Pembimbing
Dr. dr. H Indra Faisal, M.M., Sp.FM., M.H
Disusun Oleh :
Hari Ilman Toni, S.Ked 102120029
Alang Cholembra, S.Ked 102120050
Roy Sando, S.Ked 102120031
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “PERANAN RADIOLOGI FORENSIK DALAM
IDENTIFIKASI LUKA TEMBAK”.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti
dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Kedokteran Forensik di RSUD
Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau. Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. dr. H Indra Faisal, M.M., Sp.FM., M.H selaku dokter pembimbing
2. Para pegawai di SMF Kedokteran Forensik RSUD Raja Ahmad Tabib
3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib
Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada
penulis selama ini, penulis ucapkan terimakasih dan semoga Tuhan membalas
dengan pahala yang sebesar- besarnya, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam
menjalani aplikasi ilmu.
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................. 2
B. Mekanisme........................................................................................ 2
C. Klasifikasi......................................................................................... 4
D. Deskripsi Klinis................................................................................. 11
E. Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak......................................... 13
F. Peranan Radiologi dalam Luka Tembak........................................... 16
G. Aspek Medikolegal........................................................................... 20
H. Perdarahan pada Luka Tembak......................................................... 20
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus kriminal yang menggunakan senjata api semakin banyak terjadi
dalam kehidupan kita. Senjata api tersebut bisa digunakan untuk melukai
bahkan untuk mematikan seseorang. Semakin banyaknya kasus luka
tembak, semakin banyak pula dokter yang diminta untuk melakukan
pemeriksaan terhadap korban, baik korbannya masih hidup ataupun sudah
meninggal.[1] Sementara dokter berkewajiban membantu proses peradilan
jika diminta oleh penyidik. Sebagaimana tercantum dalam pasal 133 ayat (1)
KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP, yang menjelaskan bahwa penyidik
berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut berupa Visum et
Repertum dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korbann,
baik korban luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena tindak
pidana.1
Pada masa ini korban karena kekerasan luka tembak makin sering
didapati karena makin banyak anggota masyarakat yang non ABRI memiliki
senjata api baik untuk pertahanan diri maupun untuk tujuan lain. Apalagi
korban di daerah konflik atau di daerah darurat militer.2
Pada prinsipnya pemeriksaan korban luka tembak sampai dengan
pemeriksaan luka pada trauma lain, namun ada satu hal yang spesifik yaitu
para dokter harus mengetahui dan memahami tentang senjata api, amunisi
dan peluru, tanpa memahami ini akan sulit memberikan bantuan yang
adekuat karena perlukaan pada tubuh akhirnya berdasarkan ketiga unsur
tersebut.2 Oleh karena itu dokter harus memahami bagaimana melakukan
pemeriksaan terhadap luka tembak supaya dokter tidak salah dalam
membuat kesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaannya tersebut.2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
atau persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak
adalah luka penetrasi ataupun perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak
peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka
perforasi anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Luka dalam
luka tembak dapat berupa keduanya, baik luka penetrasi maupun luka
perforasi. Peluru yang ditembakkan kekepala dapat menembus kulit dan
tengkorak sebelum akhirnya bersarang didalam otak. Hal ini menimbulkan
luka penetrasi pada kepala dan luka perforasi pada tengkorak dan otak.2
B. Mekanisme
Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat
adanya transfer energi dari luar menuju jaringan. Keruskan yang terjadi
pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan
menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainnya. Energi
kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru kesuatu jaringan
sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur
pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih
besar dari diameter peluru.3
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus
jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi
pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan
kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. Dengan adanya peluru
dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan
sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini
lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat
setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan
konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ
berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi.3
C. Klasifikasi
Luka ini akan berbentuk bundar dengan kelim lecet, lingkaran tattoage
(bintik-bintik hitam), dan atau jelaga (kelim jelaga). Diameter lingkaran
tattoage tergantung pada jarak tembak. Makin jauh jarak tembak, diameter
lingkaran tattoagenya semakin besar3. Bila terdapat kelim tattoo, berarti
jarak antara moncong senjata dan korban sekitar 50-60 cm, yaitu untuk
senjata genggam 4. Warna dari lingkaran tattoage ini dapat menunjukkan
fenomena antemortem atau postmortem yang mengindikasikan apakah
korban masih hidup saat penembakan terjadi. Jika korban sudah meninggal
sebelum penembakan, tattoage yang terbentuk akan berwarna abu-abu atau
kekuningan bukan berwarna coklat kemerahan yang menunjukkan adanya
luka antemortem.5 Apabila pada luka ditemukan kelim jelaga, jarak
tembakan sekitar 25-30 sentimeter sedangkan bila ditemukan kelim api,
maka jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar 15 sentimeter.4
(a)
Gambar 2.3 Luka tembak jarak dekat
Gambar 2.4
Luka tembak jarak jauh
Besar luka tembak keluar seringkali memiliki besar dua kali dari luka
tembak masuk. Berdasarkan perbedaan ukuran maka terdapat beberapa
kemungkinan, yaitu:
A. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,
biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga
tulang menjadi patah dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan
tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi
lebih lebar.
B. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk,
maka anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya
tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.5
D. Deskripsi Klinis
Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis.
Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas
dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan
diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil.
Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).3
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung
pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio
ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio
ringnya akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang
terkecil pada kulit. Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata.
Lemak ini juga akan memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim
lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak selalu terdapat
misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan.3
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan
akibat penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh
bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya
untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk
menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan
sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau
material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.7
1. Pemeriksaan mikroskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu
akibat trauma mekanis dan termis.5
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat.5
1. Kompresi epitel disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang
mengalami kompresi,elongasi, dan menjadi pipihnya sel sel epidermal
serta elongasi dari inti sel
2. Distorsi dari sel epidemis di tepi luka yang dapat bercampur dengan
butir butir mesiu
3. Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel
sel basal
4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan
lebih banyak mengambil warna biru
5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis, adanya butir
butir mesiu
6. Sel sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan piknotik
7. Butir butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan,berwarna
hitam atau kecoklatan
a. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka
tidak terdapat butir butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir butir
mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya
disepanjang tepi saluran luka
b. Pada luka tembak tempel soft contact butir butir mesiu terdapat
pada kulit dan jaringan dibawah kulit
c. Pada luka tembak jarak dekat,butir butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan lapisan
kulit
2. Pemeriksaan kimiawi
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit,nitrat,
sulfat, karbonat, tiosianat, dan tiosulfat. Pada smokeless gun powder dapat
ditemukan nitrit dan sellulosa nitrat. Pada senjata api yang modern unsure
kimia yang dapat ditemukan adalah timah, barium, antimony, dan merkuri.
Pemeriksaan atas unsure-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian
korban, didalam atau diluar luka. Pada pelaku unsur tersebut dapat dideteksi
pada tangan yang menggenggam senjata.7
3. Pemeriksaan dengan sinar x
Sebenarnya pemeriksaan rontgen pada luka tembak ini kurang
bermanfaat. Ada beberapa alasan penggunaan foto rontgen yaitu:
a. Untuk mengetahui posisi peluru
b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru
c. Untuk mengetahui saluran peluru
d. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya
luka akibat peluru
e. Untuk menyingkirkan peluru yang ada dalam tubuh
G. Aspek Medikolegal
Luka tembak bisa terjadi karena:
Pembunuhan
Bunuh diri
Kecelakaan
Yang dimaksud dengan luka tembak kecelakaan adalah luka tembak karena
picu senjata api tertekan secara tidak sengaja sehingga mengenai orang
lain atau diri sendiri.
Perbuatan bunuh diri dapat diduga dari jenis senjata yang dipakai, umumnya
di pelipis atau dalam mulut, biasanya satu tembakan, kecuali pakai pistol
automatis, arahnya sesuai dengan posisi yang enak bagi pelaku untuk
melakukannya, seperti di pelipis kanan dengan arah ke belakang atas pada
orang bukan kidal.
Pada beberapa kasus dilaporkan ada juga yang melakukan dengan senjata api
laras panjang dengan memakai perangkat tali yang diatur sedemikian rupa,
sehingga dapat ditarik picu dari jauh. Dalam hal ini pemeriksaan di TKP
sangat menentukan. Adanya senjata yang tergenggam erat ditangan
(cadaveric spasme) merupakan petunjuk bunuh diri. Keadaan ini tidak bisa
terjadi bila pembunuh menggenggamkan senjata ke tangan korban untuk
menyesatkan penyidikan.2
Pembunuhan dengan senjata api sering terjadi, luka tembak masuk bisa
dimana-mana, apalagi di belakang tubuh, demikian pula arah luka tembak,
luka tembak bisa satu atau lebih.2
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Luka akibat tembakan sejanta api pada hakekatnya merupakan luka yang
dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumpul), dan fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik. Secara ringkas karaktersitik luka tembak
berdasarkan jarak tembak terangkum dalam tabel berikut:
Jarak Luka Kelim Kelim Kelim Kelim Luka Jejak
temba terbuk lecet lemak tattoo jelaga bakar laras
k a
kontak + + + + + + +
dekat + + + + + + -
sedang + + + + + - -
jauh + + + - - - -
Tabel 3.1 Identifikasi luka tembak
1. Abraham S, Arif RS, dkk. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 2009; p,94.
2. Amir, Amri.. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Medan: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU.
3. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/
Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 3 April
2021).
6. Pollak, Stefan & Saukko, Pekka J. Gunshot Wound. New York. 2006; P.1-
19
7. Hueske E. 2009. Firearms and tool mark the forensic laboratory
handbooks. Practice and resource.
8. Astuti E. 2016. Hubungan Glasgow Coma Scale dengan Glasgow
Outcome Scale Berdasarkan Lama Waktu Tunggu Operasi pada Pasien
Perdarahan Epidural. Fakultas Kedokteran UNAND:Vol. 39 no 2
9. Holmen B, L 2013.Gunshot Wounds To The Chest. Oslo.
10. Payne-James J, McGovem C, Jones R, Karch S, Manlove J, Simpson’s
Forensic Medicine, 13th Edition. Hoboken : CRC Press : 2011.