Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter
Disusun oleh :
Ryan Gustomo 112014291 FK UKRIDA
Citra Purnama Pratiwi 0861050102 FK UKI
Greysia Manarisip 1161050154 FK UKI
Gladly Veranita M. Kadang 1161050254 FK UKI
Gharin Persada 1261050247 FK UKI
Raharjeng Cahyapuri 1261050052 FK UKI
Valentine Seftiana Soesanto 112014119 FK UKRIDA
Dosen Pembimbing :
dr. Intarniati Nur Rohmah, Sp.KF
Residen Pembimbing :
dr. Tuntas Dhanardhono
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR . KARIADI SEMARANG
PERIODE 03 OKTOBER 2015 –29 OKTOBER 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bukti biologis yang dapat dan sering digunakan ialah cairan sperma yang
terdapat di sekitar liang vagina. Sperma masih dapat bergerak atau motil dalam waktu
4-5 jam post-coital; sperma juga masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar
24-36 jam postcoital, dan pada wanita mati masih dapat ditemukan sampai 7-8 hari.
Bila persetubuhan telah dapat dibuktikan secara pasti, maka memperkirakan saat
terjadinya kekerasan seksual yang mendekati ketepatan mempunyai arti penting,
khususnya bila dikaitkan dengan proses penyidikan. Oleh karena itu penyidik dapat
lebih terarah dan selektif dalam melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka pelaku
tindak pidana. Hal ini menyangkut benar tidaknya alibi seseorang yang diduga
mempunyai hubungan dengan sebab terjadinya tindak kekerasan seksual tersebut, dapat
diperkirakan melalui saat kematian.
1.2. RumusanMasalah
• Bagaimanakah peran analisa sperma dalam membantu identifikasi forensik pada
kasus kejahatan seksual?
• Air Liur
Air liur merupakan c airan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Air liur
(saliva) terdiri dari air, enzim ptialin (alfa amylase), protein, lipid, ion-ion
anorganik seperti tiosinat, klorida, dll.
Dalam bidang kedokteran forensik pemeriksaan air liur penting untuk
kasus-kasus dengan jejak gigitan untuk menentukan golongan darah
penggigitnya. Golongan darah penggigit yang termasuk dalam golongan
sekretor dapat ditentukan dengan cara absorpsi inhibisi.
Basahkan bercak air liur dengan 0,5 ml salin, kemudian peras dan
tempatkan air liur dalam salin tadi dalam tabung reaksi, lalu panaskan dalam
air selama 10 menit. Pusingkan, dan supernatan diambil dan boleh disimpan
pada suhu 20 0 C. Untuk pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur
yang telah diketahui golongan sekretor atau non sekretornya.
Dalam tabung reaksi 1 ml air liur ditambahkan 1 ml anti serum.
Campuran tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk
proses absorpsi. Selama menunggu, tentukan titer anti A, anti B dan anti H
yang digunakan. Setelah 30 menit berlalu, pada campuran tersebut
ditentukan titer anti A, anti B dan anti H dengan cara yang sama. SDM yang
digunakan adalah suspensi 4% yang berumur kurang dari 24
jam.Bandingkan titer antiserum yang digunakan dengan titer campuran
antiserum + air liur. Hasil positif, bila titer berkurang lebih dari 2 kali. 9
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan air liur :
1. Untuk mengkonfirmasi bahwa suatu bercak adalah air liur dapat dilihat
dari :
a. Adaya sel epitel squamous pada pemeriksaan mikroskopik.
b. Deteksi adanya enzim amylase. Amylase sangat tinggi kadarnya pada
air liur, sehingga dapat digunakan sebagai identifikasi air liur.
Amylase tidak hanya terdapat pada air liur, namun juga diumpai pada
cairan tubuh lainnya. Berikut kadar amylase dalam cairan tubuh :
• Saliva : 263.000 to 376.000 IU/L
• Urine : 263 to 940 IU/L
• Blood : 110 IU/L
• Semen : 35 IU/L
• Nasal secretion : tdak terukur
• Sweat : tidak terukur.
Test untuk mengetahui adanya amylase, bercak tersebut dicampurkan
larutan kanji dan diinkubasi dalam suhu 370 C selama setengah jam. Lalu
diberikan pewarnaan iodine. Seandainya air liur maka tidak akan terjadi
warna kebiru-biruan akibat enzim amylase mencerna air liur menjadi
dextrine dan maltose. Seandainya bukan air liur, maka akan terjadi
perubahan warna kebiru-biruan.
2. Dari sel mukosa pipi yang terdapat pada air liur, jenis kelamin dapat
dibedakan (Barr bodies).
3. Beberapa racun dapat disekresikan melalui sputum.
• DNA
Pemeriksaan sidik jari DNA, mulai ditemukan oleh Jeffreys dkk pada
tahun 1985, dimana dengan pemeriksaan tersebut, era bioteknologi dalam
bidang forensik dimulai.
Setiap cairan tubuh yang mengandung sel bernukleus dapat digunakan
untuk melacak DNA (Deoxiribo Nukleid Acid). Darah manusia yang
mempunyai nukleus hanyalah sel – sel darah putih, sementara sel-sel darah
merah tidak mempunyai nukleus dan oleh karena itu tidak dapat digunakan
selama uji pemeriksaan DNA.
Sampel lain yang digunakan dalam pemeriksaan DNA selain darah
adalah air liur, air mani, akar rambut, otot dan sebagainya. Bagi air mani
yang telah bercampur dengan cairan vagina, teknik pemecahan sel
dilakukan secara bertahap, ini berguna untuk memisahkan sel-sel vagina
korban dengan pelaku. Oleh karena itu, identifikasi DNA dari spermatozoa
pelaku dapat dilakukan dengan baik. Adanya pencemaran DNA oleh
bakteri, kuman atau parasit pada sampel yang duji dapat dianalisa melalui
DNA mitokondria, untuk memastikan bahwa DNA berasal dari manusia
atau mikroorganisme lainnya.
Pemeriksaan DNA memiliki banyak kelebihan, misalnya bahwa
polimorfisme DNA menunjukkan tingkat polimorfis yang jauh lebih tinggi
sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhadap banyak sistem, DNA jauh
lebih stabil dibandingkan protein, memeriksa DNA masih dimungkinkan
pada bahan yang sudah membusuk, mengalami mummfikasi atau bahkan
pada jaringan yang tinggal kerangka. Demikian pula dengan distribusi DNA
yang luas meliputi seluruh tubuh, sehingga berbagai badan mungkin untuk
digunakan sebagai bahan pemeriksaan dan dengan ditemukannya metode
PCR (Polymerase Chain Reaction), bahan DNA yang kurang segar dan
sedikit jumlahnya masih mungkin untuk dianalisa.
Untuk melakukan identifikasi seperti halnya yang terdapat dalam
makalah ini sangat sulit untuk dilakukan.Sebab di Indonesia sendiri, dokter
jarang ikut dan diundang ke tempat kejadian perkara. Sehingga untuk
melakukan identifikasi darah, rambut, semen dan air liur cenderung sulit
dilakukan.
Tes kimia untuk darah hanya uji penyaringan untuk darah. Tes akan
menjadi positif dengan bahan organik yang mengandung peroksida atau
yang dapat membebaskan oksigen dari hidrogen peroksida. Dengan
demikian, false posotif dapat terjadi ketika bahan diperoleh dari sputum,
pus, atau cairan tubuh lainnya, sayur hijau dan bahan pengoksidasi seperti
karat besi.
Dekomposisi atau bercak darah yang sudah sangat lama atau darah yang
terkomtaminasi dengan zat kimia dapat merusak struktur sel darah dan tes
mikroskopik untuk sampel begini dapat menjadi negatif.
Tes benzidine sangat sensitif tetapi bubuk benzidine bersifat
karsinogenik. Phenophthalein dan leucomalachite green test lebih spesifik
untuk darah daripada tes benzidine tetapi kurang sensitif. Dalam
pertimbangan seperti yang dikemukakan diatas, bila sampel dari ekstrak
bercak melalui tes benzidine menunjukkan hasil positif, maka ekstrak
bercak dapat digunakan untuk pemeriksaan spektroskopik untuk konfirmasi.
Mengingat banyaknya perkawinan antar suku bangsa, sehingga
identifikasi rambut misalnya, dalam hal menentukan suku bangsa seseorang
tidak lagi memberikan gambaran yang khas. Demikian dalam hal
membedakan rambut manusia dan hewan, pada hewan-hewan yang
memiliki penggolongan genus yang dekat dengan manusia cenderung
memiliki struktur yang mirip manusia.
Ketika terjadi kasus persetubuhan, ketika tidak ditemukan sperma, belum
berarti tidak terjadi persetubuhan. Kondisi ini dapat terjadi pada pelaku yang
azoospermia atau pria yang telah mengalami vasektomi. Oleh karena itu,
diperlukan pemeriksaan yang lain selain pemeriksaan untuk melihat adanya
spermatozoa seperti Tes fosfatase asam, Tes Florence (uji choline), Tes
Barbario (Uji Spermin).
• Cairan Mani
Sedangkan pada pemeriksaan cairan semen memiliki beberapa
kepentingan diantaranya :
a. kompensasi dari kasus strerilisasi yang didapat
b. perdebatan ayah dan ibu atas anaknya.
c. Legitimasi
d. Inseminasi buatan
e. Kompensasi dari kegagalan vasektomi yang menyebabkan hamilnya
istri
f. Kasus perceraian
g. Kasus penyerangan seksual
h. Identifikasi dari penyerang seksual.
Ketika masih segar dan dikumpulkan dalam wadah gelas, semen
berwarna putih pucat atau putih keabu–abuan, tebal, kental dan memiliki
bau yang khas. Bila dipanjangkan cairannya menjadi kurang kental dan
menjadi tipis.Ketika kering di pakaian, daerah tersebut menjadi sedikit
berkilau, keras seperti bertepung bila dipegang, ireguler dalam bentuk dan
distribusi, berwarna putih pada baju yang berwarna gelap, dan berpendar
bila diperiksa dibawah sinar ultraviolet pada ruang gelap.
Untuk menentukan adanya cairan mani dalam vagina guna membuktikan
adanya suatu persetubuhan perlu diambil bahan dari forniks posterior vagina
dan dilakukan pemeriksaan–pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
a. Penentuan spermatozoa
• Tanpa Pewarna.
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat
spermatozoa yang bergerak. Spermatozoa manusia memiliki panjang ±
50 mikron yang terdiri dari 5 mikron panjang kepala dan lebar 3
mikron, badannya pendek, ekornya panjang, kepala berwarna biru
tua, badan dan ekor berwarna merah (dengan pewarnaan hemaktosilin
dan eosin). Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini paling bermakna
untuk memperkirakan saat terjadinya persetubuhan.Umumnya
disepakati bahwa dalam 2–3 jam setelah persetubuhan masih dapat
ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan
memperpanjang waktu ini menjadi 3–4 jam. Setelah itu spermatozoa
tidak bergerak lagi dan akhirnya ekornya akan menghilang (lisis)
sehingga harus dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan.
Gambar 1. Spermatozoa
• Dengan pewarnaan.
Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan
apus tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE (Hemaktosilin-Eosin),
Methylene Blue atau Malachite Green. Cara pewarnaan yang mudah
dan baik untuk kepentingan forensik adalah dengan pulasan Malachite
Green yang prosedurnya berikut ini.
Cara pemeriksaan: Warnai dengan larutan Malachite Green 1%selama
10-15 menit, lalu cuci dengan air mengalir dan setelah itu lakukan
counter stain dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit,
terakhir cuci lagi dengan air.
Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit
tidak terdifferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan
leukosit tidak terwarnai. Kepala sperma tampak merah dan lehernya
merah mudah, ekornya berwarna hijau.
b. Penentuan Cairan Mani Kimiawi
Untuk membuktikan adanya cairan mani dalam sekret vagina, perlu
dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani dengan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
Dasar reaksi : adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang
dihasilkan oleh kelenjar prostat. Aktivitas enzim fosfatase asam rata-rata
adalah sebesar 2500 U.K.A (Kaye). Dalam sekret vagina setelah 3 hari
abstinensi seksualitas ditemukan aktivitas 0-6 unit (Risfeld). Dengan
menentukan secara kuantitatif aktivitas fosfatase asam/ 2 cm2 bercak
dapat ditentukan apakah bercak tersebut adalah bercak mani atau bukan.
Aktifitas 25 U.K.A. per 1 cc ekstrak yang diperoleh dari 1 cm2 bercak
dianggap spesifik sebagai bercak mani.
Reangens untuk pemeriksaan ini adalah :
Larutan A :
1. Brentamin Fast Blue1 g
2. Natrium Acetat Trihyrate 20 g
3. Glacial Acetat Acid10 ml
4. Aquades 100 ml
Larutan (ii) dan (iii) dilarutkan dalam (iv) untuk menghasilkan larutan
penyangga dengan pH 5, kemudian (i) dilarutkan dalam larutan
penyangga tersebut .
Larutan B :
1. Natrium Alfa Naphtyl phospate 800 mg
2. Aquadest 10 ml
Sebanyak 89 ml larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring
cepat kedalam botol yang berwarna gelap. Jika disimpan dilemari es
reagen ini dapat bertahan berminggu – minggu dan adanya endapan tidak
akan mengganggu reaksi.
Prinsipnya adalah enzim fosfatase asam menghidrolisis Na-alfa
naftil fosfat, alfa naftol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan
brentamin menghasilkan zat warna azo yang berwarna biru ungu
Cara pemeriksaan adalah dengan bahan yang dicurigai ditempel pada
kertas saring yang terlebih dahulu dibasahi dengan aquadest selama
beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprot dengan
reagen.Ditentukan waktu reaksi saat penyemprotan sampai timbul warna
ungu.
Perlu diperhatikan bahwa intensitas warna maksimal tercapai
berangsur– angsur dan tes ini tidak spesifik.Hasil positif semu bisa terjadi
dengan intensitasnya tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim
fosfatase memberikan intensitas warna secara berangsur–angsur.
Selain pemeriksaan Malachite green untuk melihat spermatozoa, untuk
membuktikan adanya persetubuhan dapat dilakukan pemeriksaan:
1. Tes fosfatase asam.
Daerah ternoda dilembabkan dengan kertas saring.Kertas saring
disemprotkan dengan alpha–naphthylfosfat dan pewarna K yang cepat
menghitam.Asam fosfat dihasilkan oleh prostat.Hasil positif berupa
warna merah ungu terjadi dalam waktu < 30 detik.
• Alat:
o Mikroskop
o Pipet tetes
o Objek glass
o Tabung spesimen
o Kamera
o Handscoon
o Masker
o Tissue
• Bahan :
o Semen
o Air liur
o Alkohol 70%
o Malachite green
2. CARA KERJA
Persiapan Penelitian
a. 3 Spesimen
i. Spesimen 1: sperma
b. 2 objek glass
• Pemeriksaan Mikroskopis
3.HASIL PENELITIAN
Sperma Bau seperti bayclin Bau seperti bayclin Tidak ada bau
berkurang
Warna putih keabuan Warna putih Warna putih
keabuan kekuningan
Air liur Tidak ada bau Tidak ada bau Tidak ada bau
Warna putih Warna putih Warna putih
Sperma+airliur Bau seperti bayclin Bau seperti bayclin Tidak ada bau
berkurang
Warna putih keabuan Warna putih Warna putih
keabuan kekuningan
Sperma+airliur Gerak (+), epitel (+) Gerak (-), epitel (+) Gerak (-), epitel (-)
Air liur Inti sel bulat besar di Intisel bulat besar di Inti sel bulat besar di
tengah, sitoplasma tengah, sitoplasma tengah, sitoplasma jernih
jernih jernih
Pembesaran10x100
Pembesaran10x100
Pembesaran10x100
Sperma+air Kepala (+) warna Kepala (+) warna Kepala (+) warna hijau,
liur hijau, ekor (+), hijau, ekor (+), ekor (-), gambaran epitel
gambaran epitel gambaran epitel selapis kubus
selapis kubus selapis kubus
Pembesaran10x100
Pembesaran10x100
Pembesaran10x100
BAB IV
PEMBAHASAN
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik
seperti bunga akasia atau berbau seperti bayclin. Bau sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliaminalifatik) yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat. Pada penelitian, spesimen yang baru saja dikeluarkan pada pukul
07.00 WIB mempunyai bau yang khas seperti bau pemutih (bayclin), namun pada
jam ke-8 (pukul 14.00 WIB) dan jam ke-24 (pukul 07.00 WIB) bau khas tersebut
sudah tidak terlalu tercium dari spesimen tersebut.
Pada penelitian objek glass (A) pada pukul 08.00 hari ke-1 dengan
spesimen sperma, didapatkan gambaran kepalasperma yang berbentuk oval, serta
bagian leher yang utuh dan lurus, didapatkan gambaran ekor berupa garis lurus
dan berbatas tegas. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dalam keadaan normal.
Pada objek glass (A) yang berisi sampel sperma dicampur dengan air liur,
memberikan gambaran sperma dengan kepala berbentuk oval, dan reguler. Leher
sperma berbentuk utuh dan lurus, serta gambaran ekor berupa garis lurus dengan
batas yang tegas. Hal ini menunjukkan bahwa sampel sperma yang dicampur
dengan air liur juga memberi gambaran sperma yang normal.
BAB V
KESIMPULAN
Dahlan, S., Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan VI. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: 2008.
World Health Organization. 2006. MMDS Decision Tables. Vital Statistics ICD10
ACME Decision Tables for Classifying Underlying Causes of Death Book 1-3.
WHO.