TONSILITIS
Preseptor
Disusun oleh :
Santy Septina
0910312145
Fitria Ramanda
0910312137
Muhammad Ryan
1010313064
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat-Nya,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan clinical science session yang berjudul
TONSILITIS. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Telinga Hidung tenggorokan
Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Al-Hafiz, Sp.THT-KL selaku
pembimbing clinical science session ini, serta seluruh residen Bagian Ilmu
Telinga Hidung tenggorokan Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB I
1
1.1
Latar Belakang
1.2
Batasan Masala
1.3
Tujuan Penulisan
1.4
Metode Penulisan
1.5
Manfaat Penulisan
BAB II
3
2.1
Tonsilitis
2.2
Tonsilitis Akut
2.3
Tonsilitis Membranosa
2.4
Tonsilitis Kronik
11
2.5
Tonsilektomi
12
Kesimpulan
19
BAB III
3.1
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan
tonsila yang biasanya disertai dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati,
dan bakteri pathogen dalam kripta1. Tonsilitis merupakan peradangan tonsil
palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Fungsi cincin waldeyer
adalah sebagai ben-teng bagi saluran makanan maupun saluran napas terhadap
serangan kuman-kuman yang ikut masuk bersama makanan/ minuman dan udara
pernapasan. Selain itu, anggota-anggota cincin waldeyer ini dapat menghasilkan
antibodi dan limfosit2. Tonsilitis paling sering disebabkan oleh adanya infeksi
virus atau bakteri, dengan gejala terbanyak tonsilitis sakit tenggorokan dan
demam3.
Macam-macam tonsilitis yaitu :
1. Tonsilitis akut4,5
a. Tonsilitis viral, yaitu Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai
commond cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang
paling sering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis bakterial, yaitu radang akut tonsil dapat disebabkan kuman
grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept
throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus
piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit bakteri yang mulai
mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis difteri, yaitu penyebab yaitu oleh kuman coryne bacterium
diphteriae, kuman yang termasuk gram positif dan hidung disalurkan
napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis septik, yaitu Penyebab sterptococcus hemoliticus yang
terdapat dalam susu sapi seningga menimbulkan epidemi. Oleh karena
itu di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara paste urisasi
sebelum di minum maka penyakit ini jarang di temukan.
c. Angina plaut vincet, yaitu Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri
spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan
higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.
3. Tonsilitis kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
2.2 Tonsilitis Akut
2.2.1
Etiologi
2.2.2
Patofisiologi
2.2.3
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorokan, nyeri
waktu menelan dan pada kasus berat penderita menolak makan dan minum
melalui mulut. Biasanya disertai demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa
nyeri pada sendi-sendi, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga. Rasa nyeri di
telinga ini karena nyeri alih melalui N.Glosofaringeus. Seringkali disertai
adenopati servikalis disertai nyeri tekan.
Penatalaksanaan
didapatkan
streptokokus
beta
hemolitikus
terapi
yang
adekuat
Tonsilitis difteri
kuman gram positif dan hidup di saluran nafas bagian atas (hidung, laring,
faring). Seseorang akan terinfeksi tergantung pada keadaan titer anti toksin
dalam darah seseorang. Titer anti toksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat
dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai dalam tes
Schick.
Penyakit ini sering ditemui pada anak usia < 10 tahun dan frekuensi antara
2 5 tahun walau pun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit
ini1,5.
A. Gejala klinis1,5
Dibagi kedalam 3 golongan :
1. Gejala umum, sama seperti gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu,
nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan
nyeri menelan.
2. Gejala lokal, tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih
kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran
semu. Kemudian dapat meluas hingga palatum mole, uvula, nasofaring,
laring, trakea dan bronkus sehingga dapat menghambat saluran nafas.
Membran semu ini melekat pada dasarnya, sehinggabila diangkat akan
mudah berdarah. Bila penyakit ini berkembang terus, kelenjar limfe leher
akan membengkak dan disebut bull neck (leher sapi) atau burgemeesters
hals.
3. Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman akan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi miokarditis
sampai dekompensasi cordis, mengenai saraf kranial menyebabkan
10
Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring
serta otot laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau dan
kelumpuhan otot-otot pernafasan.
2.3.2
Tonsilitis septik1
11
dimasak dulu sebelum dikonsumsi dengan cara pasteurisasi maka penyakit ini
jarang ditemukan. Gejala antara lain demam tinggi, sakit sendi, malaise, nyeri
kepala, mual dan muntah. Tanda klinis : mukosa faring dan tonsil hiperemis,
bercak putih, edema sampai uvula, mulut bau. Terapi yaitu berupa pemberian
antibiotik dan terapi simptomatik.
2.3.3
12
Leukemia akut
Angina agranulositosis
Infeksi mononukleosis
13
14
b. Indikasi relatif:
Serangan tonsilitis akut berulang (yang terjadi tiga kali atau lebih
dalam setahun dan telah diberi penatalaksanaan medis yang
adekuat).
Kontraindikasi Tonsilektomi
15
2.5.3
Anemia
Infeksi akut
Metode Tonsilektomi
Komplikasi
a. Perdarahan
Komplikasi perdarahan dapat tejadi selama operasi belangsung
atau segera setelah penderita meninggalkan kamar operasi (24 jam
pertama post operasi) bahkan meskipun jarang pada hari ke 5 -7 pasca
operasi dapat terjadi perdarahan disebabkan oleh terlepasnya membran
jaringan granulasi yang terbentuk pada permukaan luka operasi, karena
infeksi di fossa tonsilaris atau trauma makanan keras.
Untuk
16
Pengobatan
17
f. Komplikasi lain
Biasanya sebagai akibat trauma saat operasi yaitu patah atau
copotnya gigi, luka bakar di mukosa mulut karena kateter, dan laserasi
pada lidah karena mouth gag.
18
BAB III
KESIMPULAN
palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Tonsilitis paling sering
disebabkan oleh adanya infeksi virus atau bakteri, dengan gejala terbanyak
tonsilitis sakit tenggorokan dan demam. Klasifikasi tonsilitis, yaitu tonsilitis akut,
tonsilitis membranosa dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut dibagi lagi menjadi
tonsilitis viral dan tonsilitis bakteriologis., sedangkan tonsilitis membranosa di
bagi menjadi tonsilitis difteri, tonsilitis septik, Angina plaut vincet dan tonsilitis
akibat penyakit darah.
Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahaan mengangkat tonsil
palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris
bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti
uvula dan pilar. Ada beberapa kriteria tonsilektomi, yaitu kriteria absolut dan
kriteria relatif.
19
DAFTAR PUSTAKA
LG,
Boies
RL,
Higler
AP,
BOIES
Fundamentals
of
20