Pembimbing:
Di indonesia menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) sejak tahun
1998 sampai 2011 tercatat 93.960 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di seluruh Indonesia.
Dengan demikian rata- rata ada 20 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual tiap harinya.
Terdapat dugaan kuat bahwa angka -angka tersebut merupakan fenomena gunung es, yaitu jumlah kasus yang
dilaporkan jauh lebih sedikit daripada jumlah kejadian sebenarnya di masyarakat.
Banyak korban tidak melapor karena faktor malu, takut disalahkan, mengalami trauma psikis, atau karena tidak
tahu harus melapor ke mana.
Salah satu komponen penting dalam pengungkapan kasus kekerasan seksual adalah visum et repertum yang
dapat memperjelas perkara dengan pemaparan dan intepretasi bukti bukti fisik kekerasan seksual
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Kejahatan seksual adalah tindakan seksual apa pun yang dilakukan
seseorang pada yang lain tanpa persetujuan dari orang tersebut.
Kejahatan seksual terdiri dari penetrasi genital, oral, atau anal oleh
bagian tubuh pelaku atau oleh sebuah objek benda.
KATEGORI
KEJAHATAN SEKSUAL
RINGAN BERAT
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Umum
PEMERIKSAAN FISIK
prinsip “top-to-toe”
Pemeriksaan Khusus
• Posisi litotomi
• Periksa daerah pubis (kemaluan bagian luar), yaitu adanya perlukaan pada jaringan lunak atau bercak
cairan mani;
• Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum dan paha (adanya perlukaan pada jaringan lunak, bercak
cairan mani)
• Jika ada bercak, kerok dengan skalpel dan masukkan dalam amplop
• Rambut pubis disisir, rambut yang lepas dimasukkan dalam amplop
• Jika ada rambut pubis yang menggumpal, gunting dan masukkan dalam amplop, cabut 3- 10 lembar
rambut dan masukkan dalam amplop lain
• Labia mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada perlukaan pada jaringan lunak
atau bercak cairan mani
• Vestibulum dan fourchette posterior (pertemuan bibir kemaluan bagian bawah), apakah ada perlukaan
PEMERIKSAAN FISIK
prinsip “top-to-toe”
Pemeriksaan Khusus
• Hymen (selaput dara), catat bentuk, diameter ostium, elastisitas atau ketebalan, adanya perlukaan seperti
robekan, memar, lecet, atau hiperemi). Apabila ditemukan robekan hymen, catat jumlah robekan, lokasi
dan arah robekan (sesuai arah pada jarum jam, dengan korban dalam posisi litotomi), apakah robekan
mencapai dasar (insersio) atau tidak, dan adanya perdarahan atau tanda penyembuhan pada tepi robekan
• Swab daerah vestibulum, buat sediaan hapus
• Vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lendir;
• Serviks dan portio (mulut leher rahim), cari tanda-tanda pernah melahirkan dan adanya cairan atau
lendir.
• Uterus (rahim), periksa apakah ada tanda kehamilan
• Mulut, apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis,
• Daerah-daerah erogen (leher, payudara, paha, dan lain-lain), untuk mencari bercak mani atau air liur dari
pelaku; serta
• Tanda-tanda kehamilan pada payudara dan perut
• Tanda kehilangan kesadaran (pemberian obat tidur/bius) needle marks indikasi pemeriksaan
darah dan urin.
Hymen
Menentukan ada tidaknya persetubuhan:
Tanda langsung
- Adanya robekan selaput dara
- Luka lecet atau memar di lliang senggama
- Ditemukan sperma
Tanda tidak langsung
- Kehamilan
- Penyakit menular seksual
Pembuktian Kekerasan
Trauma pada alat kelamin dan anus
wanita dapat disebabkan oleh
penetrasi yang kuat.
Penetrasi mungkin oleh penis laki
laki ereksi atau semi-ereksi
Tergantung pada sifat serangan dan tingkat keparahan cedera yang diderita, pasien mungkin memerlukan sejumlah tes diagnostik,
seperti sinar-X, CT scan dan/atau USG. Selain itu, sejumlah spesimen mungkin perlu dikumpulkan untuk tujuan pengujian medis
(misalnya kehamilan, IMS).
Pemeriksaan:
- Menentukan Cairan Mani
- Pemeriksaan sperma
Pemeriksaan:
- Pemeriksaan sperma
- Menentukan Cairan Mani 1. Tanpa Pewarnaan
1. Reaksi Fosfatase Asam
2. Reaksi Berberio
3. Reaksi Florence
2. Dengan Pewarnaan
KESIMPULAN
Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang universal. Kejahatan ini dapat ditemukan diseluruh dunia, pada tiap tingkatan masyarakat dan
tidak memandang usia.
Komponen penting dari pengungkapan kasus kejahatan seksual adalah visum et repertum yang dibuat oleh dokter. Visum et repertum memuat
tentang hasil pemeriksaan medis mengenai bukti-bukti kekerasan seksual yang terdapat pada tubuh korban berserta interpretasinya, adanya
tanda-tanda persetubuhan sehingga dapat membantu membuat terang perkara bagi aparat penegak hukum.
Pemeriksaan forensik pada kasus kejahatan seksual meliputi anamnesis mengenai kronologi kejadian, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan
fisik khusus untuk mencari bukti-bukti fisik kekerasan, serta pemeriksaan penunjang untuk pembuktian persetubuhan. Anamnesis pada korban
anak dan dewasa dilakukan dengan pendekatan yang berbeda. Posisi pemeriksaan forensik sera temuan pemeriksaan hymennya pada korban
dewasa dan anak juga berbeda.
Pembuktian persetubuhan dilakukan dengan dua cara yaitu membuktikan adanya penetrasi (penis) kedalam vagina dan atau anus/oral dan
membuktikan adanya ejakulasi atau adanya air mani didalam vagina/anus. Dari pemeriksaan cairan mani akan diperiksa sel spermatozoa dan
cairan mani sendiri
Untuk menentukan adanya cairan mani dalam secret vagina perlu dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani, beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membuktikan hal tersebut adalah pemeriksaan dengan reaksi fosfatase asam, reaksi berberio, reaksi
Florence.
Pemeriksaan untuk spermatozoa dapat dilakukan dengan pemeriksaan langsung maupun dengan menggunakan pewarnaan malachite green 1
% maupun pewarnaan baecchi
TERIMAKASIH