Anda di halaman 1dari 32

KEPANITRAAN KLINIK KEDOKTERAN REFARAT

FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL JANUARI 2019


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

TRANSPORTASI JENAZAH

OLEH :
RAHMA WATI, S.Ked (K1A1 12 009)
YULIANA PUTRI LESTARI, S.Ked (K1A1 12 101 )

PEMBIMBING:
dr. Raja Al Fath Widya Iswara, MH, Sp.FM

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat

ini dalam rangka sebagai tugas Kepaniteraan Klinik Kedokteran Forensik dan

Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan laporan ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua pihak yang

sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya sangat penulis

harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Raja Al Fath Widya

Iswara, MH, Sp.FM atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah

dan kendala dalam proses penyusunan referat ini dapat teratasi dan terselesaikan

dengan baik.

Penulis berharap semoga Referat mengenai “ Transportasi Jenazah” ini

dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya

serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas segala bantuan dan

perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi pada semua pihak yang terlibat

dalam menyelesaikan referat ini penulis ucapkan terima kasih.

Kendari, Desember 2018

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian merupakan salah satu siklus hidup yang pasti dilalui oleh

setiap orang. Terjadinya kematian seorang individu akan menyebabkan

timbulnya serangkaian pengurusan terhadap jenazah. Tingginya mobilitas dan

penyebaran penduduk ke seluruh penjuru dunia, maka pada kematian salah

seorang anggota keluarga ada kemungkinan perlunya dilakukan penundaan

penguburan atau kremasi untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar

kota atau luar negeri. Kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya,

terkadang perlu dilakukan pengangkutan jenazah dari satu tempat ke tempat

lainnya. 1

Pengangkutan jenazah dari satu tempat ke tempat lain, haruslah melalui

beberapa proses administrasi yang sesuai dengan aturan dari negara tempat

jenazah berada dan tujuan negara. Pengangkutan jenazah ini pun juga di atur

melalui peraturan atau undang-undang sehingga jenazah yang dikirim tetap

memiliki perlindungan selama proses perjalanannya menuju tujuannya.

Di Indonesia, transportasi jenazah mendapatkan proses pengawasan

dalam upaya kesehatan untuk karantina, tujuanya adalah agar jenazah bebas

dari penyakit menular yang dapat membahayakan tempat tujuan jenazah.

Untuk mencegah masuk atau keluarnya penyakit menular dari dan ke suatu

tempat, Indonesia sudah mengeluarkan peraturan tentang pedoman upaya

3
kesehatan dalam rangka karantina kesehatan yaitu dalam Keputusan Menteri

Kesehatan nomor 424/MENKES/SK/IV/2007.

Pengangkutan jenazah antar negara juga mengalami proses pengawasan

dalam upaya kesehatan untuk karantina kesehatan hal ini sesuai dengan

Kepmenkes nomor 424//Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman upaya

kesehatan dalam rangka karantina kesehatan. Tujuannya memastikan kalau

jenazah bebas dari penyakit menular yang bisa membahayakan tempat tujuan

jenazah.

B. Rumusan Masalah

Masalah - masalah yang diangkat pada referat ini adalah :

1. Bagaimana Prosedur Pengiriman Jenazah ?

2. Bagaimana mekanisme pengiriman jenazah di darat ?

3. Bagaimana mekanisme pengiriman jenazah di laut ?

4. Bagaimana mekanisme pengiriman jenazah di Udara ?

5. Bagaiana aspek medikolegal mengenai pengiriman jenazah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan mengenai transportasi jenazah ke kamar jenazah diharapkan

dapat mempermudah

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Prosedur Pengiriman Jenazah ?

2. Untuk mengetahui mekanisme pengiriman jenazah di darat ?

4
3. Untuk mengetahui mekanisme pengiriman jenazah di laut ?

4. Untuk mengetahui mekanisme pengiriman jenazah di Udara ?

5. Untuk mengetahui aspek medikolegal mengenai pengiriman jenazah ?

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan refarat ini ialah,

1. Memperdalam keilmuan dan wawasan dalam bidang kedokteran forensik

terutama dalam transportasi jenazah ke kamar jenazah

2. Memperdalam keilmuan dan wawasan tentang dasar hukum terkait

transportasi jenazah ke kamar jenazah

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PROSEDUR PENGIRIMAN JENAZAH

Prosedur Pengiriman Jenazah ke Indonesia1

Prosedur pengurusan pengiriman jenazah ke Indonesia cukup sulit

karena dalam waktu singkat 2 atau 3 hari, dibatasi waktu yang diizinkan

menyimpan jenazah di RS), harus melakukan koordinasi dengan :

1. Rumah Sakit (mengenai penyimpanan sementara jenazah)

2. KBRI/Konjen sebagai wakil pemerintah RI (mengenai pengesahan dokumen

dan terjemahannya)

3. Ward Office atau City Hall sebagai wakil pemerintah asal

4. Perusahaan peti jenazah

5. Perusahaan Penerbangan (Jika dibawa dengan pesawat terbang)

Prosedur pengurusannya adalah :

6. Pihak RS akan menerbitkan maupun surat kematian.

7. Pengesahan surat kematian oleh pemerintahan kota setempat, dan

keterangan lokasi pemakaman : bahwa jenazah akan dibawa ke Indonesia

untuk dimakamkan di sana.

8. Pengawetan jenazah yang lazim dalam pengiriman via pesawat udara adalah

memakai es kering (dry ice).

9. Kontak ke perusahaan peti jenazah, dan penerbitan surat keterangan

mengenai : ukuran peti jenazah, cara pengawetan jenazah (misalnya apakah

6
memakai formalin, ataukah es kering). Juga menerbitkan surat keterangan

bahwa peti tersebut berisi jenazah.

10. KBRI/Konjen berdasarkan surat-surat di atas, akan menerbitkan surat

pengantar perjalanan resmi.

11. Dokumen maupun terjemahan yang telah disahkan oleh KBRI atau

Konsulat Jenderal tersebut akan dipakai untuk mengurus pengiriman

jenazah ke Indonesia ke perusahaan penerbangan. Istilah baku untuk

jenazah dalam pengiriman via pesawat adalah "human remains".

Legalisasi Akte kematian 2

Jika ada WNI yang meninggal dan jenazahnya akan dikirim ke tanah air,

perlu dilakukan Legalisasi akte kematian dan dokumen Repatriasi jenazah oleh

KBRI.

Dokumen – dokumen yang dilegalisir adalah :

1. Akte kematian dari kantor registrasi kematian Negara setempat

2. Dokumen ekspor

3. Sertifikat pengawetan jenazah

4. Sertifikat peti kemas

Pada saat yang sama, KBRI akan membatalkan paspor almarhum atau

almarhumah sebelum jenazah direpatriasi ke tanah air.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018

Tentang Kekarantinaan Kesehatan pengawasan barang pasal 453 :

7
(1) Jenazah dan/atau abu jenazah dalam Alat Angkut dilakukan pemeriksaan

terhadap dokumen penyebab kematian sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) Jika pada pemeriksaan dokumen penyebab kematian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) didapatkan:

a. Dokumen tidak lengkap maka penanggung jawab Alat Angkut harus

melengkapi dokumen sesuai dengan persyaratan yang berlaku;

b. jenazah. dan/atau abu jenazah tidak sesuai dengan dokumen maka

Pejabat Karantina Kesehatan dapat berkoordinasi dengan pihak yang

terkait; dan/atau

c. Faktor Risiko Kesehatan Masyarakat maka Pejabat Karantina

Kesehatan melakukan tindakan Kekarantinaan Kesehatan.

(3) Jika hasil pemeriksaan tidak didapatkan Faktor Risiko Kesehatan

Masyarakat atau setelah dilakukan tindakan Kekarantinaan Kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf c, Pejabat Karantina

Kesehatan memberikan surat persetujuan keluar atau masuk jenazah

dan/atau abu jenazah dari Pelabuhan, Bandar Udara, atau Pos Lintas Batas

Darat Negara.

8
Gambar 1. Surat izin pengangkutan jenazah/kerangka/abu jenazah4

B. MEKANISME PENGIRIMAN JENAZAH DI DARAT

Mobil jenazah merupakan alat transportasi yang digunakan untuk

mengangkut jenazah yang dilengkapi dengan peralatan sesuai standar. Mobil

9
ini dilengkapi dengan lampu isyarat warna merah dan sirine. Isyarat peringatan

dengan bunyi yang berupa sirine hanya dapat digunakan oleh kendaraan

jenazah yang sedang mengangkut jenazah. Pengguna jalan berupa iring-iringan

pengantar jenazah memiliki hak utama untuk didahulukan. Berbeda dengan

angkutan umum lainnya, pengangkutan jenazah tidak wajib memiliki izin

penyelenggaraan.2

Jenazah harus diangkut melalui jalan darat ke tujuan yag lebih dari

delapan jam perjalanan dari fasilitas kamar mayat pengirim, tubuh harus

diembalmingatau diangkut dengan kendaraan berpendingin.5

Dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Nomor 120 Tahun 2016 dijelaskan mengenai6 :

PETUGAS MOBIL JENAZAH

(1) Setiap penyelenggaraan mobil jenazah paling sedikit melibatkan petugas

mobil jenazah yang meliputi 1 (satu) orang pengemudi dan 4 (empat)

orang petugas pemulasaran jenazah untuk pelayanan angkutan jenazah dari

tempat kejadian pertama.

(2) Setiap penyelenggaraan mobil jenazah paling sedikit melibatkan petugas

mobil jenazah yang meliputi 1 (satu) orang pengemudi dan 2 (dua) orang

petugas pemulasaran jenazah untuk pelayanan angkutan jenazah dari

rumah/ panti/rumah sakit/rumah duka ke Taman Pemakaman Umum

(TPU).

10
SISTEM INFORMASI DAN PELAYANAN

Pasal 24

(1) Setiap orang, Badan Hukum dan/ atau instansi pemerintahyang

menyelenggarakan pelayanan Ambulans dan/ atau Mobil Jenazah wajib

melengkapi Ambulans dan/ atau Mobil Jenazah yang dilengkapi dengan

alat Global Positioning System (GPS).

(2) Alat Global Positioning System (GPS) pada pelayanan mobil jenazah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terhubung dengan sistem

informasi pemakaman pada Dinas Pertamanan dan Pemakaman.

Pasal 25

Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman berwenang untuk

mengoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan mobil jenazah baik yang

dilakukan oleh perorangan, Badan Hukum maupun instansi pemerintah dalam

rangka evakuasi jenazah dalam hal terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Pasal 26

Pelayanan Mobil Jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat

(2), maka seluruh Mobil Jenazah wajib menjalankan perintah dari Kepala

Dinas Pertamanan dan Pemakaman.

SISTEM INFORMASI

SKPD/UKPD yang melakukan pembinaan dan pengawasan wajib

membangun sistem manajemen data dan informasi yang terhubung dengan

BPTSP baik secara manual maupun on-line.

11
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MOBIL JENAZAH

Pasal 29

(1) Pembinaan dan pengawasan pelayanan mobil jenazah dilakukan oleh

Dinas Pertamanan dan Pemakaman.

(2) Pembinaan dan pengawasan mobil jenazah dapat dilakukan secara terpadu

oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman dan Dinas Perh-ubungan dan

Transportasi serta Kepolisian Republik Indonesia.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) dilakukan secara periodik dan/atau sewaktu-waktu diperlukan.

(4) Petunjuk teknis mengenai pembinaan dan pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Kepala Dinas

Pertamanan dan Pemakaman.

SPESIFIKASI TEKHIS MOBIL JENAZAH

1. Eksteror

Jenis 4x2

Spesifikasi Kendaraan Keterangan

Model Minibus Modifikasi Ambulans

Tempat Duduk Depan  Bahan jok disesuaikan dengan


karoseri
 Dilengkapi dengan seatbelt
untuk penumpang depan 2
(dua) buah
Standar usia mobil Maksimal 10 tahun

Warna Putih

Logo dan Tulisan  Tulisan mobil jenazah terbalik


yang memantulkan cahaya
hanya pada bagian bodi depan
 Di samping kiri dan kanan

12
bodi Mobil Jenazah
Tulisan Sponsor Hanya boleh diletakkan di samping
belakang kiri dan kanandengan ukuran
maksimal 10x50 cm

Kaca Jendela Kaca jendela samping model geser

Ruangan Jenazah Ruangan jenazah terpisah dengan


ruang pengemudi dan ada jendela kaca
yang bisa digeser

Gantungan untuk karangan bunga Ada di depan

Lampu rotator Warna merah

AC (Air Conditioner) Minimal Double Blower

Pintu Belakang Model Hatchback

Lampu Kabut Bagian depan warna kuning

2. Interior

Interior Keterangan

Amplifier Sirine  Kompresi level suara ; ≥ 90 –


118 dB (setara 200 – 10.000
Hz)
 Terdapat mic
 Lampu rotary light bar oval
LTF – 2000, AM – 6003
Tempat duduk Minimal 2 (dua) orang

Lemari  Ukuran disesuaikan dengan


media interior kendaraan
 Berbahan non porosif dan
mudah dibersihkan
 Terdapat minimal 10
(sepuluh) kantong jenazah
Lampu Penerangan (disesuaikan Disediakan lampu penerangan pada
dengan Peraturan Sarana Prasarana plafon
Kesehatan)  Lampu plafon : TL dengan
output 2x5 W atau 1x 10 W
 Lampu halogen : 2 (dua) bh
dengan masing masing
outputnya min 500 Lux

13
Alat Pemadam kebakaran  Berukuran minimal 1 kg
 Jenis alat peadam api ringan
water miss berbahan foam
Lampu sorot Model spotlight dipasang pada
belakang kendaraan dan bisa berputar

Lantai Bahan lantai dari non porosif, anti


bakteri, dan mudah dibersihkan

Langit-langit Bahan lantai dari non porosif, anti


bakteri, dan mudah dibersihkan

Radio Komunikasi  Radio komunikasi VHF


 Range frekuensi VHF
 Kapasitas Channel ± 128
 Channel Spacing (2,5 – 3,0)
KHz

C. MEKANISME PENGIRIMAN JENAZAH DI LAUT

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan yang

disatukan oleh wilayah perairan yang sangat luas. Di beberapa daerah di

Indonesia akses transportasi hanya bisa melalui kapal. Ketika membawa

jenazah di atas kapal harus disertai dengan dokumentasi: surat keterangan

kematian dari rumah sakit, surat keterangan kematian dari polisi, surat

keterangan kematian dari camat, surat keterangan kematian dari karantina.

Kemudian nakhoda harus meminta operasi menyediakan ambulan pada

pelabuhan tujuan.2

Prosedur pemindahan jenazah5 :

 Jenazah hanya dapat diangkut dalam peti mati yang tersegel

 Peti mati harus mampu membatasi keluarnya tubuh atau bahan infeksi

atau kontaminan

14
 Kendaraan yang mengangkut peti mati , harus merupakan kendaraan

yang disetujui yang menjaga martabat almarhum setiap saat (biasanya

peti mati tidak terlihat dari luar kendaraan)

 Kendaraan yang digunakan harus mbil jenazah dari rumah duka yang

diakui dan terdaftar

 Kendaraan harus ditemani oleh pengemudi yang ditunjuk oleh rumah

duka

 Penumpang normal dan tarif kendaraan yang disertakan akan berlaku

untuk pengemudi dan kendaraan

 Pengemudi kendaraan harus membawa semua dokumentasi yang

diperlukan untuk memenuhi peraturan pemakaman dan kremasi

 Sebuah catatan harus ditambahkan ke SCR bahwa kendaraan tersebut

membawa “jenazah” dan kemudian merujuk ke SCR pad grid

D. MEKANISME PENGIRIMAN JENAZAH DI UDARA

Setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk hewan dan

tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama penerbangan, barang

bawaan atau barang yang tidak bertuan disebut kargo. International Air

Transport Association (IATA) mengkategorikan peti atau kemasan lain yang

berisi jenazah atau abu jenazah termasuk dalam special cargo yang

memerlukan penanganan khusus (special handling). Pemeriksaan dengan cara

perlakuan khusus dilakukan dengan pemeriksaan fisik kargo, dokumen dari

instansi terkait dan pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan2

15
Prosedur penerimaan kargo dan pos harus memuat proses pemeriksaan

terhadap dokumen, yaitu : administrasi, pemberitahuan tentang isi, surat

muatan udara (airway bill), daftar kargo dari perjanjian kerjasama bagi

pengirim pabrikan (known shipper) dan dokumen lain yang diperlukan dalam

pengangkutan kargo dan pos tertentu. Pengangkutan jenazah menggunakan

pesawat udara harus disertai dengan surat keterangan dari instansi kesehatan.2

Sejalan dengan peraturan pelayanan internasional, prosedur dan

dokumentasi berikut diperlukan untuk pengangkutan jenazah secara

internasional melalui angkutan udara5 :

 Pengawetan dengan metode standar

 Penggunaan peti mati tertutup

 Penggunaan semua kontainer pengiriman kayu bagian luar-

dibungkus atau dikemas, termasuk bahan penyerap, aik dalam

“karton yang dibuat khusus”, pembungkus pelindung, kain terpal,

atau busa dan dijahit dan diberi label yang sesuai

 Salinan sertifikat kematian yang disertifikasi

 Izin pemakaman dan/atau transit yang dikeluarkan secara lokal

 Surat sumpah palsu (tidak selundupan)- untuk diketik dengan kop

rumah duka

 Pernyataan pengirim untuk barang berbahaya jika tidak

diembalming

16
 Surat pernyataan tidak menular dan otoritas kesehatan setempat

untuk diketik pada kop surat otoritas lokal atau pemeriksa /

pemeriksa medis

 Itenerary penerbangan penuh, dengan nama/alamat/nomor telepon

penerima (izin karantina tidak dapat dikeluarkan tanpa informasi

ini)

 Paspor

 Informasi keluarga

Saat mengatur detil penerbangan dengan maskapai, direktur pemakaman

harus memastikan bahwa peti mati akan sampai dalam waktu secepat

mungkin

Prosedur dan dokumentasi berikut diperlukan untuk pengangkutan

jenazah intra dan antar negara :

 Jenazah harus diidentifikasi secara positif oleh orang yang

bertanggung jawab, jika memungkinkan atau dengan label tubh

dan catatan kamar mayat yang dikuatkan oleh setidaknya dua

orang

 Pendaftaran kematian sebagaimana berlaku

 Jika memungkinkan, jenazah harus diembalming. Jika embalming

tidak memungkinkan, jenazah harus dipersiapkan untuk kondisi

higienis yang dapat diterima termasuk jahitan rahang bawah,

memandikan, dan bercukur. Lubang harus bersih dan dikemas

dengan kapas. Sisa sisa manusia juga harus didinginkan pada

17
suhu 3-50C untuk jangka waktu minimum 24 jam sebelum

pengiriman, dan sebelum menempatkan sisa sisa manusia dalam

kantong polietilen dan peti mati

 Tubuh harus ditutup rapat dalam kantung polietilen bening,

memenuhi spesifikasi ketebalan standar miimum yaitu ketebalan

tidak kurang dari 0,26mm menggunakan setrika pemanas dengan

hati-hati agar tidak terjadi kebocoran cairan. Sebelum menyegel

kantong polietilen, udara berlebih harus diekstraksi, sehingga

memastikan bahwa penyegelan tersebut sangat efektif

 Jika tubuh tidak diembalming, tubuh harus ditempatkan

dalamkantong polietilen kedua dengan bahan penyerap yang

cukup antara kantong dalam dan luar, untuk menyerap semua

cairan yang mungkin bocor selama pengangkutan. Kaantong luar

harus tertutup rapat

 Standar wadah yang digunakan untuk pengiriman harus

berstandar tidak kurang dari peti mati tutup datar (peti mati

pengiriman dari papan partikel tidak dapat diterima). Peti mati

harus sepenuhnya dipangkas secra internal. Pemasangan eksternal

(kecuali pelat nama) dapat ditempatkan di dalam untuk

menghindari kerusakan dalam perjalanan

 Ketika mengatur rincian penerbangan dengan maskapai, direktur

pemakaman harus memastikan bahwa peti mati akan sampai

dalam waktu secepat mungkin, sadar untuk menghindari

18
penundaan yang lama di terminal bandar transit. Pengangkut

Asosiasi yang ditunjuk merujuk ke moda transportasi ini sebagai

“kelas satu semalam”. Ini adalah pengiriman prioritas tinggi .

pengiriman ke bandara harus benar-benar sesuai dengan

persyaratan waktu penerbangan yang tidak lebih cepat dari waktu

yang ditentukan.

 Penerima barang dan direktur transit harus diberitahukan tentang

maskapai, nomor penerbangan, perkiraan waktu kedatangan,

nomor tagihan jalan, dimensi peti mati, dan kondisi/perawatan

tubuh

 Peti mati harus dibungkus atau dikemas menggunakan bahan

penyerap baik dalam “karton yang dibuat khusus” atau

pembungkus pelindung, atau penutup terpal busa juga bisa berupa

goni dijahit dan diberi label.

 Pernyataan resmi untuk maskapai harus diselesaikan yang

menyatakan bahwa mayat telah ditutup rapat dan ditempatkan di

dalam kantong polietilen, dan bahwa hnya mayat yang

ditempatkan di dalam peti mati

 Sertifikat embalming akan menyertai kiriman ketika tubuh teah

diawetkan

 ‘deklarasi pengirim” untuk barag berbahaya dan surat keterangan

medis tentang penyebab kematian akan menyertai pengiriman

ketika tubuh belum di embalming.

19
E. ASPEK MEDIKOLEGAL PENGIRIMAN JENAZAH

Peraturan atau Undang-Undang yang Berkaitan dengan Transportasi

Jenazah

1. KEPMENKES NOMOR 424/MENKES/SK/IV/20074

Tentang pedoman upaya kesehatan dalam rangka karantina kesehatan

 Prosedur pengawasan pengangkutan jenazah

Pemberangkatan jenazah

a. Syarat teknis

 jenazah harus disuntik dengan obat penahan busuk secukupnya

yang dinyatakan dengan keterangan dokter.

 jenazah harus dimasukkan kedalam peti yang terbuat dari logam

(timah, seng, dan sebagainya).

 alasnya ditutup dengan bahan yang menyerap umpamanya serbuk

gergaji/arang halus yang tebalnya ±5 cm.

 peti logam ditutup rapat-rapat (air tight), lalu dimasukkan dalam

peti kayu yang tebalnya sekurang-kurangnya 3 cm, sehingga peti

tidak dapat bergerak didalamnya. Peti kayu ini dipaku dengan

skrup dengan jarak sepanjang-panjangnya 20 cm dan diperkuat

dengan ban-ban logam.

b. syarat administrasi

 harus ada proses verbal yang sah dari pamong praja setempat atau

polisi tentang pemetian jenazah tersebut.

20
 harus ada keterangan dokter yang menyatakan sebab kematian

orang itu bukan karena penyakit menular.

 segala surat keterangan/dokumen yang bersangkutan harus

disertakan pada jenazah tersebut untuk ditandatangani oleh dokter

KKP.

Kedatangan jenazah

c. Syarat teknis

 Jenazah telah dimasukkan dalam peti sesuai prosedur yang berlaku

 Apabila tidak sesuai dengan ketentuan tersebut diatas dapat

dilakukan pemeriksaan ulang bersama instansi terkait (bea cukai,

kepolisian).

d. syarat administrasi

 Meninggal bukan karena penyakit karantina/penyakit menular

tertentu, dilengkapi dengan surat keterangan kematian dari dokter

atau rumah sakit yang berwenang.

 Telah dilengkapi proses verbal yang sah dari pamong praja

setempat atau polisi tentang pemetian jenazah tersebut

2. PERMENKES NOMOR 356/MENKES/PER/IV/20087

Tentang organisasi dan tata kerja kantor kesehatan pelabuhan :

Pasal 22

Pengawasan pengangkutan orang sakit dan jenazah merupakan tugas

dari seksi kesehatan matra dan lintas wilayah yang berada dibawah bidang

upaya kesehatan dan lintas wilayah.

21
Upaya Pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi KKP II Medan

Pasal 14

Bidang pengendalian karantina dan Surveilans epidemiologi :

Seksi pengendalian karantina

Penerbitan dokumen kesehatan kapal laut, pesawat udara, dan alat

transportasi lainnya, pengangkutan orang sakit/jenazah

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 20098

Tentang penerbangan

Bagian Ketujuh : Pengangkutan Barang Khusus dan Berbahaya

Pasal 136

(1) Pengangkutan barang khusus dan berbahaya wajib memenuhi

persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan.

(2) Barang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa barang

yang karena sifat, jenis, dan ukurannya memerlukan penanganan

khusus.

Pasal 137

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pengenaan

sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (5) diatur

dengan Peraturan Menteri.

Pasal 138

(1) Pemilik, agen ekspedisi muatan pesawat udara, atau pengirim yang

menyerahkan barang khusus dan atau berbahaya wajib menyampaikan

22
pemberitahuan kepada pengelola pergudangan dan atau badan usaha

angkutan udara sebelum dimuat ke dalam pesawat udara.

(2) Badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar udara, badan

usaha pergudangan, atau badan usaha angkutan udara niaga yang

melakukan kegiatan pengangkutan barang khusus dan atau barang

berbahaya wajib menyediakan tempat penyimpanan atau penumpukan

serta bertanggung jawab terhadap penyusunan sistem dan prosedur

penanganan barang khusus dan atau berbahaya selama barang tersebut.

Pasal 139

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara prosedur pengangkutan

barang khusus dan barang berbahaya serta pengenaan sanksi administratif

diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kedelapan

Tanggung Jawab Pengangkut

Pasal 140

(1) Badan usaha angkutan udara niaga wajib mengangkut orang dan atau

kargo, dan pos setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan.

Pasal 145

Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh

pengirim kargo karena kargo yang dikirim hilang, musnah, atau rusak yang

diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama kargo berada dalam

pengawasan pengangkut

23
BAB III

KASUS JURNAL

Abstrak

Pengawetan adalah proses pengawetan mayat dengan menyuntikkan cairan

pengawet melalui arteri. Pengawetan mayat dilakukan jika mayat itu akan

digunakan untuk tujuan akademis atau harus diangkut. Dengan tidak adanya

kerabat dekat almarhum, seorang pekerja sosial medis yang menemani almarhum

diminta untuk pengawetan jenazah untuk memungkinkan transportasi melalui

pesawat. Tidak ada ketentuan untuk pengawetan jenazah dalam Undang-Undang

Anatomi yang berlaku di berbagai Negara di India. Jadi, ada kebutuhan untuk

merumuskan pedoman untuk transportasi mayat yang diawetkan melalui udara,

kereta api, dan jalan karena prosedur ini tidak dilakukan secara rutin seperti di

negara-negara barat. Pengawetan adalah proses pengawetan mayat dengan

menyuntikkan cairan pengawet melalui arteri. Pengawetan mayat dilakukan jika

mayat itu akan digunakan untuk tujuan akademis atau harus diangkut. Dengan

tidak adanya kerabat dekat almarhum, seorang pekerja sosial medis yang

menemani almarhum diminta untuk pengawetan jenazah untuk memungkinkan

transportasi melalui pesawat. Tidak ada ketentuan untuk pengawetan jenazah

dalam Undang-Undang Anatomi yang berlaku di berbagai Negara di India. Jadi,

24
ada kebutuhan untuk merumuskan pedoman untuk transportasi mayat yang sudah

diawetkan melalui udara, kereta api, dan jalan karena prosedur ini tidak dilakukan

secara rutin seperti di negara-negara barat.

Kata kunci:pengawetan jenazah, Undang-Undang Anatomi, pekerja sosial medis,

Kerabat dekat

A. Pendahuluan

Pengawetan adalah proses pengawetan mayat dengan

menyuntikkan cairan pengawet melalui arteri. Pengawetan mayat tidak

dilakukan sebagai bagian dari rutinitas di India, seperti negara-negara

barat. Tetapi itu dilakukan hanya jika badan itu akan digunakan baik untuk

tujuan akademis atau harus diangkut. Mayat yang diawetkan diangkut ke

seluruh Amerika atau kadang-kadang di seluruh negara untuk

dimakamkan, jika tempat kematian orang yang meninggal berbeda dari

tempat asalnya. Situasi seperti itu ditemui dengan tentara jika mereka mati

di zona pertempuran atau pengembara, yang mati di tanah yang jauh.

Semua kasus yang melibatkan pengangkutan jenazah, pengawetan

adalah wajib untuk mencegah pembusukan. Tapi, tidak ada pedoman

untuk pengawetan seperti pemakaman dalam Kisah Anatomi di India;

tentang permintaan dan persetujuan untuk pengawetan pemakaman atau

prosedur untuk transportasi. Kasus yang dilaporkan saat ini menyoroti

kekosongan dan perlunya pedoman tersebut.

25
B. Kasus Penelitian

Seorang laki-laki berusia 32 tahun, dengan latar belakang sosial

ekonomi yang buruk, dirujuk dari sebuah rumah sakit di Kepulauan

Andaman Nicobar ke rumah sakit perawatan tersier pemerintah di daratan

(India), untuk perawatan. Selama konsultasi dan perawatan lebih lanjut

sebagai pasien rawat inap di rumah sakit, ia tidak didampingi oleh anggota

keluarga kecuali pekerja sosial medis dari Kepulauan Andaman Nicobar.

Orang dewasa muda meninggal karena penyakitnya selama perawatan. Atas

nama keluarga almarhum, pekerja sosial medis tersebut telah meminta

pemakaman mayat dari almarhum untuk memungkinkan pengangkutan

jenazah melalui udara untuk penyelesaian ritual terakhir di Kepulauan

Andaman Nicobar. Usaha tertulis diperoleh dari kata pekerja sosial medis,

bahwa ia adalah satu-satunya orang yang tersedia dan bertanggung jawab

atas tubuh orang yang meninggal dan bahwa dia bertindak atas nama

keluarga almarhum, sebelum menerima tubuh untuk pengawetan jenazah.

Mayat almarhum diawetkan di Departemen Anatomi, dan sertifikat

pengawetan dikeluarkan untuk itu. Tubuh yang diwetkan itu diserahkan

kepada pekerja sosial medis yang bersangkutan untuk diangkut melalui

udara.

C. Hasil dan Diskusi

Bombay Anatomy Act 1949 adalah salah satu Undang-Undang

Anatomi paling awal yang ditetapkan diIndia. Undang-undang ini

kemudian dicabut sebagai Undang-Undang Anatomi Maharashtra 2014

26
yang merupakan Undang-undang yang terakhir diubah di antara semua

Undang-Undang Anatomi Negara di India. Ketentuan dalam Anatomi

Tindakan negara bagian yang berbeda di India kurang lebih mirip dengan

ketentuan Undang-Undang Anatomi Bombay 1949 dengan sedikit

pengecualian. Oleh karena itu, Undang-Undang Anatomi Maharashtra

2014 diambil sebagai Undang-Undang rujukan selama diskusi tentang

kasus ini yang memiliki ketentuan serupa dengan Undang-Undang

Anatomi Tamil Nadu, yang diikuti oleh lembaga kami. Undang-Undang

Anatomi diformulasikan untuk memenuhi sumbangan sukarela dari

seluruh tubuh setelah kematian dan untuk memungkinkan mayat yang

tidak diklaim digunakan untuk mengajar di perguruan tinggi medis dan

rumah sakit. Menurut Bagian 5 (2) dan Bagian 5 (3) Undang-Undang,

petugas yang berwenang diberi wewenang untuk menyerahkan tubuh

seseorang yang tidak diklaim kepada otoritas lembaga pendidikan

kedokteran, jika orang tersebut meninggal di penjara atau rumah sakit

swasta atau tempat umum di daerah di mana ia tidak memiliki tempat

tinggal permanen.

Dalam kasus yang dilaporkan saat ini, anggota keluarga almarhum telah

berkomunikasi dengan pekerja sosial medis yang menyertai, untuk

meminta diawetkan .Rajasekhar SSSN et al. Pemakaman pemakaman

mayat untuk transportasi di India - sebuah laporan kasus mayat, atas nama

mereka, untuk memungkinkan transportasi dengan pesawat terbang.Bagian

2 (3), untuk tujuan Undang-Undang tersebut menggambarkan istilah

27
"kerabat dekat" sebagai pasangan, orang tua, anak-anak dan saudara

kandung dari almarhum termasuk orang lain yang terkait dengan

kekerabatan garis, (dalam tiga derajat) dan kerabat jaminan agunan (

dalam enam derajat), atau siapa saja yang dikaitkan dengan perkawinan

dengan salah satu dari hubungan yang disebutkan di atas. Undang-undang

memberdayakan kerabat dekat almarhum untuk mengklaim mayat atau

memberikan sumbangan untuk sumbangan tubuh. Namun, dalam kasus

ini, pekerja sosial medis tersebut tidak datang di bawah definisi istilah

"kerabat dekat", yang berwenang untuk memberikan persetujuan untuk

donasi tubuh, melalui derivasi, persetujuan untuk pengawetan. Namun, ia

adalah satu-satunya orang yang tersedia dalam situasi tertentu, yang

bertanggung jawab atas tubuh orang yang meninggal.

Ini membuat kita di tanah tak bertuan dengan pertanyaan mengenai

validitas persetujuan yang diberikan oleh orang yang menemani tubuh

almarhum, terutama, jika orang yang menemani bukan kerabat atau teman

orang yang meninggal. Menurut Bagian 5B, ayat (1) dan (2) dari Undang-

Undang Anatomi Maharashtra 2014, sumbangan dapat dilakukan oleh

orang yang secara sah memiliki tubuh, jika ada niat sebelumnya untuk

menyumbangkan tubuh, diungkapkan oleh almarhum sebelum

kematiannya.

Tetapi tidak ada ketentuan dalam Undang-Undang Anatomi yang

diberlakukan di Negara-negara yang berbeda di Uni India, yang

membedakan wewenang untuk meminta pengawetan jenazah oleh kerabat

28
dekat, atau petugas resmi atau orang terkait lainnya. Dokumen seperti

sertifikat kematian, atau sertifikat otopsi postmortem, sertifikat

pengawetan, sertifikat kamar mayat konsuler yang dikeluarkan oleh

petugas konsuler, otorisasi ekspor yang dikeluarkan oleh petugas

kesehatan , dan pernyataan tertulis dari pengurus yang menyatakan isinya,

pengawetan, penyegelan peti mati diperlukan sebelum tubuh diangkut

secara internasional melalui udara ke Amerika Serikat.

Dalam kasus pemindahan jenazah domestik antara kota-kota di

India melalui udara, kereta api, jalan,maka sertifikat seperti sertifikat

kematian dari dokter, sertifikat izin polisi, sertifikat pengawetan jenazah,

sertifikat peti mati, dan nomor pemesanan PNR untuk penumpang dengan

siapa mayat akan dipesan karena kargo harus menemani mayat. Namun,

prosedur tersebut harus dimasukkan ke dalam Undang-Undang Anatomi

untuk menghilangkan kebingungan. Jadi, ada kebutuhan untuk

merumuskan ketentuan untuk pengawetan jenazah dalam Undang-Undang

Anatomi India sehubungan dengan orang-orang yang memenuhi syarat

untuk meminta pengawetan jenazah, seperti kerabat dekat atau orang yang

bertanggung jawab lainnya seperti teman dan wali dari orang yang

meninggal atau setiap petugas yang berwenang, terutama selama tidak

adanya kerabat dekat. Pedoman untuk pengawetan jenazah dan

transportasi jenazah harus dimasukkan dalam Undang-Undang Anatomi,

yang akan berlaku secara umum untuk Jurnal Anatomi dan Fisiologi

Klinis India, Oktober-Desember 2016; 3 (4); 560-562 561 semua Negara

29
di Uni India untuk pengawetan jenazah, pengepakan mayat yang dibalsem

dan transportasi melalui udara, kereta api dan jalan termasuk dokumen-

dokumen yang diperlukan yang harus dimiliki selama transportasi

tersebut.

D. Kesimpulan

Pengawetan jenazah sangat penting untuk transportasi mayat untuk

jarak jauh untuk melakukan ritual terakhir. Tidak ada ketentuan yang

mengatur tentang pemalsuan pemakaman dalamUndang-Undang Anatomi

kontemporer yang berlaku di India. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk

merumuskan pedoman seperti siapa yang dapat meminta pengawetan

jenazah dengan tidak adanya anggota keluarga yang menyertai tubuh

almarhum. Penting untuk membuat pedoman untuk transportasi jenazah

yang diawetkan melalui udara, kereta api dan jalan.9

30
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pada transportasi jenazah hal yang penting diperhatikan adalah persyaratan

teknis seperti persyaratan peti, mayat harus diawetkan, yang tujuanya adalah

pada saat transportasi jenazah tidak ada kontaminasi terhadap lingkungan

sekitarnya. Selain syarat teknik, syarat administrasi juga sangat penting

seperti surat keterangan kematian, sertifikat sudah dilakukan pengawetan,

surat keterangan bahwa korban tidak menderita penyakit menular dan surat

pemetian jenazah.

2. Peraturan atau undang-undang yang berkaitan dengan transportasi jenazah

antar negara, diantaranya :

 KEPMENKES NOMOR 424/MENKES/SK/IV/2007

 PERMENKES NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Standar Kamar Jenazah di Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik, Departemen Kesehatan RI, 2004

2. Rika S. Transportasi jenazah dan Aspek medikolegal.Jurnal Kesehatan

Andalas. 2015;4(3).

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang

Kekarantinaan Kesehatan.

4. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

424/MENKES/SK?IV/2007 tentang Pedoman Upaya Kesehatan Pelabuhan

Dalam Rangka Karantina Kesehatan.

5. AFDA Policy Statement. 2007. Procedures For The Transfer & Transport of

Human Remains.

6. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 120

Tahun 2016 Tentang Pelayanan Ambulans Dan Mobil Jenazah.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

356/Menkes/Per/Iv/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan.

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang

Penerbangan.

9. Rajasekhar SSSN, Araindhan K, Gladwin V, Chand P. 2016. Funeral

Embalming Of Dead Body For Transportation In India - A Case Report.

Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology, October-December ;

3(4);560-562

32

Anda mungkin juga menyukai