara Kematian pada Pencekikan
Ada 2 cara kematian pada kasus pencekikan, yaitu :
• Pembunuhan (hampir selalu).
• Kecelakaan, biasanya mati karena vagal reflex.
b) Pencekikan (Manual Strangulasi)
Gambaran Postmortem Pencekikan
• Pemeriksaan Luar:
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan luar kasus pencekikan,
antara lain :
• Tanda asfiksia.
• Tanda kekerasan pada leher.
• Tanda kekerasan pada tempat lain.
• Pemeriksaan Dalam:
Hal yang penting pada pemeriksaan dalam bagian leher kasus
pencekikan, yaitu :
 Perdarahan atau resapan darah.
 Fraktur.
 Memar atau robekan membran hipotiroidea.
 Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada
mugging.
c) Penggantungan (Hanging)

Definisi
Penggantungan (hanging) merupakan suatu strangulasi berupa
tekanan pada leher akibat adanya jeratan yang menjadi erat
oleh berat badan korban .

Etiologi Kematian pada Penggantungan


Ada 4 penyebab kematian pada penggantungan, yaitu :
• Asfiksia
• Iskemia otak akibat gangguan sirkulasi
• Vagal reflex
• Kerusakan medulla oblongata atau medulla spinalis
c) Penggantungan (Hanging)

Cara Kematian pada Penggantungan


Ada 3 cara kematian pada penggantungan, yaitu :
Bunuh diri (paling sering) .
• Pembunuhan, termasuk hukuman mati .
• Kecelakaan, misalnya bermain dengan tali lasso, tali parasut pada
terjun payung, dan penggunaan tali untuk mendapat kepuasan
seks.
Untuk mengetahui lebih jelas cara kematian ini, hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
• Ada tidaknya alat penumpu korban, misalnya bangku dan
sebagainya.
• Arah serabut tali penggantung.
• Distribusi lebam mayat.
• Jenis simpul tali gantungan.
c) Penggantungan (Hanging)

Gambaran Postmortem pada Penggantungan


• Pemeriksaan luar :
 Kepala.
 Leher.
 Anggota gerak (lengan dan tungkai).
 Dubur dan Alat kelamin.
• Pemeriksaan Dalam :
 Kepala.
 Leher.
 Dada dan perut.
 Darah.
KESIMPULAN
Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan
terhalang memasuki saluran pernafasan oleh berbagai kekerasan (yang
bersifat mekanik), misalnya :
• Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:
a) Pembekapan (smothering)
b) Penyumbatan (gagging dan choking)
• Penekanan dinding saluran pernafasan:
a) Penjeratan (strangulation)
b) Pencekikan (manual strangulation)
c) Gantung (hanging)
• External pressure of the chest yaitu penekanan dinding dada dari
luar.
• Drawning (tenggelam) yaitu saluran napas terisi air.
• Inhalation of suffocating gases.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai