Medikolegal
Kejahatan
Seksual
Pembimbing :
Oleh: dr. Hery Wijatmoko, Sp. F DFM
Zuwina Zulia
Tiara Sundari
Nadia Oetami Putri
Nurul Tasnim
Pendahuluan
Sebuah penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2006
(National Violence against Women Survey/NVAWS)
melaporkan bahwa 17,6% dari responden wanita dan 3%
dari responden pria pernah mengalami kekerasan seksual
objektif-
imparsial
Seorang dokter yang
memeriksa kasus kekerasan
seksual harus bersikap
profesio Konfide
nal nsial
Objektif imparsial: seorang dokter tidak boleh memihak atau bersimpati kepada korban
sehingga cenderung mempercayai seluruh pengakuan korban begitu saja
Konfidensial: Komunikasikan hasil pemeriksaan hanya kepada yang berhak mengetahui, seperti
kepada korban dan/atau walinya, penyidik kepolisian yang berwenang. Tuangkan hasil
pemeriksaan dalam visum et repertum sesuai keperluan saja
Profesionalitas dokter dalam melakukan pemeriksaan pada korban kekerasan seksual ditunjukkan
dengan melakukan pemeriksaan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu kedokteran yang umum dan
mutakhir, dengan memperhatikan hak dan kewajiban korban (sekaligus pasien).
Lanjutan…
Informasi tentang pemeriksaan harus diberikan sebelum pemeriksaan dimulai
/informed consent:
1. tujuan pemeriksaan dan kepentingannya untuk pengungkapan kasus.
2. prosedur atau teknik pemeriksaan, tindakan pengambilan sampel atau barang bukti.
3. dokumentasi dalam bentuk rekam medis dan foto, serta pembukaan sebagian rahasia
kedokteran guna pembuatan Visum et Repertum.
wawancara wawancara
terapeutik Wawancara medikolegal
dengan
korban
meliputi
empat elemen:
Anamnesis
Anamnesis KHUSUS
What dan How +
UMUM When +Where +
Who
Pemeriksaan PEMERIKSAAN
Fisik KHUSUS
PEMERIKSAAN UMUM
1. tingkat kesadaran
2. keadaan umum
3. tanda vital
4. penampilan (rapi atau tidak, dandan, dan lain-lain)
5. afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan sebagainya)
6. pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang terlepas)
7. status generalis
8. tinggi badan dan berat badan
9. rambut (tercabut/rontok)
10. gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan ketiga)
11. kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada kuku yang tercabut
atau patah)
12. tanda-tanda perkembangan seksual sekunder
13. tanda-tanda intoksikasi NAPZA
14. status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain daerah kemaluan.
Pemeriksaan Fisik Khusus
Kerokan kuku
Swab; dapat diambil dari bercak yang diduga bercak mani atau air liur dari kulit sekitar vulva,
vestibulum, vagina, forniks posterior, kulit bekas gigitan atau ciuman, rongga mulut (pada seks
oral), atau lipatan-lipatan anus (pada sodomi), atau untuk pemeriksaan penyakit menular seksual
Evaluasi, Penanganan, dan Konseling Korban Perkosaan
Setelah pemeriksaan forensik terhadap korban selesai, dilakukan tindak lanjut baik dari
aspek hukum maupun medis. Dari segi hukum, tindak lanjut pada umumnya berupa
pembuatan visum et repertum sesuai SPV dari penyidik polisi. Apabila korban belum
melapor ke polisi sehingga belum ada SPV, hasil pemeriksaan dapat diminta oleh korban
secara tertulis. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk surat
keterangan medis.
Pasal-pasal dibawah ini tercantum dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Bab XIV, tentang Kejahatan Terhadap Kesusilaan: