Anda di halaman 1dari 20

BAB III

METODOLOGI

A. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Pengamatan
Pengamatan yang dipakai dalam praktik surveilans ini adalah
deskriptif. Pengamatan deskriptif merupakan pengamatan yang bertujuan
untuk menggambarkan distribusi dan frekuensi kejadian penyakit menurut
waktu, tempat dan orang.
2. Metode Pengumpulan data
Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap petugas surveilans
penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Poasia kota Kendari periode Januari
2015-Agustus 2018 dan informasi dari profil Puskesmas yang selanjutnya
dikompilasi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
a. Pertama-tama, pengamat meminta buku register TB periode Januari
2015-Agustus 2018.
b. Kemudian, pengamat mencatat variabel nama pasien, alamat, umur,
jenis kelamin dan jenis kasus.
c. Setelah itu, pengamat menginput data yang telah dicatat pada program
Statistical Package for Social Science (SPSS).
d. Terakhir, pengamat melakukan wawancara dengan petugas surveilans
Puskesmas Pasia tentang kegiatan dan atribut surveilans epidemiologi
tuberkulosis untuk mengetahui gambaran pelaksananan surveilans di
Puskesmas Poasia dan evaluasi atribut sistem surveilans.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang dikumpulkan untuk mengetahui pelaksanaan praktikum
sistem surveilans penyakit tuberkulosis:
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan dan diolah sendiri, yang dapat
diperoleh dari wawancara terhadap petugas surveilans untuk

1
mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan surveilans penyakit
tuberkulosis di Puskesmas Poasia.
2) Data Sekunder
Data sekunder, yakni sebagai data penunjang untuk mengetahui
gambaran distribusi penyakit TB menurut karakteristik waktu,
tempat dan orang yang diperoleh dari instansi terkait dengan obyek
penelitian yakni laporan STP, dan buku register TB (TB 03) pada
periode Januari 2015-Agustus 2018 yang bersumber dari
Puskesmas Poasia bagian unit pelaksanaan sistem surveilans.
Selain itu, data sekunder lainnya diperoleh dengan membaca
berbagai literatur dari media cetak dan internet yang berkaitan
dengan penelitian penyakit TB. Data-data yang diperoleh dari
puskesmas kemudian ditabulasi sehingga menjadi lebih informatif.
b. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan antara lain dari Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) mengenai
angka kejadian TB serta data yang berasal dari pencatatan khusus buku
register khusus TB (TB 03) dan laporan bulanan data kesakitan (LB1)
di Puskesmas Poasia.
4. Sampel & Informan
a. Sampel
Sampel pada kegiatan ini adalah seluruh data surveilans penyakit
Tuberkulosis di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018.
b. Informan
Informan responden dalam kegiatan penelitian ini adalah petugas
surveilans, dan petugas puskesmas yang diberi wewenang untuk
manangani penyakit TB di Puskesmas Poasia.

2
B. Pengolahan Data
Pengolahan data akan dilakukan secara komputerisasi dengan
menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social Science). Hasil
pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi yang
menjelaskan kejadian penyakit TB yang dihubungkan dengan waktu, tempat,
dan orang melalui Microsoft Excel.
C. Analisis Data
Analisis data akan dilakukan dalam laporan ini adalah dengan analisis
statistik deskriptif (univariat) dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase pada variabel yang diteliti dalam penelitian seperti untuk
mengetahui gambaran karakteristik responden menurut waktu, tempat, dan
orang penyakit TB di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018.
D. Waktu dan Lokasi Pengamatan
1. Waktu
Pelaksanaan pengamatan praktik surveilans dilakukan selama tiga hari
dimulai pada tanggal 18– 20 September tahun 2018.
2. Lokasi pengamatan
Praktik survailans akan dilaksanakan di Puskesmas Poasia bagian unit
surveilans khususnya pada Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) dan pencatatan khusus lainnya.

3
Tabel 4. Karakteristik Data

Rencana
N Kategori Sumber
Nama variable Definisi operasional penyajian
O data data
data
Atribut survailans :
Kesederhanaan struktur dan kemudahan
pengoperasionnya yang dapat dilihat dari
1. Simplicity Nominal Narasi Wawancara
diagram alur informasi dan umpan balik dalam
suatu sistem survailans.
Dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
informasi yang dibutuhkan atau situasi
2. Flexibility pelaksanaan tanpa disertai peningkatan yang Nominal Narasi Wawancara
berarti akan kebutuhan biaya, tenaga dan
waktu.
Kemauan seseorang atau organisasi untuk
3. Acceptability berpartisipasi dalammemanfaatkan sistem Nominal Narasi Wawancara
survailans.
Sensitifitas suatu sistem survailans dapat
dilihat pada dua tingkatan. Pertama, pada
tingkat pengumpulan data yaitu proporsi kasus
4. Sensitivity Nominal Narasi Wawancara
dari suatu penyakit yang dideteksi oleh sistem
survailans. Kedua, sistem dapat dinilai akan
kemampuannya mendeteksi KLB.
Nilai prediksi positif adalah proporsi dari
Predictive value populasi yang diidentifikasikan sebagai kasus
5. Nominal Narasi Wawancara
positif oleh suatu sistem survailans dan kenyataannya
memang kasus.
Suatu sistem survailans yang representatif akan
menggambarkan secara akurat:
- Kejadian dari suatu peristiwa kesehatan
6. Representativeness dalam periode waktu tertentu. Nominal Narasi Wawancara
- Distribusi peristiwa tersebut dalam
masyarakat menurut tempat dan orang.

Ketepatan waktu menggambarkan kecepatan


atau kelambatan diantara langkah-langkah
7. Timelines dalam suatu sistem survailans, misalnya waktu Nominal Narasi Wawancara
yang diperlukan untuk mengidentifikasi trend,
KLB atau hasil dari tindakan penanggulangan.
Kualitas data berhubungan dengan data atribut
8. Data Quality Nominal Narasi Wawancara
acceptability dan representativeness
9. Stability Stabilitas terdiri dari realibility dan availability. Nominal Narasi Wawancara
Komponen survailans :
Proses pengumpulan data survailans TB di
puskesmas bersifat pasif, yaitu berasal dari
1. Pengumpulan data data kunjungan penderita yang dilaporkan rutin Nominal Narasi Wawancara
puskesmas. Pengumpulan data secara aktif
seperti berdasarkan studi kasus atau survei dan
investigasi penderita TB pada saat terjadi KLB
TB.
Data yang telah terkumpul kemudian
dikelompokkan oleh petugas survailans TB
secara manual (tidak menggunakan komputer),
yang selanjutnya direkap dalam laporan
2. Pengolahan data Nominal Narasi Wawancara
mingguan W2 dan laporan bulanan LB3.
Semua jenis data tersebut dilakukan
pengelompokan setiap bulan, untuk keperluan
pengisian laporan bulanan.
Pada dasarnya pengelompokan data dilakukan
sesuai dengan tujuan dari sistem survailans itu
sendiridan karakteristik (ciri khusus) dari
3. Analisis data Nominal Narasi Wawancara
masalah kesehatan yang diamati.
Pengelompokan dilakukan menurut variabel
orang, tempat, dan waktu.
Informasi epidemiologi yang dihasilkan dari
hasilanalisis dan interpretasi dapat
dimanfaatkan baikoleh institusi yang
4. Interpretasi data Nominal Narasi Wawancara
melaksanakan survailans maupuninstansi lain
di masyarakat. Dihasilkan dalam bentuk narasi,
tabel, diagram sebagai informasi.
Diseminasi informasi disampaikan kepada
Dinas Kesehatan Kota Kendari dalam bentuk
laporan ke Bidang Pengendalian Penyakit dan
pertemuan lintas 5ector tingkat Kecamatan,
5. Desiminasi data terdiri dari pihak kantor Kecamatan dan Nominal Narasi Wawancara
Kelurahan, Dinas Pasar, Dinas Pendidikan,
bidan wilayah dan Pustu yang dilakukan
bersama dengan program lain di puskemas
sebanyak tiga kali setahun.
Gambaran Epidemiologi :
Studi epidemiologi umumnya berfokus pada Data
Distribusi menurut beberapa karakteristik demografi utama dari Tabel/ bulanan/
1. Nominal
orang aspek manusia yaitu usia dan jenis kelamin. Grafik rekam
medik
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang
harus diperhatikan ketika melakukan analisis
Data
Distribusi menurut morbiditas dalam studi epideiologi karena Tabel/
2. Nominal bulanan/rek
waktu pencatatan dan laporan insidensi dan Grafik
am medik
prevalensi penyakit selalu didasarkan waktu,
apakah mingguan, bulanan atau tahunan.
Variabel tempat merupakan salah satu variabel
penting dalam epidemiologi deskriptif karena
pengetahuan tentang tempat atau lokasi KLB Data
Distribusi menurut Tabel/
3. atau lokasi penyakit- penyakit endemis sangat Nominal bulanan/rek
tempat Grafik
dibutuhkan ketika melakukan penelitian dan am medik
mengetahui sebaran berbagai penyakit di suatu
wilayah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


Praktik ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai
distribusi dan pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit TB di Puskesmas
Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018, dengan melihat gambaran
distribusi penyakit TB berdasarkan orang (umur dan jenis kelamin), tempat
(Kelurahan) dan waktu (bulan dan tahun). Selain itu, kita dapat melihat hasil
pengamatan, pencatatan, pelaporan, pengolahan, dan analisis data, evaluasi,
serta melihat atribut sistem surveilans di Puskesmas Poasia. Adapun hasil
yang diperoleh dari praktik surveilans ini adalah sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi
a. Keadaan Geografi
Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota kendari,
sekitar 9 KM dari Ibukota Propinsi. Sebagian besar wilayah kerja
merupakan dataran rendah dan sebagian merupakan perbukitan
sehingga sangat ideal untuk pemukiman. Adapun batas-batas wilayah
kerja Puskesmas Poasia yaitu:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.
Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175Ha atau 44.75.
KM2 atau 15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4
Kelurahan definitif, yaitu Anduonohu luas 1.200 Ha, Rahandouna luas
1.275 Ha, Anggoeya luas 1.400 Ha dan Matabubu luas 300 Ha.
Dengan 82 RW/RK. Tingkat kepadatan penduduk 49 orang/m2, dengan
tingkat kepadatan hunian rumah rata-rata 5 orang/rumah.
b. Keadaan Demografi
Berdasarkan profil Puskesmas Poasia tahun 2017, jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poasia pada tahun 2017
sebanyak 32.528 jiwa yang tersebar di 5 wilayah kelurahan.
2. Gambaran Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis
a. Distribusi Menurut Waktu
1) Menurut Bulan
Distribusi penderita tuberkulosis menurut waktu (bulan) di
Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Bulan
di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018
Tahun
Waktu
2015 2016 2017 2018
(Bulan)
n % n % n % n %
Januari 4 5,1 5 5,8 9 11,5 5 11,6
Februari 5 6,3 4 4,7 3 3,8 8 18,6
Maret 4 5,1 10 11,6 4 5,1 4 9,3
April 4 5,1 12 14,0 6 7,7 6 14,0
Mei 9 11,4 7 8,1 9 11,5 4 9,3
Juni 7 8,9 10 11,6 5 6,4 5 11,6
Juli 8 10,1 6 7,0 11 14,1 8 18,6
Agustus 10 12,7 6 7,0 8 10,3 11 25,6
September 5 6,3 3 3,5 6 7,7 - -
Oktober 6 7,6 5 5,8 3 3,8 - -
November 10 12,7 6 7,0 11 14,1 - -
Desember 7 8,9 12 14,0 3 3,8 - -
Total 79 100 86 100 78 100 51 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Poasia, 2018
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 distribusi
penyakit TB dengan persentase terbesar terjadi pada bulan Agustus
dan November sebesar 12,7%, sedangkan persentase terendah pada
bulan Januari, Maret dan April sebesar 5,1% (4 kasus). Pada tahun
2016 persentase terbesar terjadi pada bulan April dan Desember
sebesar 14,0% (12 kasus), terendah terjadi pada bulan September
sebesar 3,5% (3 kasus). Pada tahun 2017 persentase terbesar terjadi
pada bulan Juli dan November sebesar 14,1% (11 kasus), terendah
pada bulan Februari dan Oktober dengan persentase 3,8% (3
kasus). Pada tahun 2018 data bulan September–Desember belum
tersedia, untuk sementara persentase terbesar terjadi pada bulan
Agustus sebesar 25,6% (11 kasus), sedangkan persentase terendah
pada bulan Maret dan Mei yaitu 9,3% (4 kasus).
Pengamat berasumsi bahwa dibulan-bulan tertentu di tahun
2015-2018 pada saat kasus TB sedang banyak terjadi adalah
musim penghujan karena musim sekarang ini tidak bisa lagi di
prediksi dan sangat sering berubah-ubah sehingga. Musim hujan
menyebabkan kelembaban dalam rumah yang tinggi dibandingkan
dengan musim kemarau. Asumsi ini sesuai dengan hasil penelitian
yang menyatakan bahwa aliran kecepatan angin yang kencang
dapat mempengaruhi suhu udara, kelembaban udara dan curah
hujan disekitar wilayah tersebut sehingga dapat menimbulkan
keadaan lingkungan fisik rumah menjadi berubah yaitu
kelembaban dan suhu udara ruangan akan menurun, dan ini dapat
mempengaruhi perkembangan dari kuman Mycobacterium
tuberculosis untuk bertumbuh.18
2) Menurut Tahun
Distribusi penderita tuberkulosis menurut waktu (tahun) di
Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Tahun di
Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018
Jumlah Penderita
Tahun
N %
2015 79 26,9
2016 86 29,3
2017 78 26,5
2018 51 17,3
Jumlah 263 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Poasia, 2018
Tabel 6 menunjukkan bahwa kejadian tuberkulosis
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2015 terdapat 79
penderita (26,9%), kemudian pada tahun 2016 mengalami
peningkatan menjadi 86 penderita (29,3%). Namun pada tahun
2017 menurun menjadi 78 penderita (26,5%). Tahun 2018 sampai
bulan Agustus telah terjadi 51 kasus (17,3).
Berdasarkan data fluktuasi yang terjadi dari tahun ketahun
tidak terlalu jauh berbeda. Fluktuasi kasus tuberkulosis bisa saja
terjadi disetiap tahunnya dikarenakan beberapa faktor misalnya,
tingkat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dirinya ke
pelayanan kesehatan karena menggunakan Jaminan Kesehatan
Nasional serta kualitas sistem surveilans di Puskesmas.

b. Distribusi Menurut Tempat


Gambaran distribusi penyakit TB di Puskesmas Poasia berdasarkan
Kelurahan tempat tinggal dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkulosis di Puskesmas
Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018
Tahun
Kelurahan 2015 2016 2017 2018
N % N % N % N %
Anduonohu 41 51,9 39 45,3 42 53,8 20 39,2
Rahandauna 15 19,0 27 31,4 16 20,5 11 21,6
Wundumbatu 0 0 0 0 0 0 4 7,8
Anggoeya 16 20,3 11 12,8 8 10,3 8 15,7
Matabubu 1 1,3 1 1,2 3 3,8 0 0
Luar Wilayah
6 7,6 8 9,3 9 11,5 8 15,7
Kerja
Total 79 100 86 100 78 100 51 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Poasia, 2018
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 persentase penderita
penyakit TB yang datang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Poasia
dari tahun ke tahun kebanyakan oleh penderita yang bertempat tinggal
di Kelurahan Andounohu yaitu 41 orang (51,9%) pada tahun 2015, 39
orang (45,3%) pada tahun 2016, 42 orang (53,8%) tahun 2017 dan
sebesar 20 orang (39,2%) pada tahun 2018. Persentase yang paling
rendah dari tahun 2015 adalah pada penderita yang bertempat tinggal
di Kelurahan Wundumbatu yaitu 0 orang pada tahun 2015-2017 dan 4
orang (7,8%) pada tahun 2018.
Asumsi dari pengamat menyatakan bahwa kebanyakan penderita
berasal dari Kelurahan Andounohu karena letak distribusi penduduk
di Kelurahan Andounohu lebih banyak disbanding dengan kelurahan
lain. Kelurahan Wundumbatu merupakan pemekaran dari kelurahan
Rahandouna pertengahan tahun 2016, sehingga data masyarakat yang
berobat di Puskesmas Poasia kemungkinan masih menggunakan
alamat kelurahan sebelumnya.
c. Distribusi Menurut Orang
1) Menurut Umur
Gambaran distribusi penderita penyakit tuberkulosis di
Puskesmas Poasia berdasarkan kelompok umur ditampilkan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 8. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Kelompok
Umur di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018
Kelompok Tahun
Umur 2015 2016 2017 2018
(Tahun) N % N % N % n %
0-14 0 0,0 2 2,3 2 2,6 1 2,0
15-24 17 21,5 20 23,3 25 32,1 18 35,3
25-34 19 24,1 16 18,6 19 24,4 7 13,7
35-44 15 19,0 20 23,3 6 7,7 8 15,7
45-54 22 27,8 17 19,8 12 15,4 9 17,6
55-64 4 5,1 8 9,3 4 5,1 5 9,8
65-74 1 1,3 2 2,3 8 10,3 3 5,9
≥75 1 1,3 1 1,2 2 2,6 0 0,0
Jumlah 79 100 86 100 78 100 51 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Poasia,2018
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah penderita TB pada tahun
2015 paling banyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun
yaitu 22 orang (27,8%) dan paling sedikit pada kelompok umur 0-
14 tahun 0 oranng (0%). Pada tahun 2016 jumlah penderita TB
paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun dan 35-
44 tahun yaitu sebanyak 20 orang (23,3%) dan paling sedikit pada
kelompok umur ≥75 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,2%). Pada
tahun 2017 jumlah penderita tuberkulosis paling banyak terdapat
pada kelompok umur 15-24 tahun yaitu 25 orang (32,1%) dan
paling sedikit pada kelompok umur 0-14 dan ≥75 tahun yaitu 2
orang (2,6%). Pada tahun 2018 data sampai bulan agustus
menunjukkan jumlah penderita TB terbanyak yaitu kelompok umur
15-24 tahun yaitu 18 orang (35,3%), terendah umur ≥75 tahun 0
orang (0%).
Insiden tertinggi penyakit tuberkulosis adalah pada usia dewasa
muda di Indonesia diperkirakan 75% penderita tuberkulosis adalah pada
kelompok usia produktif. Hal ini dapat diasumsikan bahwa kelompok
usia 15-44 tahun mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga
kemungkinan terpapar kuman TB pun meningkat. Tinggi infeksi di
kelompok usia 15-55 tahun ini juga bisa dikaitkan dengan
peningkatan kegiatan diluar ruangan, kepadatan penduduk di
sebagian besar pemukiman dan kurangnya higiene personal. 19
2) Menurut Jenis Kelamin
Gambaran distribusi penyakit tuberkulosis di Puskesmas
Pampang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 9. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Berdasarkan Jenis
Kelamin di Puskesmas Poasia periode Januari 2015-Agustus 2018
Tahun
Jenis
2015 2016 2017 2018
Kelamin
N % N % N % N %
Laki-laki 45 57,0 45 52,3 39 50,0 31 60,8
Perempuan 34 43,0 41 47,7 39 50,0 20 39,2
Jumlah 79 100 86 100 78 100 51 100
Sumber: Data Sekunder Puskesmas Poasia, 2018
Tabel 9 menunjukkan bahwa distribusi penderita penyakit
tuberkulosis dari tahun 2015 paling banyak terjadi pada jenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 45 orang (57,0%), tahun 2016, 45
orang (52,3%), tahun 2018 31 orang (60,8%) dan pada tahun 2017
jumlah laki-laki dan perempuan sama 39 orang (50%).
Banyaknya jumlah kejadian TB paru yang terjadi pada laki-laki
disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang tinggi
daripada perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar lebih
besar, selain itu kebiasaan seperti merokok dan mengkonsumsi
alkohol dapat memudahkan laki-laki terinfeksi TB paru.20
2. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi di Puskesmas Pampang
a. Pengumpulan/ Pencatatan Data
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara aktif dan pasif.
Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan cara mendapatkan
data secara langsung dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat
atau sumber data lainnya, melalui kegiatan penyelidikan epidemiologi,
surveilans aktif puskesmas/rumah sakit, survei khusus, dan kegiatan
lainnya. Pengumpulan data secara pasif dilakukan dengan cara
menerima data dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat atau
sumber data lainnya, dalam bentuk rekam medis, buku register pasien,
laporan data kesakitan/kematian, laporan kegiatan, laporan masyarakat
dan bentuk lainnya. Adapun variabel yang terdapat di dalam buku
register adalah nomor indeks, nama pasien, alamat, umur, jenis
kelamin, jenis kasus, kode ICD 8, dan hasil tensi.
Pengumpulan data di Puskesmas Poasia dilakukan secara aktif dan
pasif. Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan cara mencari
orang yang berisiko TB dan mencatat penderita tuberkulosis yang
ditemukan di lapangan, petugas yang melakukan pengumpulan data
saat turun di lapangan adalah petugas pemegang program TB di
puskesmas Poasia melalui pengumpulan data secara pasif dilakukan
dengan cara mencatat pasien penderita tuberkulosis yang datang
berkunjung ke Puskesmas Poasia melalui register rawat jalan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengumpulan data
penyakit tuberkulosis di Puskesmas Poasia telah dilakukan dengan
baik.
Data kejadian penyakit tuberkulosis di puskesmas Poasia
dicatat dalam buku register rawat jalan penyakit setelah dilakukan
pemeriksaan/diagnosa terlebih dahulu oleh dokter di ruang
pemeriksaan. Pencatatan dilakukan oleh petugas yang berada dalam
ruang pemeriksaan dan secara manual (tanpa komputerisasi). Dalam
pencatatan penderita penyakit tuberkulosis ini dicatat dalam form
khusus TB.
b. Pengolahan Data
Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data
STP-Pus (Surveilans Terpadu Penyakit Puskesmas) harian bersumber
dari register rawat jalan di Puskesmas, tidak termasuk data dari unit
pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan
pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan
rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data. Unit surveilans
Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap tuberkulosis di
daerahnya dalam bentuk tabel menurut kelurahan dan grafik
kecenderungan penyakit mingguan, jika sudah tiga kali kunjungan
dimasukkan kedalam kasus lama, kemudian menginformasikan
hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan
wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini TB di
Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah penderita TB, maka Kepala Puskesmas melakukan
penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota sebulan sekali.
Petugas Surveilans di Puskesmas Poasia tidak melakukan
pengolahan data karena mereka langsung menyetor data mentah ke
Dinas Kesehatan kota Kendari. Data yang dimiliki oleh petugas
puskesmas tidak diolah berdasarkan waktu, tempat dan orang,
sehingga dalam tahap pengolahan data, puskesmas belum mampu
menyajikan hasil pengolahan baik secara mingguan, bulanan maupun
secara rutin pertriwulannya. Hal ini menyebabkan tahap pengolahan
data di Puskesmas Poasia masih kurang baik.
c. Analisis dan Interpretasi Data
Unit surveilans Puskesmas seharusnya melaksanakan analisis
tahunan perkembangan TB dan menghubungkannya dengan faktor
risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan
program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil
tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor
terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Petugas Surveilans dan
petugaspemegang program TB, Kegiatan analisis tidak dilakukan di
Puskesmas Pampang. Petugas pemegang program TB hanya menyetor
data mentah yang berupa buku Register TB 03. Kegiatan analisis
untuk penyakit tuberculosis dilakukan langsung oleh Dinas Kesehatan
Kota Kendari.
d. Penyebarluasan Data
Penyebarluasan data/diseminasi informasi dapat disampaikan
dalam bentuk buletin, surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan,
termasuk publikasi ilmiah. Diseminasi informasi dilakukan dengan
memanfaatkan sarana teknologi informasi yang mudah diakses.
Diseminasi informasi dapat juga dilakukan apabila petugas surveilans
secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil analisis.
Data penyakit tuberkulosis di Puskesmas Poasia dilaporkan
menggunakan form khusus buku register TB (TB 03). Pelaporan
dilakukan sebelum tanggal 5 setiap 3 bulan sekali dan diserahkan
kepada Dinas Kesehatan Kota Kendari.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah upaya yang dilakukan secara sistematis untuk
mengetahui efektifitas program. Secara umum tujuannya untuk
menjelaskan kegunaan dari sumber kesehatn masyarakat (public health
resource) melalui pengembangan sistem surveilans yang efektif dan
efisien. Pedoman ini dapat dipakai sebagai pedoman perorangan dalam
melakukan evalaluasi dan sebagai bahan acuan untuk mereka yang
sudah biasa dengan proses evaluasi.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur hasil dari Surveilans
Kesehatan yang telah dilaksanakan dalam perode waktu tertentu.
Disebabkan banyaknya aspek yang berpengaruh dalam pencapaian
suatu hasil, maka evaluasi objektif harus dapat digambarkan dalam
menilai suatu pencapaian program. Peran dan kontribusi Surveilans
Kesehatan terhadap suatu perubahan dan hasil program kesehatan
harus dapat dinilai dan digambarkan dalam proses evaluasi.
Kegiatan Evaluasi di Puskesmas Poasia tidak berjalan sebagaimana
mestinya, karena evaluasi yang dilakukan hanya sebatas untuk
mengetahui berapa jumlah kejadian tuberkulosis di wilayah kerja
puskesmas. Adapun kegiatan evaluasi yang lainnya mengenai penyakit
tuberkulosis dilakukan dalam bentuk kegiatan Mini lokakarya tiap
bulan.
3. Gambaran Evaluasi Atribut Sistem Surveilans
a. Kesederhanaan
Kesederhanaan surveilans berarti struktur yang sederhana dan
mudah dioperasikan. Sistem surveilans sebaiknya sesederhana
mungkin, tetapi dapat mencapai objektif. Instrumen/ formulir
pengumpulan data penyakit tuberkulosis di Puskesmas Poasia mudah
dipahami dalam pelaksanaannya dan jenis laporan yang digunakan
pada surveilans tuberkulosis adalah register 03 (TB 03) yang dilakukan
oleh petugas surveilans yang telah didiagnosis oleh dokter. Adapun
variabel yang terdapat dalam TB 03 ialah nama pasien, umur, jenis
kelamin, alamat, pemeriksaan contoh uji, hasil akhir pengobatan dan
kolaborasi kegiatan TB-HIV.
Instrumen/ formulir pengumpulan data penyakit tuberkulosis di
Puskesmas Poasia mudah dipahami dalam pelaksanaannya dan jenis
laporan yang digunakan pada surveilans tuberkulosis yaitu register TB
(TB 03) yang dilakukan oleh petugas surveilans yang telah di
diagnosis oleh dokter maupun pemeriksaan laboratorium.
Di Puskesmas Poasia formulir pengumpulan data penyakit
tuberkulosis mudah dipahami, hanya saja dalam hal pengisisan
formulir tersebut masih dilakukan secara manual, belum menggunakan
system komputerisasi. Secara teori memang sudah sederhana, namun
dalam pengaplikasiannya, kegiatan ini justru mempersulit petugas
dalam hal pengarsipan data maupun pelaporan kasus.
b. Fleksibilitas
Suatu sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan informasi yang dibutuhkan atau situasi pelaksanaan
tanpa disertai peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, tenaga
dan waktu. Sistem yang fleksibel dapat menerima, misalnya penyakit
dan masalah kesehatan yang baru diidentifikasikan, perubahan definisi
kasus, dan variasi–variasi dari sumber pelaporan. Fleksibilitas
ditentukan secara retrospektif dengan mengamati bagaimana suatu
sistem dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan baru.
Di Puskesmas Poasia tidak pernah ada perubahan format pelaporan
dalam sistem surveilans tuberkulosis karena Dinas Kesehatan telah
menetapkan format pelaporan Penyakit Menular (PM) termasuk
penyakit tuberkulosis, sehingga petugas surveilans telah menyesuaikan
diri dengan format pelaporan yang ada.
c. Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh
kecepatan atau keterlambatan diantara langkah-langkah dalam suatu
sistem surveilans mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan
analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Ketepatan pelaporan penyakit tuberkulosis di puskesmas ini sudah
cukup baik, karena laporan dilaporkan secara rutin setiap bulan sekali
pada saat Mini Lokakarya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Distribusi penyakit tuberkulosis menurut waktu (time), tempat (place) dan
orang (person) di Puskesmas Poasia Kota Kendari Periode tahun Januari
2015-Agustus 2018.
a. Berdasarkan waktu, pada tahun 2015 distribusi penyakit TB dengan
persentase terbesar terjadi pada bulan Agustus dan November sebesar
12,7%, sedangkan persentase terendah pada bulan Januari, Maret dan
April sebesar 5,1% (4 kasus). Pada tahun 2016 persentase terbesar
terjadi pada bulan April dan Desember sebesar 14,0% (12 kasus),
terendah terjadi pada bulan September sebesar 3,5% (3 kasus). Pada
tahun 2017 persentase terbesar terjadi pada bulan Juli dan November
sebesar 14,1% (11 kasus), terendah pada bulan Februari dan Oktober
dengan persentase 3,8% (3 kasus). Pada tahun 2018 data bulan
September–Desember belum tersedia, untuk sementara persentase
terbesar terjadi pada bulan Agustus sebesar 25,6% (11 kasus),
sedangkan persentase terendah pada bulan Maret dan Mei yaitu 9,3%
(4 kasus).
b. Berdasarkan tempat, pada tahun 2015 persentase penderita penyakit
TB yang datang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Poasia dari
tahun ke tahun kebanyakan oleh penderita yang bertempat tinggal di
Kelurahan Andounohu yaitu 41 orang (51,9%) pada tahun 2015, 39
orang (45,3%) pada tahun 2016, 42 orang (53,8%) tahun 2017 dan
sebesar 20 orang (39,2%) pada tahun 2018. Persentase yang paling
rendah dari tahun 2015 adalah pada penderita yang bertempat tinggal
di Kelurahan Wundumbatu yaitu 0 orang pada tahun 2015-2017 dan 4
orang (7,8%) pada tahun 2018.
c. Berdasarkan orang, jumlah penderita TB pada tahun 2015 paling
banyak terdapat pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu 22 orang
(27,8%) dan paling sedikit pada kelompok umur 0-14 tahun 0 oranng
(0%). Pada tahun 2016 jumlah penderita TB paling banyak terdapat
pada kelompok umur 15-24 tahun dan 35-44 tahun yaitu sebanyak 20
orang (23,3%) dan paling sedikit pada kelompok umur ≥75 tahun
yaitu sebanyak 1 orang (1,2%). Pada tahun 2017 jumlah penderita
tuberkulosis paling banyak terdapat pada kelompok umur 15-24 tahun
yaitu 25 orang (32,1%) dan paling sedikit pada kelompok umur 0-14
dan ≥75 tahun yaitu 2 orang (2,6%). Pada tahun 2018 data sampai
bulan agustus menunjukkan jumlah penderita TB terbanyak yaitu
kelompok umur 15-24 tahun yaitu 18 orang (35,3%), terendah umur
≥75 tahun 0 orang (0%).
2. Pelaksanaan Surveilans tuberkulosis di Puskesmas Poasia periode Januari
2015-Agustus 2018 belum cukup baik karena ada yang seharusnya di
lakukan di Puskesmas namun tidak dilaksanakan.
3. Atribut sistem surveilans tuberkulosis di Puskesmas Poasia periode Januari
2015-Agustus 2018 telah dilaksanakan dengan cukup baik mulai dari
kesederhananaan (simplicity), fleksibilitas (flexibility), dan ketepatan
waktu (timeliness).

B. Saran
1. Kepada petugas surveilans diharapkan agar melakukan pengamatan,
pencatatan dan pelaporan secara lengkap dan akurat agar data yang
dikumpulkan mengenai distribusi penyakit berdasarkan orang, tempat dan
waktu lebih baik. Selain itu, dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas
Poasia Kota Kendari, sebaiknya pihak Puskesmas menganalisis data
berdasarkan tempat secara rinci per Rukun Warga (RW) sehingga apabila
ada program pencegahan atau penanggulangan penyakit tuberkulosis
dapat tepat sasaran.
2. Penyelenggaraan Surveilans penyakit tuberkulosis diharapkan dapat
optimal, maka diperlukan peran serta semua sektor, terutama seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah ataupun masyarakat,
instansi kesehatan baik di daerah maupun di pusat.
3. Dalam pelaksanaan surveilans di Puskesmas Poasia diharapkan ada
penambahan jumlah fasilitas penginputan data (komputer) agar lebih
mempermudah dalam menganalisis data. Selain itu disarankan agar
mengikuti pelatihan penggunaan software bagi petugas surveilans untuk
peningkatan keterampilan dalam melakukan pengolahan data serta
penggunaan komputer dalam pencatatan dan pengolahan data.
4. Dokumen-dokumen hasil pencatatan penderita yang berkunjung di
Puskesmas Poasia hendaknya disimpan dengan baik agar mudah
didapatkan apabila dibutuhkan.
5. Distribusi epidemiologi berdasarkan waktu, tempat dan orang sangat perlu
dilakukan karena sangat penting dalam menentukan program dan
intervensi yang akan dilakukan selanjutnya. Misalnya distribusi
berdasarkan waktu, dapat dilihat dari peningkatan kasus pada musim hujan
atau musim dingin perlu dilakukan antisipasi dalam bentuk kegiatan
penyuluhan dalam menghadapi perubahan musim.

Anda mungkin juga menyukai