Anda di halaman 1dari 40

PELECEHAN SEKSUAL

PADA WANITA
Oleh :
Djumadi Achmad
PENDAHULUAN
Pelecehan seksual (sexual harassment)
memang belum lama populer di Indonesia.
Pelecehan seksual setiap bentuk
perilaku yang memiliki muatan seksual
yang dilakukan seseorang namun tidak
disukai dan tidak diharapkan oleh orang
yang menjadi sasaran sehingga
menimbulkan akibat negatif.
DEFINISI
Menurut Kamus Besar Indonesia (1990) :
Pelecehan melecehkan : menghinakan,
memandang rendah, mengabaikan.
Seksual hal yang berkenan dengan seks
atau jenis kelamin, hal yang berkenan
dengan perkara persetubuhan antara pria
dan wanita.

Jadi, pelecehan seksual suatu
bentuk penghinaan / memandang
rendah seseorang karena hal-hal
yang berkenaan dengan seks, jenis
kelamin atau aktivitas seksual antara
pria dan wanita.

Menurut Deklarasi PBB tentang anti
kekerasan terhadap perempuan ps. 1, 1983
Kekerasan terhadap perempuan segala
bentuk kekerasan berbasis jender yang
berakibat menyakiti secara fisik, seksual,
mental atau penderitaan terhadap
perempuan; termasuk ancaman dari
tindakan tersebut, baik yang terjadi di
lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi.

Dilihat dari jumlah kasus kekerasan
yang masuk ke Lembaga Bantuan
Hukum Pemberdayaan Perempuan
Indonesia (LBH-P2I) Sulsel, korban
kekerasan berusia antara 21-25 tahun
dan 31-35 tahun serta berpendidikan
SMU/SMK.

OBYEK PELECEHAN SEKSUAL
Pelecehan seksual umumnya terjadi
terhadap perempuan, meskipun dalam
satu dua kasus langka, ada juga kaum
lelaki yang menjadi korban.
Penelitian Gutek dalam Unger dan
Crawford tahun 1992 :
: = 53% : 35% ( >> )

BENTUK PERILAKU PELECEHAN
SEKSUAL
Gender harassment tingkah laku dan
komentar yang berkenaan dengan peran jenis
kelamin wanita.
Seductive behavior ajakan untuk kesenangan
seksual yang tidak dikehendaki dan memaksa
namun tidak memiliki sanksi apapun.
Sexual bribery permintaan untuk melakukan
kegiatan seksual atau hal yang berhubungan
dengan disertai janji atau imbalan tertentu.
Sexual coercion pemaksaan
untuk melakukan hubungan seksual
dengan disertai ancaman hukuman.
Sexual assault kejahatan seksual
dan pelanggaran hukum yang
dilakukan secara terang-terangan.

REAKSI TERHADAP PELECEHAN
SEKSUAL
Go along (menurut atau menyetujui).
Go along out of fear of retaliation (menuruti
atau menyetujui karena takut akan
pembalasan dendam).
Took formal action against the harasser
(mengambil tindakan formal terhadap pelaku
pelecehan seksual).
Avoiding the harasser (menghindari pelaku).
Ignore or did nothing (mengabaikan atau tidak
berbuat apa-apa).

CARA MENGATASI PELECEHAN
SEKSUAL
Pendekatan legal, di tingkat nasional
berbentuk undang-undang dan di tingkat
organisasi berbentuk Peraturan
Perusahaan/Perjanjian Kerja Bersama.
Pendekatan individual-psikologis,
terutama untuk mengatasi dampak
pelecehan seksual.

UNDANG - UNDANG
Pencabulan (Pasal 289,296 KUHP).
Penghubungan pencabulan (Pasal
295,298,506 KUHP).
Tindak pidana terhadap kesopanan
(Pasal 281,283 bis Pasal 532,533
KUHP).
Persetubuhan dengan wanita di bawah
umur (Pasal 286,288 KUHP).

Mitos Fakta

Pelecehan seksual bukanlah suatu hal
yang besar - hal itu hanya cara alami
bagaimana wanita dan pria
mengungkapkan rasa sayang antara
satu dengan lainnya.
Pelecehan seksual akan berhenti jika si
korban tidak menghiraukannya.
Kebanyakan orang menyukai bentuk
perhatian seksual di tempat kerja.
Godaan dan rayuan membuat bekerja
menjadi menyenangkan.
Jika wanita (korban) berani berkata
"tidak", maka pelecehan akan berhenti.
Pelecehan seksual tidak
membahayakan. Orang yang menolak
hal tersebut adalah individu yang tidak
memiliki selera humor atau tidak tahu
bagaimana menerima pujian.

Pelecehan seksual bukan masalah
kecil karena dapat menimbulkan
berbagai dampak bagi individu seperti
malu, tidak nyaman, tidak aman,
terancam dan tidak tenang dalam
bekerja yang akhirnya berpengaruh
terhadap produktivitas kerja pegawai.
Jika tidak dilakukan tindakan hukum
terhadap para pelaku pelecehan
seksual maka perilaku tersebut
dapat merusak suasana kerja dan
merusak image perusahaan.
Korban pelecehan bukan hanya terjadi
pada wanita tetapi bisa juga terjadi
pada pria.
Pelecehan seksual dapat berkembang
menjadi tindakan-tindakan yang sangat
berbahaya seperti pemerkosaan atau
hilangnya kesempatan bekerja
seseorang.
Mitos Fakta

Kebijakan atau aturan yang
berlaku dalam perusahaan
untuk membatasi hal ini
hanya akan memberikan
pengaruh negatif bagi
hubungan persahabatan.
Orang baik-baik tidak
mungkin akan menjadi korban
pelecehan seksual.
Wanita yang menggunakan
pakaian kerja "serba minim"
atau "mengundang
perhatian", pasti tidak akan
bermasalah jika menjadi
sasaran pelecehan seksual.


Korban tidak harus individu
yang menjadi sasaran
secara langsung tetapi
termasuk juga individu yang
merasakan dampak perilaku
pelecehan tersebut.
Pelecehan seksual bisa
terjadi pada siapa saja,
kapan saja dan dilakukan
siapa saja, misalnya: atasan,
bawahan, rekan kerja, klien,
agen, atau supplier.
Pelecehan seksual selalu
terjadi dengan cara-cara
yang tidak diinginkan oleh si
korban.

PEMERIKSAAN
1. Ambil data-data Polisi,
korban, dokter dan
perawat terkait.
2. Anamnesis :
a. Umur.
b. Status perkawinan.
c. Haid : siklus, terakhir.
d. Penyakit kelamin dan
kandungan.
e. Penyakit lain seperti
ayan dan lain-lain.

f. Pernah bersetubuh?
Waktu persetubuhan
terakhir? Menggunakan
kondom?
g. Waktu kejadian.
h. Tempat kejadian.
i. Apakah korban melawan ?
j. Apakah korban pingsan ?
k. Apakah terjadi penetrasi
dan ejakulasi ?
3. Periksa pakaian :
a. Robekan lama / baru / memanjang /
melintang ?
b. Kancing putus.
c. Bercak darah, sperma, lumpur dan lain-
lain.
d. Pakaian dalam rapih atau tidak ?
e. Benda-benda yang menempel sebagai
trace evidence.
4. Pemeriksaan badan :
Umum :
a. Rambut / wajah rapi atau
kusut.
b. Emosi tenang atau gelisah.
c. Tanda bekas pingsan,
alkohol, narkotik. Ambil
contoh darah.
d. Tanda kekerasan : Mulut,
leher, pergelangan tangan,
lengan, paha bagian dalam,
punggung.
e. Trace evidence yang
menempel pada tubuh.
f. Perkembangan seks
sekunder.
g. Tinggi dan berat badan.
h. Pemeriksaan rutin lainnya.
Genitalia :
a. Rambut kemaluan yang
melekat jadi satu. Ambil,
periksa laboratorium
b. Bercak sperma. Ambil,
periksa lab.
c. Vulva : bekas kekerasan.
d. Bibir vagina : bekas
kekerasan. Ambil bahan
untuk lab.
e. Selaput dara.
f. Frenulum labia dan komisura
posterior. Utuh atau tidak.
g. Vagina dan serviks : bila
memungkinkan.
h. Tanda-tanda penyakit
kelamin.
PEMBUKTIAN ADANYA
PERSETUBUHAN
Persetubuhan adalah suatu peristiwa
dimana terjadi penetrasi penis ke dalam
vagina, lengkap atau tidak lengkap dan
dengan atau tanpa disertai ejakulasi.
Besarnya penis dan derajat penetrasinya.
Bentuk dan elastisitas selaput dara (hymen).
Ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulasi
sendiri.
Posisi persetubuhan.
Keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan.
PEMBUKTIAN ADANYA
KEKERASAN
Kekerasan pada tubuh wanita korban
di daerah mulut dan bibir, leher, puting
susu, pergelangan tangan, pangkal paha
serta di sekitar dan pada alat genital.
Luka-luka akibat kekerasan pada
kejahatan seksual biasanya berbentuk
luka-luka lecet bekas kuku, gigitan (bite
marks) serta luka-luka memar.

PERKIRAAN UMUR
Penentuan umur bagi wanita yang
menjadi korban kejahatan seksual
seperti yang dikehendaki oleh pasal 284
dan 287 KUHP hanya sampai pada
perkiraan umur saja.

Dapat diketahui dengan melakukan
serangkaian pemeriksaan yang meliputi
perkembangan fisik, ciri-ciri seks
sekunder,pertumbuhan gigi, fusi atau
penyatuan dari tulang-tulang khususnya
tengkorak serta pemeriksaan radiologik
lainnya.

PENENTUAN SUDAH ATAU BELUM WAKTUNYA
UNTUK DIKAWIN
Bila pada wanita itu telah mengalami
menstruasi, maka ia sudah waktunya
untuk dikawin.
Akan tetapi bila kita mengacu pada
undang-undang perkawinan, yang
mengatakan bahwa wanita boleh kawin
bila ia telah berumur 16 tahun, maka
masalahnya kembali kepada masalah
perkiraan umur.

Selaput Dara Sperma Kesan
Utuh
Lubang sebesar ujung
jari
Dalam pintu liang
sanggama
Tanda-tanda ejakulasi
dipintu, tapi tidak
terdapat masuknya
kelamin pria.
Tidak dapat dikatakan
tidak terjadi
persetubuhan.
Utuh
Lubang sebesar ujung
jari
Tidak ada Tidak terdapat tanda-
tanda persetubuhan.
Utuh
Lubang sebesar dua jari
Tidak ada Tidak terdapat tanda-
tanda persetubuhan yang
baru (3-6 hari terakhir).
Dalam liang sanggama Terdapat tanda-tanda
persetubuhan yang baru.
Selaput Dara Sperma Kesan
Robekan segar /baru Dalam liang sanggama Terdapat tanda-tanda
persetubuhan yang baru.
Tidak ada Robekan disebabkan
oleh masuknya kelamin
pria dalam ereksi atau
benda tumpulyang
menyerupai.
Tidak ada sperma belum
menyingkirkan telah
terjadi persetubuhan.
Dengan satu atau
beberapa robekan lama
dan dapat dilalui dengan
dua jari
Tidak ada Persetubuhan pernah
terjadi pada waktu yang
lampau.
Dalam liang sanggama Terdapat tanda-tanda
persetubuhan baru.
Pemeriksaan Laboratorium Korban
Kejahatan Seksual
1.Tujuan : Menentukan adanya sperma
Bahan pemeriksaan : cairan vagina
Hasil yang diharapkan :
Tanpa pewarnaan : sperma yang
bergerak.
Dengan pewarnaan : bagian basis kepala
sperma berwarna ungu, bagian hidung
merah muda.

2. Tujuan : Menentukan adanya sperma
Bahan pemeriksaan : pakaian
Hasil yang diharapkan : kepala sperma
berwarna merah, bagian ekor biru
muda; kepala sperma tampak
menempel pada serabut-serabut
benang.

3.Tujuan : Menentukan adanya air mani
(asam fosfatase)
Bahan pemeriksaan : cairan vagina.
Hasil yang diharapkan : warna ungu
timbul dalam waktu kurang dari 30 detik,
berarti asam fosfatase berasal dari
prostat, berarti indikasi besar; warna
ungu timbul kurang dari 65 detik, indikasi
sedang.

4.Tujuan : Menentukan adanya air mani
(kristal kholin)
Bahan pemeriksaan : cairan vagina
Hasil yang diharapkan : kristal-kristal
kholin-peryodida tampak berbentuk
jarum-jarum yang berwarna coklat.

5.Tujuan : Menentukan adanya air mani
(kristal spermin)
Bahan pemeriksaan : cairan vagina
Hasil yang diharapkan : kristal-kristal
spermin pikrat akan berbentuk rhombik
atau jarum kompas yang berwarna
kuning kehijauan.

6.Tujuan : Menentukan adanya air mani
Bahan pemeriksaan : pakaian
Metode :
Inhibisi asam fosfatase dengan L (+)
asam tartrat.
Reaksi dengan asam fosfatase.
Sinar-uv; visual; taktil dan penciuman.
7. Tujuan : Menentukan adanya
kuman N. Gonorrheae (GO)
Bahan pemeriksaan : sekret urethra
dan sekret serviks uteri.
Hasil yang diharapkan : kuman N.
Gonorrheae.

8. Tujuan : Menentukan adanya
kehamilan
Bahan pemeriksaan : urine
Hasil yang diharapkan : terjadi
agglutinasi pada kehamilan.

9. Tujuan : Menentukan adanya racun
(toksikologi)
Bahan pemeriksaan : darah dan urine.
Hasil yang diharapkan : adanya obat
yang dapat menurunkan atau
menghilangkan kesadaran.

10.Tujuan : Penentuan golongan darah
Bahan pemeriksaan : cairan vagina
yang berisi air mani dan darah.
Hasil yang diharapkan : golongan
darah dari air mani berbeda dengan
golongan darah dari korban.

Pemeriksaan Laboratorium Pelaku
Kejahatan Seksual
1. Tujuan : Menentukan adanya sel
epitel vagina pada penis.
Bahan pemeriksaan : cairan yang
masih melekat di sekitar corona glandis.
Hasil yang diharapkan : epitel dinding
vagina yang berbentuk hexagonal
tampak berwarna coklat atau coklat
kekuningan.
2. Tujuan : Menentukan adanya kuman
N. Gonorrheae (GO)
Bahan pemeriksaan : sekret urethra.
Hasil yang diharapkan : kuman N.
Gonorrheae.

Pemeriksaan Air Mani dari Rambut
dan Kulit
Daerah yang diperiksa tergantung dari
peristiwanya, kepala, bulu-bulu atau
rambut diwajah,kulit di daerah perioral
(sekitar mulut), paha bagian dalam, dan
daerah pantat.
Rambut kepala dicabut dan direndam
dalam larutan NaCl.
Pemeriksaan dilakukan dengan pap smear
dan penentuan asam fosfatase.

Kulit dibasahi dengan aplikator katun yang
telah direndam dalam larutan NaCl, tes
kemudian dapat dilakukan,
Tes yang positif pada paha atau pantat,
dapat membantu memperkirakan saat
terjadinya kejahatan tersebut, tentunya
tergantung dari : apakah korban telah
membersihkan dirinya atau belum.


VISUM ET REPERTUM
Visum et repertum :
Dibuat bila korban setelah diperiksa diperbolehkan
pulang dan dapat bekerja seperti biasa serta tidak ada
halangan untuk melakukan pekerjaan.
Visum sementara:
Setelah pemeriksaan ternyata korban membutuhkan
perawatan dan mendapat gangguan untuk melakukan
pekerjaan. Tidak dibuat kualifikasi luka. Kegunaan bagi
penyidik untuk menahan tersangka.
Visum et repertum lanjutan :
Dibuat setelah korban selesai menjalani pengobatan,
pindah rumah-sakit / dokter, pulang paksa atau
meninggal.

Anda mungkin juga menyukai