ADI BUANA
SURABAYA
TUGAS AKHIR
i
KATA PENGANTAR
Harapan peneliti, semoga hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para akademis
dan yang membutuhkan.
Surabaya,24 Juni 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN PROPOSAL ............................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN BERITA ACARA PENGUJIAN .............. iv
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ..…….……………..................................... 2
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
E. Ruang Lingkup ........................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teknik Pengerigan ................................................................ 3
1. Pengeringan Manual ......................................................... 3
2. Pengeringan Mesin ............................................................ 5
3. Gabah ................................................................................ 5
B. Komponen ............................................................................. 8
1. Arduino ............................................................................ 8
2. Time Delay Relay .............................................................. 10
3. Sensor Ultrasonik .............................................................. 13
4. Motor DC ......................................................................... 11
5. Selenoid Valve .................................................................. 14
iii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Produk ...................................................................... 16
B. Uji Produk .................................................................................. 18
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel .................................. 18
D. Metode Analisa Data .................................................................. 19
E. Metode Analisa Data .................................................................. 19
BAB IV HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Evaluasi Produk ............................................................ 20
B. Penyajian Data ............................................................................. 20
C. Analisa Dan Pembahasan ............................................................. 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 26
B. Saran ............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 28
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pengeringan Manual .......................................................... 4
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil pengukuran jarak menggunakan sensor ultrasonic ……...... 21
Tabel 2. Hasil pengujian motor dc dengan driver motor l293d ………… 21
Tabel 3. Hasil pengujian Timer ………………………………………..… 22
Tabel 4. Hasil Penujian Thermostat …………………………………..… 23
Tabel 5. Hasil perbandingan pengeringan gabah ………………………… 23
vi
ABSTRAK
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Pembuktian dalam proses penyidikan kasus tindak pidana merupakan alat bukti
yang dapat diandalkan dalam proses peradilan pidana terutama pada
pengungkapan perkara atau tersangka dalam proses penyidikan. Apabila dalam
pembuktian tidak ditemukan saksi maka hasil pemeriksaan pada barang bukti
menjadi suatu alat bukti yang utama. Dengan menggunakan metode SCI
(Scientific Crimeil Investigation), pengakuan tersangka ditempatkan pada urutan
terakhir dari alat bukti yang akan diajukan ke pengadilan. Hal ini dikarenakan
metode SCI (Scientific Crimeil Investigation) menitikberatkan pada analisis yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan guna mengungkapkan suatu
tindak kejahatan. Untuk menganalisis barang bukti (benda mati) atau tempat
kejadian perkara (TKP) tentang suatu tindak kejahatan merupakan tugas dari
forensik.
2
3. Penentuan kadar alkohol baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada
barang bukti berupa darah, urine, dan minuman keras.
1. Bagaimana cara identifikasi sperma terhadap barang bukti pada kasus kejahatan
seksual?
3. Bagaimana cara penentuan golongan darah terhadap sampel berupa noda bercak
darah yang terdapat pada barang bukti maupun sampel berupa kuku dan rambut?
5. Bagaimana cara analisis kadar alkohol secara kuantitatif pada barang bukti
berupa darah, urine, dan minuman keras (miras)?
6. Bagaimana cara analisis adanya kandungan zat kimia berbahaya pada barang
bukti berupa anak panah maupun barang bukti yang diduga air keras?
1.3 Tujuan
3
5. Mampu mengetahui analisis kadar alkohol secara kuantitatif pada barang bukti
berupa darah, urine, dan minuman keras (miras).
1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
4
c. Bagi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang (UM)
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3. Meningkatkan kinerja dan keahlian para ahli untuk menggali dan menerapkan
ilmu forensik terhadap berbagai kasus kriminalitas secara empiris untuk
membantu kepentingan menegakkan hukum.
6
1. Periode 1959-1963
2. Periode 1963-1964
3. Periode 1964-1970
4. Periode 1970-1977
5. Periode 1977-1984
6. Periode 1984-1992
7. Periode 1992-1997
7
Pada tanggal 5 Oktober 1992 julukan Labkrim Pol diubah menjadi Puslab
Polri berdasarkan dengan Keputusan Panglima Angkatan Bersenjata No.
Kep/11/X/1992.
8. Periode 1997-2001
9. Periode 2001-2002
Pada tanggal 25 Mei 2001 Puslabfor berada dibawah Koserse Polri sesuai
dengan Surat Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/9/V/2001.
Pada tahun 2010 hingga sekarang, Puslabfor tetap berada dibawah struktur
Bareskrim Polri bersama Pusinafis dan Pusiknas sesuai dengan Peraturan
Kapolri nomor 21 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Mabes Polri.
Ada beberapa perubahan dan penambahan pada Organisai dan Tata Kerja
Mabes Polri antara lain terdapat penambahan bidang baru yaitu SubBidang
Narkobafor, SubBidang Komputer Forensik serta beberapa perubahan
nomeklaur dan titelaturnya.
8
Motto dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) adalah “Sanyata
Karya Dharma” yang memiliki arti “Kami nyatakan kepada masyarakat bahwa
yang benar itu benar adanya dan yang salah itu salah adanya”.
9
1. Melaksanakan pemeriksaan Laboratoris kriminalistik tempat kejadian perkara
(TKP) dan pemeriksaan laboratoris kriminalistik barang bukti sesuai dengan
bidang ilmu forensik, sehingga tercipta kepastian hukum untuk masyarakat.
10
5. Labfor Cabang Surabaya meliputi Polda Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
6. Labfor Cabang Denpasar meliputi Polda Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Nusa Tenggara Timur.
7. Labfor Cabang Kalimantan Utara
8. Labfor Cabang Ujung Pandang meliputi Polda Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku dan
Irian Jaya.
11
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Laboratorium Cabang Surabaya
12
4. Sub Bidang Dokumen Palsu Forensik (Dokupalfor)
3. Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Satuan ada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesi.
13
bentuk berita acara pemeriksaan teknis kriminalistik TKP dan pemeriksaan
laboratoris kriminalistik barang bukti
e.) Bila hasil otopsi, sertakan visum et repertum, seperti bahan pengawet
dalam kasus yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia.
f.) Berita acara / surat mengenai keaslian bahan pembanding dalam kasus
pemalsuan hasil industri, pemalsuan dokumen.
h.) Ketentuan ini berlaku untuk semua jenis barang bukti tetapi ketentuan
tersebut dikhususkan berdasarkan jenis barang buktinya.
14
2.2 Serologi Forensik
Tipe golongan darah yang disebut tipe A-B-O telah ditemukan tahun
1901. Pada tahun 1937, reaksi antigen-antibodi dalam darah ditemukan yakni
faktor ABH , Mn, Rh, dan Gm (diantara lebih dari 100 antigen yang ada).
Terdapat lebih 256 antigen dan 23 sistem penggolongan darah yang didasrarkan
pada antigen tersebut. Antigen adalah struktur kimia yang melekat pada
permukaan sel darah merah. Sedangkan antibodi adalah protein yang
mengambang pada cairan darah (Booman dan Barbara, 1966)
Golongan darah menurut sistem A-B-O apat diwariskan dari orang tua
kepada anaknya. Menurut (Landsteiner, 2001; Suryo, 2010), menyatakan bahwa
membedakan darah manusia ke dalam emapat golongan yaitu A, B, AB dan O.
Penggologan darah ini disebabkan oleh macam-macam antigen yang dikandung
oleh eritosit (sel darah marah). Dua jenis penggolongan darah yang paling penting
adalah penggolongan A-B-O dan Rhesus (Rh). Sebagaian besar gen yang ada
dalam populasi hadir lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada
manusia merupakan satu contoh alel ganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat
kemungkinan fenotip untuk karakter ini yakni: golongan darah seseorang yang
15
mungkin A, B, AB dan O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat,
substansi A dan substansi B yang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A
atau B), kedua-duanya (tipe AB) atau tidak sama sekali (tipe O) (Kimbal, 1990).
Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O, ditentukan oleh sepasang
alel yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat dikenal dari
zat kimia yang disebut antigen, yang terletak dipermukaan sel darah merah.
16
2.2.2 Antisera O atau H-Lektin
Lektin pertama kali diperoleh dari ekstrak biji Ulex europaeus yang
bertindak seperti antibodi. Ekstrak tersebut bereaksi sebagai zat anti-AB untuk
mengaglutinasi golongan darah O. Ekstrak ini kemudian disebut H-Lektin sebagai
zat anti pada penggolongan darah O (pengganti zat anti-AB). H-lektin berfungsi
untuk mengidentifikasi golongan darah O. H-Lektin adalah perekusor dari antigen
A dan B karena penyerapan elusi sangat sensitif, maka golongan darah A dan B
biasanya juga menunjukkan aktivitas dari H-Lektin (Kind, 1960). Namun saat ini,
lektin dapat dibuat dari ekstrak biji kacang merah. Untuk 5 gram kacang merah
ditambahkan dengan larutan NaCl 0.9% sebanyak 50 mL. Kacang merah
ditumbuk menggunakan mortar alu dan ditambahkan larutan NaCl 0.9% sedikit
demi sedikit hingga volume 50 mL. Setelah kacang merah halus, mortar ditutup
menggunakan gelas arloji dan diinkubasi selama 3 hari pada suhu 4⁰ C. Setelah 3
hari, Lektin-H disaring untuk diambil filtratnya sedangkan residunya dibuang.
Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kapas yang terlebih dahulu dibasahi
dengan larutan NaCl 0.9%. Kapas diletakkan pada corong kaca dan tabung flakon
sebagai wadah untuk filtrat yang dihasilkan. Filtrat yang diperoleh di water bath
selama 30 menit dengan suhu 60 ⁰C lalu didinginkan pada suhu ruang. Apabila
telah dingin, disentrifuge selama 60 detik lalu diambil supernatannya. Supernatan
yang telah diperoleh dipindahkan pada botol berwarna gelap dan ditambahkan
dengan padatan NaN3 secukupnya kemudian dihomogenkan. Penambahan padatan
NaN3 bertujuan untuk mengawetkan Lektin-H.
17
supernatannya dan dibuang. Ditambahkan kembali dengan larutan NaCl 0.9 %
secukupnya dan dihomogenkan hingga tampak terdapat serat-serat halus berwarna
putih pada suspensi eritrosit tersebut. Untuk mengetahui pencucian darah yang
dilakukan telah bersih dapat dilihat dari supernatannya. Apabila supernatan
setelah disentrifuge berupa larutan tidak berwarna atau jernih maka darah tersebut
telah bersih. Namun untuk darah eritrosit yang telah disimpan lebih dari 3 hari
kualitas darah kurang segar, supernatan yang dihasilkan pada proses pencucian
berupa larutan jernih kekuningan sehingga pencucian dapat dilakukan 2-3 kali
hingga supernatan yang dihasilkan berupa larutan tidak berwarna.
2.3.1 Sampel
2.3.1.1 Darah
Darah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel
disuspensikan dalam larutan berair disebut plasma. Warna darah berasal dari sel-
sel darah merah (RBC) atau eritrosit. Sel darah merah membuat sekitar 40% dari
darah (berdasarkan volume). Hal ini mudah terlihat dalam tes sentrifugal
sederhana. Setiap sel darah merah terdapat hemoglobin, protein yang membawa
oksigen ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan. Pada ilmu
forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti dimana kekuatan barang
bukti adalah tipe golongan darah individu. Saat ini darah dapat dijadikan barang
bukti yang kuat untuk memperkirakan hubungan antara orang tertentu dengan
orang lain.
18
darah adalah specimen yang paling penting dalam toksikologi postmortem. Dua
specimen darah lazim dikumpulkan dalam studi postmortem yakni darah yang
diambil dari jantung dan dari sisi perifer. Untuk volume pengambilan sebesar 50
hingga 100 mL (James dan Nordby, 2009)
2.3.1.2 Urine
Untuk korban hidup, urine diambil pada bagian pancar tengah kemudian
disimpan pada botol plastik steril yang diberi pengawet natrium florida. Sampel
urine bersifat lebih stabil dibandingkan darah. Penyimpanan disuhu ruang masih
memungkinkan, tetapi lebih baik jika disimpan pada kulkas dengan suhu 4 ̊C.
Pengambilan sampel urine pada korban hidup sebaiknya diambil urine porsi
tengah sebanyak 20-25 mL untuk mencegah penampungan yang terlalu penuh.
19
yang sangat rendah dapat juga berada dalam darah. Jika cara kematian seseorang
adalah bunuh diri, maka sejumlah besar obat di perut dapat membantu untuk
proses identifikasi (James dan Nordby, 2009).
Alkohol adalah suatu jenis zat yang dapat melemahkan dan memperlambat
fungsi-fungsi kerja tubuh. Alkohol merupakan bahan alami yang dihasilkan dari
proses fermentasi yang banyak ditemui dalam bentuk bir, anggur, spirtus, dan
sebagainya. Minuman beralkohol dihasilkan dari cairan yang mengandung gula
dengan fermentasi alkohol. Gula dapat difermentasi oleh ragi baik dalam bentuk
gula atau yang dihasilkan dari bahan baku dengan pengolahan terlebih dahulu.
(Belitz et al., 2009).
20
1 CO2. Berikut adalah mekanisme reaksi fermentasi alkohol jalur Entner-
Doudoroff (ED):
21
2.3.2 Bahan Nonmedisinal
2.3.2.1 Alkohol
22
Gambar 2.6 Metabolisme methanol
2.3.2.2 Sianida
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano C≡N. Sianida
dapat berwujud gas seperti hidrogen sianida dan klorida sianogen atau berbentuk
padatan seperti sodium sianida dan potasium sianida. Berat atau tidaknya suatu
kondisi yang disebabkan oleh keracunan sianida bergantung pada jumlah sianida
yang mengenai orang tersebut, cara seseorang terpapar sianida dan lamanya waktu
pemaparan. Gas sianida paling berbahaya daripada garam yang memiliki reaksi
lebih lambat. Di dalam industry, sianida digunakan untuk membuat kertas, tekstil
dan plastik. Garam-garam sianida banyak digunakan dalam industri logam. Jika
tidak sengaja tertelan, zat kimia yang terdapat dalam produk-produk berbasis
asetonitrit seperti yang digunakan untuk melepas kuku palsu dapat berubah
menjadi sianida setelah mengalami metabolisme dalam tubuh.
23
berfungsi sebagai reduktor. Titik leleh asam formiat adalah 8 ̊C, titik didih 101 ̊C
dan densitas sebesar 1,2 g/mL pada suhu 20 ̊C. Secara ideal struktur karbonil
senyawa asam formiat mencerminkan ikatan hidrogen yang sangat kuat antara
molekul-molekul asam karboksilat maka asam karboksilat ini sering dijumpai
dalam bentuk dimer fasa karboksilat.
2.3.2.4 Arsen
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel. Tokisisitas senyawa arsenik
sangat bervariasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenik (bentuk trivalen)
memiliki tokisisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (bentuk pentavalen).
Minimal dosis akut arsenik yang dapat mematikan pada seeorang diperkirakan 70-
200 mg. Mekanisme masuknya arsen dalam tubuh umumnya melalui oral dari
makanan atau minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung
dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijianto, 2005). Salah satu
cara analisis kandungan arsen adalah metode Gutzeit. Uji Gutzeit pada dasarnya
adalah suatu modifikasi dari uji marsc dan arsina dideteksi dengan perak nitrat
atau merkurium(II) klorida. Hasil positif dari pengujian yang dilakukan diperoleh
suatu bercak yang disebabkan oleh runutan arsenic dalam regensia. Jika terdapat
banyak arsenik maka bercak akan nampak hitam (Svehla, 1990:244).
24
2.4 Metode Analisis pada Bidang Kimia, Biologi dan Toksikologi Forensik
25
Gambar 2.8 Reaksi reduksi-oksidasi leucomalachite green (LMG) dan
malachite green
Rambut dapat digunakan sebagai bukti dalam suatu kasus tertentu. Beberapa
penanda genetik terdapat dalam rambut dan kuku yang dapat membantu dalam
perbandingan sampel. Penggolongan darah ABO dan analisis enzimatik secara
teoritis dimungkinkan untuk sampel rambut yang mengandung selubung akar
(Tilstone et al, 2006).
26
iodoasetat. Fraksi tidak larut glikolipid golongan darah A,B dan H diekstraksi
dengan methanol/etil eter kemudian diikuti dengan kloroform / methanol.
Glikolipid dari rambut golongan darah A menunjukkan penghambatan kuat untuk
anti-A dan penghambatan lemah untuk anti-H, tetapi tidak ada penghambatan
untuk glikolipid anti-B dari rambut golongan darah B dan dari rambut golongan
darah O masing-masing menunjukkan penghambatan yang kuat untuk anti-B dan
anti-H (Mukoyama et al, 1986).
27
S
R
Keterangan :
Reaksi pengendapan adalah suatu jenis reaksi yang dapat berlangsung dalam
cairan, misalnya air. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi pengendapan apabila
reaksi tersebut menghasilkan endapan. Senyawa-senyawa yang sering digunakan
dalam reaksi pengendapan yaitu senyawa-senyawa ionik. Terbentuknya endapan
atau tidak dalam suatu reaksi, tergantung pada kelarutan dari zat terlarut, yaitu
jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu pelarut
pada suhu tertentu.
28
kloroform sebagai pelarut karena kloroform termasuk ke dalam pelarut organik
yang memiliki massa jenisnya lebih besar daripada air (Pizarro et al., 2011) dan
kloroform memiliki interaksi momen dipol sebesar 1,259 D (pada suhu 25 ̊C)
termasuk kedalam pelarut semipolar (Poole et al., 2010). Ekstraksi cair-cair ini
dilakukan dengan cara mengkocok dengan kuat agar memberikan hasil ekstraksi
yang maksimum.
2.4.5.2 Destilasi
29
campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam
permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap
cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer.
Pada keadaan itu cairan akan mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama
dengan tekanan uap atmosfer yang disebut titik didih. Cairan yang mempunyai
tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempunyai titik didih lebih
rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama
dengan komposisi pada cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile
atau komponen dengan titik didih lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul
dan dinginkan, uap akan terembunkan dan komposisinya sama dengan komposisi
senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa yang mempunyai titik
didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul akan
mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.
Gas pembawa yang dapat digunakan pada kromatografi gas adalah Helium,
Argon atau Nitrogen dengan tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui
kolom yang berisi fase diam. Selanjutnya sampel diinjeksikan kedalam injector
(Injection Port) yang suhunya dapat diatur. Komponen-komponen dalam sampel
akan segera menjadi uap dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju
kolom. Komponen-komponen akan teradopsi oleh fase diam pada kolom
30
kemudian akan merambat dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd
masing-masing komponen sehingga terjadi pemisahan.
31
Gambar 2.12
Ketika komponen terelusi dari kolom, komponen terbakar dalam nyala api
untuk menghasilkan ion yang membawa arus diantara elektroda dan memberikan
sinyal. Gas pembawa biasanya dapat digunakan sebagai pengganti utama dalam
aliran gas tanpa adanya pengaruh. Sensitivitasnya sedang (0,1 hingga 10 ng),
dengan linearitas tinggi enam kali lipat. Respons FID tergantung pada jumlah
atom karbon dalam molekul, tetapi akan mengalami penurunan jika oksigen atau
nitrogen muncul dalam molekul. FID menanggapi semua senyawa organik yang
mengandung ikatan karbon-hidrogen dengan pengecualian asam format ( Negruzs
dan Cooper, 2013)
32
Fragmen-fragmen yang bermanfaat adalah yang bermuatan positif. Selanjutnya,
spectrometer massa tersebut mencatat hasil sebagai spectrum ion positif sebagai
spectrum ion positif, yang telah dipisahkan atas dasar massa/muatan (mz)
(Sutrisno, 2018).
Keterangan :
B : Penangkapan elektron
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan :
- Kertas Saring
- LMG (Leucomalachite Green)
- H2O2 3%
3.1.2 Prosedur
Sampel
Hasil
34
Uji ini dilakukan pada BB berupa sprei, tissue, pakaian dalam, baju,
celana, selimut, dll yang diduga terdapat noda sperma.
Bahan:
- Kertas Saring
- Asam Fosfato
3.2.2 Prosedur
Sampel
Hasil
3.3 Uji Penggolongan Darah pada Barang Bukti dengan Metode Elusi-
Absorbsi
Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi golongan darah pada
barang bukti (BB) yang positif darah saat uji pendahuluan (Test Spot Darah).
Barang bukti (BB) dapat berupa baju, sarung, senjata tajam (sajam), celana,
pakaian dalam, serapan darah, dll yang diduga terdapat bercak darah. Pada
35
barang bukti (BB) yang positif sperma juga dapat dilakukan identifikasi
untuk mengetahui golongan darah. Selain itu, uji juga dapat dilakukan pada
rambut dan kuku yang terlebih dahulu harus dipreparasi.
Bahan:
- Etanol
Bahan:
- Antisera A, B, dan O
- Saline 0,9%
- Saline komersial
- Suspensi eritrosit A, B, O.
3.3.3 Prosedur
Preparasi Sampel Rambut dan Kuku
Rambut
36
- Dicuci dengan etanol sebanyak 3 kali
- Direndam dengan etanol selama 15 menit
- Dikeringkan pada suhu kamar selama 1-2 hari
- Ditumbuk hingga pipih dan berwarna abu-abu
Hasil
Kuku
Hasil
Sampel
- Dipotong kecil-kecil
- Dimasukkan ke dalam tabung Disposable blood types
yang telah diberi kode A, B, dan O
- Ditambahkan 1 tetes antisera A, B, dan O sesuai dengan
kode tabung
- Ditutup dengan gabus
- Diinkubasi dalam lemari pendingin selama ± 16 jam
- Setelah diinkubasi dicuci dengan saline 0,9% dan
dibuang (pipetting)
- Ditambahkan saline 0,9% dan disentrifuge dengan
kecepatan 1000 rpm selama 90 detik
- Dilakukan pipetting
- Ditambahkan saline komersial dan disentrifuge dengan
kecepatan 1000 rpm selama 90 detik
- Dilakukan pipetting
37
- Ditambahkan 1 tetes saline komersial pada masing-
masing tabung
- Ditutup dengan gabus
- Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 54℃ selama
12 menit
- Disiapkan 2 tetes suspensi eritrosit pada tabung reaksi
yang telah diberi kode A, B, dan O
- Diambil supernatan pada tabung gandeng dan
dimasukkan dalam suspensi eritrosit yang telah
disiapkan
- Disentrifuge 3-5 detik
- Diinkubasi dalam lemari pendingin selama 1,5-2 jam
- Diamati aglutinasinya
Hasil
Uji ini dilakukan pada barang bukti (BB) berupa lambung, darah, dan
urine. Untuk barang bukti (BB) lambung memiliki perlakuan pendahuluan.
Bahan:
- K2CO3 jenuh
- K2Cr2O7
- Asam tartrat
38
- Na2CO3
- Asam pikrat
- Potongan kertas saring
3.4.1.2 Prosedur
Lambung
Hasil
Sampel
Sampel
39
- Ditambahkan asam tartrat pada outer cawan
- Ditambahkan sampel pada outer cawan
- Ditutup dan diamati perubahan yang terjadi
Hasil
Bahan:
- n-heksana
- Amoniak 10%
- CHCl3
- Metanol
3.4.2.2 Prosedur
Cairan lambung
Hasil Penguapan
40
- Dilarutkan dengan 1 tetes metanol
- Diinjekkan ke dalam GC-MS dengan syringe steril
sebanyak ± 1 𝜇L
Hasil
Hasil Penguapan
Hasil
3.5 Uji Kuantitatif Kadar Alkohol pada Barang Bukti (BB) Minuman
Keras (Miras), Urine, dan Darah Menggunakan GC-FID
3.5.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Labu alas bulat
- Gelas ukur
41
- Erlenmeyer
- Pemanas (Heater)
- Kondensor
- Termometer
- GC-FID
Bahan:
- 25 ml sampel minuman keras (miras)
3.5.2 Prosedur
Sampel
20 tetes destilat
Hasil
3.6 Uji Kualitatif pada Barang Bukti (BB) Air Keras dengan Metode
Pengendapan (Positif Asam Formiat)
3.6.1 Alat dan Bahan
Alat:
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Rak tabung reaksi
- Lemari asam
42
Bahan:
- KMnO4
- BaCl2
3.6.2 Prosedur
Sampel
Hasil
Bahan:
- Kertas saring
43
- Kapas
- H2SO4
- Pb asetat
- AgNO3
3.7.2 Prosedur
Sampel
Hasil
44