Anda di halaman 1dari 52

UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIVITAS PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK


SEBAGAI METODE DIAGNOSTIK SEDERHANA
UNTUK MENDETEKSI MALABSORPSI LEMAK PADA ANAK

TESIS

Ariani Dewi Widodo


1306416203

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS II
JAKARTA, JULI 2015

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

EFEKTIVITAS PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK


SEBAGAI METODE DIAGNOSTIK SEDERHANA
UNTUK MENDETEKSI MALABSORPSI LEMAK PADA ANAK

TESIS

Ariani Dewi Widodo


1306416203

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS II
GASTROHEPATOLOGI ANAK
JAKARTA, JULI 2015

ii

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


iii

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


iv

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih, karena hanya berkat
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak II khususnya
bidang Gastrohepatologi Anak. Rangkaian kata pengantar sederhana ini ditulis bukan semata
sebagai pengantar tesis, namun terlebih lagi sebagai ungkapan terima kasih atas dua tahun
masa pendidikan yang telah dijalani, yang kemudian ditutup dengan tesis ini.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada seluruh staf Divisi Gastrohepatologi Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI/RSCM yang sangat saya hormati dan sayangi, Prof. Dr. dr. Agus
Firmansyah, SpA(K), dr. Badriul Hegar, SpA(K), PhD, Dr. dr. Pramita Gayatri, SpA(K), Dr.
dr. Hanifah Oswari, SpA(K), dr. Muzal Kadim, SpA(K), dan dr. Safira Alatas, SpA, PhD atas
kesempatan untuk belajar selama dua tahun di Divisi Gastrohepatologi Anak. Prof. Dr. dr.
Agus Firmansyah, SpA(K) sebagai guru besar yang bijaksana, sangat bersemangat mengajar
dan membagikan ilmu, dan selalu berbagi pengalaman hidup yang sangat menginspirasi,
tidak pernah menolak diganggu dan ditanyai atau dimintai pendapat dan selalu memberikan
jawaban yang semakin memperluas wawasan kami. Dr. Badriul Hegar, SpA(K), PhD Kepala
Sekolah kami, organisatoris yang luar biasa handal, merupakan teladan kami untuk senantiasa
memperjuangkan kebenaran dan integritas pribadi, profesi, serta organisasi. Dr. Hegar selalu
berpikir jauh ke depan, sibuk merencanakan dan menyusunkan program pendidikan untuk
kepentingan kami murid-murid Beliau agar menjadi lebih pandai. Beliau selalu begitu
perhatian mengawal kami di sepanjang jalan pendidikan Sp2 hingga saat terakhir agar kami
lulus tepat pada waktunya. Dr. dr. Pramita Gayatri, SpA(K) yang selalu penuh perhatian
kepada pasien, senantiasa ceria dan penuh semangat dalam mengajari kami di tengah
kesibukan Beliau. Dr. Pramita rajin berbagi pengalaman baik dalam hal penanganan pasien
maupun berbagai tindakan endoskopi, serta berbagai aspek lain yang semakin memperkaya
kami dalam menempatkan diri sebagai dokter, staf, maupun sejawat di masa mendatang. Dr.
dr. Hanifah Oswari, SpA(K) yang selalu sukses membuat kami senam otak dengan diskusi
dan pertanyaan-pertanyaan saat ronde, merupakan teladan kami dalam hal konsistensi bekerja
dan waktu, pembagian tugas dan tanggung jawab. Dr. Hanifah selalu punya jawaban yang
paling „pas‟, akurat, dan penuh pertimbangan untuk segala pertanyaan yang kami ajukan,

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


dengan informasi yang paling mutakhir. Beliau senantiasa penuh inovasi dan berpikir ke
depan. Dr. Muzal Kadim, SpA(K) yang amat baik hati, sangat perhatian kepada murid-
muridnya, begitu murah hati dalam membagi ilmu termasuk segala referensi, literatur, dan
presentasi yang Beliau miliki, selalu dapat menjelaskan segala sesuatu yang sulit secara
mudah dan dapat dimengerti. Dr Muzal selalu memikirkan kami dan berusaha mendidik serta
memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya bagi kami untuk melakukan berbagai prosedur
gastrohepatologi. dr. Fatima Safira Alatas, SpA, PhD guru sekaligus sahabat kami yang
cantik, smart, tegas, dan baik hati. Dr Safira adalah orang dengan bakat multitasking tinggi
dan mampu melaksanakan segalanya dengan baik. Beliau selalu penuh perhatian, memikirkan
kami teman dan muridnya, ikhlas dan pasrah merelakan wilayahnya diinvasi kami berikut
barang-barang kami semua selama 2 tahun. Kami berterima kasih kepada seluruh staf atas
segala keikhlasan mendidik dan berbagi ilmu pengetahuan, pola pikir, maupun kesabaran
dalam mengajari kami, baik teori, ilmu praktis, maupun berbagai tindakan dalam bidang
Gastrohepatologi Anak. Kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang kami
lakukan selama dua tahun menjalani masa pendidikan ini.

Rasa hormat dan terima kasih saya kepada Dr. dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K),
FACC, FESC dan dr. Evita B. Ifran, SpA(K) selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi
Pendidikan Dokter Spesialis Anak II FKUI/RSCM yang telah menerima saya dan teman-
teman untuk belajar di institusi ini, serta dr. Endang Windiastuti, SpA(K). Kepada Dr. dr.
Aryono Hendarto, SpA(K) selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM,
terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan sehingga saya diperkenankan mengikuti
program ini. Terima kasih Dr. Aryono sudah menjadi Ketua Departemen yang meskipun
sibuk namun perhatian dan sangat responsif dengan kebutuhan kami para fellow, terutama
dalam hal surat menyurat dan perizinan penelitian.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Kepala Divisi Gastroenterologi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Dr. dr. Dadang Makmun, SpPD-KGEH beserta seluruh
staf Divisi Gastrohepatologi, yang dengan penuh semangat berbagi ilmu dan keterampilan
dalam bidang endoskopi. Terima kasih kepada Divisi Radiologi Anak yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar mengenai radiologi dalam bidang gastrohepatologi.

Rasa bangga, hormat, dan penghargaan setinggi-tingginya saya persembahkan kepada


Direktur Utama RSAB Harapan Kita sebelumnya dr. Achmad Soebagjo Tancarino, MARS,
Direktur Utama saat ini dr. H. Omo Abdul Madjid, SpOG(K) dan Direktur Medik dr. Didi
SpOG(K), Ketua KSMF Anak dr. Syarif Rohimi, SpA(K), Ketua Bidang Pendidikan dan

vi

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


Penelitian dr. Nani H. Widodo, SpM yang telah memberikan izin bagi saya untuk
melanjutkan pendidikan. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua senior saya di
Kelompok Kerja Gastrohepatologi yang saya hormati dan sayangi dr. Eva Jeumpa
Soelaeman, SpA(K) dan dr. Budi Purnomo, SpA(K) yang dengan penuh kerelaan hati telah
memberikan dukungan bahkan dorongan bagi saya untuk melanjutkan pendidikan. Terima
kasih atas teladan untuk selalu memajukan Divisi dan menciptakan inovasi, serta semangat
untuk terus mengembangkan ilmu dan meneliti. Ungkapan terima kasih yang setulusnya saya
haturkan kepada seluruh staf KSMF Anak yang telah memberikan semangat, dukungan, serta
tentu saja keikhlasan dalam menjalankan pelayanan di RSAB Harapan Kita selama kami
berempat menjalani masa pendidikan.

Untuk seluruh paramedis serta karyawan di Departemen IKA FKUI/RSCM saya


ucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik selama ini, khususnya Mas Awie dan Mbak
Ros sekretaris Divisi Gastrohepatologi yang istimewa dan selalu siap sedia direpotkan oleh
kami dan dengan sigap dan akurat memfasilitasi segala keperluan terkait pendidikan. Terima
kasih kepada Ibu Linda, Cintera, dan Leyna atas bantuan dalam menjalankan penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada Ketua Departemen dan semua staf di
Laboratorium Patologi Klinik FKUI/RSCM khususnya Dr Ina S. Timan SpPK(K), Mila,
Punjul, dan Sapto atas dukungan dan bantuan selama melakukan penelitian ini. Terima kasih
pula kepada dr. Ivan R. Widjaja, SpA yang telah membantu saya dalam penelitian ini.

Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Direktur Utama RSCM, Direktur
Keuangan RSCM, Kepala Bagian Penelitian FKUI/RSCM yang telah menyalurkan Hibah
Operasional RSCM 2015 yang memungkinkan penelitian ini berlangsung. Terima kasih juga
kepada para Staf Bagian Penelitian FKUI/RSCM yang senantiasa siap sedia menjawab
pertanyaan saya.

Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh sejawat PPDS Sp-II, Sp-I dari seluruh
tingkatan khususnya yang pernah bekerja bersama saat menjadi Madya Gastrohepatologi
selama masa pendidikan kami. Rasa terima kasih yang tidak terhingga khususnya kepada
rekan-rekan sesama Fellow Gastrohepatologi Anak dr. Fatima Safira Alatas, SpA, PhD dan
dr. Nuraini Irma Susanti, SpA serta dr. Frieda Handayani, SpA dan dr. Barry Army Bakry,
SpA atas kerja sama yang luar biasa selama kita menjalani masa pendidikan bersama. Tanpa
dukungan tulus dan semangat dari kalian rasanya tidak mungkin saya dapat melewati masa
pendidikan dengan baik.

vii

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga saya persembahkan kepada kedua
orangtua saya tercinta, Dr. dr. Eddy Widodo, SpA(K), FCCP dan dr. Grace Pudjiadi, SpKK
yang telah membesarkan, mendidik, dan membimbing dengan penuh cinta kasih dan
kesabaran dengan pengorbanan, doa, dan dorongan yang tidak kenal lelah. Tidaklah mungkin
saya dapat membalas segala yang telah kalian berikan, selain berdoa agar papa dan mama
selalu berada dalam kasih karunia-Nya dan selalu berusaha membuat kalian bangga. Kepada
orangtua kedua saya yang sangat saya sayangi dr. Leonardus Trissoemardiarto, SpAn dan dr.
Ratna Dhelia, tak lupa saya ucapkan terima kasih atas cinta dan dukungan dalam berbagai
bentuk yang tidak pernah putus. Terima kasih atas dukungan dan pengertian dari semua
kakak dan adikku tersayang dr. Wishnu Aditya Widodo, SpJP dan dr. Arini Astasari Widodo,
Trisna Yudhianto Prakoso dan Maria Mirasari, Trisna Satrio Wicaksono dan Agata Tantri,
serta keponakan tersayang Nadhisa dan Dhimas.

Kepada suamiku tersayang, dr. Trisna Haryo Prasetyo, SpAnKIC, terima kasih atas
semua kesabaran, pengertian, doa, dukungan, dan cintamu, sehingga saya tetap semangat
dalam menjalani pendidikan. Terima kasih atas semua obrolan yang menyenangkan, diskusi
yang menyegarkan, dan debat yang bermanfaat. Sulit dilukiskan betapa beruntungnya saya
memiliki suami seperti dirimu. Untuk putriku tercinta Natharania Adrianna dan putraku
tersayang Nathanael Aditya, terima kasih telah menjadi penyejuk hati, tujuan hidup, dan
sahabat kecil yang senantiasa menghibur, meramaikan, dan membahagiakan. Terima kasih
atas pengertian dan keikhlasan kalian semua selama mama menjalani pendidikan.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, tidak ada gading yang tak retak. Saya
mengharapkan semua kritik dan saran membangun untuk menyempurnakan tesis ini. Terima
kasih kepada semua pihak yang tak mungkin saya sebutkan satu per satu, dengan rasa syukur
yang takkan cukup dituliskan dalam lembaran kertas. Saya mohon doa restu untuk memulai
perjalanan baru mendalami bidang yang saya pelajari ini. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat dan kiranya Allah Yang Maha Pengasih senantiasa melimpahkan berkat-Nya bagi
kita semua.

“It’s good to have an end to a journey toward; but it is the journey that matters, in the end.”
Ernest Hemingway (1899-1961)

Jakarta, 9 Juli 2015


Ariani

viii

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


ix

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


ABSTRAK

Nama : Ariani Dewi Widodo


Program Studi : Program Pendidikan Dokter Spesialis-II Gastrohepatologi Anak
Judul Tesis : Efektivitas Pemeriksaan Mikroskopik Sebagai Metode Diagnostik
Sederhana untuk Mendeteksi Malabsorpsi Lemak pada Anak

Latar Belakang Lemak merupakan sumber energi penting, komponen utama struktur
membran sel dan media penyerapan vitamin larut lemak A, D, E, dan K. Lemak adalah
nutrisi utama perkembangan otak anak, penting untuk memeriksa malabsorpsi lemak secara
akurat dan tepat. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo merupakan rujukan pemeriksaan
analisis feses, dengan sekitar 840 pemeriksaan mikroskopik lemak per tahun. Pemeriksaan
mikroskopik lemak merupakan satu-satunya yang tersedia di laboratorium RSCM untuk
pemeriksaan lemak feses.
Tujuan Mengetahui kehandalan pemeriksaan mikroskopik lemak pada analisis feses dalam
menggambarkan malabsorpsi lemak pada anak.
Metode Uji diagnostik kehandalan pemeriksaan mikroskopik lemak menggunakan Sudan III
dibandingkan dengan steatokrit dalam mendiagnosis malabsorpsi lemak pada anak usia 6-60
bulan.
Hasil Didapatkan 68 sampel yang terdiri dari 41 laki-laki dan 27 perempuan, median usia
14,3 bulan. Konsistensi feses terbanyak adalah lembek (50,0%). Dengan metode mikroskopik
didapatkan lemak terbanyak adalah positif satu pada 29 sampel (42,6%). Sensitivitas
pemeriksaan mikroskopik lemak didapatkan sebesar 49,15%, spesifisitas sebesar 66,67%,
dengan nilai prediksi positif 90,63% dan nilai prediksi negatif 16,67%.
Kesimpulan Pemeriksaan mikroskopik lemak memiliki sensitivitas yang tidak terlalu tinggi
dalam mendiagnosis malabsorpsi lemak dan perlu dilengkapi dengan metode lain seperti
steatokrit.

Kata kunci: malabsorpsi lemak, mikroskopik, analisis feses, steatokrit

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


ABSTRACT

Name : Ariani Dewi Widodo


Study Program : Pediatric Gastrohepatology Residency Program-II
Title : Effectivity of Microscopic Test as a Simple Diagnostic Method to
Detect Fat Malabsorption in Children

Background Lipid is a very important source of energy, major component of cell membrane
structure and media for absorption of lipid-soluble vitamins A, D, E, and K. Lipid is the
major nutrition for brain development, and thus it is important to test lipid malabsorption
accurately. Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) is a referral hospital for fecal analysis,
with 840 lipid microscopic examination done each year. This microscopic test is the only
method currently available for fecal lipid malabsorption at CMH laboratory.
Objective To know whether the lipid microscopic test as a part of fecal analysis that is
performed routinely so far is effective in representing lipid malabsorption in children.
Methods Diagnostic test for effectivity of lipid microscopic test using Sudan III compared to
steatocrit test in diagnosing lipid malabsorption in children 6-60 months old suspected to
have lipid malabsorption.
Results Sixty-nine children consisting of 41 boys and 27 girls were included in the study,
with median age 14,3 months. The most common stool consistency was mushy (50,0%).
Using microscopic method the most frequent group was positive one in 29 subjects (42,6%).
Sensitivity of lipid microscopic test was found to be 49,15% with specificity 66,67%, PPV
90,63% and NPV 16,67%.
Conclusion Lipid microscopic test has a moderate sensitivity in diagnosing fat
malabsorption, and needs to be complemented with other method such as steatocrit.

Keywords: lipid malabsorption, microscopic, fecal analysis, steatocrit

xi

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


DAFTAR ISI

Halaman Judul Luar .................................................................................................................... i


Halaman Judul Dalam ................................................................................................................ ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas .............................................................................................. iii
Halaman Pengesahan .................................................................................................................iv
Kata Pengantar ............................................................................................................................ v
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir untuk Tujuan Akademis ..................ix
Abstrak ........................................................................................................................................ x
Abstract ......................................................................................................................................xi
Daftar Isi ................................................................................................................................. xii
Daftar Gambar ........................................................................................................................ xiv
Daftar Tabel .............................................................................................................................. xv
Daftar Singkatan ......................................................................................................................xvi
Daftar Lampiran ..................................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat dalam bidang akademik ................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat dalam bidang pengabdian masyarakat .............................................................. 3
1.4.3 Manfaat dalam bidang pengembangan penelitian........................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi digesti dan absorpsi lemak ..................................................................................... 4


2.2 Patofisiologi malabsorpsi lemak ........................................................................................... 5
2.3 Pemeriksaan yang tersedia untuk malabsorpsi lemak ........................................................... 6
2.4 Pemeriksaan mikroskopik lemak pada analisis feses............................................................ 7

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ................................................................. 10

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian ............................................................................................................... 11
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................ 11
4.2.1 Tempat penelitian...................................................................................................... 11
4.2.2 Waktu penelitian ....................................................................................................... 11
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................................... 11
4.3.1 Populasi target ........................................................................................................... 11
4.3.2 Populasi terjangkau ................................................................................................... 11
4.3.3 Kriteria pemilihan subjek penelitian ......................................................................... 11
4.3.4 Metode pengambilan sampel .................................................................................... 12

xii

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


4.3.5 Estimasi besar sampel ................................................................................................ 12
4.4 Cara Kerja .......................................................................................................................... 13
4.5 Batasan Operasional........................................................................................................... 13
4.6 Analisis Data ...................................................................................................................... 15
4.7 Alur Penelitian ................................................................................................................... 16
4.8 Etik Penelitian .................................................................................................................... 16

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1 Pengambilan subjek penelitian .......................................................................................... 17
5.2 Karakteristik demografi dan klinis subjek penelitian ........................................................ 18
5.3 Karakteristik malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan mikroskopik lemak pada
subjek penelitian ................................................................................................................ 18
5.4 Karakteristik malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan steatokrit pada subjek
penelitian ............................................................................................................................ 19
5.5 Hubungan antara pemeriksaan mikroskopik dengan steatokrit ......................................... 20

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................................... 22

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................... 30


7.1 Simpulan ............................................................................................................................. 30
7.2 Saran ................................................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

Lampiran ................................................................................................................................... 35

xiii

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jalur absorpsi lipid di usus halus............................................................................. 5

Gambar 2.2 Gambaran mikroskopik sampel feses setelah pewarnaan dengan Sudan III .......... 8

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian ................................................................................. 10

Gambar 4.1 Panjang kolom lapisan lemak dan padat pada pemeriksaan steatokrit ................ 14

Gambar 4.2 Alur penelitian....................................................................................................... 16

Gambar 5.1 Alur pengambilan sampel penelitian..................................................................... 17

Gambar 5.2 Karakteristik lemak feses berdasarkan pemeriksaan mikroskopik ....................... 19

xiv

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Uji diagnostik ........................................................................................................... 15

Tabel 5.1 Karakteristik demografi dan klinis subjek penelitian .............................................. 18

Tabel 5.2 Distribusi hasil malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan mikroskopik ............ 19

Tabel 5.3 Distribusi hasil malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan steatokrit................. 20

Tabel 5.4 Pengelompokan malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan steatokrit ................ 20

Tabel 5.5 Perbandingan hasil pemeriksaan lemak feses antara pemeriksaan mikroskopik
dengan pemeriksaan steatokrit ............................................................................... 20

Tabel 5.6 Uji diagnostik pemeriksaan mikroskopik terhadap steatokrit................................... 21

Tabel 6.1 Penelitian pendahuluan: perbandingan antara steatokrit biasa dan asam ................. 26

xv

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


DAFTAR SINGKATAN

ATK analisis tinja khusus


CI confidence interval (interval kepercayaan)
dkk. dan kawan kawan
FKUI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
g gram
LAT lipiodol absorption test
LPB lapang pandang besar
mcg mikrogram
mg miligram
ml mililiter
mm milimeter
NPV negative predictive value (nilai prediksi negatif)
PPV positive predictive value (nilai prediksi positif)
RSCM Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
SD standar deviasi (simpang baku)
U unit
+1 positif satu
+2 positif dua
+3 positif tiga

xvi

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Komisi Etik ...................................................................................... 34

xvii

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lemak merupakan sumber energi yang penting, karena merupakan
komponen utama struktur membran sel, bahan baku hormon, serta
merupakan media penyerapan vitamin larut lemak yaitu A, D, E, dan K.
Lemak adalah nutrisi utama perkembangan otak anak, oleh karena itu sangat
penting untuk dapat memeriksa adanya malabsorpsi lemak secara akurat dan
tepat.
Terdapat berbagai macam pemeriksaan untuk mendeteksi lemak
dalam feses, baik secara kualitatif, semikuantitatif, maupun kuantitatif. Jenis
pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah analisis feses atau yang
disebut juga sebagai analisis tinja khusus (ATK). Jumlah analisis feses baik
anak maupun dewasa yang dilakukan di RSCM adalah sekitar 70
pemeriksaan per bulan atau 840 pemeriksaan per tahun.
Malabsorpsi lemak adalah salah satu hasil pemeriksaan yang sering
ditemukan pada analisis feses. Malabsorpsi lemak memiliki kemaknaan
klinis yang cukup besar, karena merupakan sumber energi utama selain
karbohidrat selama masa tumbuh kembang anak. Lemak juga merupakan
komponen utama struktur membran sel dan nutrisi penting bagi
perkembangan otak anak. Selain itu, lemak merupakan media penyerapan
beberapa vitamin larut lemak yang penting yaitu vitamin A, D, E, dan K.
Karena itu penilaian adanya malabsorpsi lemak dan derajatnya sangat
penting untuk dilakukan secara akurat.
Uji van de Kamer menggunakan feses 72 jam merupakan standar
baku emas (gold standard) untuk menilai malabsorpsi lemak namun
memerlukan sumber daya, waktu, dan biaya yang relatif tinggi, sehingga
kurang praktis untuk dilakukan dalam setting sehari-hari. Pemeriksaan ini
sudah banyak digantikan dengan pemeriksaan steatokrit asam yang telah

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


2

banyak diteliti, yang memiliki sensitivitas 100%, spesifisitas 95% dan PPV
90% untuk mendeteksi steatorea, dan juga dapat menilai lemak feses secara
kuantitatif.1 Di RSCM juga sudah pernah dilakukan penelitian serupa pada
tahun 1991 oleh Satari2 yang mendapatkan sensitivitas 88,2% dan
spesifisitas 88,9%. Selanjutnya pemeriksaan steatokrit asam dianggap layak
dan banyak digunakan sebagai pemeriksaan yang terpercaya untuk menilai
steatorhea. Saat ini pemeriksaan steatokrit asam sudah tidak tersedia lagi di
RSCM untuk pemeriksaan rutin, satu-satunya pemeriksaan yang tersedia
untuk mengukur lemak dalam feses adalah pemeriksaan mikroskopik lemak
dalam analisis feses.
Hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi apakah
pemeriksaan mikroskopik lemak sebagai bagian dari analisis feses cukup
baik dalam menggambarkan keadaan malabsorpsi lemak yang sebenarnya.
Mengingat volume pemeriksaan yang cukup tinggi dan kemaknaannya
sebagai penunjang klinis, ditambah konsekuensi klinis malabsorpsi lemak
seperti malnutrisi pada anak khususnya balita, penting untuk mengetahui
apakah pemeriksaan mikroskopik yang sehari-hari dilakukan di RSCM
mampu menggambarkan secara akurat adanya malabsorpsi lemak pada
anak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diajukan
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : Apakah pemeriksaan mikroskopik
lemak pada feses cukup sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis
malabsorpsi lemak pada anak?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui kehandalan pemeriksaan mikroskopik lemak dalam
mendeteksi malabsorpsi lemak pada anak.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


3

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui karakteristik demografi anak yang dilakukan
analisis feses
2. Mengetahui distribusi kadar lemak feses berdasarkan
pemeriksaan mikroskopik lemak
3. Mengetahui distribusi kadar lemak feses berdasarkan
pemeriksaan steatokrit
4. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (PPV)
dan nilai prediksi negatif (NPV) pemeriksaan mikroskopik
lemak pada feses dibandingkan dengan pemeriksaan steatokrit
dalam mendiagnosis malabsorpsi lemak

1. 4. Manfaat Penelitian
1. 4. 1. Manfaat dalam bidang akademik
Memperoleh data ilmiah mengenai karakteristik dan gambaran
malabsorpsi lemak pada anak.

1. 4. 2. Manfaat dalam bidang pengabdian masyarakat


Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai
metode yang digunakan untuk mendeteksi malabsorpsi lemak
pada anak. Informasi tersebut dapat digunakan untuk membantu
pemilihan jenis pemeriksaan pada pelayanan, sehingga dapat
dipilih pemeriksaan yang paling menggambarkan keadaan anak
yang sebenarnya.

1. 4. 3. Manfaat dalam bidang pengembangan penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai diagnosis
malabsorpsi lemak pada anak.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi digesti dan absorpsi lemak


Lemak dalam diet sangat penting untuk kesehatan manusia, dan merupakan
sumber energi kalori tinggi dari lemak itu sendiri, ditambah asam lemak esensial
dan vitamin larut lemak. Kandungan lemak dalam makanan rata-rata sekitar 35%
dari keseluruhan asupan makanan, dan sebagian besar dalam bentuk trigliserida.
Pada saat trigliserida dalam diet masuk ke mulut, terjadi hidrolisis parsial
pertama oleh lipase pada lidah (lingual lipase). Enzim ini diaktifkan oleh pH
gaster yang rendah pada semua usia, bahkan pada bayi prematur. Selanjutnya
lemak masuk ke dalam lumen usus tempat digesti trigliserida yang terbanyak
terjadi, di lumen duodenojejunal oleh enzim pankreas yakni kompleks lipase-
kolipase. Pada saat lahir enzim ini masih sedikit jumlahnya dan oleh karena itu
pada bayi baru lahir kemampuan menyerap lemak masih terbatas, dinamakan
steatorea fisiologis neonatus.3 Lemak akan dihidrolisis oleh lipase menjadi dua
asam lemak dan satu monogliserida berupa monoasilgliserol sn-2 (2-MG). Produk
ini kemudian dengan bantuan garam empedu membentuk misel, yang membantu
lemak masuk ke mukosa usus. Misel diserap melalui membran apikal enterosit,
asam lemak dan monogliserida terlepas dan berdifusi ke sel epitel, kemudian
diarahkan ke retikulum endoplasma (RE) dan mengalami resintesis kembali
menjadi trigliserida. Trigliserida yang baru disintesis ini berikatan dengan
substansi lemak lain dan protein untuk membentuk kilomikron, yakni lipoprotein
yang unik pada usus. Kilomikron diekstrusi dari sel epitel melalui eksositosis.
Kilomikron kemudian memasuki kelenjar limfe dan disirkulasikan melalui
kelenjar limfe. Dalam sirkulasi, trigliserida kilomikron dihidrolisis oleh
lipoprotein lipase (LPL) yang terletak pada permukaan kapiler, dan asam lemak
yang dilepaskan akan diuptake dengan cepat oleh jaringan perifer dan digunakan
pada berbagai jalur selular.4

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


5

Gambar 2.1 Jalur absorpsi lipid di usus halus

2.2 Patofisiologi malabsorpsi lemak


Malabsorpsi lemak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan absorspsi
lemak dalam usus sehingga lemak keluar secara berlebihan dalam tinja.
Terdapatnya lemak dalam tinja lebih dari 5 gram sehari disebut sebagai
steatorhea.5 Malabsorpsi lemak dapat disebabkan oleh bebagai hal seperti
kerusakan vili misalnya pada diare melanjut dan persisten, penurunan hormon
usus yang disintesis di bagian proksimal usus halus seperti sekretin dan
kolesistokinin dan menyebabkan insufisiensi pankreas sekunder, waktu transit
lemak dalam usus yang memendek seperti pada diare akut, atau penurunan
produksi asam empedu seperti pada kolestasis. Malabsorpsi fisiologis pada
individu sehat hanya mencapai maksimal 5%, sedangkan pada pasien dengan
gangguan absorpsi, sekitar 40% nutrisi akan sampai di ileum terminal dalam
komposisi yang tidak berubah dengan komposisi saat dikonsumsi.6,7
Dalam keadaan insufisiensi berat pankreas, malabsorpsi lipid akan
terpengaruh paling besar. Hiele dkk.8 menemukan bahwa akibat insufisiensi
pankreas, digesti lipid juga akan disertai gangguan sekresi bikarbonat yang

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


6

menyebabkan inaktivasi lipase dan presipitasi asam empedu dalam suasana


duodenum yang asam. Ambang batas aktivitas lipase yang harus tercapai selama
proses digestif adalah 40-60 IU/mL lipase.5 Pasase usus yang meningkat pada
diare dapat menyebabkan gangguan absorpsi lemak. Adanya bakteri anaerob
dalam saluran cerna akan menguraikan kembali garam empedu yang terkonjugasi
menjadi garam empedu dekonjugasi, sehingga emulsifikasi lemak di usus halus
akan terganggu dan berakibat absorpsi lemak yang terganggu.8

2.3 Pemeriksaan yang tersedia untuk malabsorpsi lemak


Diare melanjut dan persisten, steatorhea, nyeri perut, gagal tumbuh, kolestasis,
pankreatitis akut, dan penurunan berat badan merupakan indikasi utama untuk
dilakukannya pemeriksaan malabsorpsi lemak pada anak.9,10 Terdapat berbagai
macam pemeriksaan objektif untuk lemak dalam feses yang sudah pernah diteliti,
metode yang sering digunakan adalah pewarnaan Sudan untuk feses yang
dihomogenisasi, steatokrit, dan analisis lemak kuantitatif. Pewarnaan Sudan
memeriksa jumlah dan ukuran globul lemak per lapang pandang besar (LPB) dan
hasilnya dinilai sebagai normal (≤ 20/LPB, ukuran 1-4 mikrometer), meningkat
sedang (> 20/LPB, ukuran 1-8 mm) dan meningkat tinggi (> 20/LPB, ukuran 6-75
mm). Jika dibandingkan dengan analisis lemak secara kimiawi, sensitivitas
pemeriksaan Sudan adalah sebesar 94% dan spesifisitas 95% dalam mendiagnosis
ekskresi lemak feses yang abnormal.11
Steatokrit merupakan pemeriksaan kuantitatif lemak dalam feses dan
dinyatakan sebagai proporsi sampel feses yang dihomogenisasi dan
disentrifugasi.12 Hasil pemeriksaan steatokrit asam sewaktu (normal < 10%)
dilaporkan memiliki sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas 95% jika
dibandingkan dengan analisis lemak kuantitatif 72 jam.1 Metode yang dilaporkan
terbaik untuk memeriksa lemak feses adalah analisis kimia lemak 72 jam
menggunakan metode van de Kamer.13 Pasien perlu membuat buku harian asupan
makanan untuk memastikan bahwa konsumsi lemak dalam diet minimal 100
g/hari selama pemeriksaan berlangsung; hasil yang normal adalah bila lemak
dalam feses kurang dari 7 g dalam periode 24 jam.14 Koefisien absorpsi lemak
(coefficient of fat absorption/CFA) dapat digunakan untuk mengkuantifikasi

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


7

steatorhea, dihitung menggunakan persamaan berikut: CFA (%) = 100 [(rerata


asupan lemak-rerata lemak feses)/rerata asupan lemak];15 pada subjek normal,
CFA biasanya lebih besar daripada 80%.16
Secara garis besar terdapat beberapa metode pemeriksaan lemak feses
yang pernah dilakukan di laboratorium RSCM, yaitu:17
1) Uji absorpsi lipiodol (LAT): dilakukan dengan cara memberi minum lipiodol
yang mengandung yodium pada anak, dan dilakukan penilaian dengan foto
polos untuk melihat sisa yodium.
2) Analisis komponen lemak yang tidak tercerna dan tidak diabsorbsi dalam
feses:
a. Pemeriksaan steatokrit: dilakukan dengan cara melakukan sentrifugasi pada
feses homogen, kemudian mengukur tinggi lapisan lemak pada bagian atas
sampel pada tabung menggunakan vernier calliper hingga ketepatan 0,05
mm. Kadar lemak dalam feses didapatkan dari persentase (steatokrit)
lapisan lemak dibandingkan dengan lapisan padat ditambah lapisan lemak.
b. Pemeriksaan mikroskopik lemak dalam feses menggunakan pewarnaan
Sudan III (metode Drummey), yang dijelaskan di bagian bawah.
c. Analisis hasil oksidasi lemak yang diabsorbsi, dengan cara uji udara
ekspirasi (uji napas) menggunakan trigliserida yang diberi marker 13C:
tidak praktis dan relatif mahal.
Masih terdapat pula pengukuran kadar enzim dalam serum, namun terbukti tidak
dapat menilai fungsi eksokrin pankreas secara tepat dibandingkan dengan
pemeriksaan feses.17

2.4 Pemeriksaan mikroskopik lemak pada analisis feses


Proses digesti dan absorbsi lipid merupakan suatu proses yang kompleks,
memerlukan berbagai enzim pankreas (lipase, fosfolipase A2), garam empedu,
milieu intestinal dalam jumlah cukup dan mukosa saluran cerna yang normal.10,17
Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lemak netral akibat
kerusakan pankreas dan pemeriksaan terhadap lemak yang terjadi oleh kelainan
pada tahapan lain absorpsi lemak. Untuk menentukan lemak netral, digunakan dua
tetas air yang dicampur dengan preparat tinja pada gelas objek. Kemudian

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


8

preparat ini dicampur dengan etil alkohol 90% yang akhirnya dicampur dengan
larutan Sudan III dan dibuat merata. Preparat dilihat dengan perbesaran 400x
untuk mencari bulatan-bulatan lemak yang berwarna kuning atau jingga muda.
Untuk menentukan asam lemak bebas, preparat tinja pada gelas objek
dicampur merata dengan asam asetat 36%, kemudian beberapa tetes larutan Sudan
III ditambahkan, dicampur, dan preparat dipanaskan di atas pembakar alkohol
sampai mulai mendidih. Pemanasan dilakukan secara berulang dengan cepat dan
kemudian diperiksa di bawah lapang pandang besar yang dilakukan pada waktu
preparat masih panas. Asam lemak bebas akan terlihat berupa bulatan-bulatan
berwarna jingga tua. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 kriteria:
1. (+) / 1 positif: bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah
per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½ lapang pandang
2. (++) / 2 positif: bila tampak sel lemak dengan jumlah lebih dari 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang.
3. (+++) / 3 positif: bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang pandang.

Gambar 2.2 Gambaran mikroskopik sampel feses setelah pewarnaan dengan


Sudan III. A. Tidak ditemukan steatorrhea. B. Lemak positif satu. C. Lemak
positif dua. D. Lemak positif tiga.18

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


9

Efektivitas absorbsi lemak dihitung menggunakan koefisien absorbsi lemak. Pada


dewasa, remaja, anak usia sekolah dan prasekolah, koefisien absorbsi lemak harus
lebih dari 93%. Pada neonatus, rerata koefisien absorbsi lemak sekitar 85% dan
akan meningkat seiring waktu.17

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


10

BAB III
KERANGKA KONSEP

Asupan lemak Jenis lemak


 Trigliserida
dalam diet  Digliserida
 Monogliserida
 Asam lemak
 Sterol
 Fosfolipid
Digesti oleh enzim
lipase pankreas

Absorpsi Lemak

EVALUASI

Mikroskopik Steatokrit van de Kamer


Lemak

Derajat malabsorpsi Derajat malabsorpsi


 Negatif: Normal  0-4% : Normal
 +1: Malabsorpsi ringan  5-10% : Malabsorpsi ringan
Koefisien absorpsi lemak
 +2: Malabsorpsi sedang  11-25%: Malabsorpsi sedang
 +3: Malabsorpsi berat  >25% : Malabsorpsi berat

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


11

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah uji diagnostik kehandalan analisis feses untuk
mendiagnosis malabsorpsi lemak pada anak yang diperiksa di RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta selama periode penelitian.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik dan Ruang Rawat Inap Anak serta
Laboratorium Patologi Klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

4.2.2 Waktu penelitian


Penelitian dilakukan tanggal 1 April 2015 hingga 30 Juni 2015.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi target
Semua pasien anak yang terindikasi untuk pemeriksaan analisis feses.

4.3.2 Populasi terjangkau


Semua pasien anak yang diperiksakan analisis feses Laboratorium
Departemen Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto
Mangunkusumo Jakarta selama kurun waktu penelitian.

4.3.3 Kriteria pemilihan subjek penelitian


Sampel penelitian ini adalah semua anak pada populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


12

Kriteria inklusi
 Usia 6-60 bulan
 Terindikasi untuk pemeriksaan analisis feses berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisis (sebagai contoh, namun tidak terbatas pada,
diare, pankreatitis, kolestasis)

Kriteria eksklusi
 Mendapat supositoria atau minyak mineral (mineral oil) dalam waktu
24 jam sebelum atau selama pengambilan sampel
 Menggunakan bahan berminyak di area anus saat pengambilan sampel
(misalnya lotion atau krim yang mengandung minyak)
 Data tidak lengkap

4.3.4 Metode pengambilan sampel


Pemilihan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu
dengan memasukkan setiap pasien yang terindikasi pemeriksaan analisis
feses serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian dalam kurun
waktu yang ditentukan.

4.3.5 Estimasi besar sampel


Dengan menggunakan rumus perhitungan besar sampel untuk uji
diagnostik didapatkan besar sampel yang dibutuhkan sebanyak 68
subjek:19

Keterangan:
n : besar sampel
Zα : nilai sebaran normal baku, sebesar 1,96 dengan α = 0,05 dan
interval kepercayaan 95%
P : sensitivitas uji diagnostik dari pustaka yaitu sebesar 76%18
Q :1–P
d : penyimpangan sebesar 10% = 0,1

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


13

4.4 Cara Kerja


 Semua pasien anak berusia 6-60 bulan yang diperiksakan analisis feses
di Laboratorium Patologi Klinik dalam kurun waktu 1 April 2015 – 30
Juni 2015 diikutsertakan dalam penelitian.
 Formulir penelitian diisi untuk semua sampel yang memenuhi kriteria
penelitian, yang meliputi data: identitas pasien (nama, umur/tanggal
lahir, jenis kelamin), data diagnosis, berat badan lahir, berat badan
sekarang, dan susu yang dikonsumsi, dan data pemeriksaan
mikroskopik lemak serta steatokrit.
 Sampel feses pasien diperiksa secara mikroskopik dengan pemeriksaan
Sudan III berdasarkan metode Drummey.
 Metode pemeriksaan lemak feses dilengkapi dengan pemeriksaan
steatokrit.
 Hasil pemeriksaan yang diperoleh dimasukkan dalam formulir
penelitian sebagai data.
 Melakukan pengolahan data. Data disajikan dalam bentuk tabel dan
diagram yang sesuai. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Data numerik dengan distribusi normal
disajikan dalam rerata dan simpang baku (SB), sedangkan yang tidak
berdistribusi normal disajikan dalam median dan rentang.

4.5 Batasan Operasional


Interpretasi pemeriksaan mikroskopik lemak dalam feses
Pemeriksaan mikroskopik lemak dalam feses dilakukan dengan metode
Drummey dan penilaian dilakukan berdasarkan 3 kriteria yaitu:
1. (+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah
per lapang pandang atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½ lapang
pandang
2. (++) bila tampak sel lemak dengan jumlah lebih dari 100 per lapang
pandang atau sel memenuhi lebih dari ½ lapang pandang.
3. (+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang pandang.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


14

Interpretasi pemeriksaan steatokrit feses


Nilai steatokrit dihitung dengan perbandingan kadar lapisan lemak
terhadap panjang kolom lapisan padat dan lemak menggunakan rumus:

F
Steatokrit = ------------ x 100%
F+S

F (fat) : panjang kolom lapisan lemak


S (solid) : panjang kolom lapisan padat

A B C

Gambar 4.1 Panjang kolom lapisan lemak dan padat pada pemeriksaan
steatokrit. F adalah tinggi kolom lapisan lemak, sedangkan S tinggi kolom
lapisan padat tinja. Sebagai contoh hasil pemeriksaan steatokrit, A
menampilkan hasil pemeriksaan steatokrit 0,5%, B steatokrit 22,3%, dan C
steatokrit 45,2%.20

Interpretasi nilai steatokrit adalah sebagai berikut:


0-4% : Normal
4-10% : Malabsorpsi lemak ringan
10-25% : Malabsorpsi lemak sedang
>25% : Malabsorpsi lemak berat

Usia
Usia anak dihitung sejak tanggal lahir hingga hari pemeriksaan analisis
feses.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


15

4.6 Analisis Data


Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan komputer. Analisis yang
dilakukan adalah uji diagnostik untuk mendapatkan sensitivitas,
spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dari
pemeriksaan mikroskopik lemak dengan hasil pemeriksaan steatokrit
sebagai baku emas. Sebagai tambahan yang bersifat informatif, dilakukan
juga analisis univariat dan bivariat pada variabel tertentu. Analisis
univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau
besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti. Varieabel yang akan
diteliti antara lain usia, jenis kelamin, dan konsistensi feses. Analisis
bivariat dilakukan menggunakan uji Spearman untuk mengetahui
kesesuaian antara malabsorpsi lemak menggunakan metode pemeriksaan
mikroskopik lemak dan steatokrit. Uji normalitas data dilakukan dengan
uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.1. Uji diagnostik


Mikroskopik Steatokrit
lemak Malabsorpsi Normal
lemak
Malabsorpsi a b a+b
lemak Normal c d c+d
a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:
a. Kemampuan alat diagnostik untuk mendeteksi kelainan
Sensitivitas = a : (a+c) x 100%
b. Kemampuan alat diagnostik untuk menentukan bahwa subjek tidak
terdapat kelainan
Spesifisitas = d : (b+d) x 100%
c. Probabilitas seseorang mengalami kelainan apabila uji diagnostiknya
positif
Nilai prediksi positif = a : (a+b) x 100%
d. Probabilitas seseorang tidak mengalami kelainan apabila hasil ujinya
negatif
Nilai prediksi negatif = d : (c+d) x 100%

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


16

4.7 Alur Penelitian

 Anak usia 6-60 bulan


 Terindikasi pemeriksaan analisis feses

 Identitas pasien (nama, umur/tanggal lahir, jenis


kelamin)
 Data diagnosis, berat badan lahir, berat badan
sekarang, dan susu yang dikonsumsi

 Pemeriksaan mikroskopik lemak


 Pemeriksaan steatokrit

Pencatatan data pemeriksaan laboratorium


ke dalam formulir penelitian

Pengolahan data

Pelaporan hasil penelitian

Gambar 4.2 Alur Penelitian

4.8 Etik penelitian


Persetujuan etik penelitian telah diperoleh dari Komisi Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui Surat Keterangan
Lolos Kaji Etik nomor 113/UN2.F1/ETIK/2015 tertanggal 9 Februari 2015
(Lampiran 1).

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


17

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1. Pengambilan subjek penelitian


Selama kurun waktu penelitian yang ditentukan antara 1 April 2015 hingga 30
Juni 2015, terdapat 134 anak yang diperiksa analisis feses di Laboratorium
Patologi Klinik FKUI/RSCM. Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 anak berusia di
bawah 6 bulan, 19 anak berusia di atas 60 bulan, dan pada 28 anak data usia dan
pemeriksaan fesesnya tidak lengkap, sehingga didapatkan subjek penelitian
sebanyak 68 anak yang diperiksakan analisis feses di Laboratorium Patologi
Klinik FKUI/RSCM, yang memenuhi kriteria dan diikutsertakan dalam penelitian
(Gambar 5.1). Dari 68 subjek tersebut, sebanyak 55 orang adalah anak yang
memiliki gejala saluran cerna dan terindikasi pemeriksaan analisis feses
sedangkan 13 orang sisanya adalah anak sehat yang dijadikan sebagai kelompok
kontrol.

134 orang anak diperiksakan analisis feses di Laboratorium


Patologi Klinik FKUI/RSCM selama 1 April 2015-30 Juni 2015

18 anak berusia <6 bulan

19 anak berusia >60 bulan

97 orang anak berusia 6-60 bulan diperiksakan analisis feses di


Laboratorium Patologi Klinik FKUI/RSCM selama 1 April
2015-30 Juni 2015

28 anak dengan data


tidak lengkap

68 orang anak berusia 6-60 bulan diperiksakan analisis feses di


Laboratorium Patologi Klinik FKUI/RSCM selama 1 April
2015-30 Juni 2015 dan memiliki data lengkap

Gambar 5.1. Alur pengambilan sampel penelitian

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


18

5.2. Karakteristik demografi dan klinis subjek penelitian

Secara keseluruhan dari 68 subjek pada penelitian ini didapatkan sebagian besar
laki-laki dengan rasio laki-laki:perempuan 1,5:1 dan median (rentang) usia subjek
adalah 14,3 (6-60) bulan. Tabel 5.1 menunjukkan sebaran karakteristik subjek
penelitian. Sebagian besar subjek (29/68 atau 42,6%) berada dalam kelompok usia
6-12 bulan).

Tabel 5.1. Karakteristik demografi dan klinis subjek penelitian (n=68)


Jumlah (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 41 (60,3)
Perempuan 27 (39,7)
Usia
6-12 bulan 29 (42,6)
12-24 bulan 15 (22,0)
24-36 bulan 12 (17,7)
36-48 bulan 8 (11,8)
48-60 bulan 4 (5,9)
Konsistensi feses
Cair 8 (11,8)
Cair-lembek 10 (14,7)
Lembek 34 (50,0)
Lembek-padat 1 (1,5)
Padat 15 (22,0)

Konsistensi feses terbanyak yang ditemukan di antara anak sakit adalah


lembek sebanyak 34 orang. Konsistensi terbanyak kedua adalah padat, namun ini
disebabkan karena semua anak sehat yang digunakan sebagai kelompok kontrol
memiliki konsistensi feses yang padat (Tabel 5.1).

5.3. Karakteristik malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan


mikroskopik lemak pada subjek penelitian
Subjek penelitian diperiksakan lemak feses menggunakan metode
mikroskopik, didapatkan hasil terbanyak adalah positif satu (+1) pada 29/68
(42,6%) subjek (Gambar 5.2).

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


19

35

30 29
26
25

20
Subjek

15

10
7
6
5

0
Normal Lemak +1 Lemak +2 Lemak +3

Gambar 5.2. Karakteristik lemak feses berdasarkan pemeriksaan


mikroskopik

Apabila dikelompokkan menjadi kelompok yang mengalami malabsorpsi lemak


(mikroskopik negatif atau +1) dan tidak malabsorpsi lemak (mikroskopik +2 dan
+3), didapatkan 52,9% normal dan 47,0% mengalami malabsorpsi lemak (Tabel
5.2).

Tabel 5.2 Distribusi hasil malabsorpsi lemak berdasarkan


pemeriksaan mikroskopik (n=68)

Malabsorpsi lemak berdasarkan Jumlah (%)


pemeriksaan mikroskopik
Tanpa malabsorpsi 36 (52,9)
Malabsorpsi lemak 32 (47,1)

5.4. Karakteristik malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan steatokrit


pada subjek penelitian
Dari keseluruhan subjek yang diperiksa malabsorpsi lemak menggunakan
metode steatokrit, didapatkan sebagian besar berada pada malabsorpsi lemak
sedang (60,3%). (Tabel 5.3).

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


20

Tabel 5.3 Distribusi hasil malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan


steatokrit (n=68)
Malabsorpsi lemak berdasarkan Jumlah (%)
pemeriksaan steatokrit
Normal 0 (0)
Malabsorpsi lemak ringan 9 (13,2)
Malabsorpsi lemak sedang 41 (60,3)
Malabsorpsi lemak berat 18 (26,5)

Tabel 5.4 Pengelompokan malabsorpsi lemak berdasarkan


pemeriksaan steatokrit

Malabsorpsi lemak berdasarkan Jumlah (%)


pemeriksaan steatokrit
Tanpa malabsorpsi 9 (13,2)
Malabsorpsi lemak 59 (86,8)

5.5. Hubungan antara pemeriksaan mikroskopik dengan steatokrit


Dilakukan perbandingan antara hasil pemeriksaan mikroskopik dengan
pemeriksaan steatokrit. Analisis lebih lanjut menggunakan uji korelasi Spearman
menunjukkan bahwa pemeriksaan mikroskopik dan statokrit memiliki korelasi
yang buruk (rs = 0,177; p=0,148) seperti dapat dilihat dalam Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Perbandingan hasil pemeriksaan lemak feses antara pemeriksaan


mikroskopik dengan pemeriksaan steatokrit (n=68)

Steatokrit
Mikroskopik Normal Malabsorpsi Malabsorpsi Malabsorpsi
lemak ringan lemak sedang lemak berat
Negatif 0 1 5 1
Positif 1 0 5 17 7
Positif 2 0 3 16 7
Positif 3 0 0 3 3
Korelasi antara pemeriksaan mikroskopik II dengan pemeriksaan steatokrit
dihitung dengan uji Spearman rs=0,177; p= 0,148

Selanjutnya untuk melakukan uji diagnostik dilakukan pembagian menjadi


dua kelompok, yaitu kelompok dengan malabsorpsi lemak dan tanpa malabsorpsi
lemak. Pada pemeriksaan mikroskopik lemak, lemak positif 2 dan 3
dikelompokkan sebagai malabsorpsi, sedangkan apabila tidak ditemukan lemak

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


21

(negatif) dan positif 1 dianggap normal (tanpa malabsorpsi). Untuk pemeriksaan


steatokrit, subjek dimasukkan dalam kelompok normal (tanpa malabsorpsi) bila
steatokrit <10%, sedangkan steatokrit >10% dianggap mengalami malabsorpsi
lemak.

Tabel 5.6 Uji diagnostik pemeriksaan mikroskopik terhadap steatokrit


(n=68)

Steatokrit
Mikroskopik Malabsorpsi Tanpa
lemak malabsorpsi
Malabsorpsi lemak 29 3
Tanpa malabsorpsi 30 6

Sens: 49.15% (95% CI: 35.89%-62.5%)


Spec: 66.67% (95% CI: 29.93%-92.51%)
PPV: 90.63% (95% CI: 74.98%-98.02%)
NPV: 16.67% (95% CI: 6.37%-32.81%)
Prev: 86.8% (95% CI: 76.4%-93.8%)

Uji diagnostik menunjukkan sensitivitas pemeriksaan mikroskopik sebesar


49,15% terhadap steatokrit (Tabel 5.6).

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


22

BAB VI
PEMBAHASAN

Lemak dalam feses terdiri dari trigliserida, digliserida, monogliserida, dan asam
lemak bebas, serta sterol dan fosfolipid. Pemeriksaan lemak feses masih
merupakan masalah bagi para ahli gastroenterologi. Dokter yang menghadapi
masalah malabsorpsi lemak terutama ingin mendapatkan metode yang paling
akurat untuk mendeteksi trigliserida dan produk digesti trigliserida, yakni asam
lemak bebas, monogliserida, dan digliserida, karena sebagian besar lemak yang
kita makan setiap hari dalam diet hampir seluruhnya terdiri dari trigliserida.21
Anak bukanlah orang dewasa kecil. Algoritme diagnosis dan terapi pada
anak seringkali diterapkan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada dewasa.
Sering diasumsikan bahwa hal-hal yang terjadi pada dewasa akan memberikan
pengaruh yang sama kepada anak, padahal anak memiliki beberapa mekanisme
fisiologis yang khusus, antara lain tumbuh kembang. Lemak seringkali dianggap
nutrien yang buruk karena berkaitan dengan kejadian kardiovaskular pada dewasa,
padahal anak yang sedang bertumbuh dan berkembang memerlukan lemak jenis
tertentu sebagai bagian dari diet sehat, karena beberapa faktor. Lemak merupakan
sumber energi yang besar, setiap gram lemak menghasilkan 9 kalori, hampir dua
kali lipat dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Dengan adanya lemak
dalam diet, batas yang dianjurkan adalah 30-35% pada anak usia 1-3 tahun dan
25-35% pada anak usia 4-8 tahun, anak merasa kenyang dan cenderung tidak
makan berlebihan. Lemak adalah bahan baku pembentukan berbagai hormon,
yang sangat diperlukan bagi metabolisme normal anak maupun dewasa. Sistem
saraf di seluruh tubuh diselubungi oleh lapisan myelin yang tersusun dari lemak,
dan berfungsi mempercepat transmisi rangsang saraf. Selain itu, lemak
dibutuhkan untuk penyerapan beberapa jenis vitamin larut lemak yaitu A, D, E,
dan K.22
Sindrom malabsorpsi terdiri dari entitas klinis yang dapat berakibat pada
berbagai gangguan sistem organ, hingga gagal tumbuh. Malabsorpsi lemak
penting diketahui karena berpotensi menimbulkan gangguan jangka panjang

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


23

seperti malnutrisi, defisiensi vitamin larut lemak, gangguan produksi hormon, dan
gangguan tumbuh kembang. Rendahnya kadar asam lemak yang penting untuk
perkembangan otak dan fungsi normal otak merupakan faktor risiko yang
diketahui untuk berbagai gangguan perkembangan seperti gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), disleksia, dispraksia (gangguan
perkembangan koordinasi), dan autisme, selain juga berbagai gangguan psikiatri
dan neurologis di masa dewasa.23 Berstad dkk.24 menuliskan bahwa malabsorpsi
usus merupakan kondisi serius yang sayangnya seringkali tidak terdeteksi akibat
masalah metodologi.
Subjek penelitian terdiri dari 41 anak laki-laki dan 27 anak perempuan.
Perbandingan antara subjek laki-laki dan perempuan pada penelitian ini sebesar
1,5:1, namun berdasarkan literatur tidak ada pengaruh dari perbedaan jenis
kelamin terhadap fungsi digesti dan absorpsi lemak. Median usia subjek pada
penelitian ini adalah 14,3 bulan. Sebaran data untuk variabel usia pada penelitian
ini relatif heterogen, dengan rentang yang telah ditentukan yaitu 6-60 bulan. Batas
bawah 6 bulan ditentukan atas pertimbangan bahwa fungsi pankreas khususnya
produksi lipase pada bayi baru lahir belum sempurna, sehingga akan terjadi bias
dengan steatorhea fisiologis neonatal. Sementara itu batas atas 60 bulan (usia 5
tahun) ditetapkan dengan pertimbangan bahwa periode tersebut merupakan
periode emas perkembangan otak, yang dapat dipengaruhi oleh adanya
malabsorpsi lemak. Penelitian serupa oleh Ghosh dkk.25 yang memeriksa lemak
feses dengan metode mikroskopik menggunakan 100 subjek anak yang terdiri dari
46 laki-laki dan 54 perempuan, dengan rentang usia 11 hari hingga 15 tahun.
Sepanjang pengetahuan penulis ini adalah penelitian pertama yang menilai
malabsorpsi lemak secara khusus pada kelompok anak di bawah lima tahun
(balita).
Data berat badan lahir, berat badan sekarang, dan asupan diet/susu
sebenarnya merupakan data yang diharapkan dalam penelitian ini, namun karena
sebagian besar data tersebut tidak lengkap maka tidak diikutsertakan dalam
analisis, sebab dengan menghilangkan subjek dengan data berat lahir, berat badan
sekarang, dan asupan diet/susu yang tidak lengkap maka akan menghilangkan

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


24

sebagian besar subjek penelitian dan dikhawatirkan menyebabkan bias seleksi


(selection bias).
Konsistensi feses terbanyak yang didapatkan pada subjek adalah lembek,
yaitu sebanyak 34 orang. Kelompok kedua terbanyak dari segi konsistensi adalah
padat, karena kelompok ini terdiri pula dari 13 orang anak sehat dari kelompok
yang digunakan sebagai kelompok kontrol.
Pemeriksaan biokimiawi kandungan lemak feses secara kuantitatif
merupakan prosedur yang telah lama dikerjakan, sejak pertama kali van de Kamer
mengungkapkan metodenya dengan mengumpulkan seluruh feses yang
dikeluarkan selama 72 jam dan mengukur kandungan lemak dalam sampel.13
Metode ini dianggap sebagai baku emas, namun sebenarnya juga memiliki
kelemahan yaitu hasil yang negatif palsu akibat pengumpulan yang tidak
lengkap26 atau karena pola buang air besar yang tidak konstan. Telah
dikembangkan metode penanda feses untuk mengatasi hal ini, namun tetap
metode tersebut menghabiskan banyak waktu dan memerlukan supervisi melekat,
khususnya pada anak.
Pemeriksaan mikroskopik lemak dalam feses merupakan suatu metode
yang lebih praktis dalam setting klinis sehari-hari untuk mendeteksi steatorea.
Drummey dkk.11 membuktikan korelasi yang baik antara pemeriksaan
mikroskopik lemak dalam feses dibandingkan dengan pengukuran kuantitatif,
pada pasien dewasa. Metode Drummey ini telah banyak diteliti kembali namun
tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang didapatkan bervariasi. Amann dkk.
mendapatkan hasil pemeriksaan kualitatif (mikroskopik) lemak feses memiliki
sensitivitas 78% dan spesifisitas 70%.1 Teh LB dkk. mencoba memodifikasi
pewarnaan Sudan III dengan Oil Red O dan mendapatkan sensitivitas
pemeriksaan mikroskopik sebesar 72,2% dan spesifisitas 95,4%.27 Pada penelitian
ini dari pemeriksaan mikroskopik didapatkan kelompok terbanyak adalah lemak
positif satu (42,6%) dan kedua terbanyak di kelompok positif dua (38,2%).
Berdasarkan pemeriksaan steatokrit didapatkan kelompok terbanyak
adalah malabsorpsi sedang (60,3%) dan kedua malabsorpsi berat (26,5%). Hal ini
kemungkinan disebabkan karena analisis feses dilakukan pada pasien yang

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


25

terindikasi, dan sebagian besar mengalami diare. Namun demikian tidak ada
pasien yang ditemukan memiliki steatokrit 0-4% bahkan pada kelompok kontrol.
Steatokrit adalah suatu metode semikuantitatif untuk menentukan kadar
lemak dalam sampel feses yang diajukan oleh Phuapradit dkk.20 Pemeriksaan
tersebut menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang sangat baik, sehingga
digunakan sebagai baku emas pada penelitian ini. Amman dkk. kemudian
membuat suatu modifikasi terhadap metode ini dengan menambahkan asam
asetat, dan mendapatkan hasil yang lebih baik.1 pemeriksaan steatokrit asam
menunjukkan hasil yang berkorelasi secara linear dengan lemak feses kuantitatif
dalam feses 72 jam (r = 0,761 dan p<0,001). Pemeriksaan steatokrit asam pada
feses sewaktu memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 95% serta PPV 90%
untuk mendeteksi steatorea dibandingkan dengan pemeriksaan kuantitatif lemak
feses 72 jam. Van den Neucker dkk.28 meneliti ekskresi lemak feses dan steatokrit
asam pada 42 subjek, setengah dengan malabsorpsi lemak dan setengah lagi tanpa
malabsorpsi lemak. Pemeriksaan steatokrit asam terbukti berkorelasi bermakna
baik dengan ekskresi lemak feses (p<0,01) maupun konsentrasi lemak feses
(p<0,01). Sensitivitas dan spesifisitas steatokrit asam dalam mendiagnosis
malabsorpsi lemak sebesar 90% dan 100%. Tran dkk.29 juga meneliti pada pasien
anak efek pengasaman feses pada hasil steatokrit. Penelitian ini didasarkan pada
pemikiran bahwa sentrifugasi homogenat feses menjadi fase lipid, fase air, dan
fase padat merupakan proses yang dependen pH. Mereka membuktikn bahwa
hasil steatokrit meningkat menjadi lebih baik seiring dengan pengasaman feses,
dan hasil yang maksimal diperoleh pada pH feses terendah. Steatokrit asam
ditemukan lebih baik dibandingkan dengan steatokrit biasa. Sugai dkk.12
membandingkan kandungan lemak 148 sampel feses menggunakan metode van de
Kamer konvensional dan steatokrit. Steatokrit menunjukkan sensitivitas 87% dan
spesifisitas 97%, dengan PPV 97% dan NPV 87%. Namun saat mengevaluasi
hanya sampel feses dengan ekskresi lemak >20 g/hari, sensitivitas meningkat
98%. Ditemukan korelasi linear yang bermakna antara steatokrit dengan metode
kimia kuantitatif (r=0,80; p<0,0001). Steatokrit diakui Sugai dkk. merupakan
metode semikuantitatif untuk menentukan malabsorpsi lemak yang sederhana,
cepat, murah, dan terpercaya. Tran dkk.30 dalam penelitian yang lain menyatakan

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


26

bahwa nilai steatokrit sebagai uji tapis steatorhea masih menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. Tran dkk. memodifikasi prosedur uji tersebut dengan pengasaman
feses dan membandingkannya dengan pemeriksaan Sudan III (mikroskopik)
dengan metode Drummey. Mereka menyimpulkan bahwa steatokrit asam lebih
baik hasilnya dibandingkan dengan steatokrit biasa, karena pengasaman feses
meningkatkan ekstraksi lemak sehingga meningkatkan reliabilitas metode
steatokrit untuk deteksi steatorea.
Pada penelitian ini awalnya direncanakan menggunakan metode steatokrit
asam, namun selanjutnya berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan
pada 28 sampel, tidak ada perbedaan antara hasil yang diperoleh berdasarkan
steatokrit biasa dan steatokrit asam, karena itu selanjutnya diputuskan untuk
melakukan penelitian dengan steatokrit biasa karena lebih praktis, mudah, dan
murah dari segi bahan baku maupun pelaksanaannya.

Tabel 6.1 Penelitian pendahuluan: perbandingan antara steatokrit


biasa dan steatokrit asam (n=28)
Steatokrit biasa Steatokrit asam
Mikroskopik Malabsorpsi Tanpa Malabsorpsi Tanpa
lemak malabsorpsi lemak malabsorpsi
Positif 17 0 17 0
Negatif 11 0 11 0

Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis asupan lemak dalam diet.
Bijoor dkk.31 menggunakan metode steatokrit asam pada sampel feses sewaktu
600 orang dewasa sehat di India dan mendapatkan bahwa ekskresi lemak dewasa
India lebih tinggi dibandingkan dengan di negara Barat (8,72 + 1,86 g vs 7 g
dalam 24 jam). Pemeriksaan mikroskopik lemak dengan metode Drummey pada
ke-600 sampel tersebut tidak menunjukkan adanya kelainan. Sementara itu
Nakamura dan Takeuchi32 mendapatkan bahwa orang dewasa sehat di Jepang
memiliki lemak feses <5 g/hari. Hal ini disebabkan karena perbedaan budaya dan
etnik khususnya dalam hal jenis makanan dalam diet. Untuk diet Indonesia
sendiri, khususnya pada anak usia 6 bulan hingga 60 bulan yang digunakan
sebagai subjek dalam penelitian ini, diperkirakan tidak ada perbedaan komposisi
lemak dengan diet normal pada umumnya.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


27

Pemeriksaan steatokrit asam sendiri masih sering dimodifikasi lebih lanjut


dalam berbagai penelitian. Catapani dkk.33 memeriksa steatokrit pada anak
dengan sindrom malabsorpsi namun dengan menambahkan asam perklorat ke
homogenat feses yang dipersiapkan untuk pemeriksaan steatokrit asam. Mereka
menemukan bahwa metode steatokrit asam ditambah asam perklorat memiliki
sensitivitas 88,8% dan metode steatokrit asam biasa memiliki sensitivitas 66,7%.
Mereka juga menyarankan agar metode pengumpulan feses 72 jam tidak
dilakukan lagi karena terlalu merepotkan dan menghabiskan waktu, terutama pada
pasien anak. Wagner dkk.34 meneliti keakuratan steatokrit dalam memeriksa kadar
lemak feses anak dengan fibrosis kistik. Mereka memeriksa steatokrit dalam 4
macam metode: steatokrit standar, steatokrit dilusi, steatokrit asam, dan steatokrit
asam dilusi. Hasil pemeriksaan steatokrit dibandingkan dengan koefisien absorpsi
lemak yang diperoleh dari feses 72 jam. Korelasi bermakna hanya ditemukan pada
steatokrit asam dan koefisien absorpsi lemak. Mereka menyimpulkan bahwa
steatokrit merupakan pengukuran absorpsi lemak yang tidak tepat dan tidak
bermanfaat secara klinis dalam memperkirakan steatorea.
Pada saat dilakukan perbandingan antara pemeriksaan mikroskopik lemak
feses dengan steatokrit, pemeriksaan mikroskopik memiliki sensitivitas sebesar
49,15% dan spesifisitas 66,67%. Maranhão dan Wehba35 membandingkan pada 50
anak hasil pemeriksaan lemak feses menggunakan metode Van de Kamer, Sudan
III, dan steatokrit. Steatokrit menunjukkan korelasi yang baik dibandingkan
dengan metode Van de Kamer, dengan sensitivitas 91% dan spesifisitas 87% pada
feses yang diambil sebelum feses 72 jam dihomogenisasi. Pada situasi yang sama,
pemeriksaan mikroskopik dengan Sudan III menunjukkan sensitivitas sebesar
73% dan spesifisitas 69%. Nilai prediksi positif pada penelitian ini cukup tinggi
yaitu sebesar 90,63%, sehingga pemeriksaan mikroskopik dapat memperkirakan
dengan baik adanya lemak dalam feses apabila ditemukan dalam pemeriksaan,
namun dengan nilai prediksi negatif yang rendah (16,67%) maka pemeriksaan
mikroskopik kurang dapat dipercaya untuk menyatakan tidak ada malabsorpsi
lemak apabila pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya malabsorpsi.
Caliari dkk.36 meneliti sensitivitas metode Jeejeebhoy, yakni pemeriksaan
near-infrared reflectance assay. Metode Jeejeebhoy mengukur lemak rantai

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


28

panjang dan sedang secara lebih akurat dibandingkan dengan metode Van de
Kamer. Metode ini mungkin akan lebih relevan secara klinis apabila sebagian
besar asam lemak yang dikonsumsi berasal dari trigliserida rantai sedang (MCT).
Baru-baru ini Stallings dkk.37 mengembangkan suatu metode pemeriksaan
malabsorpsi lemak yang mereka namakan Malabsorption Blood Test (MBT) atau
pemeriksaan darah untuk malabsorpsi, yakni dengan memberikan asam
pentadekanoat dan asam triheptadekanoat per oral. Kedua jenis asam lemak dan
trigliserida ini memerlukan lipase pankreas untuk dapat diabsorpsi. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat kadar kedua asam lemak tersebut
dalam darah.
Pada anak di negara Barat pemeriksaan lemak feses secara akurat sangat
penting terutama dalam menentukan status malabsorpsi lemak pada fibrosis kistik,
dan penentuan saat untuk memulai terapi pengganti enzim. Karena itu banyak
literatur yang meneliti metode pemeriksaan lemak feses ini pada anak dengan
fibrosis kistik. Tardelli dkk.38 menggunakan metode low daily weight gain dan
steatokrit sebagai kriteria memulai terapi pengganti enzim pada bayi dengan
fibrosis kistik, karena memiliki sensitivitas gabungan sebesar 91,3% dan
spesifisitas 83,3% untuk diagnosis insufisiensi pankreas. Walkowiak dkk.39 dalam
penelitiannya pada 55 pasien dengan fibrosis kistik menemukan bahwa steatokrit
asam tidak menggambarkan ekskresi lemak feses pada pasien fibrosis kistik tanpa
atau dengan steatorea ringan, dan menyimpulkan bahwa pemeriksaan ini memiliki
manfaat yang terbatas pada anak dengan fibrosis kistik. Di RSCM sendiri juga
ditemukan pasien anak dengan fibrosis kistik, dengan hasil pemeriksaan steatokrit
malabsorpsi lemak berat sehingga diputuskan untuk memulai pemberian enzim
pankreas.
Secara khusus kelebihan yang dimiliki penelitian ini adalah sebagai
penelitian operasional yang hasilnya dapat diaplikasikan di lapangan sebagai
bagian dari pelayanan. Penelitian serupa pada populasi anak Indonesia sangat
jarang dan hasil penelitian ini berpotensi untuk dapat dilanjutkan dengan
dilengkapi pemeriksaan fungsi pankreas terutama lipase, misalnya dengan
pemeriksaan fecal elastase-1 feses.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


29

Kesulitan lain dalam melakukan pemeriksaan steatokrit adalah


pemeriksaan yang terkadang harus diulang apabila hasil sentrifugasi kurang baik
atau kurang jelas terpisah antara kolom lemak dan kolom feses. Metode titrasi van
de Kamer masih merupakan baku emas. Berstad dkk.34 menemukan bahwa
konsentrasi dan output lemak feses berkorelasi buruk, dan bahwa output feses
diperlukan untuk mendiagnosis malabsorpsi di usus. Mereka menekankan
pentingnya menggunakan agen ekstraksi nonpolar karena agen polar mengikat
asam lemak rantai pendek yang larut air, yang diturunkan dari fermentasi
karbohidrat, sehingga memberikan hasil yang kurang tepat. Perbedaan metodologi
diperkirakan merupakan salah satu keterbatasan penelitian ini dalam
membandingkan dengan hasil penelitian lain, karena terdapat berbagai metodologi
pemeriksaan mikroskopik lemak yang berbeda-beda meskipun sama-sama
menggunakan Sudan III.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


30

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan
1. Sebagian besar pasien yang memerlukan pemeriksaan analisis feses adalah
anak berusia 6-12 bulan (42,6%).
2. Berdasarkan pemeriksaan mikroskopik lemak kelompok terbanyak
ditemukan adalah lemak positif satu pada 29 (42,6%) subjek dan kedua
terbanyak positif dua pada 26 (38,2%) subjek. Setelah diklasifikasikan
menjadi malabsorpsi dan tanpa malabsorpsi kedua kelompok hampir
berimbang (52,9% vs 47,1%).
3. Distribusi malabsorpsi lemak berdasarkan pemeriksaan steatokrit adalah
terbanyak malabsorpsi lemak sedang pada 41 (60,3%) subjek dan setelah
klasifikasi kelompok malabsorpsi lemak lebih banyak (86,8%).
4. Pemeriksaan mikroskopik lemak feses memiliki sensitivitas sebesar
49,15% dan spesifisitas 66,67% dalam mendeteksi malabsorpsi lemak
pada anak berusia 6-60 bulan. Nilai prediksi positif sebesar 90,63%
sedangkan nilai prediksi negatif sebesar 16,67%.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


31

7.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan mengkorelasikan pemeriksaan
malabsorpsi lemak dengan data asupan lemak pada anak, sehingga analisis
dapat dilakukan secara lebih mendalam dan mendapatkan gambaran yang
lebih akurat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
mengenai korelasi antara pemeriksaan mikroskopik lemak dengan
steatokrit menggunakan seluruh massa sampel feses yang dihomogenisasi,
atau pengambilan beberapa kali feses, untuk meminimalkan kemungkinan
pengambilan hanya sebagian sampel feses yang lebih/kurang mengandung
lemak.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode steatokrit
dengan asam asetat 36% untuk melihat apakah metode tersebut dapat
mendeteksi malabsorpsi lemak secara lebih baik lagi.
4. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo akan dapat
meningkatkan pelayanan dalam mendeteksi malabsorpsi lemak secara
lebih baik dengan cara menggunakan pemeriksaan steatokrit sebagai
pelengkap pemeriksaan lemak feses.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


32

Daftar Pustaka

1. Amann ST, Josephson SA, Toskes PP. Acid steatocrit: a simple, rapid
gravimetric method to determine steatorrhea. Am J Gastroenterol
1997;92:2280-4.
2. Satari HI. Tesis. Steatokrit: Metode sederhana untuk mendiagnosis
malabsorpsi lemak (penelitian pendahuluan). Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991.
3. Guandalini S. Pediatric malabsorption syndromes. Diunggah dari Medscape
Reference Drugs, Diseases & Procedures http://emedicine.medscape.com/
article/931041-overview. Terakhir diperbarui 2 Juli 2014. Diunduh 7 Juli
2015.
4. Abumrad NA, Davidson NO. Role of the gut in lipid homeostasis. Physiol
Rev. 2012;92:1061-85.
5. Keller J, Layer P. Human pancreatic exocrine response to nutrients in health
and diseases. Gut. 2005;54:vi1-28.
6. Armand M, Pasquier B, Andre M. Digestion and absorption of 2 fat
emulsions with different droplet sizes in the human digestive tract. Am J Clin
Nutr 1999;70:1096–106.
7. DiMagno EP, Malagelada JR, Go VL. Fate of orally ingested enzymes in
pancreatic insufficiency. Comparison of two dosage schedules. N Engl J Med
1977;296:1318–22.
8. Hiele M, Ghoos Y, Rutgeerts P. Starch digestion in normal subjects and
patients with pancreatic disease, using a 13CO2 breath test. Gastroenterology
1989;96:503–9.
9. Lindkvist B. Diagnosis and treatment of pancreatic exocrine insufficiency.
World J Gastroenterol. 2013;19:7258-66.
10. Lohr JM, Oliver MR, Frulloni L. Synospsis of recent guidelines on pancreatic
exocrine insufficiency. United European Gastroenterol J. 2013;1:79-83.
11. Drummey GD, Bensen JA, Jones CM. Microscopical examination of stool in
steatorrhoea. N Eng J Med 1961;264:85-7.
12. Sugai E, Srur G, Vazquez H, Benito F, Mauriño E, Boerr LA, dkk. Steatocrit:
a reliable semiquantitative method for detection of steatorrhea. J Clin
Gastroenterol. 1994;19:206-9.
13. van de Kamer JH, Huinink HB, Weyers HA. Rapid method for the
determination of fat in feces. J Biol Chem 1949;177:347-55.
14. Gullo L, Pezzilli R, Cassano A, Ligabue A, Ventrucci M, Barbara L. Clinical
effectiveness of a new enteric-coated pancreatic enzyme extract in the
treatment of pancreatic steatorrhoea. Curr Ther Res. 1988;44:105-9.
15. Seiler CM, Izbicki J, Varga-Szabó L, Czakó L, Fiók J, Sperti C, dkk.
Randomised clinical trial: a 1-week, double-blind, placebocontrolled study of
pancreatin 25 000 Ph. Eur. Minimicrospheres (Creon 25000 MMS) for
pancreatic exocrine insufficiency after pancreatic surgery, with a 1-year open-
label extension. Aliment Pharmacol Ther. 2013;37:691-702.
16. Borowitz D, Konstan MW, O’Rourke A, Cohen M, Hendeles L, Murray FT.
Coefficients of fat and nitrogen absorption in healthy subjects and individuals
with cystic fibrosis. J Pediatr Pharmacol Ther 2007;12:47-52.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


33

17. Walkowiak J, Nousia-Arvanitakis S, Henker J, Stern M, Sinaasappel M,


Dodge JA. Indirect pancreatic function tests in children. J Pediatr
Gastroenterol Nutr. 2005;40:107-14.
18. Fine KD, Ogunji F. A new method of quantitative fecal fat microscopy and
its correlation with chemically measured fecal fat output. Am J Clin Pathol.
2000;113:528-34.
19. Pusponegoro HD, Wirya IG, Pudjiadi AP, Bisanto J, Zulkarnain SZ. Uji
diagnostik. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S (Editor). Dasar-dasar
metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto, 2002.
20. Phuapradit P, Narang A, Mendonca P, Harris DA, Baum JD. The steatocrit: a
simple method for estimating stool fat content in newborn infants. Arch Dis
Child. 1981;56:725-7.
21. Ramakrishna BS. The steatocrit as a measure of fecal fat excretion: uses and
pitfalls. Indian J Gastroenterol. 2009;28:195-7.
22. Uauy R, Hoffman DR, Peirano P, Birch DG, Birch EE. Essential fatty acids
in visual and brain development. Lipids. 2001;36:885– 95.
23. Richardson AJ, Montgomery P. The Oxford-Durham Study: a randomized,
controlled trial of dietary supplementation with fatty acids in children with
developmental coordination disorder. Pediatrics. 2005;15:1360-6.
24. Berstad A, Erchinger F, Hjartholm A. Fecal fat determination with a modified
titration method. Malabsorption. 2010;45:603-7.
25. Ghosh SK, Littlewood JM, Goddard D, Steel AE. Stool microscopy in
screening for steatorrhea. J Clin Path. 1977;30:749-53.
26. Ditchburn RK, Smith AH, Hayter CJ. Use of unabsorbed radioactive marker
substances in a reassessment of the radioactive triolein test of fat absorption. J
Clin Path. 1971;24:506-14.
27. Teh LB, Stopard M, Anderson S, Grant A, Quantrill D, Wilkinson RH, dkk.
Assessment of fat malabsorption. J Clin Pathol. 1983;36:1362-6.
28. Van den Neucker A, Pestel N, Tran TM, Forget PP, Veeze HJ, Bouquet J,
Sinaasappel M. Clinical use of acid steatocrit. Acta Paediatr. 1997;86:466-9.
29. Tran M, Forget P, Van den Neucker A, Strik J, van Kreel B, Kuijten R. The
acid steatocrit: a much improved method. J Pediatr Gastroenterol Nutr.
1994;19:299-303.
30. Tran M, Forget P, Van den Neucker A, van Kreel B. Improved steatocrit
results obtained by acidification of fecal homogenates are due to improved fat
extraction. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 1996;22:157-60.
31. Bijoor RA, Geetha S, Venkatesh T. Faecal fat content in healthy adults by the
‘acid steatocrit method’. Indian J Clin Biochem 2004;19:20-2.
32. Nakamura T, Takeuchi T. Pancreatic steatorrhea, malabsorption, and
nutritional biochemistry: a comparison of Japanese, European, and American
patients with chronic pancreatitis. Pancreas. 1997;14:323-3.
33. Catapani WR, da Silva AN, de Morais MB, Fagundes Neto U. Clinical
usefulness of acid steatocrit in pediatric practice. Arg Gastroenterol
1999;36:105-8.
34. Wagner MH, Bowser EK, Sherman JM, Francisco MP, Theriaque D, Novak
DA. Comparison of steatocrit and fat absorption in persons with cystic
fibrosis. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2002;35:202-5.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


34

35. Maranhão HS, Wehba J. Steatocrit and Sudan III in the study of steatorrhea in
children: comparison with the Van de Kamer method. Arq Gastroenterol
1995;32:140-5.
36. Caliari S, Vantini I, Sembenini C, Gregori B, Carnielli V, Benini L. Fecal fat
measurement in the presence of long- and medium- chain triglycerides and
fatty acids. Comparison of three methods. Scand J Gastroenterol.
1996;31:863-7.
37. Stallings VA, Mondick JT, Schall JI, Barrett JS, Wilson M, Mascarenhas
MR. Diagnosing malabsorption with systemic lipid profiling:
pharmacokinetics of pentadecanoid acid and triheptadecanoid acid following
oral administration in healthy subjects and subjects with cystic fibrosis. Int J
Clin Pharmacol Ther. 2013;51:263-73.
38. Tardelli AC, Camargos PA, Penna FJ, Sarkis PF, Guimarães EV. Comparison
of diagnostic methods for pancreatic insufficiency in infants with cystic
fibrosis. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2013;56:178-81.
39. Walkowiak J, Lisowska A, Blask-Osipa A, Drzymala-Czyz S, Sobkowiak P,
Cichy W, dkk. Acid steatocrit determination is not helpful in cystic fibrosis
patients without or with mild steatorrhea. Pediatr Pulmonol. 2010;45:249-54.

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015


35

Lampiran 1 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance)

Universitas Indonesia

Efektivitas pemeriksaan..., Ariani Dewi Widodo, FK UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai