Anda di halaman 1dari 14

Referat

TONSILEKTOMI

Oleh:

Muhammad Sodikin, S.Ked NIM. 20309123200


Nisa Febiana, S.Ked NIM. 20309123200
Savitri Sita Nursanti Ali, S.Ked NIM. 2030912320072

Pembimbing:

Dr. dr. Achmad Rofi’i, Sp.THT-KL

DEPARTEMEN/KSM ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
November, 2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3

A. Indikasi Tonsilektomi ................................................................................ 3

B. Manfaat Tonsilektomi................................................................................. 7

C. Imunitas Pasca Tonsilektomi..................................................................... 8

BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 11

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Indikasi Tonsilektomi......................................................................... 4

1.2 Indikasi Tonsilektomi AAO-HNS...................................................... 5

1.3 Kriteria Paradise Tonsilitis Rekuren................................................... 6

1.4 Perbandingan parameter imunitas seluler dan humoral sebelum

dan 6 bulan sesudah tonsilektomi....................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk

diferensiasi. Tonsil mempunyai dua fungsi yaitu menangkap dan mengumpulkan

bahan asing dengan efektif serta sebagai tempat produksi antibodi yang dihasilkan

oleh sel plasma yang berasal dari diferensiasi limfosit B. 1 Tonsil merupakan

bagian penting dari sistem pertahanan organisme terhadap pathogen yang

menyerang saluran pernafasan bagian atas. Tonsil manusia, sebagai bagian dari

cincin Waldeyer, diketahui bersifat imunologis organ limfoid reaktif yang

memanifestasikan antibodi spesifik dan aktivitas sel B dan sel T sebagai respon

terhadap berbagai antigen, menjalankan fungsi imunitas humoral dan seluler.2

Tonsilitis merupakan peradangan dari tonsil palatina, sedangkan tonsilitis

kronis adalah infeksi atau inflamasi pada tonsil palatina yang menetap. Tonsilitis

kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari tonsilitis akut yang mengakibatkan

kerusakan yang permanen pada tonsil. Organisme dapat menetap untuk sementara

waktu ataupun untuk waktu yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut

kembali ketika daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan. Adapun faktor

presdiposisi dari tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok,

beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan

fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.1,3

Tindakan yang sering dilakukan pada tonsilitis kronik adalah operasi

pengangkatan tonsil atau tonsilektomi. Tonsilektomi dilaksanakan dalam kondisi

1
anastesi umum dan dilakukan untuk mengangkat tonsil palatina. Tonsilektomi

sendiri didefinisikan sebagai prosedur bedah untuk menyingkirkan tonsil secara

keseluruhan, termasuk kapsulnya dengan cara diseksi ruang peritonsilar antara

kapsul tonsil dan dinding muskuler. Di Indonesia belum ada data yang bersifat

nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi yang dilakukan.1

Pilihan terapi dengan tonsilektomi semestinya dikerjakan dengan indikasi

yang tepat sehingga didapatkan keuntungan yang nyata, mengingat tonsil sebagai

bagian sistem pertahanan tubuh. Walaupun tonsilektomi sudah sering dikerjakan

dan meningkatkan kualitas hidup pasien, namun tetap saja masih ada resiko

didalam tindakan tonsilektomi.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indikasi Tonsilektomi

Tonsilektomi adalah prosedur pembedahan dengan atau tanpa

adenoidektomi yang secara komplet mengambil tonsil menyertakan kapsul dengan

menyayat ruang peritonsiler antara kapsul tonsil dan dinding otot. Indikasi utama

tonsilektomi sebelum abad 20 adalah tonsilitis rekuren' setelah era antibiotika

sejak abad 20 sampai sekarang indikasi utama TE adalah sleep disordered

breathing (SDB)/obstructive sleep apneu (OSA).4

Dua indikasi utama TE pada anak dan remaja adalah tonsilitis rekuran dan

OSA/SDB. lndikasi TE bervariasi dari suatu negara dengan negara yang lainnya.

lndikasi TE dikelompokkan menjadi indikasi absolut dan relatif. lndikasi absolut

terdiri dari OSA/SDB, sumbatan jalan napas dengan korpolmunal, hemorrhagic

tonsilitis, tonsilitis penyebab kejang demam dan suspek keganasan. lndikasi relatif

meliputi tonsilitis akut rekuren, tonsilitis kronis yang tidak mempan dengan

antibiotika, tonsilitis yang terkait dengan halitosis dan nyeri yang tidak respons

dengan terapi konservatif, abses peritonsil dan disfagia karena hipertropi tonsil.4

3
Tabel 1.1 Indikasi Tonsilektomi

Beberapa negara memakai kriteria tertentu sebagai evidence-based guidance

untuk para dokter pada anak umur 1-18 tahun, agar prosedur TE memberi manfaat

yang terbaik bagi penderita. Kriteria yang menjadi acuan di negara Amerika

Serikat adalah AAO0-HNS (American Academic Otolaryngology Head and Neck

Surgery) guidelines in 1995 Clinical lndicators Compendium. Berdasarkan

kriteria tersebut, indikasi TE meliputi: infeksi 3 kali atau lebih dalam setahun,

hipertropi tonsil dengan akibat maloklosi gigi, gangguan pertumbuhan orofasial,

sumbatan jalan napas atas, disfagia, SDB dan komplikasi kardiopulmunal. Kriteria

yang lain termasuk abses peritonsil, halitosis karena tonsilitis kronis, tonsilitis

kronis/rekuren dengan karier streptokokus dan hipertropi tonsil unilateral yang

diduga keganasan.4

4
Tabel 1.2 Indikasi Tonsilektomi AAO-HNS

Pada penderita dengan tonsilitis akut rekuren direkomendasikan untuk

observasi saja, kecuali bila memeluhi Kriteria Paradise, yaitu mengalami episode

infeksi tujuh kali atau lebih pada satu tahun terakhir, lima atau lebih episode

dalam dua tahun terakhir, tiga atau lebih episode dalam tiga tahun terakhir.

Gambaran infeksitiap episode merniliki gejala satu atau lebih tanda berikut ini:

panas lebih dari 38,5oC, limfadenopati lebih dari 2 cm, eksudat dan eritema pada

tonsil dan faring, test B-hemolitik streptokokus yang positif dan sudah mendapat

terapi antibiotika.4

5
Tabel 1.3 Kriteria Paradise Tonsilitis Rekuren

lndikasi utama TE sejak era antibiotika adalah OSA/SDB. Definisi SDB

adalah obstruksi jalan napas atas parsial atau komplit saat tidur yang

mengakibatkan gangguan ventilasi normal dan pola tidur, yang sifatnya

kambuhan. Sleep disorder breathing ditandai dengan adanya spektrum gangguan

obatruksl dengan tingkat keparahan mulai dari snoring sampai OSA. Obstructive

sleep apneu akan mengakibatkan penyulit berikut ini, yaitu kualitas hidup

menurun, gangguan perilaku, prestasi sekolah yang buruk, gangguan pertumbuhan

dan cor-pulmonale. Hipertropi tonsil dan adenoid merupakan penyebab yang

umum SDB pada anak. Beberapa penelitian membuktikan bahwa TE/ATE

memperbaiki kualitas hidup penderita. Pada anak SDB dengan problem perilaku,

terdapat perbaikan yang dramatis 1,5 tahun pasca TE/ATE.4

6
B. Manfaat Tonsilektomi

Ada beberapa manfaat secara umum dari operasi tonsilektomi, antara lain:5

1. Untuk mengobati tonsilitis yang kerap kambuh (lebih dari tiga kali setahun)

2. Untuk mengobati tonsilitis yang sangat parah

3. Untuk mengobati tonsilitis karena infeksi bakteri yang sudah tidak merespons

obat antibiotik

4. Untuk mencegah komplikasi tonsilitis seperti gangguan pernapasan saat tidur

5. Untuk mengatasi kelainan pada tonsil, seperti kanker atau bau mulut parah

karena amandel berlubang.

Namun, terdapat beberapa penelitian untuk mengetahui perbaikan kualitas

hidup pasien tonsilitis kronis pasca tonsilektomi dan non-operatif. Perbaikan

kualitas hidup diukur berdasarkan kuesioner TAHSI (Tonsil and Adenoid Health

Status Instrument) dan skala GBI (Glasgow Benefit Inventory) dari penelitian

yang berbeda. Kedua penelitian tersebut melaporkan peningkatan kualitas hidup

secara bermakna. Perbaikan kualitas hidup ditemukan secara global juga pada

masing-masing aspek, yakni masalah kesehatan umum, fungsi sosial dan fungsi

fisik.5,6

Sebuah review sistematik Cochrane juga menganalisis efek dari

tonsilektomi pada pasien dengan tonsilitis kronik dibandingkan dengan pasien

yang mendapatkan pengobatan non-operatif. Studi ini menyimpulkan bahwa

tonsilektomi dapat mengurangi jumlah hari sakit tenggorokan per tahun

dibandingkan pengobatan non-operatif, dimana pengurangan tampak lebih

7
bermakna pada pasien dengan keadaan penyakit yang lebih berat. Pada pasien

dengan sakit yang lebih ringan, manfaat yang didapat lebih moderat.7

C. Imunitas Pasca Tonsilektomi

Penelitian yang dilakukan Cantani pada tahun 1986, dikutip oleh Faramarzi,

juga menyimpulkan hal yang sama. Penurunan serum IgA setelah dilakukannya

tonsilektomi. Namun pada minggu kedua akan terjadi peningkatan signinifikan

pada pengukuran serum tersebut dan 8 minggu setelah dilakukan tonsilektomi

level serum IgA akan mengalami penurunan kembali, sama seperti pada penelitian

yang dilakukan oleh Faramarzi, dkk.8

Penelitian yang dilakukan oleh Kaygusuz pada tahun 2003, menyimpulkan

bahwa terjadi penurunan yang tidak signifikan pada level serum CD3+ , CD8+,

dan CD19+ . Terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada level serum CD4+

dan  penurunan signifikan level serum CD25+ setelah tindakan tonsilektomi.

Terdapat  penurunan pada level serum IgA, IgG, IgM serta komplemen C3 dan C4

dan bahkan  pengukuran yang dilakukan 1 bulan setelah tonsilektomi terjadi

penurunan yang cukup signifikan pada level serum tersebut.9

Penelitian yang dilakukan oleh saintz, dkk pada tahun 1992 dikutip oleh

Kaygusuz menyimpulkan bahwa penurunan yang signifikan pada level serum

IgA, IgG, dan IgM bahkan terjadi hingga 2 bulan setelah dilakukannya

tonsilektomi. Penelitian yang sama dilakukan oleh Jurkiewicz pada tahun 2002

juga menemukan  penurunan pada imunoglobulin tersebut. Namun tidak ada

perbedaan yang signifikan  pada level serum komplemen C3 dan C4 sebelum dan

sesudah tonsilektomi.9

8
Level serum imunoglobulin sebelum dilakukan tonsilektomi meningkat

dibandingkan setelah dilakukan tonsilektomi. Peningkatan kadar imunoglobulin

ini disebabkan oleh stimulasi antigen yang konstan pada proses infeksi di tonsil.

Selanjutnya setelah dilakukannya tindakan tonsilektomi terjadi  penurunan pada

level serum imunoglobulin. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya proses

perbaikan pada jaringan tonsil yang terinfeksi dan juga akibat hilangnya antigen

yang melakukan stimulasi tersebut.9

Pengamatan yang dilakukan oleh Baradaranfar melalui penelitiannya di

Turki  pada tahun 2007, dimana level serum limfosit T dan B, IgG dan IgM

menurun setelah operasi tonsilektomi namun peningkatan yang signifikan akan

terjadi 6 bulan paska tonsilektomi.10

Tabel 1.4 Perbandingan parameter imunitas seluler dan humoral sebelum dan 6
bulan sesudah tonsilektomi

9
BAB IV

PENUTUP

Tonsilektomi merupakan salah satu tindakan operatif yang sering dilakukan

pada kasus tonsilitis kronis. Tonsilektomi adalah prosedur pembedahan dengan

atau tanpa adenoidektomi yang secara komplet mengambil tonsil menyertakan

kapsul dengan menyayat ruang peritonsiler antara kapsul tonsil dan dinding otot.

Indikasi utama tonsilektomi sleep disordered breathing (SDB)/obstructive sleep

apneu (OSA).

Manfaat dilakukannya tonsilektomi secara umum dapat mengatasi kelainan

pada tonsil dan mencegah komplikasinya. Selain itu, tonsilektomi juga

meningkatan kualitas hidup secara bermakna. Perbaikan kualitas hidup ditemukan

secara global juga pada masing-masing aspek, yakni masalah kesehatan umum,

fungsi sosial dan fungsi fisik.

Walaupun terjadi perubahan pada sistem imun post operatif, tonsilektomi

tidak memiliki efek yang terlalu bermakna secara klinis terhadap sistem imun

jangka panjang. Namun, komplikasi perdarahan adalah komplikasi yang cukup

sering terjadi dan pada sebagian kecil pasien dapat menyebabkan perlunya operasi

ulangan. Maka dari itu, sebelum melakukan tindakan operatif ini, penting untuk

mengevaluasi efek tonsilitis rekuren terhadap kualitas hidup pasien dan kemudian

melakukan seleksi yang adekuat untuk menentukan pasien mana yang akan

mendapatkan manfaat lebih dari tonsilektomi.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Tanjung FF, Imanto M. Indikasi tonsilektomi pada laki-laki usia 19 tahun


dengan tonsilitis kronis. Jurnal Medula Unila. 2016;5(2):22-25.

2. Aprilia A, Muhtadi A. Efek jangka panjang tonsilektomi dan adenoidektomi


pada anak : article review. Farmaka. 2018;16(2):406-411.

3. Yuliyani EA, Kadriyan H, Yudhanto D, et al. Karakteristik dan ukuran tonsil


pasien tonsilektomi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Provinsi
NTB Bulan Juli tahun 2019. Jurnal Kedokteran Unram. 2022;11(1):759-763.

4. Kentjono WA, Juniati SH, Sutikno B. Pediatric otorhinolaryngology head &


neck surgery:common clinical aspects. SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. 2016.

5. Witsell DL, Orvidas LJ, Stewart MG, Hannley MT, Weaver EM, Yueh B, et
al. Quality of life after tonsillectomy in adults with recurrent or chronic
tonsillitis. Otolaryngology–Head and Neck Surgery. 2008;138.

6. Bhattacharyya N, Kepnes LJ, Shapiro J. Efficacy and quality-of-life impact of


adult tonsillectomy. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2011;127:1347-50.
DOI: 10.1001/archotol.127.11.1347.

7. Burton MJ, Glasziou PP. Tonsillectomy or Adeno-tonsillectomy versus Non-


Surgical Treatment for Chronic / Recurrent Acute Tonsillitis. Evid-Based
Child Health, 2009. 4: 1291-1326.

8. Faramarzi A, Shamsdin A, Ghaderi A. IgM, IgG, IgA Serum Levels and


Lymphocytes Count Before and After Adenotonsillectomy. Department of 
Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Shiraz University of Medical
Sciences. Iran. J. Immunol. 2006; 3(4): 187-191.

9. Kaygusuz I, Ilhan N, Karlidag T, Keles E, Yalçin S, çetiner H. Free Radicals


and Scavenging Enzymes in Chronic Tonsillitis. Otolaryngology–Head and
Neck Surgery. 2003;129(3):265-268

10. Baradaranfar MH, Dodangeh F, Taghipour S, Atar M. Humoral and Cellular 


Immunity Parameters In Children Before and After Adenotonsillectomy.
Department of Otolaryngology and Head and Neck Surgery. School of 
Medicine. Yazd University of Medical Sciences. Yazd. Iran. Acta Medica
Iranica. 2007; 45(5): 345-350.

11

Anda mungkin juga menyukai