Anda di halaman 1dari 29

Kejahatan Seksual

Disusun oleh :
Ambar Nopiyanti
Andri Muhlis
Anisa Agustina
Ayuga Mentari
Yasmin Amelia
Perceptor :
dr. JIMS F. TAMBUNAN,
Mked For, SpF
Kejahatan seksual
• Kejahatan seksual sebagai salah satu bentuk dari kejahatan yang
menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia, mempunyai
kaitannya yang erat dalam ilmu kedokteran khususnya ilmu
kedokteran forensik; yaitu didalam upaya pembuktian bahwasannya
kejahatan tersebut memang telah terjadi (Idries, 1997).

• Diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) serta kitab


undang-undang hukum acara pidana (KUHAP)
TINDAK KEJAHATAN SEKSUAL MENURUT KUHP
1. Pemerkosaan
2. Percabulan (Penyimpangan seksual)

Kasus Kejahatan Seksual harus ada upaya pembuktian ada tidaknya


tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan, perkiraan usia
serta pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau
sudah mampu untuk dikawini atau tidak.
• Syarat Hubungan Seksual Yang Legal Menurut Hukum (UU)
1. Ada izin dari pasangan seksualnya (memiliki status pernikahan
yang sah)
2. Sudah cukup umur dan pantas dikawini
3. Sehat jasmani dan jiwa
4. Tidak sedang dalam keadaan terikat perkawinan
5. Bukan anggota keluarga terdekat
Perkosaan
• Definisi perkosaan adalah tindakan menyetubuhi seorang wanita yang
bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Bertolak
dari pengertian ini seorang suami tidak dapat dipidana karena
menyetubuhi istrinya dengan paksa (Yudianto, 2012).
• Perkosaan adalah hubungan kelamin yang melanggar hukum
dilakukan dengan kekerasan, ancaman pada wanita yang tidak
menghendaki persetubuhan tersebut (Amri, 2005)
Perkosaan dalam KUHP diatur dalam Bab XIV tentang kejahatan
terhadap kesopanan. Di Indonesia pengertian perkosaan disesuaikan
dengan ketentuan hukum yang terdapat dalam KUHP Pasal
285,286,dan 287

a. Pasal 285 KUHP “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia dihukum
karena memperkosa dengan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun.”
b. Pasal 286 KUHP “Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan
isterinya padahal diketahuinya perempuan itu dalam keadaan pingsan atau
tidak berdaya, dihukum dengan hukuman selama-lamanya sembilan tahun.”

a. Pasal 287 KUHP


(1)Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan isterinya, sedang
diketahuinya atau patut disangkanya bahwa perempuan itu belum cukup 15 tahun
kalau tidak nyata berapa umurnya bahwa perempuan itu belum pantas untuk
kawin, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.
(2) Penuntutan dilakukan bila ada pengaduan, kecuali perempuan itu belum sampai
12 tahun jika ada salah satu hal tersebut pada pasal 291 dan pasal 294
Kejahatan Seksual
Sadistic Rape : Pelaku mendapatkan kepuasan seksual bukan karena bersetubuh,
tetapi karena perbuatan kekerasan terhadap “genetalia” dan tubuh korban.

Anger Rape : Penganiayaan seksual dengan cara melampiaskan perasaan geram


dan marah yang tertahan. Dimana tubuh korban menjadi objek terhadap siapa
pelaku melampiaskan rasa frustasi, kesulitan dan kekecewaan hidupnya.
Domination Rape : Perkosaan yang dilakukan oleh mereka yang ingin
menunjukkan kekuasaannya

Seductive Rape : Perkosaan yang ditandai dengan adanya relasi antara pelaku
dengan korban yang terjadi pada situasi merangsang yang tercipta oleh kedua
belah pihak.
Exploitation Rape : Jenis perkosaan dimana korban sangat bergantung pada
pelaku baik dari sosial maupun ekonomi

Victim Precipitatied Rape : Perkosaan yang terjadi (berlangsung) dengan


menempatkan korban sebagai pencetusnya sehingga menimbulkan kejahatan
kesusilaan.
Pemeriksaan tempat kejadian perkara
perkosaan
• Tugas seorang dokter di TKP pada tindak pidana perkosaan adalah
mencari data-data tentang :
1. Tanda-tanda pergemulan
2. Tanda-tanda kekerasan
3. Tanda-tanda persetubuhan
4. Mencari benda-benda milik korban/tersangka
Persetubuhan
• Didefinisikan sebagai perpaduan antara 2 alat kelamin yang
berkelainan jenis guna memenuhi kebutuhan biologis yaitu
kebutuhan seksual. Perpaduan tersebut tidak harus sedemikian rupa
sehingga seluruh masuk kedalam vagina (Hoediyanto, 2012).
• Persetubuhan adalah masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat
kelamin perempuan sebagian atau seluruhnya dengan atau tanpa
mengeluarkan air mani yang mengandung sperma atau tidak (Amri,
2005).
• Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksud oleh
Undang-undang, dapat dinilai pada pasal-pasal yang tertera pada BAB
XIV kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu Bab tentang
kejahatan terhadap kesusilaan, yang meliputi hubungan
persetubuhan didalam perkawinan dan persetubuhan diluar
perkawinan.
• Persetubuhan didalam perkawinan yang merupakan kejahatan (pasal
288 KUHP) ialah bila seorang suami melakukan persetubuhan dengan
istrinya yang belum mampu kawin dengan memgakibatkan luka, luka
berat atau mengakibatkan kematian.
• Dalam kasus persetubuhan diluar perkawinan yang merupakan
kejahatan, bila persetubuhan memang disetujui oleh si perempuan
(284 KUHP) tidak dapat dilakukan penuntutan melainkan atas
pengaduan istri atau suami yang tercemar. Kecuali bila umur wanita
belum sampai 12 tahun (280 KUHP) maka harus dibuktikan bahwa
telah terjadi kekerasan dan persetubuhan pada wanita tersebut.
• Dari petikan KUHP dapat dikelompokkan 4 macam persetubuhan
diluar perkawinan yang dilarang dan diancam pidana penjara yaitu:
1. Perzinahan (pasal 284 KUHP)
2. Perkosaan (pasal 285 KUHP)
3. Persetubuhan dengan wanita yang pingsan atau tidak berdaya
(pasal 286 KUHP)
4. Persetubuhan dengan wanita yang umurnya belum cukup 15 tahun
(pasal 287 KUHP)
Pencabulan
• Perbuatan cabul adalah semua perbuatan yang dilakukan untuk
mendapatkan kenikmatan seksual sekaligus menggangu kehormatan
kesusilaan (Yudianto, 2012).
• Percabulan menurut UU adalah Perbuatan keji yang melanggar
kesusilaan atau kesopanan dalam upaya melampiaskan nafsu birahi
seksual, yang dilakukan kepada seseorang yang bukan pasangan
pernikahannya atau belum cukup umur atau belum pantas dikawin,
baik dalam keadaan sadar atau tidak sadar atau tidak berdaya dan
tertuju pada objek yang tidak wajar (bukan alat kelamin) disertai
dengan adanya kekerasan maupun ancaman kekerasan.
Dasar UU tentang Percabulan
A. PERBUATAN CABUL MAU SAMA MAU
Pasal 290 KUHP menyatakan melakukan perbuatan cabul itu dilakukan
dengan seseorang yang diketahuinya pingsan atau tidak berdaya.
B. MENYERANG KEHORMATAN KESUSILAAN
KUHP Pasal 289 “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan
yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun”
• PERCABULAN sering dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kelainan seksual (DEVIASI SEKSUAL)
• Klasifikasi Deviasi seksual dibedakan berdasarkan manisfestasinya
atas:
1. Deviasi seksual dengan manifestasi perubahan tujuan seksual.
2. Deviasi seksual dengan manifestasi perubahan objek seksual.
3. Deviasi seksual dengan manifestasi perubahan peran seksual atau
identitas seksual.
1. Deviasi seksual dengan manifestasi
perubahan tujuan seksual
EKSHIBIONISME

VOYEURISME

NIMFOMANIA/ SATRIASISME

FETISYISME

ALGOLAGNI

COPROLALIA

UROLAGNIA

KOPROFAGIA (KOPROLAGNIA)
2. Deviasi seksual dengan manifestasi perubahan
objek seksual.
ZOOFILIA

PEDOFILIA
OEIDIPUS COMPLEKS

HOMOSEKSUALITAS

NECROFILIA

INCEST

KUNILINGUS, FELATIO DAN ANALINGUS


3. Deviasi Seksual Dengan Manifestasi Perubahan
Peran Seksual Atau Identitas Seksual

TRANSVESTISME

TRANSEKSUAL
Kesimpulan Dalam VeR Kasus Perbuatan
Cabul

Dicantumkan perkiraan usia


korban

Ada atau tidaknya tanda-tanda


kekerasan

Tanda kontak alat kelamin

Tanda ejakulasi
Pemeriksaan Medis menurut Keilmuan
Forensik Percabulan = Perkosaan
PROSEDUR AWAL
1. Harus ada permintaan VER.
2. Korban diantar oleh penyidik/ keluarga.
3. Dilakukan/ diminta Persetujuan Tindakan Medik (informed
consent) dari korban/ keluarganya (pada korban hidup).
4. Harus ada seorang perawat atau polisi wanita yang
mendampingi dokter selama melakukan pemeriksaan
• Anamnesa :
• Pada anamnesa korban perkosaan ditujukan untuk :
• Mencari keterangan tentang diri korban
• Nama,umur,alamat,dan pekerjaan korban
• Status perkawinan korban
• Persetubuhan yang pernah dialami korban sebelum terjadi
peristiwa perkosaan ini
• Tanggal menstruasi terakhir
• Kehamilan,riwayat persalinan,atau keguguran
• Penyakit dan operasi yang pernah dialami korban
• Kebiasaan korban terhadap alkohol atau obat-obatan
• Mencari keterangan tentang peristiwa perkosaan
− Tanggal,jam,dan tempat terjadinya
− Keadaan korban saat sebelum kejadian
− Persetubuhan yang dilakukan si pelaku terhadap korban
− Cara perlawanan korban
− Hal-hal yang diperbuat korban setelah mengalami perkosaan
− Laporan peristiwa perkosaan pada polisi oleh
siapa,kapan,dimana,serta hubungan si pelapor dengan korban

• Pemeriksaan fisik
• pemeriksaan baju korban, yang diperhatikan apakah:
• Ada robekan
• Ada kancing yang hilang
• Ada bekas-bekas tanah, pasir, lumpur, bahan lain
• Ada noda darah
• Ada noda sperma
Pemeriksaan tubuh korban terdiri atas
• Pemeriksaan tubuh korban secara umum untuk
melihat apakah ada tanda-tanda kekerasan.
• Pada pemeriksaan dicari tanda-tanda bekas kekerasan
pada tubuh korban berupa: goresan, garukan, gigitan,
serta luka lecet maupun luka memar yang dapat dicari
pada:
• Daerah sekitar mulut sewaktu korban dibungkam
• Daerah sekitar leher sewaktu korban dicekik
• Pergelangan tangan, lengan, sewaktu korban
disergap
• Payudara sewaktu digigit atau diremas-remas
• Sebelah dalam paha sewaktu korban dipaksa untuk
membuka kedua tungkainya
• Punggung sewaktu korban dipaksa tidur ditanah
• Pemeriksaan rektum dan kavum oris
Pemeriksaan tubuh korban secara khusus
• Perubahan-perubahan pada alat kelamin korban
• Mencari adanya benda asing, perdarahan, luka,
robekan dan pembengkakan pada daerah pubis,
vulva, vagina, fornik anterior dan fornik posterior
• Keadaan hymen :
• Bentuk dan sifat hymen
• Besarnya lubang hymen
• Adanya robekan hymen
• Sifat dan lokalisasi robekan hymen
• Ukur diameter lubang selaput dara, dapat dilalui satu
jari, kelingking, telunjuk atau 2 jari dengan mudah
atau sukar.
Gambar macam-macam bentuk hymen

Bentuk - bentuk
selaput dara
Tanda-tanda persetubuhan
• Tanda-tanda langsung
1. Robeknya selaput dara akibat penetrasi penis
2. Lecet atau memar akibat gesekan-gesekan penis
3. Adanya sperma akibat ejakulasi
• Tanda-tanda tidak langsung
1. Terjadinya kehamilan
2. Terjadinya penularan penyakit kelamin

• Dalam pembuktian adanya persetubuhan dipengaruhi oleh faktor :


1. Bentuk dan derajat elastisitas selaput dara (hymen)
2. Besar penis dan derajat penetrasi
3. Ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulasi itu sendiri
4. Posisi persetubuhan
5. Keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan adanya sperma
Laboratorium
Korban Pemeriksaan adanya cairan semen (air mani)
Perkosaan
Pemeriksaan adanya penyakit kelamin

Pemeriksaan adanya kehamilan

Pemeriksaan bahan lain dalam tubuh korban yang bisa dipakai


sebagai petunjuk
Pemeriksaan Pemeriksaan sel epitel vagina
laboratorium
pelaku
perkosaan Pemeriksaan penyakit kelamin

Pemeriksaan DNA typing dalam Pemeriksaan Kasus Perkosaan


Kesimpulan
• Kita mampu mempelajari
DAFTAR PUSTAKA
Chairan, Tenripadang. 2010. Analisi Yuridis Kekerasan Seksual Terhadap
Perempuan. Jakarta: STAIN
Amir, Amri. 2009. Ilmu Kedokteran Forensik. Medan: Percetakan
RAMADHAN
Apuranto, Hariadi. 2012. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Surabaya.
Budiyanto, et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta Pusat: FKUI
Idris, Abdul. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa
Aksara.
THANKYOU


Anda mungkin juga menyukai