Anda di halaman 1dari 20

KEKERASAN

PADA ANAK
MARIA PRIESKA PPA
KEKERASAN PADA ANAK
• Kekerasan: penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau
tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang
(masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian psikologis,
kelainan perkembangan, atau perampasan hak (WHO)

• Kekerasan pada anak: Setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat


timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual,
dan atau penelantaran termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dengan cara melawan hokum
(UU No 35 Tahun 2014)
2
JENIS KEKERASAN MENURUT P2TP2A (KANTOR PUSAT LAYANAN
TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK)

Kekerasan Pengabaian dan Kekerasan


Kekerasan fisik Kekerasan seksual
emosional penelantaran ekonomi
• Pukul, lempar, • Kekrasan verbal • Pornografi, • Segala bentuk • Mempekerjakan
tending, cubit, seperti perkataan porno, kelalaian yang anak dibawah
dll mengancam, tindakan tidak melanggar hak umur dengan
menghina, senonoh/ anak dalam motif ekonomi,
memaki, dll pelecehan organ pemenuhan gizi prostitusi anak
seksual pada dan pendidikan
anak

3
JENIS KEKERASAN MENURUT WHO
1. Penganiayaan: melibatkan kekerasan fisik, sesksual, psikologis/ emosional dan
pengabaian thd bayi, anak2 dan remaja oleh orag tua/ pengasuh/ otiritas lain
2. Penindasan/ bullying: perilaku agresif yang negative yang dilakukan oleh anak lain/
kelompok anak2 yang bukan saudara kandung atau yang mempunyai hubungan
dengan korban
3. Kekerasan remaja: tjd pada anak-anak dan dewasa muda (10-29 th), terjadi paling
sering dalam aturan perkenalan komunitas dengan anak baru (plonco), termasuk
bullying dan serangan fisik dengan atau tanpa senjata dan mungkin melibatkan
kekerasan antar kelompok/ geng
4. Kekerasan pasangan intim: melibatkan kekerasan fisik, sesksual dan emosional oleh
pasangan intim/ mantan pasangan

4
LANJUTAN
5. Kekerasan seksual: hubungan seksual atau hubungan seksual non konsensual
(tindakan seksual yang tidak melibatkan kontak, seperti pelecehan seksual), tindakan
perdagangan seksual yang dilakukan terhadap seseorang yang tidak dapat menyetujui
atau menolaj, dan eksploitasi melalui media sosial
6. Kekerasan emosional/ psikologis: membatasi gerakan anak, pencemaran nama baik,
cemoohan, ancaman dan intimidasi, diskriminasi, penolakan dan bentuk-bentuk non
fisik dari perlakuan tidak bersahabat lainnya

5
DAMPAK KEKERASAN PADA ANAK

Pada perempuan:
Berdampak terhadap perilaku negative yang diterapkan anak yaitu:
Merokok, mabuk, menggunakan narkoba, menyakiti diri sendiri,
terpikir bunuh diri

Pada laki-laki:
Berdampak terhadap perilaku negative yang diterapkan anak yaitu:
Merokok, mabuk, dan perilaku destruktif lainnya
6
STANDAR PELAYANAN KESEHATAN BAGI KORBAN
KEKERASAN PADA ANAK DAN PEREMPUAN

7
ALUR PENANGANAN KASUS KEKERAN TERHADAP ANAK DI
PUSKESMAS

8
ALUR PENANGANAN KASUS KEKERASAN PADA ANAK DI
RUMAH SAKIT

9
PENGKAJIAN

1
0
ANAMNESA

Hal yang peru diperhatikan dalam anamnesa:


1. Anamnesa dengan korban dan pengantar dilakukan secara terpisah
2. Memperhatikan sikap/perilaku anak yang diduga sebagai korban
dan pengantar, apakah korban terlihat takut, cemas, ragu-ragu dan
tidak konsisten dalam memberikan jawaban
3. Melengkapi rekam medis dengan identitas dokter pemeriksa,
pengantar, tanggal, tempat dan waktu pemeriksaan serta identitas
korban, terutama umur dan perkembangan seksnya, tanggal hari
pertama haid terakhir dan apakah sedang haid saat kejadian.
11
LANJUTAN
4. Melakukan konfirmasi ulang urutan kejadian, apa yang menjadi pemicu, penyiksaan
apa yang telah terjadi, oleh siapa, dengan menggunakan apa, berapa kali, apa
dampaknya terhadap korban serta waktu dan lokasi kejadian
5. Menggali informasi tentang:
• Perubahan perilaku anak setelah trauma (ngompol, mimpi buruk, susah tidur, suka
menyendiri, murung, agresif)
• Keadaan kesehatan sebelum trauma
• Riwayat trauma sebelumnya
• Riwayat penyakit dan masalah perilaku sebekumnya
• Faktor sosial budaya ekonomi yang berpengaruh terhadap perilaku dalam keluarga

12
LANJUTAN
6. Periksa adanya tanda2 kehilangan kesadaran karena pemberian NAPZA
Pertanyaan terkait kekerasan seksual:
• Waktu dan lokasi kejadian, ada tidaknya kekerasan sebelum kejadian, segala bentuk
kegiatan seksual yang terjadi, termasuk bagian-bagian tubuh yang mengalami
kekerasan, ada tidaknya penetrasi, dengan apa penetrasi dilakukan.
• Adanya rasa nyeri, perdarahan dan atau keluarnya cairan dari vagina.
• Adanya rasa nyeri dan gangguan pengendalian BAB BAK
• Apa yang dilakukan korban setelah kejadian kekerasan seksual tersebut, apakah korban
mengganti pakaian, buang air kecil, membersihkan bagian kelamin dan dubur, mandi
atau gosok gigi.
• Khusus untuk kasus kekerasan seksual pada remaja, tanyakan kemungkinan adanya
hubungan seksual dua minggu sebelumnya.

13
OBSERVASI SELAMA ANAMNESIS

Lakukan observasi tentang:


1. Adanya keterlambatan yang bermakna antara saat terjadinya
kekerasan dan saat mencari pertolongan medis.
2. Adanya ketidaksesuaian antara tingkat kepedulian orang tua
dengan beratnya trauma yang dialami anak.
3. Adanya interaksi yang tidak wajar antara orangtua/pengasuh
dengan anak, seperti adanya pengharapan yang tidak realistis,
4. keinginan yang tidak memadai atau perilaku marah yang
impulsif dan tidak menyadari kebutuhan anak.
14
PEMERIKSAAN FISIK
• TTV dan kesadaran
• Ada tidaknya luka lama dan baru sesuai dengan urutan kekerasan yang dialami
• Kemungkinan ada kekerasan dibuktikan dengan:
a. Memar/ jejas pada daerah tidak lazim
b. Perlukaan multiple dengan berbagai tingkat penyembuhan
c. Patah tulang pada batita
d. Luka bakar seperti bekas sudutan rokok atau karena benda panas dengan bentuk luka
khas
e. Cedera kepala
f. Dislokasi/ lepas sendi pada bahu atau pinggul
15
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA KEKERASAN
SEKSUAL
• Adanya tanda2 perlawanan atau kekerasan seperti pakaian robek,
bercak darah pada pakaian dalam, gigitan, cakaran, dll 
gunting/ kerok kuku korban
• Pemeriksaan ginekologik:
a. Rambut pubis disisir, rambut lepas yang ditemukan mungkin
milik pelaku
b. Periksa adanya luka di daerah sekitar paha, vulva, dan perineum
c. Catat jenis, lokasi, bentuk, dasar dan tepi luka

16
LANJUTAN
Pemeriksaan selaput dara:
• Temukan ada tidaknya robekan. Apabila ada identifikasi robekan termasuk robekan lama
atau baru. Periksa dengan teliti apakah sampai ke dasar atau tidak
• Apabila tidak ada robekan, lakukan pemeriksaan besarnya lingkaran lubang. Pada Pada
balita diameter hymen (selaput dara) tidak lebih dari 5 mm, dan dengan bertambahnya
usia akan bertambah 1 mm. Bila ditemukan diameter sama atau lebih dari 10 mm, patut
dicurigai sudah terjadi penetrasi oleh benda tumpul misalnya jari. Pada remaja
pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan satu jari kelingking.
• Bila kelingking dapat masuk tanpa hambatan dan rasa nyeri, lanjutkan pemeriksaan
dengan satu jari telunjuk, bila tanpa hambatan, teruskan dengan jari telunjuk dan jari
tengah (2 jari). Bila dengan 2 jari tanpa hambatan, dicurigai telah terjadi penetrasi.

17
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1. Ketakutan
a) Takutakan reaksi keluarga/ teman2
b) Takut orang lain tidak emmpercayai keterangannya
c) Takut diperiksa oleh nakes pria
d) Takut melaporkan kejadian yang dialami
e) Takut terhadap pelaku
f) Takut ditinggal sendirian
g) Reaksi emosional lain: syok, rasa tidak percaya, marah, malu, menyalahkan diri sendiri,
kacau, bingung, histeris yang menyebabkan sulit tidur (insomnia),
2. Siaga berlebihan (mudah kaget terkejut, curiga)
3. Panik
4. Berduka (perasaan sedih terus menerus)
18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Rontgen dan USG
• Darah dan urine rutin
• Pada kasus kekerasan seksual dapat ditambah dengan:
a. Screening penyakit kelamin
b. Test kehamilan
c. Pemeriksaan mikroskop adanya sperma dengan menggunakan NaCl
d. Tes NAPZA
e. Swab rugae untuk pemeriksaan adanya sperma

19
THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai