Anda di halaman 1dari 23

Referat

Pemeriksaan Kekerasan Seksual pada Anak dan Dewasa


Oleh:

Evorius Oriwarda NIM 2030912310078


Rahmat Dwi Kurniawan NIM 2030912310095
Ema Fitriana NIM 2030912320089
Khairunnisa NIM 2030912320016
Zhasifa Khoriunnisa Suwanto NIM 2030912320111

Pembimbing:

dr. Mia Yulia Fitrianti, Sp.FM

DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM
RSUD ULIN BANJARMASIN
Oktober 2022
PENDAHULUAN
Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang universal, kejahatan ini dapat ditemukan diseluruh dunia, pada
tiap tingkatan masyarakat, tidak memandang usia maupun jenis kelamin.

Di indonesia menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sejak tahun
1998 sampai 2011 tercatat 93.960 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di seluruh Indonesia.
Dengan demikian rata- rata ada 20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tiap harinya.

Terdapat dugaan kuat bahwa angka -angka tersebut merupakan fenomena gunung es, yaitu jumlah kasus yang
dilaporkan jauh lebih sedikit daripada jumlah kejadian sebenarnya di masyarakat.
Banyak korban tidak melapor karena faktor malu, takut disalahkan, mengalami trauma psikis, atau karena tidak
tahu harus melapor ke mana.

Salah satu komponen penting dalam pengungkapan kasus kekerasan seksual adalah visum et repertum yang
dapat memperjelas perkara dengan pemaparan dan intepretasi bukti bukti fisik kekerasan seksual
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Kejahatan seksual adalah tindakan seksual apa pun yang dilakukan
seseorang pada yang lain tanpa persetujuan dari orang tersebut.
Kejahatan seksual terdiri dari penetrasi genital, oral, atau anal oleh
bagian tubuh pelaku atau oleh sebuah objek benda.
KATEGORI
KEJAHATAN SEKSUAL
RINGAN BERAT

● Gurauan porno ● Pelecehan, kontak fisik: raba, sentuh organ


● Siulan, ejekan dan julukan
seksual, cium paksa, rangkul
● Tulisan / gambar
● Gerakan tubuh ● Perbuatan yang rasa jijik, terteror, terhina
● Perbuatan menyita perhatian seksual ● Pemaksaan hubungan seksual
tak dikehendaki korban, melecehkan ● Hubungan seksual dengan cara tidak disukai,
dan atau menghina korban merendahkan dan atau menyakitkan
● Melakukan repetisi kekerasan seksual ● Pemaksaan hubungan seksual dengan orang
ringan dapat dimasukkan ke dalam lain, pelacuran tertentu .
jenis kekerasan seksual berat
● Hubungan seksual memanfaatkan posisi
ketergantungan / lemahnya korban
● Tindakan seksual dan kekerasan fisik, dengan
atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan
sakit, luka, atau cedera.
● Kejahatan seksual berdasarkan jenis nya:
senggama dan non-senggama.
● Senggama: selingkuh, perkosaan, wanita tidak
berdaya, wanita dibawah umur, incest
● Non-senggama: perbuatan cabul
Menurut Dahlan, Tindak pidana kasus perkosaan di
Indonesia harus memenuhi berbagai unsur berikut:
Menurut Sofwan Dahlan, perkosaan sebagai Unsur Pelaku:
perbuatan bersenggama yang dilakukan a. Harus laki-laki
dengan menggunakan kekerasan (force), b. Mampu melakukan persetubuhan
menciptakan ketakutan (fear) atau dengan cara
Unsur Korban:
memperdaya (fraud). Bersenggama dengan
a. Harus perempuan
wanita yang memiliki gangguan mental
b. Bukan istri pelaku
(embecit) juga termasuk perkosaan (statory
rape) Unsur Perbuatan
Persetubuhan dengan paksa, pemaksaan tersebut
harus dilakukan dengan menggunakan kekerasan
fisik atau ancaman kekerasan.
ANAMNESIS
Anamnesis Umum Anamnesis Khusus
PEMERIKSAAN FISIK
prinsip “top-to-toe”

Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Umum
PEMERIKSAAN FISIK
prinsip “top-to-toe”

Pemeriksaan Khusus

• Posisi litotomi
• Periksa daerah pubis (kemaluan bagian luar), yaitu adanya perlukaan pada jaringan lunak atau bercak
cairan mani;
• Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum dan paha (adanya perlukaan pada jaringan lunak, bercak
cairan mani)
• Jika ada bercak, kerok dengan skalpel dan masukkan dalam amplop
• Rambut pubis disisir, rambut yang lepas dimasukkan dalam amplop
• Jika ada rambut pubis yang menggumpal, gunting dan masukkan dalam amplop, cabut 3- 10 lembar
rambut dan masukkan dalam amplop lain
• Labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada perlukaan pada jaringan lunak
atau bercak cairan mani
• Vestibulum dan fourchette posterior (pertemuan bibir kemaluan bagian bawah), apakah ada perlukaan
PEMERIKSAAN FISIK
prinsip “top-to-toe”

Pemeriksaan Khusus

• Hymen (selaput dara), catat bentuk, diameter ostium, elastisitas atau ketebalan, adanya perlukaan seperti
robekan, memar, lecet, atau hiperemi). Apabila ditemukan robekan hymen, catat jumlah robekan, lokasi
dan arah robekan (sesuai arah pada jarum jam, dengan korban dalam posisi litotomi), apakah robekan
mencapai dasar (insersio) atau tidak, dan adanya perdarahan atau tanda penyembuhan pada tepi robekan
• Swab daerah vestibulum, buat sediaan hapus
• Vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lendir;
• Serviks dan portio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah melahirkan dan adanya cairan atau
lendir.
• Uterus (rahim), periksa apakah ada tanda kehamilan
• Mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis,
• Daerah-daerah erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari bercak mani atau air liur dari
pelaku; serta
• Tanda-tanda kehamilan pada payudara dan perut
• Tanda kehilangan kesadaran (pemberian obat tidur/bius) needle marks indikasi pemeriksaan
darah dan urin.
Hymen
Menentukan ada tidaknya persetubuhan:
Tanda langsung
- Adanya robekan selaput dara
- Luka lecet atau memar di lliang senggama
- Ditemukan sperma
Tanda tidak langsung
- Kehamilan
- Penyakit menular seksual
Pembuktian Kekerasan
Trauma pada alat kelamin dan anus
wanita dapat disebabkan oleh
penetrasi yang kuat.
Penetrasi mungkin oleh penis laki
laki ereksi atau semi-ereksi

Tindakan penetrasi menyebabkan


jaringan lunak di sekitar lubang
meregang.

Kemungkinan dan tingkat cedera yang


dihasilkan akan tergantung pada:
— keadaan jaringan (yaitu ukuran,
pelumasan, daya tahan)
— ukuran dan karakteristik objek
penetrasi
— jumlah kekuatan yang digunakan
— derajat relaksasi pada otot panggul
dan perineum
— posisi pelaku dan sudut penetrasi
Tanda Cedera Tubuh Akibat Kekerasan
Tanda Cedera Tubuh Akibat Kekerasan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada kasus kekerasan seksual, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi untuk mencari bukti-bukti yang terdapat pada
tubuh korban

Tergantung pada sifat serangan dan tingkat keparahan cedera yang diderita, pasien mungkin memerlukan sejumlah tes diagnostik,
seperti sinar-X, CT scan dan/atau USG. Selain itu, sejumlah spesimen mungkin perlu dikumpulkan untuk tujuan pengujian medis
(misalnya kehamilan, IMS).

Pemeriksaan:
- Menentukan Cairan Mani
- Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan:
- Pemeriksaan sperma
- Menentukan Cairan Mani 1. Tanpa Pewarnaan
1. Reaksi Fosfatase Asam
2. Reaksi Berberio
3. Reaksi Florence

2. Dengan Pewarnaan
KESIMPULAN
Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang universal. Kejahatan ini dapat ditemukan diseluruh dunia, pada tiap tingkatan masyarakat dan
tidak memandang usia.

Komponen penting dari pengungkapan kasus kejahatan seksual adalah visum et repertum yang dibuat oleh dokter. Visum et repertum memuat
tentang hasil pemeriksaan medis mengenai bukti-bukti kekerasan seksual yang terdapat pada tubuh korban berserta interpretasinya, adanya
tanda-tanda persetubuhan sehingga dapat membantu membuat terang perkara bagi aparat penegak hukum.

Pemeriksaan forensik pada kasus kejahatan seksual meliputi anamnesis mengenai kronologi kejadian, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan
fisik khusus untuk mencari bukti-bukti fisik kekerasan, serta pemeriksaan penunjang untuk pembuktian persetubuhan. Anamnesis pada korban
anak dan dewasa dilakukan dengan pendekatan yang berbeda. Posisi pemeriksaan forensik sera temuan pemeriksaan hymennya pada korban
dewasa dan anak juga berbeda.

Pembuktian persetubuhan dilakukan dengan dua cara yaitu membuktikan adanya penetrasi (penis) kedalam vagina dan atau anus/oral dan
membuktikan adanya ejakulasi atau adanya air mani didalam vagina/anus. Dari pemeriksaan cairan mani akan diperiksa sel spermatozoa dan
cairan mani sendiri

Untuk menentukan adanya cairan mani dalam secret vagina perlu dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani, beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membuktikan hal tersebut adalah pemeriksaan dengan reaksi fosfatase asam, reaksi berberio, reaksi
Florence.
Pemeriksaan untuk spermatozoa dapat dilakukan dengan pemeriksaan langsung maupun dengan menggunakan pewarnaan malachite green 1
% maupun pewarnaan baecchi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai