Anda di halaman 1dari 47

DENGUE SHOCK

SYNDROME
Dimas Satrio Baringgo, S.Ked
I1A008062
Pembimbing dr. Meriah Sembiring, Sp.A
Pendahuluan
Demam berdarah dengue
(DBD) merupakan 10 utama
penyebab kesakitan dan
kematian di Asia Tenggara dan
Pasifik Barat dengan angka
kematian antara 1%-30%.
1

Sekitar 2,5 milyar penduduk di
100 negara berisiko terinfeksi,
20-100 juta penduduk
terinfeksi virus dengue, dan
250500 ribu penduduk
menderita DBD pertahun.
2

Pendahuluan
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat karena angka
kesakitan dan kematian masih tinggi serta merupakan 10 penyebab kesakitan dan kematian di
Asia Tenggara dan Pasifik Barat dengan angka kematian antara 1%-30%.
1

Angka kejadian di Denpasar 59,9 per 100.000 orang pada tahun 1997 dan angka kematian
tertinggi 1,7% pada tahun yang sama, dengan puncak penyakit pada bulan April dan Mei.
6

Secara nasional DBD merupakan 1 dari 8 penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi.
Penyakit DBD mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan kematian tapi jika berkembang
menjadi Dengue Shock Syndrom (DSS), angka kematian meningkat menjadi 40%-50%.
7,8

Pendahuluan
Berikut akan dipresentasikan sebuah laporan kasus pasien anak laki-laki
umur 5 tahun yang dirawat di Bangsal Tulip RSUD Ulin Banjarmasin
dengan diagnosis Dengue Shock Syndrome (DSS). Akan dibahas tentang
tanda,gejala, pathogenesis, diagnosis, dan penatalaksanaan pada pasien ini
dan dikonfirmasi dengan teori yang sudah ada.
Definisi
Dengue yang juga dikenal sebagai
breakbone fever adalah sebuah penyakit
infeksi tropis yang disebabkan oleh
virus dengue. Gejalanya memiliki
spectrum klinis yang bervariasi
meliputi demam, sakit kepala, nyeri
otot dan tulang dan ruam kulit yang
khas.
Dalam kasus yang relatif jarang,
penyakit ini dapat progresif menjadi
sebuah penyakit yang mengancam
nyawa akibat dari perdarahan,
trombositopenia dan kebocoran
plasma dimana membawa keadaan
syok yang dikenal sebagai dengue shock
syndrome (DSS).
Epidemiologi
Menurut Laporan tahunan dari WHO, pertama kali DSS dilaporkan di Filipina pada tahun
1953 yang kemudian menyebar ke seluruh negara ASEAN lainnya. Sebelum tahun 1970 hanya
9 negara yang mengalami DSS tetapi angka ini meningkat 4 kali lipat hingga tahun 1995.
11

Sejak tahun 1968, angka kesakitan rata- rata DHF di Indonesia terus meningkat 1968 (0,05 per
100.000), 1973 (8,1 per 100.000), 1983 (8,65 per 100.000) dan puncaknya pada tahun 1998
(35,19 per 100.000).
5,9

Secara nasional DBD merupakan 1 dari 8 penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi.
Penyakit DBD mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan kematian tapi jika berkembang
menjadi Dengue Shock Syndrom (DSS), angka kematian meningkat menjadi 40%-50%.
7,8

Epidemiologi
Etiologi
Virus dengue sebagai penyebab DF, DHF dan DSS termasuk kelompok

arbovirus
(arthopod borne virus) yang dikenal sebagai genus flavivirus, family

flaviviridae
Hingga saat ini terdapat 4 jenis serotipe yaitu DEN 1, DEN 2,

DEN 3 dan DEN 4.
DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak

menjadi penyebab.
DEN 3 merupakan serotipe dominan di Indonesia dan

diasumsikan menjadi penyebab
manifestasi klinis yang berat walaupun akhir-akhir

ini DEN 2 cenderung mendominasi.
DSS cenderung terjadi pada

urutan infeksi serotipe tertentu yakni DEN 1 yang disusul
DEN 2 sebanyak 20%

dan DEN 3 yang disusul DEN 2 sebanyak 2%.
5,9

Etiologi
Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga
menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
9

Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam 8-10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum ditularkan kembali kepada manusia pada gigitan berikutnya.
Patogenesis
Pada infeksi sekunder, antibodi heterolog yang didapat dari infeksi primer akan membentuk
kompleks antigen- antibodi.
Fa dan Fb akan berikatan dengan reseptor antigen pada permukaan virus yang dikenali
sementara Fc akan berikatan dengan makrofag.
Oleh karena antibodi heterolog, virus tidak dapat dinetralisasikan sehingga virus berkembang
biak dalam sel makrofag.
Dua hipotesis yang banyak dianut antara lain secondary heterologous
infection dan antibody dependent enhancement (ADE).
Patogenesis
Pada hipotesis ADE, antibodi non-neutralisasi yang terbentuk meningkatkan
potensi virus untuk masuk sel mononuklear dimana ADE bersifat sitofilik.
Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, menyebabkan syok dan hypovolemia.
Oleh karena antibodi heterolog, virus tidak dapat dinetralisasikan sehingga virus
berkembang biak dalam sel makrofag.
Dua hipotesis yang banyak dianut antara lain secondary heterologous
infection dan antibody dependent enhancement (ADE).
Patogenesis
Patogenesis DSS
9

Diagnosis
Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak, kadang-kadang
bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot,
tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam.
Ruam berbentuk makulopapular yang timbul pada awal penyakit (1-2 hari ) dan
menghilang tanpa bekas, selanjutnya timbul ruam merah halus pada hari ke-6 atau
ke7 terutama di daerah kaki dan tangan. Selain itu, dapat juga ditemukan petekia.
9

Pada penderita Demam Dengue tidak dijumpai kebocoran plasma sedangkan pada
penderita DBD dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan dengan adanya
hemokonsentrasi, pleural efusi dan asites
Diagnosis
Bentuk perdarahan tersering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit
mudah memar dan perdarahan bekas suntikan intravena atau pengambilan darah.
Kebanyakan kasus, petekia halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila,
wajah, dan palatumole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam.
Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna
ringan dapat ditemukan pada fase demam.
Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah
arcus costae kanan.
Diagnosis
Penegakan diagnosa DSS harus memenuhi 4 kriteria DHF (meliputi demam, fenomena
perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi) yang harus dipenuhi seutuhnya ditambah
denan kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi sebagai:
5, 9

Pulsasi nadi yang lemah dan cepat
Tekanan nadi yang lemah (<20 mmHg) atau,
Hipotensi (Hipotensi disini diartikan sebagai tekanan sistolik lebih kecil dari 80 mmHg untuk anak
yang berusia lebih kecil dari 5 tahun atau tekanan sistolik yang lebih kecil dari 90 mmHg)
Kulit dingin dan kegelisahan
Keadaan kegagalan sirkulasi yang ditandai syok dibagi menjadi 3 tingkatan; syok berat (profound
shock) adalah renjatan yang ditandai dnegan tekanan darah dan nadi tidak terukur, syok sedang
adalah tekanan nadi menurun menjadi < 20 mmHg sistolik < 80 mmHg.
5, 9

Penatalaksanaan
Pemberian cairan yang adekuat sangat diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma. Pemberian cairan adekuat yang terlambat dapat menyebabkan
multisistem disfungsi organ yang dapat menyebabkan kematian.
Indikasi perawatan:
Takikardi
Capillary refill yang lebih lama dari normal (>2detik)
Dingin dan pucat
Perubahan status neurologik
Oliguria
Hematokrit mendadak tinggi
Tekanan nadi menyempit (<20 mmHg)
Hipotensi
Penatalaksanaan
Hal penting pada kegawatan DBD ialah oksigen. Hipoksemia harus dicegah dan dikoreksi.
Buatlah akses vena dan ambil contoh darah untuk analisa kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit, golongan darah, dan crossmatch, ureum, kreatinin, elektrolit Na, K, Cl,
Ca, Mg, dan asam laktat.
Pasang kateter urin dan lakukan penampungan urin , urinalisis dan pengukuran berat jenis
urin. Jumlah diuresis dihitung setiap jam (normal 2-3 ml/kgBB/jam).
Bila diuresis kurang 1 ml/kgBB/jam maka terdapat hipoperfusi ginjal.
Pemasangan pipa oro/nasogastrik pada anak sakit gawat berguna untuk dekompresi,
memantau perdarahan saluran cerna dan melakukan bilasan lambung dengan garam
fisiologik.
5,9

Penatalaksanaan
Sindrom Syok Dengue ialah DBD dengan gejala, gelisah, nafas cepat, nadi teraba kecil,
lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik 90 dan diastolik 80
mmHg, jadi tekanan nadi <_ 20 mmHg), bibir biru, tangan kaki dingin, tanpa produksi urin.
1. Segera beri infus kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20m1/kg BB secepatnya
(diberikan dalam bolus selama 30 menit) danoksigen 2 liter/ menit. Untuk SSD berat
(DBD derajat IV, nadi tidak teraba dantensi tidak terukur) diberikan ringer laktat 20
ml/kgBB bersama koloid (lihat butir 2). Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit,
hematokrit dantrombosit tiap 4- jam. Periksa elektrolit dan gula darah.
Penatalaksanaan
Sindrom Syok Dengue ialah DBD dengan gejala, gelisah, nafas cepat, nadi teraba kecil,
lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik 90 dan diastolik 80
mmHg, jadi tekanan nadi <_ 20 mmHg), bibir biru, tangan kaki dingin, tanpa produksi urin.
2. Apabila dalam 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap dilanjutkan 15-20
ml/kg BB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid (dekstran 40) sebanyak
10-20 ml/kg BB, maksimal 30 ml/kg BB (koloid diberikan pada lajur infus yang sama
dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi keadaan umum, tekanan darah,
keadaan nadi tiap 15 menit, periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit,
dan gula darah.

Penatalaksanaan
Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/ hematokrit,
tekanan nadi > 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10
mm/kg BB/jam.
Volume 10 ml/kg BB /jam dapat dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis
stabil dan hematokrit menurun < 40%.
Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/kg/BB sampai keadaan klinis dan
hematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5 ml dan seterusnya
3ml/kg BB/jam.
Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi
klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin dikerjakan tiap jam (usahakan urin >_ 1
ml/kg BB/jam, BD urin < 1.020) dan pemeriksaan hematokrit & trombosit tiap 4-6
jam sampai keadaan umum baik.

2. a.
Penatalaksanaan
Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/ hematokrit,
tekanan nadi > 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10
mm/kg BB/jam.
Volume 10 ml/kg BB /jam dapat dipertahankan sampai 24 jam atau sampai klinis
stabil dan hematokrit menurun < 40%.
Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/kg/BB sampai keadaan klinis dan
hematokrit stabil kemudian secara bertahap cairan diturunkan 5 ml dan seterusnya
3ml/kg BB/jam.
Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi
klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urin dikerjakan tiap jam (usahakan urin >_ 1
ml/kg BB/jam, BD urin < 1.020) dan pemeriksaan hematokrit & trombosit tiap 4-6
jam sampai keadaan umum baik.

2. a.
Penatalaksanaan
Apabila syok belum dapat teratasi, sedangkan kadar hematokrit menurun tetapi
masih > 40 vol % berikan darah dalam volume kecil 10ml/kgBB.
Apabila tampak perdarahan masif, berikan darah segar 20ml/kgBB dan lanjutkan
cairan kristaloid. 10ml/kg BB/jam. Pemasangan CVP (dipertahankan 5-8 cm H20)
pada syok berat kadang-kadang diperlukan
2. b.
Apabila syok masih belum teratasi, pasang CVP untuk mengetahui kebutuhan cairan
dan pasang kateter urin untuk mengetahui jumlah urin.
Apabila CVP normal (>_ 10 mmH20), maka diberikan dopamin.
2. c.
Komplikasi
Overload cairan
Perdarahan
Hiperglikemia dan hipoglikemia
Hiponatremia, hipokalemia,
hiperkalemia, ketidak sembangan
serum kalsium
Asidosis metabolic

DIC
Akut kidney Injury
Udem paru
Anamnesis
Identitas penderita :
Nama pasien : An.M I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 5 tahun
Tanggal MRS : 23 Juli 2014

Identitas Orang tua/wali
AYAH : Tn. M
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Telaga Dalam, Pleihari
IBU : Ny. H
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Telaga Dalam, Pleihari
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien merupakan rujukan dari RSUD H. Boejamin Pleihari. Pasien dirujuk dengan
diagnosis Dengue Shock Syndrome.
Menurut orang tua, pasien mulai demam sejak 4 hari SMRS, demam mendadak tinggi.
Demam tidak terus menerus tinggi, pada malam hari demam pasien akan turun namun
demamnya kembali naik beberapa saat setelah turun. Demam disertai keluhan lain berupa
sakit kepala dan nyeri perut. Orang tua membawa anaknya ke dokter Sp.A lalu kemudian
pasien diberi obat penurun panas dan obat puyer dan dianjurkan control pada hari ke-3
demam jika belum ada perbaikan.
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang :
3 hari SMRS (20 Juli) demam masih tinggi dan naik turun, demam disertai mual muntah,
muntah berupa makanan yang dimakan dan tidak ada tanda perdarahan dari muntahan.
Pasien juga BAB cair > 3x /hari, BAB cair tanpa lendir dan warna kotoran berwarna coklat,
orang tua mengaku tidak ada darah maupun feses berwarna hitam saat keluhan BAB cair ini
muncul. Hari itu pasien juga mengalami mimisan, mimisan diakui hanya 1 kali dan hanya
sedikit namun mimisan muncul spontan mendadak tanpa ada penyebab mimisan lain seperti
mengorek hidung. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut. Nyeri perut muncul mendadak,
terasa terus menerus, tidak berkurang dengan makanan.
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang :
Pagi hari tanggal 23 Juli 2014 pasien dibawa orang tua ke RSUD Boejamin Pleihari
dikarenakan pasien mulai lemas, dan malas bergerak. Orang tua mengaku saat itu suhu tubuh
pasien tidak demam lagi bahkan cenderung dingin. Pasien di RSUD Boejamin Pleihari
kemudian mendapatkan penanganan, dipasang infus karena menurut keterangan perawat
kepada orang tua denyut nadi pasien sudah lemah, dan tekanan darahnya sudah sulit diukur
sehingga akan dilakukan penanganan darurat kemudian akan dirujuk. Setelah dilakukan
penanganan orang tua mengaku dijelaskan perawat bahwa denyut nadi dan tekanan darah
anaknya sudah membaik namun akan dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien dirujuk menggunakan ambulan dengan ditemani keluarga dan 1 orang perawat. Orang
tua mengaku saat itu pasien sadar walaupun tampak lemas. Pasien dirujuk sambil terpasang
selang oksigen, infuse, dan terpasang selang kateter. Pasien tiba di RSUD Ulin Banjarmasin
pukul 16.15
Anamnesis
Riwayat Penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami demam berdarah ataupun keluhan serupa sebelumnya
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga maupun di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien tidak ada yang sedang
mengalami demam berdarah maupun keluhan serupa
Di lingkungan tempat tinggal pasien pernah ada anak yang meninggal karena demam
berdarah.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit berat, lemas
Kesadaran : komposmentis
Pengukuran :
Tanda vital : Tekanan Darah : 90/ 50 mmHg
Nadi : 138 x/menit
Respirasi : 31 x/menit
Suhu : 38,5
o
C
Satursai O : 88%
Berat badan : 14,5 kg (BB ideal 18 kg)
Panjang badan : 107cm
Pemeriksaan Fisik
Kulit :
Warna : Sawo matang, tampak pucat di ujung jari
Pucat : (+)
Petekie : ada di volar kedua lengan
Turgor : lambat kembali (3 detik)
Kelembaban : kurang
Ikterik : tidak ada

Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk : mesocefali,
UUB : tertutup
UUK : sudah menutup
Rambut : Warna : hitam
Tebal/tipis : tipis
Distribusi : merata
Alopesia : tidak ada
Wajah : Pucat : ada
Edem : tidak ada
Mata : Palpebra : tidak edema
Konjungtiva : tidak ada perdarahan sub konjuctiva
Sklera : tidak ikterik
Pupil : Diameter : 3 mm/3 mm
Simetris : isokor, normal
Reflek cahaya : +/+
Kornea : jernih
Gerakan bola mata : sde
Posisi mata saat diam : Dekstra = superior lateral
Sinistra = superior medial
Pemeriksaan Fisik
Telinga : Bentuk : simetris
Sekret : tidak ada
Nyeri : tidak ada
Hidung : Bentuk : simetris
Pernafasan cuping hidung : (-)
Epistaksis : tidak ada
Mulut : Bentuk : simetris
Bibir : mukosa bibir kering,
pucat, sianosis (-)

Lidah : Bentuk : simetris
Tremor/tidak : tidak tremor
Kotor/tidak : tidak kotor
Warna : merah muda
Faring : hiperemis : tidak ada
Membran/pseudomembran : tidak ada
Tonsil : hiperemis : tidak ada
Membran/pseudomembran : tidak ada
Pembesaran : tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Thorak :
Inspeksi :
Bentuk : Simetris Retraksi : tidak ada
Dispnea : Ada Pernafasan : thorakoabdominal
Palpasi : Fremitus Vokal simetris
Perkusi : Redup di bagian inferior bilateral paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler,
menurun di region inferor bilateral
Rhonki (-/-) Wheezing (-/-), stridor inspiratoar (-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus : tidak terlihat
Palpasi : Apeks : tidak teraba
Thrill : tidak ada
Perkusi : batas jantung : sulit dievaluasi
Auskultasi : Frekuensi : 120 x/mnt, reguler
Suara dasar : S1 dan S2 normal
Suara tambahan (-)

Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : Bentuk : cembung
Palpasi : Hati : 3 cm, tepi tumpul
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Nyeri tekan : Epigastrium
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Umum : akral dingin, edem (-),
CRT > 2 detik
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan 23/07/ 2014
(12.15)
23/07/ 2014
(19.24)
24/07/ 2014
(01.18)
24/07/ 2014
(08.09)
25/07/ 2014
(09.27)
26/07/ 2014
(07.23)
27/07/2014
(10.24)
Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 15 13,8 12.8 11,9 10.5 10,3 8,9 11,0-16,0 g/dl
Leukosit 8,1 8,4 10.8 11,7 12,6 10,5 7,8 4.0 10.5 Ribu/ul
Eritrosit 5,38 4,87 4,50 3,97 3,79 3,46 4.50 5.50 Juta/ul
Hematokrit 44,1 42,2 38 34,7 30,3 29,0 27 32.0 44.0 Vol%
Tombosit 15 28 25 17 17 46 97 150 450 Ribu/ul
RDW-CV 14,3 14,6 13,6 13,5 13,3 13,2 11.5 14.7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 75,9 78,6 78,2 77,1 76,3 76,4 78,2 80.0 97.0 Fl
MCH 25,8 25,6 26,2 26,4 26,4 27,2 25,7 27.0 32.0 Pg
MCHC 33,9 32,7 33,6 34,3 34,7 35,5 32,9 32.0 38.0 %
Hitung Jenis
Gran % 58,9 % 46,7 47,9 43,3 40,7 44,0 40 50.0 70.0 %
Limfosit % 32 % 39,2 42,9 42,6 34,0 41,7 47,5 25.0 40.0 %
Monosit % 14,1 9,2 12,1 23,6 13,2 12,5 3.0-9.0 %
Gran # 3,90 5,20 5.05 5,14 4,62 3,1 2.50 7.00 Ribu/ul
Limfosit # 3,3 4,6 5.0 4,3 4,4 3,7 1.25 4.0 Ribu/ul
Monosit # 1,2 1,41 2,97 1,39 1 0.30-1.00 Ribu/ul
Hasil rontgen thorax (24.07. 2014)
Posisi : Left Lateral Decubitus
Kesan : Efusi Pleura Bilateral
Diagnosis kerja
DHF grade III
Penatalaksanaan
Oksigen Nasal Kanul 2 lpm
Cairan Adekuat : RL 10 ml/ kg BB/ Jam 140 mL/ jam ~ 36 tpm/jam
Atasi Demam : Paracetamol 180 mg bila suhu 38,5
O
C
Monitoring :
Keadaan Umum, Tanda Vital, Perdarahan, Nyeri perut,
Balans Diuresis/ 6 jam
Lab.darah/ 6 jam
Follow Up
Penilaian Tanggal (Juli 2014)
23 24 25 26 27
Subjektif
Demam + + + - -
lemas + + < < -
Mimisan + - - - -
Bengkak kelopak mata + + < < -
Makan/Minum +/+ +/+ +/+ +/+ +/+
Objektif
TD (mmHg) 80/60 80/60 90/60 100/60 100/60
T (
o
C) 38,5
O
C 37,6
O
C 36,7 36,8 36,9
N (x/) 125 128 100 88 94
RR (x/) 28 30 28 28 22
Turgor Kulit lambat baik Baik baik baik
petekie (+) (+) (+) (+) (+)
Nyeri tekan abdomen (+) (+) (+) < <
Assesment Dengue Shock Syndrome Post DSS, Syok Telah Tertangani
(Febris
H-4)
(Febris
H-5)
(Febris
H-6)

Planning
IVFD RL 10 ml/ kg BB/ jam 36 tpm +
IVFD RL 5ml/kgBB/ jam 18 tpm + + + +
Paracetamol 180 mg (K/P demam >38,5
O
C) - + -
O2 2 lpm (K/P) + + + -
Tambahan Planning Monitor
KU/ TTV/ perdarahan / nyeri
perut/ dieresis/ DDL per 6jam
Ro. Thoraks LLD observasi Nebul ventolin BLPL
Prognosis
Quo ad vitam : dubia Ad bonam
Quo ad functionam : dubia Ad bonam
Quo ad sanationam : dubia Ad bonam

Pembahasan
Saat datang di RSUD Ulin, pada pasien dari anamnesis didapatkan keluhan utama demam.
Demam sejak 4 hari, muncul mendadak dan demam tinggi. Keluhan sakit sakit kepala (+)
dan nyeri perut (+), mual/muntah (+/+), BAB cair (+) >3x/hari lendir (-) darah (-).
Mimisan (+) 1x mendadak dan tanpa sebab.
Saat dibawa ke RSUD Pleihari pasien sudah tidak demam lagi (demam hari ke 4). Badan
pasien terasa dingin, tangan dan kaki terasa dingin, pasien tampak gelisah. Menurut perawat
yang merujuk, saat itu nadi pasien teraba cepat dan lemah, tekanan darah tidak terukur, nafas
terlihat cepat. Setelah pasien ditangani dan kondisi nya membaik, kemudian diputuskan
untuk merujuk paseien ke RSUD Ulin untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.
Pembahasan
Pada pemeriksan saat pasien datang, didapatkan tanda vital N: 138x/m, RR: 31x/m, T: 38,
SaO2: 88% tanpa O2, GCS: 4-5-6. Pada kedua lengan (volar) didapatkan petekie (+),
mukosa bibir kering. Pada daerah thorax didapatkan redup dibagian inferior bilateral, sura
nafas menurun. Kemudian pada bagian akral teraba dingin.
Dari tanda dan gejala mengindikasikan pasien sudah fase DHF grade 3. Penegakan diagnosa
DHF grade 3 harus memenuhi 4 kriteria DHF, ditambah kegagalan sirkulasi :
5, 9

1. Pulsasi nadi yang lemah dan cepat
2. Tekanan nadi yang lemah (<20 mmHg) atau, Hipotensi
3. Kulit dingin dan kegelisahan
Pembahasan
Demam sejak 4 hari, mendadak dan demam
tinggi. Mimisan (+) 1x mendadak dan tanpa
sebab. Badan pasien terasa dingin, tangan
dan kaki terasa dingin, pasien tampak
gelisah. nadi cepat dan lemah, tekanan darah
tidak terukur, nafas terlihat cepat.
Tanda vital N: 138x/m, RR: 31x/m, T: 38,
SaO2: 88% tanpa O2, petekie (+)
Pada thorax didapatkan redup dibagian
inferior bilateral, suara nafas menurun.
Demam tinggi, mendadak 2-7 hari. Keluhan
anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang,
sendi, mual, dan muntah sering ditemukan.
Uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit
mudah memar dan perdarahan bekas
suntikan intravena atau pengambilan darah.
Petekia halus ditemukan. Epistaksis dan
perdarahan gusi lebih jarang ditemukan.
Pulsasi nadi yang lemah dan cepat, tekanan
nadi yang lemah (<20 mmHg) atau
hipotensi serta kulit dingin dan kegelisahan
Kasus Teori
Pembahasan
Dari pemeriksaan laboratorium darah
berkala pada pasien jelas terdapat
trombositopeni pada pasien namun
hemokonsentrasi hanya terlihat pada
pemeriksaan laboratrium pertama yaitu pada
tanggal 23 Juli 2014.
Itu pun kenaikan hematokritnya tidak
meningkat secara signifikan, jika
dibandingkan dengan nilai hemoglobin pada
pemeriksaan darah yang sama dimana secara
teori perkiraan hematokrit normal sama
dengan 3 kali lipat nilai hemoglobin.
Dari pemeriksaan darah rutin, jumlah
leukosit normal tetapi ada dominasi netrofil
pada awal fase dan limfositosis pada fase
demam akhir (pada hari ketiga dan ketujuh.)
Trombositopensia terjadi sebelum ada
peningkatan hematokrit dan suhu turun.
Jumlah trombosit < 100.000/ uL biasanya
pada hari ke-3 sampai hari ke-7.
Hemokonsentrasi dengan peningkatan diatas
20% mencerminkan peningkatan
permeabilitas plasma dan perembesan
plasma.
9

Kasus Teori
Pembahasan
Penatalaksanaan saat pertama kali datang di
RSUD Ulin pada pasien ini adalah
pemberian cairan cairan RL dengan hitungan
10 ml/kgBB/ jam, disertai tatalaksana lain
berupa oksigen 2 lpm, dan anti piretik serta
monitoring ketat parameter sirkulasi pasien.
Pasien yang menderita DHF grade 3 harus
segera di beri infus kristaloid (ringer laktat
atau NaCl 0,9%) 10-20m1/kg BB
secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30
menit) dan oksigen 2 liter/ menit.
Untuk SSD berat (DBD derajat IV, nadi
tidak teraba dantensi tidak terukur) diberikan
ringer laktat 20 ml/kgBB bersama koloid
(lihat butir 2).
Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit,
evaluasi hematokrit dan trombosit tiap 4-
jam. Periksa elektrolit dangula darah.
9

Kasus Teori
Penutup
Telah dilaporkan laporan kasus pasien anak laki-laki umur 5 tahun
dengan keluhan utama demam dan lemas dengan diagnosis rujukan
Dengue Shock Syndrome. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang di RSUD Ulin pasien kemudian didiagnosis
dengan Dengue Shock Syndrome, Syok telah teratasi. Pasien ditatalaksana
sesuai tatalaksana DHF grade III-IV. Pasien dirawat bangsal tulip RSUD
Ulin kemudian setelah 5 hari dirawat pasien diperbolehkan pulang pada
tanggal 27 juli 2014 dengan keluhan demam berdarah sudah membaik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai