Anda di halaman 1dari 69

Massa di dalam Hidung

Oleh :Fitria Ramanda


Gusri Erivo
Preseptor :dr.Dolly
Irfandy,Sp.THT-KL

TINJAUAN PUSTAKA
Jenis massa di dalam hidung

kanker

Non
kanker

Non kanker
Polip

hidung
Inverted papilloma
Angiofibroma Nasofaring

KANKER
Karsinoma

sinonasal

Non Kanker

Polip Hidung

Polip Hidung
JPolip
B
Massa
Polip

epidemiologi
Banyak
2-4x
Meningkat
Mengenai
Prevalensi

faktor predisposisi terjadi polip


Sumbatan
Iritasi
Sinusitis
Alergi

Patogenesis
Patogenesis

pasti belum diketahui


Fenomena Bernaulli
Teori Bernstein

Manifestasi Klinis
Post nasal drip
Rinorea
Hidung
Anosmia

Gambaran Histopatologi

Makroskopik

massa bertangkai
permukaan licin
berbentuk bulat atau lonjong
berwarna putih keabu-abuan, agak bening
Lobular
dapat tunggal atau multiple
tidak sensitive (bila ditekan/ditusuk tidak terasa sakit). Bila
terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip
dapat berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang
sudah menahun warnanya dapat menjadi kekuningkuningan karena banyak mengandung jaringan epitel.

Mikroskopik

mukosa polip serupa dengan mukosa hidung


normal
epitel bertingkat semu bersilia dengan
submukosa yang sembab
terdiri dari limpofisl, sel plasma, eosinofil,
neutrofil, dan makrofag
Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh
darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit.
tipe eosinofilik dan neutrofilik

Pemeriksaan Penunjang
Nasoendoskopi
Pemeriksaan

radiologi foto polos


kurang bemakna, CT-Scan untuk melihat
adanya proses radang, kelainan
anatomi, polip atau sumbatan pada
kompleks osteomeatal dan juga
persiapan untuk terpi bedah

Pembagian polip nasi menurut


Mackay dan Lund
Stadium 0

Diagnosis Banding
Konka

polipoid
Angiofibroma

Tatalaksana
Medikamentosa
FESS

polipektomi

Prognosis
Sering

tumbuh kembali

Inverted Papilloma

Inverted Papilloma
umumnya
berasal
tumor

Etiologi
Virus
Faktor
Etiologi
Penyebab
Human

Prevalensi
jarang
umumnya
Orang
Pada
0,5%-4%

Klasifikasi Anatomi
papiloma

Klasifikasi secara Histologi


bentuk
papiloma
inverted

Gejala Klinisobstruksi
hidung unilateral

Rinore,
Epistaksis,
Sakit
Sinusitis
Anosmia,
Epifora,
Kaku
Gangguan
pada
kepala,
hal
hal
dan
hal
berbicara,
pendengaran,
wajah,
biasanya
ini
ini
bengkak
hal
ini
terjadi
disebabkan
sangat
ini
hal
terjadi
terjadi
karena
Hal
ini
pada
jarang
disebabkan
hal
inioleh
karena
unilateral
kedua
terjadi
penumpukan
initerjadi
adanya
disebabkan
adanya
hidung,
apabila
oleh
dan
tetapi
sumbatan
keterlibatan
tidak
sekresi
penyumbatan
hal
massa
oleh
dapat
ini
dipicu
adanya
karena
dari
pada
telah
terjadi
dari
oleh
kavum
duktus
melibatkan
adanya
massa
drainase
apabila
nervus
sesuatu.
nasi
nasolakrim
yang
massa
mengen
dari
infraorb
dan
nasof
Epist
mel
sin
se
y

Gejala

berupa proptosis juga bisa


ditemui apabila lamina papyracea telah
rusak

Pemeriksaan Penunjang
Biopsi tumor
Pemeriksaan histopatologi, mirip seperti polip
tetapi lebih padat dan permukaan bergerombol,
warna bervariasi dari merah muda sampai agak
pucat, vaskular lebih banyak daripada polip, epitel
yang hiperplastik terlihat membalik (inverted) dan
terdapat pertumbuhan yang endofitik ke stroma
dibawahnya
CT-Scan untuk mengevaluasi ukuran tumor
MRI, lebih akuran untuk melihat jaringan lunak
sekitarnya.

Penatalaksanaan
endoskopi
Dengan
Prinsip
Yang

Komplikasi
Yang paling
Komplikasi

Prognosis
Pada

umumnya prognosis kurang baik

Angiofibroma

Angiofibroma
Nasofaring
tumor

jinak nasofaring yang secara


histologik jinak, secara klinis bersifat
ganas, karena mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas ke
jaringan sekitarnya

Etiologi
Belum jelas
teori jaringan asal, yaitu pendapat
bahwa tempat perlekatan spesifik
angiofibroma adalah di dinding
posterolateral atap rongga hidung
Faktor ketidakseimbangan hormonal juga
banyak dikemukakan berasal dari sex
steroid-stimulated hamartomatous tissue
yang terletak di turbinate cartilage

Histopatolgi
Perluasan
Tumor
Massa
Permukaan

Pembuluh

darah dibatasi endotelium


tetapi pada dinding pembuluh darahnya
sedikit mengandung elemen kontraktil
otot yang normalperdarahan

Gejala Klinik
deformitas
Sefalgia
Tuli
Timbul
sumbatan

Pemeriksaan Penunjang
Angiografi
CT scan
foto

Pemeriksaan

patologi anatomik tidak


dapat dilakukan, karena biopsi
merupakan kontraindikasi,
mengakibatkan perdarahan yang masif

Klasifikasi menurut
Sessions
Stage IA :Tumor terbatas pada nares posterior dan/atau
nasofaring
Stage IB :Tumor melibatkan nares posterior dan/atau
nasofaring dengan perluasan ke satu sinus paranasal.
Stage IIA
: Perluasan lateral minimal ke dalam fossa
pterygomaksila.
Stage IIB
: Mengisi seluruh fossa pterygomaksila
dengan atau tanpa erosi ke tulang orbita.
Stage IIIA
:Mengerosi dasar tengkorak; perluasan
intrakranial yang minimal.
Stage IIIB
: Perluasan ke intrakranial dengan atau tanpa
perluasan ke dalam sinus kavernosus.

Klasifikasi menurut Fisch


Stage

I : Tumor terbatas pada kavum nasi,


nasofaring tanpa destruksi tulang.
Stage II : Tumor menginvasi fossa
pterygomaksila, sinus paranasal dengan
destruksi tulang.
Stage III :
Tumor menginvasi fossa infra
temporal, orbita dan/atau daerah parasellar
sampai sinus kavernosus.
Stage IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus,
chiasma optikum dan/atau fossa pituitary.

Tatalaksana
pemberian
Untuk
Tindakan

Prognosis
Prognosis

lebih baik jika cepat diketahui


dan segera di ekstirpasi lebih
menguntungkan jika umur diatas 25
tahun

Kanker

Karsinoma

defenisi
Penyakit

etiologi
Paparan

diagnosis

Klasifikasi histologi tumor ganas daerah


hidung dan paranasal menurut WHO
Karsinoma

sel akuamosa
Mikroskopik keratinizing Squamous Cell
Carcinoma
Undifferentiated Carcinoma
Limfoma maligna
Adenokarsinoma Sinonasal
Melanoma Maligna

Karsinoma sel skuamosa


epitelial

maligna yang berasal dari


epitelium mukosa kavum nasi atau sinus
paranasal
Paling sering ditemukan pada karsinoma
sinonasal (sinus maksilaris), sekitar 6070%
kavum nasi (sekitar 10-15%) dan sinus
sfenoidalis dan frontalis (sekitar 1%).

gejala
rasa

penuh atau hidung tersumbat,


Epistaksis
Rinorea
Nyeri
parastesia
pembengkakan pada hidung, pipi atau palatum
luka yang tidak kunjung sembuh atau ulkus
adanya massa pada kavum nasi
pada kasus lanjut dapat terjadi proptosis, diplopia
atau lakrimasi

Pemeriksaan radiologis
Scan / MRI perluasan lesi, invasi
tulang dan perluasan pada strukturstruktur yang bersebelahan seperti
pada mata, pterygopalatine atau ruang
infratemporal

CT

Mikroskopik Keratinizing Squamous Cell


Carcinoma

identik dengan karsinoma sel skuamosa dari lokasi


mukosa pada daerah kepala dan leher.
Ditemukan diferensiasi skuamosa, di dalam bentuk
keratin ekstraseluler atau keratin intraseluler
(sitoplasma merah muda, sel-sel diskeratotik)
dan/atau intercellular bridges.
Tumor tersusun di dalam sarang-sarang, massa atau
sebagai kelompok kecil sel-sel atau sel-sel
individual. Invasi ditemukan tidak beraturan.
Sering terlihat reaksi stromal desmoplastik..

Mikroskopik Non-Keratinizing (Cylindrical


Cell, transitional) Carcinoma
karakteristikkan

dengan pola plexiform atau


ribbon-like growth pattern.
menginvasi ke dalam jaringan dibawahnya
dengan batas yang jelas.
Tumor ini dinilai dengan diferensiasi sedang
ataupun buruk.

Limfoma Maligna
timbul di dalam kavum nasiberasal dari
sel natural killer (NK)
limfoma primer dapat berasal dari sel B
dan T. Limfoma pada nasal jarang
ditemukan di western countries, uepitel
skuamosa dapat ditemukan,
menyerupai karsinoma sel skuamosa
berdiferensiasi baik

Stadium kanker sistem


tnm
T

= Tumor primer
Indeks angka : Tx, Tis, T0, t1, T2, T3, dan T4.
Indeks huruf : T1a, T1b, T1c, T2a, T2b, T3b, dst.
N

= Nodus regional, metastase kelenjar limfe regional


Indeks angka : N0, N1, N2, dan N3.
Indeks huruf : N1a, N1b, N2a, N2b, dst.
M

= Metastase jauh
Indeks angka saja : M0 dan M1

Cara penentuan stadium tumor ganas hidung


dan sinus paranasal menurut American Joint
Committee on Cancer (AJCC) 2006 yaitu :
Tumor Primer (T)
Sinus maksilaris

TX
: Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0
: Tidak tampak tumor primer
Tis
: Karsinoma in situ
T1 :Tumor terbatas pada mukosa sinus
maksilaris tanpa erosi dan destruksi tulang.

T2

: Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang


hingga palatum dan atau meatus media tanpa melibatkan
dinding posterior sinus maksilaris dan fossa pterigoid.
T3 :Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus
maksilaris, jaringan subkutaneus, dinding dasar dan
medial orbita, fossa pterigoid, sinus etmoidalis.
T4a
: Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit
pipi, fossa pterigoid, fossa infratemporal, fossa
kribriformis, sinus sfenoidalis atau frontal.
T4b
:Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita,
duramater, otak, fossa kranial medial, nervus kranialis
selain dari divisi maksilaris nervus trigeminal V2,
nasofaring atau klivus.

Kavum Nasi dan Sinus Etmoidalis


TX

: Tumor primer tidak dapat ditentukan


T0
: Tidak tampak tumor primer
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor terbatas pada salah satu bagian
dengan atau tanpa invasi tulang
T2 : Tumor berada di dua bagian dalam satu
regio atau tumor meluas dan melibatkan
daerah nasoetmoidal kompleks, dengan atau
tanpa invasi tulang

T3 : Tumor menginvasi dinding medial atau dasar


orbita, sinus maksilaris, palatum atau fossa
kribriformis.
T4a : Tumor menginvasi salah satu dari bagian
anterior orbita, kulit hidung atau pipi, meluas minimal
ke fossa kranialis anterior, fossa pterigoid, sinus
sfenoidalis atau frontal.
T4b :Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita,
dura, otak, fossa kranial medial, nervus kranialis selain
dari V2, nasofaring atau klivus.


Kelenjar getah bening regional (N)

NX : Tidak dapat ditentukan pembesaran kelenjar


N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
N1 : Pembesaran kelenjar ipsilateral 3 cm
N2 : Pembesaran satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm, atau
multipel kelenjar ipsilateral <6 cm atau metastasis
bilateral atau kontralateral < 6 cm
N2a : Metastasis satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm
N2b : Metastasis multipel kelanjar ipsilateral, tidak
lebih dari 6 cm
N2c : Metastasis kelenjar bilateral atau kontralateral,
tidak lebih dari 6 cm
N3 : Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm

Metastasis Jauh (M)


MX

: Metastasis jauh tidak dapat dinilai


M0 :Tidak ada metastasis jauh
M1 :Terdapat metastasis jauh

Stadium tumor ganas nasal dan sinus


paranasal
0 Tis
N0
M0
I
T1
N0
M0
II T2 N0
M0
III T3
N0
M0
T1
N1
M0
T2
N1
M0
T3
N1
M0
IVA
T4a N0
M0
T4a
N1
M0
T1
N2
M0
T2 N2
M0
T3
N2
M0
T4a
N2 M0
IVB T4b Semua N
M0
Semua T N3
M0
IVC Semua T
Semua N

M1

MANIFESTASI KLINIK
Gejala

tergantung dari asal primer tumor serta arah


dan perluasannya.
Tumor di dalam sinus maksila biasanya tanpa gejala
timbul setelah tumor besar, mendesak atau
menembus dinding tulang meluas ke rongga
hidung, rongga mulut, pipi, orbita atau intrakranial.

Tergantung dari perluasan


tumor, gejala dikategorikan :
Gejala orbital.
oral.
fasial

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan

biopsi

X-ray
CT

- Scan
MRI
Positron emission tomography (PET)
Angiography dengan carotid-flow study
CT scan dada dan abdomen

PENATALAKSANAAN
Bedah
Radioterapi
Kemoterapi

Komplikasi
Perdarahan
Kebocoran
Epifora
Diplopia

cairan otak

Prognosis
Pada

umumnya Kurang baik

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai