Anda di halaman 1dari 9

KEJAHATAN SEKSUAL Pengertian Kejahatan seksual (sexual offences) adalah salah satu bentuk dari kejahatan tubuh yang

merugikan kesehatan dan nyawa manusia. Ilmu Kedokteran Forensik berguna dalam fungsi penyelidikan, yaitu untuk: 1. menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan 2. menentukan adanya tanda-tanda kekerasan 3. memperkirakan umur 4. menentukan pantas tidaknya korban buat kawin Kekerasan seksual merupakan segala kekerasan, baik fisik maupun psikologis, yang dilakukan dengan cara-cara seksual atau dengan mentargetkan seksualitas. Definisi kekerasan seksual ini mencakup pemerkosaan, perbudakan seksual, dan bentuk-bentuk lain kekerasan seksual seperti penyiksaan seksual, penghinaan seksual di depan umum, dan pelecehan seksual. Pembagian Terdapat dua macam bentuk kekerasan seksual, yaitu ringan dan berat. Macam-macam kekerasan seksual ringan : Pelecehan seksual Gurauan porno, Siulan, ejekan dan julukan Tulisan/gambar Ekspresi wajah, Gerakan tubuh

Perbuatan menyita perhatian seksual tak dikehendaki korban, melecehkan dan atau menghina korban. Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan seksual berat.

Macam-macam kekerasan seksual berat: Pelecehan, kontak fisik: raba, sentuh organ seksual, cium paksa, rangkul, perbuatan yang rasa jijik, terteror, terhina Pemaksaan hubungan seksual Hubungan seksual dgn cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain, pelacuran tertentu. Hubungan seksual memanfaatkan posisi ketergantungan / lemahnya korban. Tindakan seksual + kekerasan fisik, dengan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka, atau cedera. Perundang-Undangan Persetubuhan tertera pada Bab XIV KUHP Tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan Persetubuhan dalam perkawinan

Pasal 288 KUHP


Persetubuhan di luar Perkawinan

Dengan persetujuan si wanita

- Tanpa ikatan wanita < 15 tahun : (287 KUHP) wanita > 15 tahun : (284 KUHP) - Dengan Ikatan wanita < 21 tahun - Pemberian/janji uang/barang (293 KUHP) - Asuhan/Pendidikan (294 KUHP) wanita > 21 tahun - Bawahan (294 KUHP) - Dalam pengawasan (294 KUHP)

Tanpa Persetujuan si wanita


- Dengan Kekerasan (285 KUHP) - Si wanita pingsan/tidak berdaya (286 KUHP) Perbuatan Cabul (289 KUHP) Fungsi Penyelidikan: 1. Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhan Persetubuhan adalah suatu peristiwa dimana alat kelamin laki-laki masuk ke dalam alat kelamin perempuan, sebagian atau seluruhnya dan dengan atau tanpa terjadinya pancaran air mani. Pemeriksaan dipengaruhi oleh : besarnya zakar dengan ketegangannya, seberapa jauh zakar masuk, keadaan selaput dara serta posisi persetubuhan. Adanya robekan pada selaput dara hanya menunjukkan adanya benda padat/kenyal yg masuk (bukan merupakan tanda pasti persetubuhan). Jika zakar masuk seluruhnya &keadaan selaput dara masih cukup baik, pada

pemeriksaan diharapkan adanya robekan pd selaput dara. Jika elastis, tentu tidak akan ada robekan. Adanya pancaran air mani (ejakulasi) di dalam vagina merupakan tanda pasti adanya persetubuhan. Pada orang mandul, jumlah spermanya sedikit sekali (aspermia), sehingga pemeriksaan ditujukan adanya zat-zat tertentu dalam air mani seperti asam fosfatase, spermin dan kholin. Namun nilai persetubuhan lebih rendah karena tidak mempunyai nilai deskriptif yang mutlak atau tidak khas. 2. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasan Kekerasan tidak selamanya meninggalkan bekas/luka, tergantung dari penampang benda, daerah yang terkena kekerasan, serta kekuatan dari kekerasan itu sendiri. Tindakan membius juga termasuk kekerasan, maka perlu dicari juga adanya racun dan gejala akibat obat bius/racun pada korban. Adanya luka berarti adanya kekerasan, namun tidak ada luka bukan berarti tidak ada kekerasan. Faktor waktu sangat berperan. Dengan berlalunya waktu, luka dapat sembuh atau tidak ditemukan, racun/obat bius telah dikeluarkan dari tubuh. faktor waktu penting dalam menemukan sperma. 3. Memperkirakan umur Tidak ada satu metode tepat untuk menentukan umur, meskipun pemeriksaannya memerlukan berbagai sarana seperti alat rontgen untuk memeriksa pertumbuhan tulang dan gigi. Perkiraan umur digunakan untuk menentukan apakah seseorang tersebut sudah dewasa (> 21 tahun) khususnya pada homoseksual/lesbian serta pada kasus pelaku kejahatan. Sedangkan pada kasus korban perkosaan perkiraan umur tidak diperlukan. 4. Menentukan pantas tidaknya korban buat dikawin Secara biologis jika persetubuhan bertujuan untuk mendapatkan keturunan, pengertian pantas/tidaknya buat kawin tergantung dari: apakah korban telah

siap dibuahi yang artinya telah menstruasi, namun untuk bukti hal ini korban perlu diisolir untuk waktu cukup lama. Bila dilihat Undang-Undang Perkawinan, yaitu pada Bab II pada pasal 7 ayat 1 berbunyi : perkawinan hanya diizinkan jika pria sudah mencapai 19 tahun dan wanita sudah mencapai 16 tahun. Namun terbentur lagi pada masalah penentuan umur yang sulit diketahui kepastiannya. Pemeriksaan Medis 1. Anamnesis Anamnesis umum memuat: - Identitas : Nama, umur, TTL, status perkawinan, - Spesifik : Siklus haid, penyakit kelamin, peny. kandungan, peny. lain, pernah bersetubuh, persetubuhan yang terakhir, kondom ? Anamnesis khusus memuat waktu kejadian 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik umum memuat : - Kesan penampilan (wajah, rambut), ekspresi emosional, tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran / obat bius / needle marks. - Berat badan, tinggi badan, tanda vital, pupil, refleks cahaya, pupil pinpoint, tanda perkembangan alat kelamin sekunder, kesan nyeri ? Pemeriksaan fisik khusus memuat: - Pembuktian persetubuhan : ada / tidak penetrasi penis ke vagina / anus / oral ejakulat / air mani pada vagina / anus - Bukti Penetrasi :

Robekan hymen, laserasi (mencakup perkiraan waktu) Variasi : - korban 3 hari yang lalu / lebih

- hymen elastis - penetrasi tidak lengkap


Bukti Ejakulat/air mani (mencakup perkiraan waktu) Perlekatan rambut kemaluan Ejakulat di liang vagina

3. Pemeriksaan Pakaian
-

rapi / tidak, robekan? lama/baru, melintang? pada jahitan? kancing putus? bercak darah air mani lumpur / kotoran lain di TKP

4. Pemeriksaan Laboratorium - cairan dan sel mani dalam lendir vagina - pemeriksaan terhadap kuman N. gonorrhoea sekret ureter - pemeriksaan kehamilan - toksikologik darah dan urin 5. Pembuktian Adanya Kekerasan - Luka2 lecet bekas kuku, gigitan (bite marks), luka2 memar - Lokasi : Muka, leher, buah dada, bagian dalam paha dan sekitar alat kelamin 6. Perkiraan Umur Umur berkaitan dengan KUHP - Dasar berat badan, tinggi badan, bentuk tubuh, gigi, ciri-ciri kelamin sekunder - Pemeriksaan sinar X : standar waktu penyatuan tulang

7. Penentuan sudah atau belum waktunya dikawin Pertimbangan kesiapan biologis : menstruasi, Wanita sudah ovulasi / belum : vaginal smear Berdasar umur ? : > 16 th Pemeriksaan terhadap Pelaku - Upaya pengenalan persetubuhan, - Bercak sperma, darah, tanah dan pakaian, robekan. - Bentuk tubuh : memungkinkan tindakan kekerasan. - Tanda cedera : perlawanan korban ? - Rambut terlepas. - Pemeriksaan menyeluruh alat kelamin : mampu seksual ? cedera ? - Tanda infeksi gonokokus, - Sekret - Smegma 8. Pemeriksaan Penentuan gol. Darah - Serologis air mani (antigen ABO) pada orang yg sekretor - Di cocokkan dengan golongan darah (pelaku / korban) 9. Homoseksual - Homoseksual merupakan salah satu bentuk kejahatan seksual - Didalam Pasal 292 KUHP, terdapat ancaman hukuman bagi seseorang yang cukup umur yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain yang sama kelaminnya yang belum cukup umur

Penatalaksanaan Korban Kekerasan Seksual - Profesi kedokteran : Sesuai standar pemeriksaan korban kekerasan danpembuatan visum et repertumnya - Kendala belum berkembangnya Ilmu Kedokteran Forensik Klinik di Indonesia - Didirikannya Pusat Krisis terpadu bagi perempuan dan anak-anak - Menerima dan menatalaksana kekerasan terhadap perempuan, kekerasan fisik maupun seksual, secara terpadu sehingga diharapkan dapat memperkecil trauma psikologis akibat viktimisasi lanjutan pada korban. Penting diketahui: 1. Sperma masih dapat ditemukan dalam keadaan bergerak dalam vagina 4-5 jam setelah persetubuhan. 2. Pada orang yang masih hidup, sperma masih dapat ditemukan (tidak bergerak) sampai sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan, sedangkan pada orang mati sperma masih dapat ditemukan dalam vagina paling lama 7-8 hari setelah persetubuhan. 3. Pada laki-laki yang sehat, air mani yang keluar setiap ejakulasi sebanyak 2-5 ml, yang mengandung sekitar 60 juta sperma setiap mililiter dan 90% bergerak (motile) 4. Untuk mencari bercak air mani yang mungkin tercecer di TKP, misalnya pada sprei atau kain maka barang-barang tersebut disinari dengan cahaya ultraviolet dan akan terlihat berfluoresensi putih, kemudian dikirim ke laboratorium. 5. Jika pelaku kejahatan segera tertangkap setelah kejadian, kepala zakar harus diperiksa, yaitu untuk mencari sel epitel vagina yang melekat pada zakar. Ini

dikerjakan dengan menempelkan gelas objek pada gland penis (tepatnya sekeliling korona glandis) dan segera dikirim untuk mikroskopis. 6. Robekan baru pada selaput dara dapat diketahui jika pada daerah robekan tersebut masih terlihat darah atau hiperemi/kemerahan. Letak robekan selaputn dara pada persetubuhan umumnya di bagian belakang (comisura posterior), letak robekan dinyatakan sesuai menurut angka pada jam. Robekan lama diketahui jika robekan tersebut sampai ke dasar (insertio) dari selaput dara. 7. VeR yang baik harus mencakup keempat hal tersebut di atas (fungsi penyelidikan), dengan disertai perkiraan waktu terjadinya persetubuhan. hal ini dapat diketahui dari keadaan sperma serta dari keadaan normal luka (penyembuhan luka) pada selaput dara, yang pada keadaan normal akan sembuh dalam 7-10 hari.

Anda mungkin juga menyukai