Anda di halaman 1dari 38

ASFIKSIA

Oleh :
Muhammad Imam Syahbana
Muhammad Riska Maulana
Saffanah Dwi Adilah
Sylvia Pratiwi

Dokter pembimbing :

dr. H. Mistar Ritonga, Sp.F (K)


LATAR BELAKANG
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis
pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang
terjadi pada tubuh mayat. Terhentinya suplai oksigen bisa juga
menjadi penyebab kematian. Hal ini disebabkan karena adanya
hambatan masuknya oksigen ke dalam sistem respirasi sehingga
kadarnya berkurang (hipoksia). Keadaan dimana terjadi gangguan
dalam pertukaran udara pernafasan yang normal disebut asfiksia.

ASFIKSIA Istilah yang tepat


secara terminologi
Bahasa Yunani: kedokteran ialah
Mati lemas Absence of anoksia atau hipoksia.
pulse
LATAR BELAKANG
Dalam pemeriksaan mayat medikolegal kematian karena
asfiksia termasuk salah satu pemeriksaan yang sering dihadapi
dokter seperti mati tergantung, penjeratan, tenggelam, dibekap
dan lain-lain. Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-
tanda kematian yang berbeda. Hal ini sangat tergantung dari
penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut
tentang penyebab asfiksia tersebut.
DEFINISI ASFIKSIA

Asfiksia adalah kegagalan masuknya udara ke dalam


alveoli paru atau sebab-sebab lain yang mengakibatkan
persediaan oksigen dalam jaringan atau darah atau
keduanya berkurang sampai suatu tingkat tertentu
dimana kehidupan tidak mungkin berlanjut.
Secara Fisiologi Anoksia Terbagi Atas 4 Jenis
Oksigen tidak dapat masuk ke dalam paru-
paru .
penyebab :
- tidak ada atau tidak cukup oksigen. ex :
Anoksia anoksik bernafas di ruangan tertutup, kepala di tutupi
kantong plastik
-hambatan mekanik dari luar maupun dari
dalam jalan nafas ex : pembekapan, gantung
diri, penjeratan, pencekikan

Tidak cukup hemoglobin untuk membawa


Anoksia anemia oksigen. didapati pada anemi berat dan
perdarahan yang tiba-tiba
Tidak lancarnya sirkulasi darah yang
Anoksia hambatan membawa oksigen.
(stagnant anoxia) Ex : pada gagal jantung , syok dan
sebagainya

Anoksia jaringan Gangguan terjadi di dalam jaringan


sendiri, sehingga jaringan atau tubuh tidak
(hystotoxic anoxia)
dapat menggunakan oksigen secara efektif
ETIOLOGI
• Penyebab alamiah  penyakit yg menyumbat
saluran nafas
• Trauma mekanik menyebabkan asfiksia
mekanik
• Keracunan bahan yang menimbulkan depresi
pusat pernafasan
PATOFISIOLOGI
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada tipe
dari asfiksia. Sel-sel otak sangat sensitive terhadap kekurangan oksigen. Di
sini sel-sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sedangkan pada
organ tubuh yang lain yakni jantung, paru-paru, hati, ginjaldan yang lainnya,
perubahan akibat kekurangan oksigen langsung atau primer tidak jelas.
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari
tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang rendah
dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Keadaan ini didapati pada pembekapan, obstruksi jalan napas
seperti pada mati gantung, penjeratan, pencekikan dan korpus alienum
dalam saluran nafas atau pada tenggelam karena cairan menghalangi udara
masuk ke paru-paru, gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau
berdesakan (Traumatic asphyxia)
GEJALA ASFIKSIA
Fase dispnea  Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan
meningkatnya C02 dalam plasma.

Fase konvulsi  Terjadi kejang yang berkaitan dengan paralisis


pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

Fase apnea  Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat,


pernapasan melemah dan dapat berhenti.

Fase akhir  Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar
antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit
TANDA KARDINAL (KLASIK) ASFIKSIA
1. Tardieu’s spot (Petechial Hemorrages)
2. Kongesti dan Oedema
3. Sianosis
4. Lebam mayat yang khas
5. Tetap cairnya darah

Tardieu’s spot Bintik perdarahan pada jantung


GAMBARAN UMUM POST MORTEM ASFIKSIA

Pemeriksaan Luar:
1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan
kuku.
2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner
dan dilatasi jantung kanan
3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap
dan terbentuk lebih cepat
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut
5. Kapiler yang lebih mudah
6. Gambaran pembendungan pada mata
Pemeriksaan Dalam (Autopsi):
1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan
3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ
dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada pengirisan
banyak mengeluarkan darah
4. Petekie (usus halus, epikardium, subpleura
viseralis paru, kulit kepala dalam, epiglotis dan
sub glotis)
5. Edema paru
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan
kekerasan
ASFIKSIA MEKANIK
Asfiksia Mekanik  berkaitan dengan hambatan
saluran nafas secara mekanik

Asfiksia mekanik di bidang forensik yang sering dijumpai:


•Pembekapan (smothering)
•Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking)
•Tekanan di daerah leher:
- Pengaruh berat badan (mati gantung,hanging)
- Tenaga dari luar (penjeratan/strangulation,
pencekikan/ throttling, gantung/ hanging)
•Tersumbat oleh cairan (tenggelam,drowning)
•Gangguan gerakan pernafasan (dada ditekan,
traumatic asphyxia)
PEMBEKAPAN (SMOOTHERING)
Asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran nafas bagian luar
yaitu hidung dan mulut korban sekaligus. Biasanya dilakukan
terhadap korban yang lemah atau tidak berdaya

Dapat juga terjadi


kecelakaan pada anak
karena tertindih bantal
atau tertindih payudara
karena ketiduran saat
menyusui
GAMBARAN POST MORTEM PADA KASUS PEMBEKAPAN

PEMERIKSAAN LUAR:
- Tanda kekerasan (luka lecet jenis tekan/geser, jejas jari/kuku
disekitar wajah,dagu,pinggir rahang,hidung,lidah dan gusi
- Luka memar atau lecet pada bagian / permukaan dalam bibir
bibir
- Ujung lidah kadang memar atau cedera
- Lecet atau memar pada otot leher bagian belakang
- Tanda-tanda asfiksia
PEMERIKSAAN DALAM:
- Tetap cairnya darah
- Kongesti ( pembendungan yang sistemik)
- Edema pulmonum
- Petechial haemorrhages
- Busa halus dalam saluran pernafasan
PENYUMBATAN SALURAN NAFAS
(GAGGING DAN CHOKING)
Sumbatan saluran nafas bagian atas oleh benda asing.

Gagging sumbatan pada orofaring, mulut disumpal dengan


kain
Choking sumbatan pada laringofaring. Ini sering terjadi pada
anak-anak karena tertelan permen, kacang, dan lain-lain.
TANDA POST MORTEM :
tanda-tanda asfiksia dan adanya benda
asing di dalam mulut. Benda asing bisa
berupa potongan kain, kertas Koran, tisu,
sapu-tangan, gigi palsu dan sebagainya.
MATI GANTUNG (HANGING)
Tindakan bunuh diri dengan cara ini sering dilakukan karena
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan seutas tali,
kain, dasi atau benda apa saja yang dapat melilit leher

Dari letak tubuh ke lantai :


• Tergantung total (complete)tubuh
tergantung di atas lantai
• Setengah tergantung (partial) bagian
dari tubuh masih menyentuh lantai.
Berat badan 10-15 kg dewasa  dapat
menyebabkan tersumbat saluran nafas
Sisa berat badan 5 kg menyumbat arteri
karotis
Partial hanging karena bunuh diri
Dari letak jeratan :
1. Tipikal (Typical hanging)
dimana letak simpul dibelakang
leher, jeratan berjalan simetris
di samping leher dan di bagian
depan leher di atas jakun.
Tekanan pada saluran nafas dan
arteri karotis paling besar pada
tipe ini
2. Atipikal letak simpul bisa
dimana saja selain tipikal
MEKANISME KEMATIAN YANG
DISEBABKAN OLEH HANGING
1. Asfiksia
2. Apopleksia
3. Iskemia Serebral
4. Syok Vasovagal
5. Fraktur atau Dislokasi vertebra servikalis
TANDA-TANDA POST MORTEM
PEMERIKSAAN LUAR:
- Tanda penjeratan pada leher
- Kedalaman bekas jeratan
- Tanda-tanda asfiksia
- Lebam mayat
- Sekresi urin dan feses Tardieu spot pada gantung diri
PEMERIKSAAN DALAM:
- Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah
mengalami laserasi ataupun ruptur.
- Tanda-tanda Asfiksia
- resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot
- Terdapat memar atau ruptur
- Edema paru
- patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.
- Fraktur 2 buah tulang vertebra servikalis bagian atas
PERJERATAN (STRANGULATION)
Penjeratan adalah terhalangnya udara masuk ke saluran
pernafasan akibat adanya tenaga dari luar
Mekanisme kematian: Asfiksia, Iskemia Serebral, Syok Vasovagal

TIPE-TIPE:
1. Penjeratan dengan tali
2. Dicekik ( manual
strangulation)
3. Ditekan leher dengan
bahan selain tali ( misalnya
potongan kayu, lengan)
4.Mugging ,leher ditekan
dengan lutut atau siku
Dua jenis diatas sering
didapati.
PENJERATAN DENGAN TALI
Penjeratan dilakukan dalam pembunuhan dan
korban perkosaan.
Bentuk ,jenis tali dan simpul sering tidak
disertakan pada mayat (telah di lepas) , bila
masi ada, tali di putuskan di luar simpul
supaya bisa di rekonstruksi kembali.
POST MORTEM
PEMERIKSAAN LUAR
Bekas jeratan di leher bewarna merah kecoklatan,bersambung
(continous) dibawah atau setentang cartilage thyroid , lecet di
sekitar jeratan karena perlawanan korban , terkadang ada
vesikel halus. Jika tali segera dilepas atau longgar setelah jeratan
terlihat bekas jeratan berwarna kemarahan . jika tetap terjerat
dalam waktu lama di dapati bekas jeratan bewarna kecoklatan
seperti kertas perkamen.
Muka terlihat bengkak dan membiru , mata
melotot , begitu juga lidah menjulur. Bintik perdarahan
pada kening, temporal, kelopak dan bola mata lebih
jelas. Bisa didapati keluar feses dan urine. Karena
strangulasi umumnya karena pembunuhan maka
sering didapati tanda-tanda perlawanan.

PEMERIKSAAN DALAM
Di daerah leher terdapat lebam di setentang dan sekitar
penjeratan. Di jumpai fraktur tulang krikoid dan tulang
rawan trachea lainnya. Mucosa laring dan trachea
menebal dan bewarna merah, kadang disertai perdarahan
kecil. Paru-paru congested dengan tanda-tanda
penbendungan,tardieu’s spot, begitu juga tanda
perbendungan pada organ lain.
PERBEDAAN KASUS GANTUNG DAN
KASUS JERAT
Kasus Gantung (bunuh diri) Kasus Jerat (pembunuhan)
Simpul Simpul hidup Simpul mati
Simpul dapat dikeluarkan melalui Simpul sulit dikeluarkan melalui
kepala(tidak terikat kuat) kepala (terikat kuat)
Jumlah lilitan Bisa lebih dari 1 lilitan Biasanya 1 buah lilitan
penjerat
Arah Serong ke atas Mendatar/horizontal
Lokasi jejas Lebih tinggi Lebih rendah
Jejas jerat Meninggi ke arah simpul Mendatar
Luka - +
perlawanan
Luka lain-lain Biasanya ada, mungkin terdapat Ada, sering di daerah leher
luka percobaan lain
Lebam Pada bagian bawah tubuh Tergantung posisi tubuh korban
mayat
PENCEKIKAN
 Pencekikan sering terjadi pada perkelahian.
 Penyebab kematiannya lebih sering karena asfiksia.
 Tanda post-mortem yang khas adalah didapati
adanya bekas kuku jari tangan pada banyak tempat
di leher korban
Jenis Pencekikan:
• Menggunakan 1 tangan dan pelaku berdiri di depan
korban.
• Menggunakan 2 tangan dan pelaku berdiri di depan
atau di belakang korban.
• Menggunakan 1 lengan dan pelaku berdiri di depan
atau di belakang korban.
PENCEKIKAN

Pencekikan dengan bekas kuku dan


MEKANISME KEMATIAN: goresan pada sisi leher
- Asfiksia
- Refleks vagal
GAMBARAN POST MORTEM PENCEKIKAN
PEMERIKSAAN LUAR:
- Perbendungan pada muka dan kepala
- 3 hal penting yang harus diperhatikan, antara lain :
 Tanda asfiksia
 Tanda kekerasan pada leher
 Tanda kekerasan pada tempat lain yang dapat
menunjukkan bahwa korban melakukan perlawanan.
PEMERIKSAAN DALAM:
• Perdarahan atau resapan darah pada otot-otot di leher tiroid,
kelenjar ludah, serta mukosa dan submukosa faring atau laring.
• Fraktur, yang paling sering ditemukan pada os hyoid
• Memar atau robekan membrane hipotiroidea
• Luksasi artikulasio krikotiroidea dan robekan ligamentum pada mugging.
• Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid,
kelenjar ludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring.
• Tanda Asfiksia :
 Darah lebih gelap & lebih encer
 Busa dalam saluran pernafasan
 Organ tubuh lebih berat, lebih gelap, pada pengirisan banyak keluar
darah
• Petekie
• Edema paru

Pendarahan pada lidah akibat pencekikan


SUFOKASI
Terjadi karena kekurangan atau ketiadaan
oksigen

Bisa terjadi karena :


• korban berada dalam ruangan kecil tertutup
• kepala di masukkan dalam kantong plastic tertutup
diikat di bagian leher.
• pada anak-anak yang tidak sengaja bersembunyi
dalam lemari es atau korban masuk ke dalam selokan
yang pengap atau sumur yang kering.
• bila berada di pegunungan dimana tekanan oksigen
sangat rendah.
Tenggelam (drowning)
DROWNING (TENGGELAM)
Tenggelam : bentuk kematian akibat asfiksia karena terhalangnya
udara masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan tersumbat
oleh cairan.

Berdasarkan penyebabnya, mati tenggelam terbagi atas:


•Dry drowning  mati tenggelam tanpa ada air di saluran
nafas. Ini di kenal sebagai drowning type I.
•Wet drowning  mati tenggelam dimana cairan masuk ke
dalam saluran nafas. Air tawar (drowning type 2a) maupun
air asin ( Drowning type 2b).
•Immersion syndrome  mati tenggelam karena masuk air
dingin yg menyebabkan inhibisi vagal.
•Secondary drowning mati sesudah dirawat akibat
tenggelam. Tetap ada hubungannya dengan kelainan paru
akibat tenggelam (infeksi atau oedem)
POST MORTEM
PEMERIKSAAN LUAR
1. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir,
lumpur dan benda-benda asing lain yang terdapat dalam air,
kalau seluruh tubuh terbenam dalam air.
2. Busa halus pada hidung dan mulut, kadang-kadang berdarah.
3. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang pendarahan
atau perbendungan
4. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh
5. Washer woman’s hand
6. Cadaveric spasme
7. Luka-luka lecet pada siku, jari tangan,
lutut dan kaki akibat gesekan
pada benda-benda dalam air. Kutis anserina
Cadaveric spasme

Washer woman’s hand


PEMERIKSAAN DALAM
– Busa halus dan benda asing dalam saluran pernafasan.
– Paru-paru mebesar seperti balon, lebih berat, sampai menutupi
kandung jantung. Pada pengirisan banyak keluar cairan. Keadaan ini
terutama terjadi pada kasus tenggelam di laut.
– Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit diantara septum
interalveolar.
– Petekie subpleural dan bula emfisema jarang terdapat dan ini bukan
merupakan tanda khas tenggelam tetapi mungkin disebabkan oleh
usaha respirasi.
– Dapat juga ditemukan paru-paru yang normal karena cairan tidak
masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk ke dalam aliran
darah, ini dapat terjadi pada kasus tenggelam di air tawar.
– Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami perbendungan
– Lambung dapat sangat membesar, berisi air, lumpur dan mungkin juga
terdapat dalam usus halus.
Traumatik Asfiksia (Traumatic Asphyxia)

• Crush Asphyxia disebabkan oleh karena dada dan


perut mendapat tekanan secara bersamaan oleh
suatu kekuatan yang menyebabkan dada
terfiksasi sehingga diafragma tidak dapat
bergerak
• Pada pemeriksaan post mortem dijumpai adanya
tanda-tanda umum asfiksia; seperti misalnya
cyanosis, bintik-bintik perdarahan pada bagian
atas dari tubuh, edema serta pembengkakan
pada bola mata dan kongesti pada tubuh sebelah
atas akibat darah terdorong ke atas oleh
kompresi pada abdomen.
KESIMPULAN
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya
gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah
berkurang disertai dengan peningkatan karbon dioksida. Dengan
demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi
kematian.
Dalam bidang forensik ada beberapa keadaan atau jenis asfiksia
yang sering dijumpai, biasanya berkaitan dengan hambatan saluran
nafas secara mekanik atau disebut juga asfiksia mekanik yaitu pada
kasus pembekapan (smothering), penyumbatan saluran nafas (gagging
dan choking), mati gantung (hanging), penjeratan (strangulation),
pencekikan (throttling, manual strangulation), tenggelam (drowning)
dan traumatic asfiksia (traumatic asphyxia).
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang
dibedakan menjadi 4 fase, yaitu: fase dispneu, fase konvulsi, fase
apneu dan fase akhir. Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya
kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit.
DAFTAR PUSTAKA
• Amir A, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, ed 2, Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2007.
• Amrina T., Excellena., Kurniawati V, et al., Asfiksia Mekanik, Ilmu
Kedokteran Forensik Universitas Sriwijaya, Palembang: 2013.
• Budiyanto A., Widiatmaka W., Sudiono S, et al., Kematian Karena Asfiksia
Mekanik, Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Indonesia, Jakarta: 1997.
• Chadha PV. Kematian Akibat Asfiksia. Ilmu Forensik dan Toksikologi. India;
2003.
• Dahlan S, Asfiksia, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang: 2000.
• Iedris M, dr., Tjiptomartono A.L, dr., Asfiksia., Penerapan Ilmu Kedokteran
Forensik dalam Proses Penyidikan., Sagung Seto., Jakarta: 2008.
• Litan A., Valentina F., Billy I, et al., Asfiksia, Ilmu Kedokteran Forensik
Universitas Diponogoro, Semarang: 2012.
• Rey N., Mallo J., Kristanto E, Gambaran Kasus Kematian Dengan Asfiksia di
Bagian Kedokteran Forensik RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Periode Tahun
2013-2017, Ilmu Kedokteran Forensik Universitas Sam Ratulangi, Manado:
2017
• Robi M., Siwu J., Kristanto E, Gambaran Kasus Asfiksia Mekanik di Bagian
Forensik RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Periode Tahun 2010-2015, Ilmu
Kedokteran Forensik Universitas Sam Ratulangi, Manado: 2016

Anda mungkin juga menyukai