Anda di halaman 1dari 42

I.

ASFIKSIA Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran

A. Pengertian udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapneu). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia. Target organ dari asfiksia adalah otak dan didalam otak sel targetnya adalah neuron yang memperlihatkan kerentanan yang berbeda terhadap defisiensi oksigen. Kerentanan bergantung pada pembuluh darah dan jenis neuron yang berbeda. B. Etiologi Asfiksia Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut a. !enyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru. b. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan emboli udara "ena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral# sumbatan atau halangan pada saluran napas, penekanan leher atau dada, dan sebagainya. c. Keracunan bahan kimia$i yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnya karbon monoksida (%&) dan sianida (%') yang bekerja pada tingkat molekuler dan seluler dengan menghalangi penghantaran oksigen ke jaringan. C. Fisiologi Asfiksia Secara fisiologi dapat dibedakan ( bentuk anoksia, yaitu ). Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia) !ada tipe ini &* tidak dapat masuk ke dalam paru+paru karena + Tidak ada atau tidak cukup &*. ,ernafas dalam ruangan tertutup, kepala di tutupi kantong plastik, udara yang kotor atau busuk, udara lembab, bernafas dalam selokan tetutup atau di pegunungan yang tinggi. -ni di kenal dengan asfiksia murni atau sufokasi. + .ambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas seperti pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan, pemitingan atau korpus alienum dalam tenggorokan. -ni di kenal dengan asfiksia mekanik. *. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)

Di mana tidak cukup hemoglobin untuk memba$a oksigen. -ni didapati pada anemia berat dan perdarahan yang tiba+tiba. Keadaan ini diibaratkan dengan sedikitnya kendaraan yang memba$a bahan bakar ke pabrik. /. Anoksia .ambatan (Stagnant anoxia) Tidak lancarnya sirkulasi darah yang memba$a oksigen. -ni bisa karena gagal jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar. Keadaan ini diibaratkan lalu lintas macet tersendat jalannya. (. Anoksia 0aringan (Hystotoxic anoxia) 1angguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif. Tipe ini dibedakan atas + 2kstraseluler Anoksia yang terjadi karena gangguan di luar sel. !ada keracunan Sianida terjadi perusakan pada enzim sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan kematian segera. !ada keracunan ,arbiturat dan hipnotik lainnya, sitokrom dihambat secara parsial sehingga kematian berlangsung perlahan. + -ntraselular Di sini oksigen tidak dapat memasuki sel+sel tubuh karena penurunan permeabilitas membran sel, misalnya pada keracunan 3at anastetik yang larut dalam lemak seperti kloform, eter dan sebagainya. + 4etabolik Di sini asfiksia terjadi karena hasil metabolik yang mengganggu pemakaian &* oleh jaringan seperti pada keadaan uremia. D. Jenis-jenis Asfiksia Adapun beberapa jenis kejadian yang dapat digolongkan sebagai asfiksia, yaitu ). Strangulasi a. 1antung (Hanging) b. !enjeratan (Strangulation by Ligature) c. !encekikan (Manual Strangulation) *. Sufokasi /. !embengkapan (Smothering) (. Tenggelam (Drowning) 5. %rush Asphy6ia

7. Keracunan %& dan S' E. Patofisiologi Asfiksia Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam * golongan, yaitu ). !rimer (akibat langsung dari asfiksia) Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe dari asfiksia. Sel+sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. ,agian+bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak oksigen, dengan demikian bagian tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. !erubahan yang karakteristik terlihat pada sel+sel serebrum, serebellum, dan basal ganglia. Di sini sel+sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada organ tubuh yang lain yakni jantung, paru+paru, hati, ginjal dan yang lainnya perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau primer tidak jelas. *. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh) 0antung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan "ena meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan cepat. Keadaan ini didapati pada !enutupan mulut dan hidung (pembekapan). &bstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus alienum dalam saluran napas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara masuk ke paru+paru. 1angguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan ( raumatic asphyxia).

!enghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.

Darah menjadi encer

8ibrinolisis

:elaksasi Sfingter

; %a

ASFIKSIA
Tak Sadar Dilatasi Kapiler Tekanan &ksigen < Darah Turun

Ker Dindin dan

Tenaga &tot 4enurun

Stasis Kapiler

Sianosis

! ,endungan Kapiler Kongesti >isceral Tekanan -ntrakapiler meningkat Darah ,er$arna ;ngu

=ebam 4ayat ;ngu :uptur !embuluh Kapiler

Tardi &e

SKEMA PATOFISIO OGI ASFIKSIA


F. Gejala Klinis !ada orang yang mengalami asfiksia akan timbul ( (empat) 8ase gejala klinis, yaitu ). 8ase Dispnea Terjadi karena kekurangan &* disertai meningkatnya kadar %&* dalam plasma akan merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi) yang ditandai dengan meningkatnya amplitude dan frekuensi pernapasan disertai bekerjanya otot+otot pernafasan tambahan. 9ajah

cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi, tekanan darah meningkat dan mulai tampak tanda+tanda sianosis terutama pada muka dan tangan. ,ila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke fase kejang. *. 8ase Kejang Akibat kadar %&* yang naik maka akan timbul rangsangan susunan saraf pusat sehingga terjadi kejang (kon"ulsi), yang mula+mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik dan akhirnya timbul spasme opistotonik. !upil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, dan tekanan darah perlahan akan ikut menurun. 2fek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak, akibat kekurangan &* dan penderita akan mengalami kejang. /. 8ase Apnea Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot pernapasan menjadi lemah, kesadaran menurun, tekanan darah semakin menurun, pernafasan dangkal dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya pusat+pusat kehidupan. 9alaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir tidak teraba, pada fase ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi. Dan terjadi relaksasi sfingter yang dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja secara mendadak. (. 8ase Akhir Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. !ernapasan berhenti setelah berkontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. 0antung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan terhenti. 4asa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat ber"ariasi. 4asa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat ber"ariasi. ;mumnya berkisar antara (+5 menit. 8ase ) dan * berlangsun g lebih kurang /+( menit, tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak )??@ maka $aktu kematian akan lebih lama dan tanda+tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.

ingkaran Setan Asfiksia

G. Tan!a Kar!inal "Klasik# Asfiksia Selama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia, telah ditetapkan beberapa tanda klasik, yaitu ). TardieuAs spot (!etechial hemorrages) TardieuAs spot terjadi karena peningkatan tekanan "ena secara akut yang menyebabkan o"erdistensi dan rupturnya dinding perifer "ena, terutama pada jaringan longgar, seperti kelopak mata, diba$ah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral skin, konjungti"a dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat

TardieuAs spot

,intik perdarahan pada jantung

dipermukaan jantung, paru dan otak. ,isa juga terdapat pada lapisan "iseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus, mukosa laring dan faring, jarang pada mesentrium dan intestinum.

*. Kongesti dan &edema -ni merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. !ada kondisi "ena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra"askular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam "askular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. %airan plasma ini akan mengisi pada sela+sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema). /. Sianosis 4erupakan $arna kebiru+biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut .b tereduksi (.b yang tidak berikatan dengan &*). -ni tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per )?? ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total hemoglobin. !ada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu diikuti dengan kongesti pada $ajah, seperti darah "ena yang kandungan hemoglobinnya berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru karena akumulasi darah. (. Tetap cairnya darah Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. 1ambaran tentang tetap cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian dari mitologi forensik. !embekuan yang terdapat pada jantung dan sistem "ena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya

pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh en3im fibrinolitik. .al ini tidak rele"an dalam diagnosis asfiksia $. Ga%&aran '%(% Post Morte% Asfiksia a. !emeriksaan =uar !ada pemeriksaan luar jena3ah didapatkan ). Sianosis pada bibir, ujung+ujung jari dan kuku. *. !embendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia. /. 9arna lebam mayat merah+kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan akti"itas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.

=ebam mayat (li"or mortis) (. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan akti"itas pernapasan pada fase dispneu yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang+kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler. 5. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungti"a bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang+kadang dijumpai pula di kulit $ajah. 7. 1ambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungti"a bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase kejang. Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam "ena, "enula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik+bintik perdarahan yang dinamakan sebagai ardieu"s spot#

b. !emeriksaan Dalam !ada pemeriksaan dalam (Autopsi) jena3ah didapatkan ). Darah ber$arna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat paska kematian. *. ,usa halus di dalam saluran pernapasan. /. !embendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat, ber$arna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah. (. !etekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung belakang daerah aurikulo"entrikular, subpleura "iseralis paru terutama di lobus ba$ah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub+ glotis. 5. 2dema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia. 7. Kelainan+kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang ra$an krikoid (pleksus "ena submukosa dengan dinding tipis).

II. GA)T')G "$A)GI)G# A. Definisi !enggantungan adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan, daya jerat ikatan tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala. !enggantungan merupakan suatu bentuk penjeratan (strangulasi) dengan tali ikat dimana tekanan dihasilkan dari seluruh atau sebagian berat tubuh. Seluruh atau sebagian tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh sesuatu benda dengan permukaan yang relatif sempit dan panjang (biasanya tali) sehingga daerah tersebut mengalami tekanan. B. Klasifikasi Gant(ng ). ,erdasarkan Titik 1antung a. !enggantungan tipikal Terjadi bila titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri karotis paling besar. b. !enggantungan atipikal

,ila titik penggantungan terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan. *. ,erdasarkan !osisi Tubuh a. !enggantungan =engkap -stilah penggantungan lengkap digunakan jika beban aktif adalah seluruh berat badan tubuh, yaitu terjadi pada orang yang menggantungkan diri dengan kaki mengambang dari lantai b. !enggantungan !arsial -stilah penggantungan parsial digunakan jika beban berat badan tubuh tidak sepenuhnya menjadi kekuatan daya jerat tali, misalnya pada korban yang tergantung dengan posisi berlutut atau berbaring. !ada kasus tersebut, berat badan tubuh tidak seluruhnya menjadi gaya berat sehingga disebut penggantungan parsial. C. Cara Ke%atian Pa!a Kas(s Gant(ng* %ara kematian pada kasus gantung diantaranya adalah ). ,unuh diri *. !embunuhan /. Kecelakaan D. Mekanis%e Ke%atian 4ekanisme kematian yang disebabkan oleh gantung akibat penumpuan beban sebagian atau seluruh beban tubuh di leher diantaranya adalah ). Asfiksia Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. 4erupakan penyebab kematian yang paling sering. *. Apopleksia Tekanan pada pembuluh darah "ena menyebabkan kongesti pada pembuluh darahotak dan mengakibatkan kegagalan sirkulasi /. -skemia Serebral -skemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri (oklusi arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. 1ambar diba$ah menunjukkan gambaran rontgen pada $anita yang berupaya bunuh diri dengan gantung.

(. Syok >aso"agal !erangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks "agal yang menyebabkan henti jantung. 5. 8raktur atau Dislokasi "ertebra ser"ikalis. 8raktur "ertebra ser"ikalis sering terjadi pada hukuman gantung. 8raktur atau dislokasi terjadi pada keadaan dimana tali yang menjerat leher cukup panjang, kemudian korbannya secara tiba+tiba dijatuhkan dari ketinggian ),5+* meter maka akan mengakibatkan fraktur atau dislokasi "ertebra ser"ikalis yang akan menekan medulla oblongata dan mengakibatkan tehentinya pernafasan. Bang biasa terkena fraktur adalah "ertebra ser"ikalis ke+* dan ke+/. E. Ga%&aran Post Morte% Kas(s Gant(ng
1. Pemeriksaan Luar Pada Jenazah a. Tanda Penjeratan Pada Leher

Tanda penjeratan jelas dan dalam. Semakin kecil tali maka tanda penjeratan semakin jelas dan dalam Bentuk jeratan berjalan miring. Bentuk jeratan pada kasus gantung diri cenderung berjalan kiring (oblique) pada bagian depan leher, dimulai pada leher bagian atas antara kartilago tiroid dengandagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga lur jeratan pada leher korban penggantungan (hanging) lur jeratan pucat. Tepi alur jerat coklat kemerahan. %ulit sekitar alur jerat terdapat bendungan. berbentuk lingkaran (! shape). "iri#ciri jejas sebagai berikut $

Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering,

keras dan mengkilat


Pada tempat dimana terdapat simpul tali &aitu pada kulit bagian

bawah telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat berbatas tegas dan tidak terdapat tanda#tanda abrasi'.(umlah tanda penjeratanTerkadang pada

leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. )al ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher seban&ak dua kali
b. %edalaman Bekas (eratan

%edalaman tergantung.
c. Tanda#tanda

bekas

jeratan

menujukan

laman&a

tubuh

s'iksia

Tanda#tanda umum as'iksia diantaran&a adalah sianosis, kongesti *ena dan edema. Sering ditemukan adan&a buih halus pada jalan na'as. Pada kasus penggantungan tanda#tanda as'iksia berupa mata menonjol keluar, perdarahan berupa petekia pada bagian wajah dan subkonjungti*a. (ika didapatkan lidah terjulur maka menunjukan adan&a penekanan pada bagian bawah leher &aitu bagian bawah kartilago th&roida. Tardieu spot pada 1antung diri. Tardieu spot diakibatkan pecahnya kapiler+kapiler pada kaki Source %olor Atlas of 8orensic !athology

d. Lebam +a&at

(ika penggantungan setelah kematian berlangsung lama maka lebam ma&at terlihat pada bagian tubuh bawah, anggota badan distal serta alat genitalia distal

Kasus 1antung Diri =ebam pada gantung diri terkonsentrasi pada daerah ekstemitas
e. Sekresi ,rin dan -eses

Sekresi urin dan 'eses terjadi pada 'ase apneu pada kejadian as'iksia. Pada stadium apneu pusat pernapasan mengalami depresi sehingga Penderita gerak napas tidak menjadi sadar sangat dan lemah otak dan maka berhenti. spingter terjadi menjadi karena kontrol

'ungsieksresi

hilang

akibat

kerusakan

pengeluaran urin dan 'eses.


2. Pemeriksaan Dalam Pada Jenazah a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami

laserasi ataupun ruptur.


b. Tanda#tanda

s'iksia

Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah %ongesti pada bagian atas &aitu daerah kepala, leher dan otak .itemukan darah lebih gelap dan encer akibat kadar "/0 &ang meninggi.

c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot d. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. %erusakan

otot ini lebih ban&ak terjadi pada kasus pengantungan &ang disertai dengan tindak kekerasan.
e. Pada pemeriksaan paru#paru serig ditemui edema paru. '. +ungkin terdapat patah tulang h&oid atau kartilago cricoid. g. -raktur 0 buah tulang *ertebra ser*ikalis bagian atas

-raktur ini seringkali terjadi pada korban hukum gantung dimana korban tergantung secara penuh dan tertitis jauh dari lantai. F. As+ek Me!ikolegal Per&e!aan Penggant(ngan B(n(, Diri Penggant(ngan Pe%&(n(,an

). *. /.

;sia 0ejas 0erat Simpul Tali

=ebih sering terjadi pada remaja Tidak mengenal batasan usia dan de$asa ,entuk miring berupa lingkaran =ingkaran terputus tidak terputus, mendatar, letak di tengah leher

,iasanya satu simpul pada bagian Simpul tali lebih dari satu dan samping leher. Simpul biasanya terikat kuat simpul hidup

(. 5.

:i$ayat Korban %edera

Korban Tidak

mempunyai terdapat luka

ri$ayat Korban tidak mempunyai ri$ayat upaya bunuh diri yang Terdapat luka+luka yang

bunuh diri dengan cara lain

menyebabkan kematian dan tidak mengarah ke pembunuhan terdapat tanda+tanda perla$anan Dapat ditemukan racun dalam 7. :acun lambung korban, seperti arsen, Dapat mendorong gantung diri C. D. E. Tangan Kemudahan Tempat kejadian Tidak dalam keadaan terikat Tempat ditemukan tempat yang tertutup, kejadian korban terdapat racun berupa sublimat, korosif. :asa nyeri opium, kalium sianida. :acun ini melakukan tidak menyebabkan efek kemauan bunuh diri Tangan terikat mengarah k kasus pembunuhan mudah Korban biasa digantung di tempat yang sulit ditemukan sebaliknya dari ditemukan luar maka atau terkunci

0ika tempat kejadian merupakan ,ila

didapatkan ruangan dengan pintu penggantungan biasanya kasus terkunci makan dugaan bunih diri pembunuhan adalah kuat )?. =ingkar tali 0ika lingkar tali dapat keluar 0ika lingkar tali tidak dapat keluar mele$ati kepala, maka dicurigain mele$ati kepala, maka dicurigai bunuh diri peristi$a pembunuhan

G. Per&e!aan Penggant(ngan Ante%orte% !engan Post%orte% )o ). Penggant(ngan Ante%orte% Penggant(ngan Post%orte% Tanda jejas jerat berupa lingkaran Tanda jejas jerat biasanya berbentuk utuh

terputus (non continous) dan letaknya (continous), agak sirkuler dan letaknya pada pada leher bagian atas *. pada sisi leher /. (. bagian leher tidak begitu tinggi dari satu, diikatkan dengan kuat dan diletakan pada bagian depan leher 2kimosis tampak jelas pada salah satu 2kimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan sisi dari jejas penjeratan. dan pada tungkai ba$ah 5. tidak ada atau tidak jelas. yang menggantung sesuai dengan posisi mayat setelah meninggal !ada kulit ditempat jejas penjeratan Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak teraba seperti kertas perkamen yaitu jelas tanda parchmentisasi 7. Sianosis pada $ajah, bibir, telinga, dll Sianosis pada bagian $ajah, bibir, telinga, sangat C. 9ajah jelas terlihat terutama dan jika dll, tergantung dari penyebab kematian mata Sianosis pada bagian $ajah, bibir, telinga, kematian karena asfiksia membengkak mengalami kongesti dan agak menonjol, dll, tergantung dari penyebab kematian disertai dengan gambaran pembuluh darah "ena yang jelas pada bagian kening dan dahi D. E. =idah bisa terjulur atau tidak sama =idah tidak terjulur kecuali pada kasus sekali cairan korban )?. sperma pria. sering Sering terjadi pencekikan pada !engeluaran feses juga tidak ada 2reksi penis disertai dengan keluarnya 2reksi penis dan cairan sperma tidak ada. ditemukan =ebam mayat tampak diatas jejas jerat =ebam mayat terdapat pada bagian tubuh Simpul tali biasanya tunggal, terdapat Simpul tali lebih dari satu biasanya lebih

keluarnya feses Air liur ditemukan menetes dari sudut Air liur tidak ditemukan yang menetes pada mulut, dengan arah yang "ertikal kasus selain kasus penggantungan menuju dada.

III. PE)JE-ATA) "ST-A)G' ATIO) B. IGAT'-E# A. Definisi

!enjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, ka$at, kabel, kaos kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran nafas tertutup. ,erbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan kasus bunuh diri, maka penjeratan biasanya adalah kasus pembunuhan. !ada peristi$a gantung, kekuatan jeratnya berasal dari berat tubuhnya, maka pada jeratan dengan tali kekuatan jeratnya berasal dari tarikan pada kedua ujungnya. Dengan kekuatan tersebut, pembuluh darah balik atau jalan nafas dapat tersumbat. Tali yang dipakai sering disilangkan dan sering dijumpai adanya simpul. 0eratan pada bagian depan leher hampir selalu mele$ati membran yang menghubungkan tulang ra$an hyoid dan tulang ra$an thyroid. B. Mekanis%e ke%atian Ada / mekanisme kematian pada jerat , yaitu ). Asfiksia Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. 4erupakan penyebab kematian yang paling sering. *. -skemia Serebral -skemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri (oklusi arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. 1ambar diba$ah menunjukkan gambaran rontgen pada $anita yang berupaya bunuh diri dengan gantung. /. Syok >aso"agal !erangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks "agal yang menyebabkan henti jantung. C. Cara ke%atian +a!a kas(s jerat %ara kematian pada kasus jerat diantaranya adalah
1. Pembunuhan (paling sering).

Pembunuhan pada kasus jeratan (strangulation b& ligature) dapat kita jumpai pada kejadianin'anticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat &ang saling menjerat, dan hukuman mati(2aman dahulu).

0. %ecelakaan

%ecelakaan pada kasus jeratan (strangulation b& ligature) dapat kita temukan pada ba&i &angterjerat oleh tali pakaian, orang &ang bersenda gurau dan pemabuk. !agal re'le3 menjadi pen&ebab kematian pada orang &ang bersenda gurau
4. Bunuh diri.

,unuh diri pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mereka lakukan dengan cara melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik. Antara jeratan dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat tersebut D. Ga%&aran Post Morte% Penjeratan /. Pe%eriksaan (ar Jena0a, Pada pemeriksaan luar hasil gantung diri didapatkan:
a. Tanda Penjeratan Pada Leher + Tanda penjeratan jelas dan dalamSemakin kecil tali maka tanda

penjeratan semakin jelas dan dalam


+ Bentuk jeratan berjalan mendatar5hori2ontal

lur jeratan pada leher korban berbentuk lingkaran.

lur jerat

biasa disertai luka lecet atau luka memar disekitar jejas &ang terjadi karena korban berusaha membuka jeratan tersebut.
+ Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak

kering, keras dan mengkilat


+ Pada tempat dimana terdapat simpul tali &aitu pada kulit bagian

bawah telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat berbatas tegas dan tidak terdapat tanda#tanda abrasi'.(umlah tanda penjeratanTerkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan. )al ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher seban&ak dua kali
b. Tanda#tanda

s'iksia umum as'iksia diantaran&a adalah sianosis,

Tanda#tanda

kongesti *ena dan edema. Sering ditemukan adan&a buih halus pada jalan na'as.
c. Lebam +a&at

Lokasi timbuln&a lebam ma&at tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati.

0. Pemeriksaan Dalam Jenazah

Pada pemeriksaan dalam akibat peristiwa jerat didapatkan $


a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami

laserasi ataupun ruptur.


b. Tanda#tanda

s'iksia

Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah, Terdapat buih halus di mulut .idapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar "/0 &ang meninggi.

c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot a. Terdapat

memar

atau

ruptur

pada

beberapa

keadaan.

%erusakan otot ini lebih sering dihubungkan dengan tindak kekerasan.


b. Pada pemeriksaan paru#paru sering ditemui edema paru. c. (arang terdapat patah tulang h&oid atau kartilago cricoid.

E. As+ek Me!ikolegal !erbedaan kasus gantung dan kasus jerat Kas(s Gant(ng Si%+(l "&(n(, !iri# Simpul hidup Simpul kuat) J(%la, lilitan +enjerat Ara, Jarak si%+(l titik ,isa lebih dari ) lilitan Serong ke atas t(%+(- 0auh ,erbentuk terputus) F"A ,iasanya ) buah lilitan 4endatarGhori3ontal Dekat (lingkaran ,erbentuk lingkaran penuh dapat Kas(s Jerat "+e%&(n(,an# Simpul mati

dikeluarkan Simpul sulit dikeluarkan melalui

melalui kepala(tidak terikat kepala (terikat kuat)

okasi jejas Jejas jerat (ka +erla1anan (ka lain-lain Karakteristik si%+(l

=ebih tinggi 4eninggi ke arah simpul + ,iasanya ada, terdapat luka percobaan lain 0ejas simpul jarang terlihat Simpul hidup Simpul kuat) dapat

=ebih rendah 4endatar H mungkin Ada, sering di daerah leher Terlihat jejas simpul Simpul dikeluarkan Simpul sulit dikeluarkan melalui

melalui kepala(tidak terikat kepala (terikat kuat)

e&a% %a2at okasi Kon!isi Pakaian -(angan

!ada bagian ba$ah tubuh Tersembunyi Teratur :api dan baik Terkunci dari dalam

Tergantung posisi tubuh korban ,er"ariasi Tidak teratur Tidak teratur, robek Tidak teratur, terkunci dari luar

I3. PE)CEKIKA) A. Definisi !encekikan adalah penekanan pada leher dengan tangan atau lengan ba$ah, yang menyebabkan dinding saluran nafas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga udara pernafasan tidak dapat le$at. B. Mekanis%e Ke%atian ). Asfiksia Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. 1ejala asfiksia a. 8ase dyspnea + + + + 8rekuensi nadi meningkat 8rekuensi nafas meningkat Suhu tubuh meningkat Tanda sianosis

b. 8ase kon"ulsi c. 8ase apneu + + + 8rekuensi nafas meningkat Kesadaran menurun :elaksasi sfingter

d. 8ase akhir 'afas berhenti. *. :efleks "agal :eflek "agal menyebabkan kematian segera (immediate death), hal ini dikaitkan dengan terminologi $sudden cardiac arrest$. :eflek "agal dimungkinkan bila leher terkena trauma. :efleks "agal terjadi sebagai akibat rangsangan pada ner"us "agus pada corpus caroticus (carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna yang akan menimbulkan bradikardi dan hipotensi. :efleks "agal ini jarang terjadi. 0ika mekanisme kematian adalah asfiksia, maka ditemukan tanda+tanda asfiksia. Tetapi jika mekanisme kematian adalah refleks "agal, tidak didapatkan tanda+tanda asfiksia. /. %ara Kematian Terdapat * cara kematian pada kasus pencekikan, yaitu pembunuhan dan kecelakaan yang biasanya mati karena "agal refle6. Selain itu, terdapat / cara melakukan pencekikan (manual strangulasi), yaitu a. 4enggunakan ) tangan dan pelaku berdiri di depan korban. b. 4enggunakan * tangan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban. c. 4enggunakan ) lengan dan pelaku berdiri di depan atau di belakang korban. Apabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah pelaku maka ini disebut mugging. C. Ga%&aran Post Morte% Pen4ekikan /. Pe%eriksaan (ar !ada pemeriksaan jena3ah ditemukan perbendungan pada muka dan kepala karena turut tertekan pembuluh darah "ena dan arteri yang superficial, sedangkan arteri "ertebralis tidak terganggu. !emeriksaan luar dari otopsi kasus pencekikan ( manual strangulasi), terdapat / hal penting yang harus diperhatikan, antara lain a. Tanda asfiksia

Sianosis =ebam merah kebiruan gelap =ebam terbentuk lebih cepat Distribusi lebam lebih luas Darah sukar membeku. b. Tanda kekerasan pada leher =uka memar pada kulit di leher ,ekas tekanan jari ,ekas kuku Sidik jari Tangan yang digunakan Arah pencekikan

c. Tanda kekerasan pada tempat lain yang dapat menunjukkan bah$a korban melakukan perla$anan. 5. Pe%eriksaan Dala% Jena0a, a. !erdarahan atau resapan darah pada otot+otot di leher tiroid, kelenjar ludah, serta mukosa dan submukosa faring atau laring. !encekikan Terdapat pendarahan pada lidah akibat pencekikan Source %olor Atlas of 8orensic !athology

b. 8raktur, yang paling sering ditemukan pada os hyoid. 8raktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea c. 4emar atau robekan membrane hipotiroidea d. =uksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging. !erdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid, kelenjar ludah, dan mukosa < submukosa pharing atau laring. 8raktur yang paling sering kitatemukan pada os hyoid. 8raktur lain pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dantrakea

e. Tanda Asfiksia Darah lebih gelap < lebih encer ,usa dalam saluran pernafasan &rgan tubuh lebih berat, lebih gelap, pada pengirisan banyak keluar darah d. !etekie pada mukosa usus halus epikardium daerah aurikulo"entrikular subpleura "iseralis paru terutama pars diafragmatika dan fisura interlobaris kulit kepala sebelah dalam terutama daerah temporal e. 2dema paru

3. S'FOKASI !eristi$a sufokasi dapat terjadi jika oksigen yang ada di udara lokal kurang memadai, seperti misalnya di dalam satu ruang kecil tanpa "entilasi cukup berdesak+desakan dengan banyak orang, pertambangan yang mengalami keruntuhan, ataupun terjebak di dalam ruang yang tertutup rapat. Kematian dalat terjadi dalam beberapa jam, tergantung dari luasnya ruangan serta kebutuhan oksigen bagi orang yang berada di dalamnya. Sebab kematian pada peristi$a sufokasi, biasanya merupakan kombinasi dari hipoksia, keracunan %& *, ha$a panas dan kemungkinan juga cedera yang terjadi, misalnya pada saat peristi$a kebakaran gedung.

3I. PEMBEKAPA) A. Definisi !embekapan berarti obstruksi mekanik terhadap aliran udara dari lingkungan ke dalam mulut dan atau lubang hidung, yang biasanya dilakukan dengan menutup mulut dan hidung dengan menggunakan kantong plastik. !embekapan dapat terjadi secara sebagian atau seluruhnya, dimana yang terjadi secara sebagian mengindikasikan bah$a orang tersebut yang dibekap masih mampu untuk menghirup udara, meskipun lebih sedikit dari kebutuhannya. 'ormalnya, pembekapan membutuhkan paling tidak sebagian obstruksi baik dari rongga hidung maupun mulut untuk menjadi asfiksia. !embekapan merupakan salah satu bentuk mati lemas, dimana pada pembekapan baik mulut maupun lubang hidung tertutup sehingga proses pernafasan tidak dapat berlangsung.

Korban pembekapan umumnya $anita yang gemuk, orang tua yang lemah, orang de$asa yang berada di ba$ah pengaruh obat atau anak+anak. Kelainan yang terjadi karena !embekapan adalah berbentuk luka lecet dan atau luka memar terdapat di mulut, hidung, dan daerah sekitarnya. Sering juga didapatkan memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi. B. Cara Ke%atian !embekapan dapat diklasifikasikan menurut cara kematiannya, yaitu /. B(n(, !iri "suicide# ,unuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada penderita penyakit ji$a, orang tahanan, orang dalam keadaan mabuk, yaitu Dengan ImembenamkanJ $ajahnya ke dalam kasur, atau menggunakan bantal, pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut. ,isa juga dengan menggunakan plester yang menutupi hidung dan mulut. 5. Ke4elakaan "accidental smothering# Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan+bulan pertama kehidupannya, terutama bayi prematur bila hidung dan mulut tertutup oleh bantal atau selimut. Selain itu juga dapat terjadi kecelakaan dimana seorang anak yang tidur berdampingan dengan orangtuanya dan secara tidak sengaja orangtuanya menindih si anak sehingga tidak dapat bernafas. Keadaan ini disebut o%erlying. !ada anak+anak dan de$asa muda bisa terjadi kecelakaan terkurung dalam suatu tempat yang sempit dengan sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau dalam kantong plastik. &rang de$asa yang terjatuh $aktu bekerja atau pada penderita epilepsi yang mendapat serangan dan terjatuh, sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum, tepung, dan sebagainya. 6. Pe%&(n(,an "homicidal smothering# ,iasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri. !ada orang de$asa hanya terjadi pada orang yang tidak berdaya seperti orangtua, orang sakit berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras. !ada pembunuhan dengan pembekapan biasanya dilakukan dengan cara hidung dan mulut diplester, bantal ditekan ke $ajah, kain atau dasi yang dibekapkan pada hidung dan mulut. !embunuhan dengan pembekapan dapat juga dilakukan bersamaan dengan menindih atau menduduki dada korban. Keadaan ini dinamakan burking.

C. Ga%&aran Post Morte% Pe%&eka+an /. Pe%eriksaan (ar Jena0a, a. Tanda kekerasan yang dapat ditemukan tergantung dari jenis benda yang digunakan dan kekuatan menekan. b. Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan atau geser, jejas bekas jariGkuku di sekitar $ajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban mela$an. c. =uka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagianGpermukaan dalam bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. ;jung lidah juga dapat mengalami memar atau cedera. d. ,ila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal, maka pada pemeriksaan luar jena3ah mungkin tidak ditemukan tandatanda kekerasan. 4emar atau luka masih dapat ditemukan pada bibir bagian dalam. !ada pembekapan dengan mempergunakan bantal, bila tekanan yang dipergunakan cukup besar, dan orang yang dibekap kebetulan memakai gincu (lipstick), maka pada bantal tersebut akan tercetak bentuk bibir yang bergincu tadi, yang tidak jarang sampai merembes ke bagian yang lebih dalam, yaitu ke bantalnya sendiri. !ada anak+anak oleh karena tenaga untuk melakukan pembekapan tersebut tidak terlalu besar, kelainan biasanya minimal# yaitu luka lecet tekan dan atau memar pada bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang. e. !embekapan yang dilakukan dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan kepala korban dari belakang, yang dapat pula terjadi pada kasus pencekikan dengan satu tangan# maka dapat ditemukan adanya lecet atau memar pada otot leher bagian belakang, yang untuk membuktikannya kadang+kadang harus dilakukan sayatan untuk melihat otot bagian dalamnya, atau membuka sluruh kulit yang menutupi daerah tersebut. ,isa didapatkan luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh korban. f. Selanjutnya ditemukan tanda+tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pada pembedahan jena3ah. !erlu pula dilakukan pemeriksaan kerokan ba$ah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku. 5. Pe%eriksaan Dala% Jena0a, a. Tetap cairnya darah

Darah yang tetap cair ini sering dihubungkan dengan akti"itas fibrinolisin. !endapat lain dihubungkan dengan faktor+faktor pembekuan yang ada di ekstra"askuler, dan tidak sempat masuk ke dalam pembuluh darah oleh karena cepatnya proses kematian b. Kongesti (pembendungan yang sistemik) Kongesti pada paru+paru yang disertai dengan dilatasi jantung kanan merupakan ciri klasik pada kematian karena asfiksia. !ada pengirisan mengeluarkan banyak darah. c. 2dema pulmonum 2dema pulmonum atau pembengkakan paru+paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.

d. !erdarahan ,erbintik (!etechial haemorrhages) Dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung daerah aurikulo"entrikular, subpleura "isceralis paru terutama di lobus ba$ah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit e. ,isa juga didapatkan busa halus dalam saluran pernafasan. D. Ga%&aran Mikrosko+is !emeriksaan mikroskopik sangat penting dilakukan untuk melihat reaksi intra"italitas yang merupakan reaksi tubuh manusia yang hidup terhadap luka. :eaksi ini penting untuk membedakan apakah luka terjadi pada saat seseorang masih hidup atau sudah mati. :eaksi "ital yang umum berupa perdarahan yaitu ekimosis, petekie dan emboli. 1angguan jalan napas pada pembekapan akan menimbulkan suatu keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang yang disertai dengan peningkatan kadar karbondioksida. !emeriksaan secara histopatologi pada parenkim paru dapat meminimalisir diagnosis banding dari beberapa kasus kematian yang disebabkan karena asfiksia. kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglottis dan daerah subglotis. )7

3II.

TE-SEDAK " CHOKING DA) GAGGING #

A. Definisi

Sumbatan jalan napas oleh benda asing, yang mengakibatkan hambatan udara masuk ke paru+paru. !ada gagging, sumbatan terdapat dalam orofaring, sedangkan pada choking sumbatan terdapat lebih dalam pada laringofaring. B. Mekanis%e Ke%atian 4ekanisme kematian yang mungkin terjadi adalah asfiksia atau refleks "agal akibat ransangan pada reseptor ner"us "agus di arkus faring yang menimbulkan inhibisi kerja jantung dengan akibat cardiac arrest dan kematian. C. Cara Ke%atian Kematian dapat terjadi sebagai akibat ). ,unuh diri ( suicide ). .al ini jarang terjadi karena sulit untuk memasukan benda asing ke dalam mulut sendiri disebabjan adanya refleks batuk atau muntah. ;mumnya korban adalah penderita sakit mental atau tahanan. *. !embunuhan ( homicodal choking ). ;mumnya korban adalah bayi, orang dengan fisik lemah atau tidak berdaya. /. Kecelakaan ( accidental choking ). !ada bolus death yang terjadi bila terta$a atau menangis saat makan, sehingga makanan tersedak ke dalam saluran pernapasan. 4ungkin pula terjadi akibat regurgitasi makanan yang kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan. D. Ga%&aran Post Morte% Terse!ak !ada pemeriksaan jena3ah dapat ditemukan tanda+tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pembedahan jena3ah. Dalam rongga mulut ( orofaring atau laringofaring ) ditemukan sumbatan yang biasanya bisa berupa sapu tangan, kertas koran, gigi palsu, bahkan pernah ditemukan arang, batu dan lain+lainnya. ,ila benda asing tidak ditemukan, cari kemungkinan adanya tanda kekerasan yang diakibatkan oleh benda asing.

3III. TE)GGE AM (Drowning) A. Definisi

Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan kedalam saluran pernapasan. -stilah tenggelam harus pula mencakup proses yang terjadi akibat terbenamnya korban dalam air yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan mengancam ji$a. !ada peristi$a tenggelam (dro$ning), seluruh tubuh tidak harus tenggelam di air. Asalkan lubang hidung dan mulut berada diba$ah permukaan air maka hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristi$a tenggelam. ,erdasarkan pengertian tersebut maka peristi$a tenggelam tidak hanya dapat terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi di dalam $astafel atau ember berisi air.
(buku ;'D-!)

!ada mayat yang ditemukan terbenam dalam

air, perlu pula diingat bah$a mungkin korban sudah meninggal sebelum masuk kedalam air. !erlu diketahui bah$a jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paru+paru adalah sebanyak * liter untuk orang de$asa dan /? sampai (? mililiter untuk bayi. B. Jenis-Jenis Tenggela% 0enis+jenis tenggelam antara lain &# 'et drowning !ada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam. (# Dry drowning !ada keadaan ini cairan tidak masuk kedalam saluran pernapasan, akibat spasme laring. )# Secondary drowning Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi. *# +mmersion syndrome Korban tiba+tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks "agal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus. C. Se&a& Ke%atian Kematian yang terjadi pada peristi$a tenggelam dapat disebabkan diantaranya oleh ). >agal :efle6 !eristi$a tenggelam yang mengakibatkan kematian karena "agal refle6 disebut tenggelam tipe +#
(buku ;-)

Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan post+mortem tidak ditemukan adanya tanda+tanda asfiksia ataupun air di dalam paru+parunya sehingga sering disebut tenggelam kering (dry drowning)# *. Spasme =aring Kematian karena spasme laring pada peristi$a tenggelam sangat jarang sekali terjadi. Spasme laring tersebut disebabkan karena rangsangan air yang masuk ke laring. !ada pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tanda+tanda asfiksia, tetapi paru+parunya tidak didapati adanya air atau benda+benda air. Tenggelam jenis ini juga disebut tenggelam tipe +. /. !engaruh air yang masuk paru+paru a. Tenggelam di air ta$ar !ada peristi$a tenggelam di air ta$ar akan menimbulkan anoksia disertai gangguan elektrolit. !ada keadaan ini terjadi absorbsi cairan yang masif. Karena konsentrasi elektrolit dalam air ta$ar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar al"eoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis). Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion Kalium dalam plasma meningkat (hiperkalemi), terjadi perubahan keseimbangan ion KH dan %aHH dalam serabut otot jantung dan dapat mendorong terjadinya fibrilasi "entrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. Kematian terjadi dalam $aktu 5 menit. !emeriksaan post mortem ditemukan tanda+tanda asfiksia, kadar 'a%l jantung kanan lebih tinggi dari jantung kiri dan adanya buih serta benda+benda air pada paru+ paru. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe ++ A. b. Tenggelam di air asin !ada peristi$a tenggelam di air asin akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan hemokonsentrasi. Tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringgan intertisial paru yang akan menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipo"olemi dan kenaikan kadar

magnesium dalam darah. .emokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung. !emeriksaan post mortem ditemukan adanya tanda+tanda asfiksia, kadar 'a%l pada jantung kiri lebih tinggi daripada janung kanan dan ditemukan buih serta benda+ benda air. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe ++ ,. Kematian terjadi kira+kira dalam $aktu D+E menit setelah tenggelam (lebih lambat dibandingkan dengan tenggelam tipe --A). D. Cara Ke%atian !eristi$a tenggelam dapat terjadi karena ). Kecelakaan !eristi$a tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena korban jatuh ke laut, danau atau sungai. !ada anak+anak keclakaan sering terjadi di kolam renang atau galian tanah berisi air. 8aktor+faktor yang sering menjadi penyebab kecelakaan itu antara lain karena mabuk atau mendapat serangan epilepsi. *. ,unuh diri !eristi$a bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering kali terjadi. Kadang+kadang tubuh pelaku diikat dengan benda pemberat agar supaya tubuh dapat tenggelam. ,ukan pekerjaan yang mudah untuk membedakan tenggelam karena bunih diri dengan pembunuhan. /. !embunuhan ,anyak cara yang digunakan, seperti misalnya melemparkan korban ke laut atau memasukan kepalanya ke dalam bak berisi air. Dari segi patologik saja sulit dapat membedakan apakah peristi$a tenggelam itu akibat pembunuhan atau bunuh diri. !emeriksaan di tempat kejadian dapat membantu. 0ika benar karena pembunuhan perlu diteliti apakah korban di tenggelamkan kedalam air ketika ia masih hidup atau sesudah dibunuh lebih dahulu dengan cara lain. E. Pe%eriksaan Post Morte% !ada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali mayat ditemukan sudah dalam keadaan membusuk.

.al penting yang perlu ditentukan pada pemeriksaan adalah ). 4enentukan identitas korban -dentitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain o !akaian dan benda+benda milik korban o 9arna dan distribusi rambut dan identitas lain o Kelainana atau deformitas dan jaringan parut o Sidik jari o !emeriksaan gigi o Teknik identifikasi lain *. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam !ada mayat masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari hasil pemeriksaan a. 4etode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup $aktu tenggelam adalah pemeriksaan diatom b. ;ntuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan. c. ,enda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai yang menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa $aktu dan mulai membusuk. Demikian juga dengan isi lambung dan usus. d. !ada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan al"eoli yang secara fisika dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam mepunyai nilai bermakna. e. !ada beberapa kasus ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan bah$a korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam air. /. !enyebab kematian yang sebenarnya dan jenis dro$ning !ada mayat yang segar, gambaran pasca kematian dapat menunjukkan tipe dro$ning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau kekerasan lain. (. 8aktor+faktor yang berperan pada proses kematian 8aktor+faktor yang berperan pada proses kematian misanya kekerasan, obat+ obatan, alkohol dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau melalui bedah jena3ah. 5. Tempat korban pertama kali tenggelam

,ila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam saluran nafas, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat membantu menentukan apakah korban tenggelam ditempat itu atau tempat lain. 7. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian ,ila sudah ditentukan bah$a korban masih hidup pada $aktu masuk ke air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk ke dalam saluran pernafasan. !ada immersion, kematian terjadi dengan cepat, hal ini mungkin disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi pada $aktu cairan melalui saluran nafas bagian atas. ,eberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan cairan dengan mudah masuk ke hidung. 8aktor lain adalah keadaan hipersensiti"itas dan kadang+kadang keracunan alkohol. ,ila tidak ditemukan air dalam paru+paru dan lambung berarti kematian terjadi seketika akibat spasme glottis yang menyebabkan cairan tidak dapat masuk. 9aktu yang diperlukan untuk terbenam dapat ber"ariasi tergantung dari keadaan sekeliling korban, keadaan masing+masing korban, reaksi perorangan yang bersangkutan, keadaan kesehatan, dan jumlah serta sifat cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran pernapasan. Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam $aktu *+)* menit (fatal periode). Dalam periode ini bila orban dikeluarkan dari air, ada kemungkinan masih dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil. F. Ga%&aran Post Morte% Kas(s Tenggela% Pe%eriksaan (ar !ada pemeriksaan luar dapat ditemukan tanda+tanda sebagai berikut a. 4ayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda+ benda asing lain yang terdapat dalam air, kalau seluruh tubuh terbenam dalam air. b. ,usa halus pada hidung dan mulut, kadang+kadang berdarah. c. 4ata setengah terbuka atau tertutup, jarang pendarahan atau perbendungan. %utis anserina d. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh terutama pada ekstremitas akibat kontraksi otot erektor pili yang dapat terjadi karena rangsang

dinginnya air. 1ambaran kutis anserina kadangkala dapat juga akibat rigor mortis pada otot tersebut. e. 9asher $omanAs hand dimana telapak tangan dan kaki ber$arna keputihan dan berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan biasanya membutuhkan $aktu lama. f. %ada"eric spasme, merupakan tanda intra"ital yang terjadi pada $aktu korban berusaha menyelamatkan diri dengan memegang apa saja seperti rumput atau benda+benda lain dalam air. 9asher $omanAs hand

%ada"eric spame g. =uka+luka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat gesekan pada benda+benda dalam air. !uncak kepala mungkin terbentur dasar $aktu terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka post mortal akibat benda+benda atau binatang dalam air. Pe%eriksaan Dala% !ada pemeriksaan dalam dapat ditemukan tanda+tanda sebagai berikut a. ,usa halus dan benda asing (pasir, tumbuh+tumbuhan air) dalam saluran pernafasan. b. !aru+paru mebesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi kandung jantung. !ada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini terutama terjadi pada kasus tenggelam di laut. c. !etekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum interal"eolar. 4ungkin terdapat bercak+bercak perdarahan yang disebut bercak !altauf akibat robeknya penyekat al"eoli (!olsin). d. !etekie subpleural dan bula emfisema jarang terdapat dan ini bukan merupakan tanda khas tenggelam tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.

e. Dapat juga ditemukan paru+paru yang normal karena cairan tidak masuk ke dalam al"eoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran darah Emelalui proses imbibisi), ini dapat terjadi pada kasus tenggelam di air ta$ar. f. &tak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan g. =ambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan mungkin juga terdapat dalam usus halus. G. Pe%eriksaan a&oratori(% ). !emeriksaan Diatom. AlgaG ganggang bersel satu dngan dinding terdiri dari silikat yang tahan panas dan asam kuat. Diatom ini dapat dijumpai dalam air ta$at, alut, sungai, sumur. ,ila seseorang mati karena tenggelam maka cairan bersama diatom masuk ke dalam saluran nafas atau pencernaan, kemudian diatom akan masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakkan dinding kapiler pada $aktu korban masih hidup dan tesebar ke seluruh jaringan. !emeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. ,ila mayat telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet, sumsum tulang paha. !emeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang bermakna sebab berasal dari penyerapan abnormal saluran pencernaan terhadap makanan dan minuman. !emeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak (+5G =!, atau )?+*? per satuan sediaan, atau pada sumsum tulang cukup ditemukan satu *. !emeriksaan Diatom dapat dilakukan dengan pemeriksaan destruksi pada paru dan pemeriksaan getah paru. /. !emeriksaan Darah 0antung. !emeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yng berasal dari bilik jantung kiri dan bilik jantung kanan. ,ila tenggelam di air ta$ar, berat jenis dan kadar elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari jantung kanan sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya. !erbedaan kadar elektrolit lebih rendah dari )?@ dapat menyokong diagnosis. (. !emeriksaan mikroskopik jaringan 5. !emeriksaan keracunan $. Diagnosis Tenggela%

,ila mayat masih segar (belum terdapat pembusukkan), maka diagnosis kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan yang teliti dari + !emeriksaan luar, + !emeriksaan dalam, + !emeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat jenis serta kadar elektrolit darah. ,ila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru+paru yang bila disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau sumsum tulang, maka diagnosis akan menjadi makin pasti.

I7.

C-'S$ ASP$.7IA "T-A'MATIK ASFIKSIA# %rush Asphy6ia disebabkan oleh karena dada dan perut mendapat tekanan secara

bersamaan oleh suatu kekuatan yang menyebabkan dada terfiksasi sehingga diafragma tidak dapat bergerak. .al tersebut kemudian menimbulkan gangguan gerak pernapasan sehingga udara yang masuk ke dalam atau keluar paru terhambat, misalnya tertimbun pasir, tanah longsor, runtuhan tembok, pohon yang tumbang atau tebing yang runtuh. %rush Asphy6ia juga dapat terjadi karena berdesak+desakan keluar dari suatu ruangan melalui pintu yang sempit. Akibat tekanan tersebut maka akan terjadi kompresi pada dada dan perut sehingga diafragma dalam keadaan terfiksir. Akibatnya gerakan pernapasan tidak mungkin terjadi sehingga tubuh mengalami asfiksia. Asfiksia traumatik tidak pernah terjadi pada kasus bunuh diri, dan paling sering terjadi pada kecelakaan. Asfiksia traumatik dapat juga terjadi pada kasus pembunuhan, sebagai contoh adalah kasus burking yang merupakan kombinasi pembekapan dan tekanan dari luar pada dada. !ada burking korban dibuat tidak berdaya, kemudian dilentangkan, diduduki atai berlutut di dada korban dengan satu tangan menutup lubang hidung dan mulut korban, tangan lain menekan rahang ba$ah korban ke arah atas. Korban cepat mati dengan cara ini dan meninggalkan tanda kekerasan yang minimal atau kadang tidak ada. !ada pemeriksaan post mortem akan terlihat adanya tanda+tanda umum asfiksia# seperti misalnya cyanosis, bintik+bintik perdarahan pada bagian atas dari tubuh, edema serta pembengkakan pada bola mata dan kongesti pada tubuh sebelah atas akibat darah terdorong ke atas oleh kompresi pada abdomen. 0ika benda yang menekan itu sangat berat maka besar

kemunginan kematiannya bukan karena asfiksia, tetapi karena sebab lain# seperti misalnya perdarahan karena hancurnya organ dalam.

7. KE-AC')A) KA-BO) MO)OKSIDA "CO# A. Kar&ono Monoksi!a "CO# :acun adalah suatu 3at yang berasal dari alam maupun buatan yang bekerja pada tubuh baik secara kimia$i dan faali yang dalam dosis toksik dapat menyebabkan suatu penyakit dalam tubuh serta dapat menyebabkan kematian. ,erdasarkan mekanisme kerjanya dalam tubuh manusia, racun dibagi menjadi yang bekerja lokal, sistemik, dan lokal sekaligus sistemik. :acun yang bekerja lokal dapat bersifat korosif, irritant, atau anestetik. :acun yang bekerja sistemik biasanya mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem, contohnya barbiturat, alkohol, digitalis, asam oksalat, dan karbon monoksida. Adapun racun yang bekerja lokal maupun sistemuk misalnya arsen, asam karbol, dan garam !b.*. Karbon monoksida (%&) adalah suatu gas tidak ber$arna, tidak berbau yang dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna material yang mengandung 3at arang atau bahan organik, baik dalam alur pengolahan hasil jadi industri, ataupun proses di alam lingkungan. -a terdiri dari satu atom karbon yang secara ko"alen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan ko"alen dan satu ikatan ko"alen koordinasi antara atom karbon dan oksigen B. Toksikokinetika Kar&on%onoksi!a "CO# %& diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara re"ersible, membentuk karboksi+hemoglobin (%&.b). Selebihnya mengikat diri dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstra"askular lain, seperti cytochrome c o6idase dan cytochrome !+ (5?. Afinitas %& terhadap protein heme ber"ariasi /? sampai 5?? kali afinitas oksigen, tergantung pada protein heme tersebut. ;ntuk hemoglobin, afinitas %& *?D+*(5 kali afinitas oksigen. %& bukan merupakan racun yang kumulatif. -katan .b dengan %& bersifat re"ersible dan setelah .b dilepaskan oleh %&, sel darah merah tidak mengalami kerusakan. Absorbsi atau ekskresi %& ditentukan oleh kadar %& dalam udara lingkungan (ambient air), kadar %&.b sebelum pemaparan (kadar %&.b inisial), lamanya pemaparan, dan "entilasi paru.

,ila orang yang telah mengabsorbsi %& dipindahkan ke udara bersih dan berada dalam keadaan istirahat, maka kadar %&.b semula akan berkurang 5?@ dalam $aktu (,5 jam. Dalam $aktu 7+D jam darahnya tidak mengandung %&.b lagi. -nhalasi oksigen mempercepat ekskresi %& sehingga dalam $aktu /? menit kadar %&.b telah berkurang setengahnya dari kadar semula. ;mummya kadar %&.b akan berkurang 5?@ bila penderita %& akut dipindahkan ke udara bersih dan selanjutnya sisa %&.b akan berkurang D+)?@ setiap jamnya. .al ini penting untuk dapat mengerti mengapa kadar %&.b dalam darah korban rendah atau negatif pada saat diperiksa, sedangkan korban menunjukkan gejala dan atau kelainan histopatologis yang la3im ditemukan pada keracunan %& akut. C. Far%ako!ina%ika Kar&on Monoksi!a "CO# Bang terpenting adalah reaksi %& dengan .b dan sitokrom a/. dengan diikatnya .b menjadi %&.b mengakibatkan .b menjadi inaktif sehingga darah berkurang kemampuan untuk mengangkut oksigen. Selain itu adanya %&.b dalam darah akan menghambat disosiasi &6i+.b. Dengan demikian jaringan akan mengalami hipoksia. :eaksi %& dengan sitokrom a/ yang merupakan link yang penting dalam sistem en3im pernafasan sel dan mengakibatkan hipoksia jaringan.* ;ntuk menentukan kadar %& dalam darah digunakan rumus .enderson dan .aggard. :umusnya adalah sebagai berikut Lama paparan (dalam -am) x .onsentrasi /0 di udara (dalam ppm) Konsentrasi %& dalam udara lingkungan dan lamanya inhalasiGpaparan menentukan kecepatan timbulnya gejala+gejala atau kematian. 8aktor+faktor lain yang turut mempengaruhi toksisitas %& yaitu akti"itas fisik dan penyakit yang menyebabkan gangguan oksigenasi jaringan seperti arteriosklerosis pembuluh dara otak dan jantung, emfisema paru, asma bronchial, T,% paru dan penyakit metabolik serta obat+ obatan yang menyebabkan depresi susunan saraf pusat, contohnya alkohol, barbiturat dan morfin.

D. Tan!a !an Gejala Kar&on Monoksi!a "CO# Tanda dan gejala keracunan %& ber"ariasi tergantung pada kadar %&.b dalam darah.

Konsentrasi rata-rata 8 ja% "++%# *5 K 5? 5? K )?? )?? K *5? *5? K (5? (5? K 75? 75? K )??? )??? K )5?? )5?? K *5?? *5?? + (???

Konsentrasi CO$& !i !ala% !ara, "9# *,5 K 5 5 K )? )? K *? *? K /? /? K (? (? K 5? 5? K 7? 7? K C? C? + D?

Gejala Kera4(nan Tidak ada gejala Aliran darah meningkat, sakit kepala ringan Tegang daerah dahi, sakit kepala, penglihatan agak terganggu Sakit kepala sedang, berdenyut+denyut, dahi (throbbing temple), $ajah merah dan mual Sakit kepala berat, "ertigo, mual, muntah, lemas, mudah terganggu, pingsan saat bekerja Seperti diatas, lebih berat, mudah pingsan dan jatuh Koma, hipotensi, kadang pernafasan %heyne+Stokes disertai kejang,

Koma dengan kejang, penekanan pernafasan dan fungsi jantung, mungkin terjadi kematian Denyut nadi lemah, pernafasan lambat, gagal hemodinamik, kematian

E. Ga%&aran Post Morte% Kera4(nan Kar&on Monoksi!a !ada korban yang mati tidak lama setelah keracunan %&, ditemukan lebam mayat ber$arna merah terang ( cheery red colour ), yang tampak jelas bila kadar %&.b mencapai /?@ atau lebih. 'amun ternyata $arna lebam mayat tersebut juga dapat ditemukan pada mayat yang didinginkan, korban keracunan sianida, dan pada orang yang mati akibat infeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga membentuk nitroksi+hemoglobin. !ada substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus palidus, dapat ditemukan petekie. Ditemukan pula ensefalomalasia simetris pada globus palidus. 'amun, kelainan+ kelainan tersebut ternyata tidak patognomonik untuk keracunan %&. Sedangkan pada miokardium dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis, paling sering di muskulus papilaris "entrikel kiri, kadang+kadang juga terdapat pada otot "entrikel, terutama di subperikardial dan subendokardial. !ada pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran sesuai dengan infark miokardium akut. .ipoksia atau defisiensi oksigen, merupakan penyebab cedera sel tersering dan terpenting, serta menyebabkan kematian. .ipoksia harus dibedakan dengan iskemia1 yang

merupakan terhentinya suplai darah dalam jaringan akibat gangguan aliran darah arteri atau berkurangnya drainase "ena. Defisiensi oksigen juga dapat disebabkan oleh oksigenasi darah yang tidak adekuat, salah satu contohnya adalah pada keracunan %&.

Kasus =uka bakar Kematian pada luka bakar yang diakibatkan keracunan karbon monoksida kulit berubah menjadi merah dibedakan dengan kulit yang menjadi merah akibat luka bakar langsung

7I. KE-AC')A) SIA)IDA Sianida (%') merupakan racun yang sangat toksik, karena garam sianida dalam takaran kecil sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh diri yang dilakukan oleh beberapa tokoh 'a3i. Kematian akibat keracunan %' umumnya terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan. Tetapi mungkin pula terjadi akibat kecelakaan di laboratorium, pada penyemprotan (fumigasi) dalam pertanian dan penyemprotan di gudang+gudang kapal. /. S(%&er $i!rogen siani!a "asam sianida, .%') merupakan cairan jernih yang bersifat asam, larut dalam air, alkohol dan eter# mempunyai titik didih *7,5 ?% sehingga mudah menguap dalam suhu ruangan dan titik beku )(?%. .%' mempunyai aroma khas amandel (bitter almonds, pach pit). .%' dipakai dalam sintesis kimia dan fumigasi gudang+gudang kapal untuk membunuh tikus. .%' dapat dibuat dengan jalan mereaksikan garam sianida dengan asam sehingga terbentuk .%'. Gara% Siani!a, 'a%' dan K%' dipakai dalam proses pengerasan besi dan baja, dalam proses penyepuhan emas dan perak serta dalam fotografi. Ag%' digunakan dalam pembuatan

semir sepatu putih. K+8eroasianida digunakan dalam bidang fotografi, Acrylonitrile digunakan untuk sintesis karet. %a+cyanimide untuk pupuk penyubur. %yanogen (%*'*) dipakai dalam sintesis kimia$i. Sianida juga didapat dari biji tumbuh+ tumbuhan terutama biji+bijian dari genus prunus yang mengandung glikosida sianogenetik atau amigdalin# seperti singkong liar, umbi+umbian liar, temu la$ak, chery liar, pulm, aprikot liar, jetberry bush, dll. 5. Far%akokinetik 1aram sianida cepat diabsorbsi melalui saluran pencernaan. %yanogen dan uap .%' diabsorbsi mealui pernapasan. .%' cair akan cepat diabsorbsi melalui kulit tetapi gas .%' lambat. Sedangkan nitrit organik (iminodipropilnitril, glikonitril, glikonitril, asetonitril) cepat diserap melalui kulit. Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit. Setelah diabsorbsi, masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai %' bebas dan tidak dapat berikatan dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin akan terbentuk sianmethemoglobin. Sianida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa en3im oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang diba$a oleh darah. Selain itu sianida juga secara refleks merangsang pernapasan dengan bekerja pada ujung saraf sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga pernapasan bertambah cepat dan menyebabkan gas racun yang di inhalasi makin banyak. !roses oksidasi dan reduksi terjadi sebagai berikut 8eHHsitokrom+oksidase H %' 8eHHHsitokrom+oksidase

8eHHHsitokrom+oksidase+sianida Dengan demkian proses oksidasi+reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi+.b tidak dapat berdisosiasi melepaskan &* ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan (anoksia histotoksik). .al ini merupakn keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi dalam darahnya kaya akan oksigen.

Sianida teroksidasi dalam tubuh menjadi sianat dan sulfosianat dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Takaran toksis peroral untuk .%' adalah 7?+E? mg sedangkan takaran toksik untuk K%' atau 'a%' adalah *?? mg. Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama inhalasi akan menentukan kecepatan timbul gejala keracunan dan kematian. 'ilai T=> (Threshold =imit >alue) adalah )) mg per 4 / untuk gas .%', sedangkan T=> untuk debu sianida adalah 5 gr per 4/. Kadang+kadang korban keracunan %' melebihi takaran mematikan (letal) tetapi tidak meninggal. .al ini mungkin disebabkan oleh toleransi indi"idual dengan daya detoksifikasi tubuh berlebihan, dengan mengubah %' menjadi sianat dan sulfosianat. Dapat pula disebabkan oleh keadaan an+asiditas asam lambung, sehingga menyebabkan garam %' yang ditelan tidak terurai menjadi .%'. Keadaan ini dikenal sebagai imunitas 2asputin. Tetapi sekarang hal ini telah dibantah, karena cukup dengan air saja dalam lambung, garam %' sudah dapat terurai menjadi .%'. Kemungkinan lain adalah karena dalam penyimpanan sianida sudah berubah menjadi garam karbonat. 4isalnya 'a%' H udara 'a*%&/ H './. 6. Tan!a !an gejala kera4(nan !ada keracunan akut racun ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernapasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam inter"al $aktu yang pendek antara menelan racun sampai kematian, dapat ditemukan gejala+gejala dramatis, korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersali"asi, mual+ muntah, sakit kepala, "ertigo, fotofobi, tinitus, pusing dan kelelahan. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat dan kadang+kadang tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks melambat, udara pernapasan dapat berbau amandel, juga muntahan tercium bau amandel. 4enjelang kematian, sianosis lebih nyata dan timbul kedut otot+otot kemudian kejang+kejang dengan inkontinensi urin dan al"i. :acun yang di inhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual, muntah, sakit kepala, sali"asi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan ekstremitas cepat timbul dan kemudian kolaps, kejang+kejang, koma dan meninggal.

!ada keracunan kronik korban tampak pucat, berkeringat dingin, pusing, raa tidak enak dalam perut, mual dan kolik, rasa tertekan pada dada dan sesak napas. Keracunan kronik %' dapat menyebabkan goiter dan hipotiroid, akibat terbentuk sulfosianat. :. Pe%eriksaan Ke!okteran Forensik !emeriksaan luar jena3ah ). Tercium bau amandel (patognomonik untuk keracunan %') *. Sianosis pada $ajah dan bibir /. ,usa keluar dari mulut (. =ebam mayat ber$arna merah terang, karena darah "ena kaya akan oksi+.bG %yan+ 4et+.b. 9arna lebam mayat yang merah terang tidak selalu ditemukan pada kasus keracunan sianida, ditrmukan pula kasus kematian akibat sianida dengan $ana lebam mayat yang be$arna biru+kemerahan, li"id. .al ini tergantung pada keadaan dan derajat keracunannya.

=ebam mayat pada keracunan %& G %' !emeriksaan dalam jena3ah ). Tercium bau amandel yang khas pada $aktu membuka rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila racun melalui mulut) *. Darah, otot, dan penampang organ tubuh dapat ber$arna merah terang /. Tanda+tanda asfiksia pada organ tubuh !ada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa lambung berupa korosi dan ber$arna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali

dan pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjasi antemortal atau postmortal. ;. Pe%eriksaan la&oratori(% a. ;ji kertas saring Kertas saring dicelupkan kedalam larutan asam piknat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering, kemudian teteskan 'a*%&/ )?@ ) tetes. ;ji positif bila terbentuk $arna ungu. Kertas saring dicelup dalam larutan K%=, dikeringkan dan dipotong+potong kecil. Kertas tersebut dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka $arna akan berubah menjadi merah teang karena terbentuk sianmethemoglobin. b. :eaksi Schonbein+!agenstecher 4asukan 5? mg isi lambungG jaringan kedalam tabung elenmeyer. Kertas saring dicelupkan kedalam larutan guajacol )?@ dalam alkohol, keringkan. =alu celupkan kedalam larutan ?,)@ %us&( dalam air dan kertas saring digantungkan diatas jaringan dalam botol . ,otol tersebut dihangatkan. ,ila reaksi positif, akan terbntuk $arna biru+hijau pada kertas saring. :eaksi ini tidak spesifik. c. :eaksi !russian ,lue d. %ara 1ettler 1oldbaum

Anda mungkin juga menyukai