Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

PERANAN RADIOLOGI FORENSIK DALAM IDENTIFIKASI LUKA


TEMBAK

Pembimbing
Dr. dr. H Indra Faisal, M.M., Sp.FM., M.H

Disusun Oleh :
Hari Ilman Toni, S.Ked 102120029
Alang Cholembra, S.Ked 102120050
Roy Sando, S.Ked 102120031

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAJA AHMAD TABIB
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “PERANAN RADIOLOGI FORENSIK DALAM
IDENTIFIKASI LUKA TEMBAK”.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti
dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Kedokteran Forensik di RSUD
Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau. Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. dr. H Indra Faisal, M.M., Sp.FM., M.H selaku dokter pembimbing
2. Para pegawai di SMF Kedokteran Forensik RSUD Raja Ahmad Tabib
3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang diberikan kepada
penulis selama ini, penulis ucapkan terimakasih dan semoga Tuhan membalas
dengan pahala yang sebesar- besarnya, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam
menjalani aplikasi ilmu.

Tanjung Pinang, 30 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................. 2
B. Mekanisme........................................................................................ 2
C. Klasifikasi......................................................................................... 4
D. Deskripsi Klinis................................................................................. 11
E. Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak......................................... 13
F. Peranan Radiologi dalam Luka Tembak........................................... 16
G. Aspek Medikolegal........................................................................... 20
H. Perdarahan pada Luka Tembak......................................................... 20
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus kriminal yang menggunakan senjata api semakin banyak terjadi
dalam kehidupan kita. Senjata api tersebut bisa digunakan untuk melukai
bahkan untuk mematikan seseorang. Semakin banyaknya kasus luka
tembak, semakin banyak pula dokter yang diminta untuk melakukan
pemeriksaan terhadap korban, baik korbannya masih hidup ataupun sudah
meninggal.[1] Sementara dokter berkewajiban membantu proses peradilan
jika diminta oleh penyidik. Sebagaimana tercantum dalam pasal 133 ayat (1)
KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP, yang menjelaskan bahwa penyidik
berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut berupa Visum et
Repertum dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korbann,
baik korban luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena tindak
pidana.1
Pada masa ini korban karena kekerasan luka tembak makin sering
didapati karena makin banyak anggota masyarakat yang non ABRI memiliki
senjata api baik untuk pertahanan diri maupun untuk tujuan lain. Apalagi
korban di daerah konflik atau di daerah darurat militer.2
Pada prinsipnya pemeriksaan korban luka tembak sampai dengan
pemeriksaan luka pada trauma lain, namun ada satu hal yang spesifik yaitu
para dokter harus mengetahui dan memahami tentang senjata api, amunisi
dan peluru, tanpa memahami ini akan sulit memberikan bantuan yang
adekuat karena perlukaan pada tubuh akhirnya berdasarkan ketiga unsur
tersebut.2 Oleh karena itu dokter harus memahami bagaimana melakukan
pemeriksaan terhadap luka tembak supaya dokter tidak salah dalam
membuat kesimpulan berdasarkan hasil pemeriksaannya tersebut.2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
atau persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak
adalah luka penetrasi ataupun perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak
peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka
perforasi anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Luka dalam
luka tembak dapat berupa keduanya, baik luka penetrasi maupun luka
perforasi. Peluru yang ditembakkan kekepala dapat menembus kulit dan
tengkorak sebelum akhirnya bersarang didalam otak. Hal ini menimbulkan
luka penetrasi pada kepala dan luka perforasi pada tengkorak dan otak.2

B. Mekanisme
Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat
adanya transfer energi dari luar menuju jaringan. Keruskan yang terjadi
pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan
menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainnya. Energi
kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru kesuatu jaringan
sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur
pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih
besar dari diameter peluru.3
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus
jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi
pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan
kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. Dengan adanya peluru
dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan
sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini
lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat
setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan
konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ
berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi.3

Gambar 2.1 Mekanisme Luka Tembak

Terdapat empat teori luka yaitu :


1. Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:
a. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik
antara peluru dan lapisan otot atau jaringan.
b. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.
2. Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak
memadai untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.
3. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak
merusak tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang
merusak ketenangan air saat meluncur diatas danau.
a. Semkain besar energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin
banyak energi yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringan semakin
besar.
b. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya
rongga sementara.
c. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan
seperlima-sepersepuluh ribu detik saja.
(1) Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa
berangsur-angsur melewati getaran dan kontraksi yang semakin
sebelum hilang sama sekali, meninggalkan bekas luka yang
permanen.
(2) Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter
peluru.
(3) Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebiah peluru non-fragmen,
yang merusak bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada
sisinya.
d. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka
tembak di kepala.
e. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh
terhempasnya jaringan, peran karena luka oleh peluru relative kecil.
f. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire. Rongga besar dan
tekanan gelombang besar dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga
dapat merobek organ ecara langsung oleh peluru.
4. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek
tubuh yang meninggalkan luka yang lebih parah dibandingkan dengan jika
tidak sobek. Sebaliknya peluru senjata militer cendurung untuk tidak
merobek tubuh.

C. Klasifikasi

Luka tembak dapat di klasifikasikan berdasarkan jarak tembak antara


moncong senjata dengan target yaitu tubuh korban. Luka tembak yang
terjadi dapat ditemukan dalam bentuk penetrasi atau perforasi. Penetrasi
luka terjadi apabila peluru memasuki objek dan tidak dapat keluar,
sedangkan perforasi luka terjadi apabila peluru dapat melewati keseluruhan
objek 5. Klasifikasi luka tembak ditentukan berdasarkan ciri-ciri yang khas
ditimbulkan pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak. 4
Dalam balistik luka tembak diklasifikasikan menjadi :

1. Luka Tembak Masuk


Luka tembak masuk dibedakan menjadi :
a. Luka Tembak Tempel (Contact wound)
Luka tembak masuk tempel pada umumnya merupakan luka pada kasus
bunuh diri. Pada luka tembak tempel, moncong senjata saat penembakan
diletakkan berlawanan dengan permukaan tubuh 4. Luka tembak masuk
tempel pada kulit umumnya tidak bulat, tetapi dapat berbentuk bintang
apabila mengenai tulang dan sering ditemukan cetakan/jejas ujung laras.
Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan karena ujung laras
ditempelkan keras pada kulit, sehingga seluruh gas masuk kedalam dan
jalannya terhalang oleh tulang sehingga membalik keluar melalui lubang
anak peluru. Desakan keluar ini menimbulkan cetakan laras dan
robeknya kulit4. Pada luka tembak tempel, semua unsur-unsur yang
keluar dari laras masuk ke dalam luka. Dalam tubuh, masing-masing-
masing anak peluru (pellet) yang berasal dari shot gun akan saling
berbenturan sehingga terjadi dispersi atau penyebaran pellet keseluruh
tubuh yang dikenal dengan fenomena billiard ball richochet effect.

Gambar 2.2 Luka tembak tempel masuk


Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan
bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan:
1. Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat
penarik senjata.
2. Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak
dan  tidak miring.
Sasarannya, yaitu :
 Daerah temporal
 Dahi sampai occiput
 Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang
menuju otak

Berdasarkan kontak terhadap kulit, luka tembak tempel dapat dibedakan


menjadi kontak keras (hard), tidak erat (loose/soft), bersudut (angled),
incomplete (variation angle).

- Luka Tembak Tempel Keras (Hard Contact Wound)


Pada hard contact wound, moncong laras menekan kulit dengan sangat
keras, sehingga kulit menutupi moncong senjata. Pada luka jenis ini
akan didapatkan gas panas sisa pembakaran pada tepi luka dan warna
kehitaman dari jelaga. Jelaga ini menempel pada kulit yang terbakar
dan tidak dapat dihilangkan hanya dengan mencuci atau menggosok
luka.

- Luka Tembak Tempel tidak erat (loose/soft contact wound)


Pada jenis luka ini, moncong senjata secara utuh (complete) menekan
kulit dengan tekanan yang tidak terlalu erat. Gas yang keluar
mendahului anak peluru sehingga terbentuk temporary gap antara kulit
dan moncong senjata. Jelaga yang dibawa oleh gas, terkumpul disekitar
luka tembak masuk. Jelaga ini dapat dibersihkan dengan mudah.

- Luka Tembak Tempel Bersudut (angled contact wound)


Pada jenis luka ini, moncong senjata ditempelkan pada sudut tertentu
pada kulit sehingga tidak semua bagian moncong senjata kontak dengan
kulit. Kontak yang tidak komplit dengan kulit menyebabkan bentuk
jelaga yang esentrik. Jelaga terdapat dalam dua daerah yang berbeda.
Pada daerah yang nyata atau jelas terlihat (noticeable zone) akan
tampak warna kehitaman (black seared area) pada kulit dan berbentuk
sirkular, oval atau pear sedangkan pada daerah terang (light) akan
tampak berwana abu-abu dengan sedikit jelaga dan berbentuk seperti
kipas yang lebih mudah untuk dibersihkan. Pada daerah ini terdapat
bubuk mesiu yang tidak terbakar. Luka tembak masuk normalnya
terletak pada daerah yang berwarna kehitaman. Jika sudut tembak
antara kulit dan laras memiliki sudut yang tinggi, dimana posisi
moncong laras mendekati arah tegaklurus dengan kulit, luka tembak
masuk akan ditemukan lebih kearah pusat daerah yang berwarna
kehitaman. Sedangkan, jika sudut antara kulit dan laras memiliki sudut
yang semakin berkurang, akan terdapat sisa bubuk mesiu berupa tattoo
pada letak yang berlawanan dengan luka.

- Luka Tembak Tempel Incomplete (variated angle contact wound)


Luka tembak tempel incomplete merupakan variasi dari luka tembak
tempel bersudut. Senjata ditempelkan berlawanan dengan kulit tapi
karena permukaan tubuh tidak datar, terdapat gap antara moncong
senjata dan kulit.

b. Luka Tembak Jarak Sangat Dekat (near contact wound)


Pada luka ini, sasaran sangat dekat dengan moncong laras sekitar 2-3 cm
sehingga semua unsur-unsur yang keluar dari laras dapat mencapai sasaran.
Pada luka akan dijumpai klim lecet, lingkaran tattoage, jelaga, dan tanda-
tanda luka bakar seperti rambut yang terbakar di sekita luka hiperemi. Pada
near- contact wound, luka tembak masuk banyak dikelilingi jelaga yang
berwarna kehitaman pada kulit.

c. Luka Tembak Jarak Dekat (intermediate-range wound)


Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh
peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan
tanda-tanda schot hand. Jarak menengah disini diartikan tembakan dari
suatu jarak antara 60-90 cm dimana pada sekitar luka tembak masuk masih
didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung: jenis
senjata, laras panjang atau pendek dan jenis mesiu yakni mesiu hitam atau
smokeless 6.

Luka ini akan berbentuk bundar dengan kelim lecet, lingkaran tattoage
(bintik-bintik hitam), dan atau jelaga (kelim jelaga). Diameter lingkaran
tattoage tergantung pada jarak tembak. Makin jauh jarak tembak, diameter
lingkaran tattoagenya semakin besar3. Bila terdapat kelim tattoo, berarti
jarak antara moncong senjata dan korban sekitar 50-60 cm, yaitu untuk
senjata genggam 4. Warna dari lingkaran tattoage ini dapat menunjukkan
fenomena antemortem atau postmortem yang mengindikasikan apakah
korban masih hidup saat penembakan terjadi. Jika korban sudah meninggal
sebelum penembakan, tattoage yang terbentuk akan berwarna abu-abu atau
kekuningan bukan berwarna coklat kemerahan yang menunjukkan adanya
luka antemortem.5 Apabila pada luka ditemukan kelim jelaga, jarak
tembakan sekitar 25-30 sentimeter sedangkan bila ditemukan kelim api,
maka jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar 15 sentimeter.4

(a)
Gambar 2.3 Luka tembak jarak dekat

d. Luka Tembak Jarak Jauh (long-range wound/distant gunshot wound)


Pada luka tembak jarak jauh, tanda yang ditemukan pada target dihasilkan
karena adanya perforasi kulit oleh anak peluru2. Luka ini terjadi antara
moncong senjata dengan tubuh korban lebih dari satu meter atau jarak
tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar. Luka
berbentuk bundar atau oval, dengan disertai adanya kelim lecet. Bila senjata
sering dirawat (diberi minyak pelumas) maka pada kelim lecet dilihat
pengotoran berwarna hitam berminyak,yang menunjukkan adanya kelim
lemak. Pada luka tembak ini tidak ditemukan adanya jelaga atau tattoo.4

Gambar 2.4
Luka tembak jarak jauh

2. Luka Tembak Keluar


Luka tembak keluar terbentuk setelah peluru membentuk luka tembak
masuk dan saluran luka tembakan dan akhirnya peluru akan mengenai kulit
lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Jika batas kekenyalan
kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul
suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka
tembak keluar.4
Jika sebuah peluru mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari
pada peluru akan menjadi berubah. Tulang-tulang yang terkena peluru akan
menjadi patah, pecah dan kemungkinan remuk sehingga ketika peluru
menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya
peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan
tulang yang ikut keluar karena dorongan dari peluru 3. Hal inilah yang
mengakibatkan luka tembak keluar yang besar dan lebih lebar dari luka
tembak masuk namun dengan bentuk yang irregular. Jadi bentuk luka
tembak keluar bisa diakibatkan oleh dua hal yaitu (1) putaran (spin) yang
menstabilkan peluru di udara tidak efektif pada jaringan. Hal ini disebabkan
karena densitas jaringan yang lebih besar (2) Peluru kemungkinan berubah
bentuk setelah melewati jaringan tubuh.4
Gambar 2.5 Luka tembak keluar

Besar luka tembak keluar seringkali memiliki besar dua kali dari luka
tembak masuk. Berdasarkan perbedaan ukuran maka terdapat beberapa
kemungkinan, yaitu:

A. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,
biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga
tulang menjadi patah dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan
tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi
lebih lebar.
B. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk,
maka anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya
tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.5

D. Deskripsi Klinis
Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis.
Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas
dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan
diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil.
Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).3
Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung
pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio
ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio
ringnya akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang
terkecil pada kulit. Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata.
Lemak ini juga akan memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim
lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak selalu terdapat
misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan.3

Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari :


a. Lokasi
1. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri
garis pertengahan tubuh
2. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
b. Deskripsi luka luar
1. Ukuran dan bentuk
2. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
3. Luka bakar
4. Lipatan kulit, utuh atau tidak
5. Tekanan ujung senjata
c. Residu tembakan yang terlihat
1. Grains powder
2. Deposit bubuk hitam, termasuk korona
3. Tattoo
4. Metal stippling
d. Perubahan
1. Oleh tenaga medis
2. Oleh bagian pemakaman
e. Track
1. Penetrasi organ
2. Arah
 Depan ke belakang (belakang ke depan)
 Kanan ke kiri (kiri ke kanan)
 Atas ke bawah
3. Kerusakan sekunder
 Perdarahan
 Daerah sekitar luka
4. Kerusakan organ individu
f. Penyembuhan luka tembakan
1. Titik penyembuhan
2. Tipe misil
3. Tanda identifikasi
4. Susunan
g. Luka keluar
1. Lokasi
2. Karakteristik
h. Penyembuhan fragmen luka tembak
i. Pengambilan jaringan untuk menguji residu

Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan
akibat penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh
bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya
untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk
menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan
sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau
material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah
dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka.7

E. Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak


Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk
sering dipersulit adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak
bias dilakukan dengan baik. Hal ini mengakibatkan penafsiran kesimpulan
yang kurang tepat. Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan luka
tembak, dapat dilakukan prosedur sebagai berikut: luka tembak dibersihkan
dengan hydrogen peroksida 3% by volume. Setelah 2-3 menit luka tersebut
dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan
membersihkan darah sehingga luka tembak menjad bersih dan deskripsi
luka dapat dilakukan dengan tepat.

1. Pemeriksaan mikroskopik
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu
akibat trauma mekanis dan termis.5
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat.5
1. Kompresi epitel disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang
mengalami kompresi,elongasi, dan menjadi pipihnya sel sel epidermal
serta elongasi dari inti sel
2. Distorsi dari sel epidemis di tepi luka yang dapat bercampur dengan
butir butir mesiu
3. Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel
sel basal
4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan
lebih banyak mengambil warna biru
5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis, adanya butir
butir mesiu
6. Sel sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan piknotik
7. Butir butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan,berwarna
hitam atau kecoklatan
a. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka
tidak terdapat butir butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir butir
mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya
disepanjang tepi saluran luka
b. Pada luka tembak tempel soft contact butir butir mesiu terdapat
pada kulit dan jaringan dibawah kulit
c. Pada luka tembak jarak dekat,butir butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan lapisan
kulit
2. Pemeriksaan kimiawi
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit,nitrat,
sulfat, karbonat, tiosianat, dan tiosulfat. Pada smokeless gun powder dapat
ditemukan nitrit dan sellulosa nitrat. Pada senjata api yang modern unsure
kimia yang dapat ditemukan adalah timah, barium, antimony, dan merkuri.
Pemeriksaan atas unsure-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian
korban, didalam atau diluar luka. Pada pelaku unsur tersebut dapat dideteksi
pada tangan yang menggenggam senjata.7
3. Pemeriksaan dengan sinar x
Sebenarnya pemeriksaan rontgen pada luka tembak ini kurang
bermanfaat. Ada beberapa alasan penggunaan foto rontgen yaitu:
a. Untuk mengetahui posisi peluru
b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru
c. Untuk mengetahui saluran peluru
d. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya
luka akibat peluru
e. Untuk menyingkirkan peluru yang ada dalam tubuh

Pemeriksaan radiologi dengan sinar-x ini pada umumnya untuk


memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, dan juga
bila ada partikel-partikel peluru yang masih tertinggal pada tubuh.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk atau sudah rusak,
pemeriksaan akan sedikit lebih sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini
akan mempermudah menentukan kasusnya, yaitu ditemukanya anak peluru
pad rontgen. Pada leka tembak jarak dekat dibuat percobaan paraffin, yang
berguna untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa
mesiu sekitar luka tembak jarak dekat.7

4. Pemeriksaan baju pada korban luka tembak


Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek
baju yang dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaanya adalah: 3
1. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut, jika
diharuskan merusak baju tersebut, maka dilakukan manipulasi sehingga
luka dapat terlihat
2. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang barang yang ada di
saku
3. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi
kardiopulmonologi dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal
ini , baju harus dipotong atau dirobek.

F. Peranan Radiologi dalam Luka Tembak


Radiologi memiliki peranan yang cukup besar dalam bidang forensik
terutama dalam mengidentifikasi luka tembak. Pemeriksaan radiologi
dengan sinar X ini pada umumnya digunakan untuk :

` Gambar 2.6 Radiologi luka tembak thoraks


a. Memudahkan dalam mengetahui letak dan jumlah peluru dalam tubuh
Radiologi sangat berperan penting dalam menentukan lokasi peluru.
Penggunaan radiologi dalam menentukan lokasi peluru dapat
mengefektifkan waktu yang digunakan dalam melakukan autopsi. 5
b. Pada pemeriksaan radiologi tandem bullet injury, walaupun luka
tembak masuk hanya satu, pada pemeriksaan radiologi dapat
ditemukan dua peluru. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet
yang tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan
senjata jenis shot gun yang tidak beralur, dimana satu peluru terdiri
dari berpuluh pellet. Sedangkan, jika pada pemeriksaan radiologi
ditemukan satu peluru pada tubuh korban maka dipastikan korban
ditembak dengan senjata jenis rifled.4 Pada keadaan tubuh korban
yang telah membusuk atau mengalami luka bakar, serta pemeriksaan
yang sulit untuk dilakukan, pemeriksaan radiologi ini dapat digunakan
dengan mudah untuk menentukan lokasi peluru.
c. Membantu memeriksa partikel-partikel peluru yang tertinggal. Peluru
yang digunakan pada senjata dapat dibungkus oleh komplit jaket atau
parsial jaket. Saat memasuki tubuh, bagian inti peluru dapat terpisah
dari jaket yang melapisinya.6
d. Untuk mengetahui Kerusakan Tulang akibat peluru
Ketika peluru mengenai tulang, Fragmen atau partikel metal yang
kecil sering diidentifikasi pada jaringan tubuh (soft tissue). Fragmen
atau partikel ini mengindikasikan adanya peluru yang kemungkinan
tidak berjaket atau memiliki jaket parsial. Peluru yang memiliki full
jaket dapat meremukkan dan memecah tulang menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil dan sedikit meninggalkan fragmen atau partikel
metal. Peluru yang masuk kemungkinan mengenai tulang dan dapat
dibelokkan sehingga luka tembak masuk atau luka tembak keluar tidak
menunjukkan letak peluru yang sebenarnya.6
Jumlah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh peluru yang
memasuki tubuh dipengaruhi oleh massa dan kecepatan peluru
tersebut. Peluru yang bergerak lambat dengan massa yang berat
biasanya akan tertinggal pada tubuh korban dan seringkali ditemukan
pada keadaan intak (utuh). Peluru yang memiliki kecepatan yang
tinggi seperti pada peluru rifle dapat mengakibatkan destruksi jaringan
yang ekstensif atau luas.6
Gambar ini menunjukkan adanya kerusakan jaringan yang diakibatkan
oleh kecepatan peluru yang terlalu tinggi.
e. Membantu menentukan apakah Luka Tembak disebabkan karena
bunuh diri atau pembunuhan
Sebagian besar luka tembak akibat bunuh diri berupa satu luka
yang ditembakkan pada bagian kanan tubuh (pada sebagian besar
right-handed people). Luka bunuh diri pada daerah dekat dan sekitar
mata sangat jarang ditemui. Luka tembak yang multipel sangat sedikit
menunjukkan luka bunuh diri, luka multipel cenderung mengarah ke
luka tembak akibat pembunuhan. Sekitar dua persen dari luka bunuh
diri merupakan luka yang multipel, hal ini bisa disebabkan kaarena
peluru yang digunakan mengalami kerusakan atau tembakan pertama
tidak menimbulkan kematian. Kaliber dari senjata juga menunjukkan
pola dari luka yang terjadi. Senjata dengan kaliber yang besar
memiliki kecepatan peluru yang cukup tinggidan lebih mudah untuk
melewati tubuh dibandingkan senjata yang memiliki kaliber kecil dan
kecepatan yang rendah.5
f. Membantu menentukan migrasi peluru dan Penyumbatan peluru pada
Pembuluh Darah
Peluru yang mengenai tubuh pada umumnya akan memasuki tubuh
seperti garis lurus kecuali pada peluru yang mengenai tulang. Peluru
dapat berpindah ketempat yang lebih jauh apabila memasuki sistem
vaskular, respirasi, dan saluran gastrointestinal.
Tipe peluru yang mengalami penyumbatan umumnya terdapat
pada sistem pembuluh darah arteri dan vena. Peluru yang besar
cenderung mengalami penyumbatan pada bagian inferior kecuali pada
shotgun pellet yang mengalami penyumbatan pada bagian superior.
Posisi tubuh pada saat penembakan sangat penting untuk menentukan
kemungkinan letak peluru pada pembuluh darah. Efek gaya gravitasi
dapat mengakibatkan peluru bergerak melawan aliran darah.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan pada aliran arteri. Aktivitas
agonal jantung biasanya menyebabkan peluru terbawa kearah
ekstremitas bawah yakni ke arteri femoral.
Pemeriksaan pada sistem vena juga dapat dilakukan dimana vena
cava umumnya akan membawa peluru kembali ke arah jantung.
Shotgun pellets dapat mengalami penyumbatan pada pembuluh
coronary atau intracranial yang menyebabkan insufisiensi pembuluh
darah. Pellet juga dapat memasuki sistem vena dan berpindah ke
dalam paru-paru.
Migrasi peluru ke dalam sistem respirasi jarang ditemukan, namun
hal ini dapat terjadi apabila peluru mengenai kepala dan leher
kemudian mengalami aspirasi. Perpindahan peluru ke dalam sistem
gastrointestinal juga dapat terjadi apabila peluru langsung mengenai
abdomen atau mengenai kepala dan leher yang kemudian tertelelan ke
dalam sistem gastrointesinal.
g. Penilaian Kaliber Peluru
Penilaian kaliber peluru dengan menggunakan pemeriksaan
radiologi memiliki banyak hambatan. Pembesaran radiografi dan
perubahan bentuk dari peluru dapat merubah bentuk peluru yang
sebenarnya. Pemeriksaan radiologi lebih berperan dalam menentukan
lokasi peluru sedangkan pengukuran kaliber senjata yang tepat dapat
dilakukan oleh patologis.6

G. Aspek Medikolegal
Luka tembak bisa terjadi karena:
 Pembunuhan
 Bunuh diri
 Kecelakaan
Yang dimaksud dengan luka tembak kecelakaan adalah luka tembak karena
picu senjata api tertekan secara tidak sengaja sehingga mengenai orang
lain atau diri sendiri.
Perbuatan bunuh diri dapat diduga dari jenis senjata yang dipakai, umumnya
di pelipis atau dalam mulut, biasanya satu tembakan, kecuali pakai pistol
automatis, arahnya sesuai dengan posisi yang enak bagi pelaku untuk
melakukannya, seperti di pelipis kanan dengan arah ke belakang atas pada
orang bukan kidal.
Pada beberapa kasus dilaporkan ada juga yang melakukan dengan senjata api
laras panjang dengan memakai perangkat tali yang diatur sedemikian rupa,
sehingga dapat ditarik picu dari jauh. Dalam hal ini pemeriksaan di TKP
sangat menentukan. Adanya senjata yang tergenggam erat ditangan
(cadaveric spasme) merupakan petunjuk bunuh diri. Keadaan ini tidak bisa
terjadi bila pembunuh menggenggamkan senjata ke tangan korban untuk
menyesatkan penyidikan.2
Pembunuhan dengan senjata api sering terjadi, luka tembak masuk bisa
dimana-mana, apalagi di belakang tubuh, demikian pula arah luka tembak,
luka tembak bisa satu atau lebih.2

G. Perdarahan pada Luka Tembak


a. Luka Tembak Kepala
Semua pasien dengan luka tembak tembus di kepala harus dirawat di
rumah sakit. Manajemen awal fokus pada patensi jalan nafas, pernafasan,
dan sirkulasi. Selanjutnya terapi spesifik trauma otak. Setiap perdarahan
harus segera diatasi, menjahit laserasi dengan segera dapat menjaga
homeostasis. Pasien dengan luka penetrasi di kepala membutuhkan CT-Scan
kepala segera untuk menilai luas kerusakan otak, perdarahan intrakranial,
edema otak, efek pendorongan massa, sisa proyektil, serpihan tulang,
material lain sepanjang lintasan proyektil. Umumnya pasien luka tembak
tembus membutuhkan pembedahan segera untuk debridement
(pembersihan). Semua pasien hematom intrakranial mengalami dampak
massa (mass efect) yang membutuhkan operasi evakuasi hematom segera.8
Gambar 2.7 Radiologi luka tembak kepala

Tekanan Intrakranial (TIK) adalah tekanan yang timbul karena adanya


volume massa otak, cairan cerebrospinal (LCS), dan darah yang mensuplai
otak dalam suatu ruang intrakranial yang tertutup. TIK ini bisa meningkat
oleh karena adanya perdarahan intrakranial (EDH, SDH, kontusio otak,
PSA, ICH), edema otak, tumor otak, dan hidrosefalus.8
Akibat dari adanya peningkatan TIK akan menyebabkan terjadinya
penurunan aliran darah ke otak sehingga timbul iskemia otak. Iskemia otak
adalah suatu gangguan hemodinamik yang menyebabkan penurunan aliran
darah otak sampai ke suatu tingkat yang menyebabkan kerusakan otak yang
ireversibel. TIK dapat diukur dengan satuan cmH2O atau mmHg, dan
memiliki nilai normal 50 sampai 200 mmH2O atau 5-20 mmHg.8
Hasil segera yang ingin dicapai dari operasi adalah kembalinya tekanan
intrakranial ke dalam batas normal, kembalinya pergeseran garis tengah,
kontrol perdarahan, dan mencegah perdarahan ulang.
Secara umum indikasi operasi pada hematoma intrakranial yaitu adanya
massa hematoma kira-kira 40 cc, massa dengan pergeseran garis tengah
lebih dari 5mm, EDH dan SDH ketebalan lebih dari 5mm dan pergeseran
garis tengah dengan GCS 8 atau kurang, kontusio cerebri dengan diameter 2
cm dengan efek massa yang jelas atau pergeseran garis tengah lebih dari
5mm, pasien-pasien yang menurun kesadarannya dikemudian waktu
disertai berkembangnya tanda-tanda lokal dan peningkatan tekanan
intrakranial lebih dari 25mmHg.8
b. Luka Tembak Dada
Tingkat keparahan trauma yang menembus dada bergantung pada
senjata yang digunakan dan energi yang terlibat. Cedera dari pistol kaliber
berukuran kecil dapat mengakibatkan kerusakan jaringan primer yang jauh
lebih sedikit dari pada luka yang disebabkan oleh senjata perburuan atau
militer. Hal penting dalam memahami luka tembak ini berkaitan dengan
energi kinetik dimana kecepatan benda tembus merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi tingkat keparahan dari pada ukuran benda yang
menembusnya.9
Kasus luka tembak di dada berkaitan dengan hemothorax atau
hematopneumothorax mencapai 34%-36%. Hemathorax merupakan
akumulasi darah yang berada di rongga pleura dengan tingkat gejala
bervariasi seperi sesak, nyeri dada hingga muncul tanda syok hemoragik.
Meskipun Sebagian besar berasal dari perdarahan dari pembuluh darah
besar. Menurut clake et al, cedera pada parenkim paru adalah sumber
perdarahan yang paling umum diikuti dengan toraks internal atau
pembuluh intercostal. Seseorang yang mengalai luka tembak menembus
dada harus dicurigai adanya hemothoraks, kecurigaan didukung dengan
gejala dan temuan fisik yang dikomfirmasi dengan menggunakan usg, x-
ray dada, dan terdapatnya perdarahan 150-200 ml.9

Gambar 2.8 Radiologi thoraks hematotoraks di sisi kanan. Terlihat


endotrakeal tube dan toracostomi tube.

c. Luka tembak perut


Luka tembak di daerah perut dapat berkisar dari luka ringan hingga luka
traumatis yang parah tergantung pada struktur anatomi yang ditembus oleh
luka. Meskipun trauma abdomen lansung disebabkan oleh peluru tembus,
mungkin ada pecahan peluru atau fragmentai dari peluru yang dapat
menyebar ke rongga intraabdomen yang juga menyebabkan cedera.
keberhasilan dalam pengobatan setelah diagnosis ditegakkan dari
bergantung dari kondisi pembedahan. Pada luka tembak perut memiliki
efek yang sangat bergantung pada seluruh pembuluh darah dari organ yang
terluka. Cedera yang menembus aorta atau vena cava inferior dapat
menyebabkan perdarahan hebat yang menyebabkan kematian.10

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Luka akibat tembakan sejanta api pada hakekatnya merupakan luka yang
dihasilkan oleh trauma benda mekanik (benda tumpul), dan fisik (panas), yaitu
anak peluru yang jalannya giroskopik. Secara ringkas karaktersitik luka tembak
berdasarkan jarak tembak terangkum dalam tabel berikut:
Jarak Luka Kelim Kelim Kelim Kelim Luka Jejak
temba terbuk lecet lemak tattoo jelaga bakar laras
k a
kontak + + + + + + +
dekat + + + + + + -
sedang + + + + + - -
jauh + + + - - - -
Tabel 3.1 Identifikasi luka tembak

Identikfikasi senjata dalam balisitk forensik, akan dibandingkan anak


peluru dari tubuh korban dengan anak peluru yang ditembak ulang dari senjata
yang dicurigai (firing test). Goresan-goresan pada anak peluru ini dibandingkan
menggunakan “comparison microscope” untuk diketahui apakah keduanya
serupa.
Klasifikasi luka tembak dapat ditentukan berdasarkan ciri-ciri yang khas
ditimbulkan pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak. Luka
tembak dapat diklasifikasikan menjadi luka tembak masuk dan luka tembak
keluar. Berdasarkan jarak antara senjata dengan korban, luka tembak masuk
dapat dibedakan menjadi luka tembak tempel , luka tembak jarak sangat dekat,
luka tembak jarak menengah (intermediate), dan luka jarak jauh.
Penentuan luka tebak masuk tidak hanya dapat ditentukan melalui
karakteristik luka, tetapi juga diperlukan pemeriksaan khusus untuk
menentukan secara pasti bahwa luka tersebut merupakan luka tembak masuk.
Hal ini disebabkan karena tidak selamanya luka tembak masuk
memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus yang
diperlukan dalam pemeriksaan ini adalah pemeriksaan mikroskopik,
pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologi.
Peluru yang masuk tidak dapat ditentukan hanya melalui luka tembak
masuk atau luka tembak keluar. Untuk menentukan lokasi peluru, maka
diperlukan beberapa pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan
radiologi. Selain untuk menentukan lokasi peluru, pemeriksaan radiologi juga
memilki beberapa fungsi yang cukup penting dalam menentukan luka tembak
diantaranya untuk menentukan jumlah peluru dalam tubuh, membantu
memeriksa partikel-partikel peluru yang tertinggal, untuk mengetahui
kerusakan yang terjadi pada tulang akibat peluru, membantu menentukan
apakah luka tembak disebabkan karena bunuh diri atau pembunuhan,
membantu menilai kaliber peluru, dan diperlukan dalam dokumentasi objektif
dan permanen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham S, Arif RS, dkk. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 2009; p,94.
2. Amir, Amri.. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Medan: Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran USU.
3. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/
Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 3 April
2021).

4. Mun’im Idries, Abdul. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta :


Binarupa Aksara; p. 131-137
5. Di Maio, V.J.M. 2010. Gunshot Wounds Practical Aspects of
Firearms,Ballistics, and Forensic Techniques. Second Edition. New
York : CRC Press. Page, 72-140.

6. Pollak, Stefan & Saukko, Pekka J. Gunshot Wound. New York. 2006; P.1-
19
7. Hueske E. 2009. Firearms and tool mark the forensic laboratory
handbooks. Practice and resource.
8. Astuti E. 2016. Hubungan Glasgow Coma Scale dengan Glasgow
Outcome Scale Berdasarkan Lama Waktu Tunggu Operasi pada Pasien
Perdarahan Epidural. Fakultas Kedokteran UNAND:Vol. 39 no 2
9. Holmen B, L 2013.Gunshot Wounds To The Chest. Oslo.
10. Payne-James J, McGovem C, Jones R, Karch S, Manlove J, Simpson’s
Forensic Medicine, 13th Edition. Hoboken : CRC Press : 2011.

Anda mungkin juga menyukai