Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

SEXUAL ABUSE & NEGLECT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


PENGERTIAN
Sexual Abuse
Penyiksaan seksual (sexual abuse) terhadap anak disebut Pedofilian atau
penyuka anak-anak secara seksual. Seorang Pedofilia adalah orang yang
melakukan aktivitas seksual dengan korban anak usia 13 tahun ke
bawah. Penyakit ini ada dalam kategori Sadomasokisme : adalah suatu
kecenderungan terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau
menimbulkan rasa sakit atau penghinaan (Pramono, 2009).

Penelantaran (neglect)
Didefinisikan sebagai jenis penganiayaan yang mengacu pada kegagalan
oleh pengasuh untuk memberikan yang diperlukan, perawatan yang
sesuai dengan usia meski secara finansial mampu melakukannya atau
ditawarkan berarti keuangan atau lainnya untuk melakukannya.
KLASIFIKASI
SEXUAL ABUSE NEGLECT
•Kekerasan seksual terhadap •Penelantaran Fisik (Physical
anak-anak. Neglect)
•Pemerkosaan •Penelantaran pendidikan
•Kekerasan seksual terhadap ( Educational Neglect)
pasangan •Penelantaran Psikologi
Emosional (Psychological
Neglect Emotional )
•Penelantaran Medis (Medical
Neglect)
ETIOLOGI
SEXUAL ABUSE NEGLECT

•a. Faktor kelalaian orang tua.. Kelalaian •Faktor orang tua


orang tua yang tidak memperhatikan •Faktor anak
tumbuh kembang dan pergaulan anak •Faktor lingkungan
yang membuat subyek menjadi korban
kekerasan seksual.
•b. Faktor rendahnya moralitas dan
mentalitas pelaku. Moralitas dan
mentalitas yang tidak dapat bertumbuh
dengan baik, membuat pelaku tidak dapat
mengontrol nafsu atau perilakunya.
•c. Faktor ekomoni. Faktor ekonomi
membuat pelaku dengan mudah
memuluskan rencananya dengan
memberikan imingiming kepada korban
yang menjadi target dari pelaku.
 
ASUHAN KEPERAWATAN SEXUAL ABUSE
PENGKAJIAN

1. Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing,
keletihan.
2. Integritas ego
a. Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena
tindakannya terhadap orang tua.
b. Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
c. Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
d. Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme pertahanan
yang paling dominan/menonjol)
e. Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap
menunduk, takut (terutama jika ada pelaku)
f. Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan
finansial, pola hidup, perselisihan dalam pernikahan)
g. Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
Lanjutan...
6. Neurosensori
a. Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau
pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia
b. Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya
pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan
konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat waspada,
cemas dan depresi.
c. Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan
penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual terjadi.
d. Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan
koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain.
e. Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah
(korban selamat).
f. Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi kepribadian
ganda (penganiayaan seksual), gangguan kepribadian ambang (korban inses
dewasa)
g. Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera
eksternal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
•Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan
seksual yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan
dengan keinginan dan persetujuan pribadi seseorang.
•Ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah.
•Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
pengasuhan yang tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri
fisik atau cidera dengan tujuan untuk menyebabkan bahaya, biasanya terjadi
dalam waktu lama.
•Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri,
rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan
antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan
• Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
efektif.
INTERVENSI

•Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual yang
dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan dan persetujuan
pribadi seseorang.
-Pastikan bahwa anak memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-intervensi segera
pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orang yang memberikan perawatan segera atau
mengumpulkan bukti segera. Atau mengumpulkan bukti segera.
-Dorong anak untuk menghitung jumlah serangan kekerasan seksual. Dengarkan, tetapi tidak
menyelidiki.
-Diskusikan dengan anak siapa yang dapat dihubung untuk memberikan dukungan atau
bantuan. Berikan informasi tentang rujukan setelah perawatan.

•Ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah


a. Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik, fraktur, luka
bakar mendapatkan perhatian segera, mengambiul foto jika anak mengijinkan merupakan ide
yang baik.
b. Bawa anak wanita tersebut ke dalam area yang pribadi untuk melakukan wawancara.
c. Jika seorang anak wantia datang sendiri atau berserta dengan orang tuanya, pastikan
tentang keselamatannya. Dorong untuk mendiskusikan peristiwa pemerkosaan yang telah
dilakukan. Tanyakan pertanyaan tentang apakah hal ini telah terjadi sebelumnya. Jika pelaku
kekerasan seksual minum obat bius, jika anak tersebut memiliki tempat yang aman untuk
pergi dan apakah ia berminat dalam tuntutan yang mendesak.
d. Pastikan bahwa usaha-usaha menyelamatkan tidak diusahakan oleh perawat. Berikan
dukungan, tetapi ingat bahwa keputusan akhir harus dibuat oleh anak.
ASUHAN KEPERAWATAN NEGLECT
PENGKAJIAN
a. Aspek fisik: kaji fisik klien meliputi head to toe yakni
1) Pada bagian kepala: periksa apakah ada tanda-tanda trauma, bekas biru pada
wajah,fraktur (patah tulang) wajah, mata bengkak, biru dan perdarahan.
2) Permukaan kulit: periksa apakah ada luka bekas gatal-gatal akibat kurangnya
kebersihan diri. Selain itu, perlu juga diperiksa lingkungan tempat klien tinggal.
Tempat mengalirkan air,kebersihan dapur, kamar mandi dan sebagainya. Klien
dengan neglect biasanya juga mengabaikan kondisi lingkungannya akibat
ketidaksemangatan dalam menjalani hidupnya.

b. Aspek psikologis/ afektif: beberapa hal yang perlu dikaji antara lain:
1) Respon emosi yang dialami klien: tanyakan bagaimana perasaan yang dialami
klien dengan menguraikan data objektif dan subjektif tentang respon berikut ini:
rasa tidak tidak berguna, rasa bersalah, kesepian, depresi, dan mengisolasi diri
dari orang lain.Klien dengan pengabaian emosional biasanya akan merasa tidak
berdaya dan kesepian akibat tidak adanya anak atau sanak saudara yang datang
menjenguk dan merawatnya.
LANJUT...
c. Aspek sosial budaya dan spiritual
Masyarakat lain dan keluarga tentunya memiliki pandangan yang
sama dalam memberikan perawatan pada lansia. Sebagian besar
dari mereka mengatakan malas merawat lansia.
Namun,berdasarkan kepercayaan masyarakat yang didominasi
oleh agama Islam, perawatan lansia diyakini sebagai suatu
kewajiban anak kepada orangtuanya.

d. Aspek aktivitas: perlu dikaji bagaimana klien menjalani hari-


harinya sebagai lansia. Dari pengkajian tersebut akan diperoleh
kesimpulan apakah klien menjalani aktivitas sehat (jalan jalan
kecil, tidur cukup, makan makanan bergizi dan lain sebagainya)
atau tidak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pengabaian diri berhubungan dengan stressor yang berat
(pengabaian emosional) dari keluarga
2) Risiko kesepian berhubungan dengan isolasi terapeutik
oleh keluarga.
3) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan/ amuk.
4) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
kurang pengakuan atau penghargaan.
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan : penurunan
atau kurangnya motivasi, hambatan ingkungan, kerusakan
persepsi/ kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.
INTERVENSI
1) Pengabaian diri berhubungan dengan stressor yang berat (pengabaian emosional) dari keluarga
1. Kaji ketidakadekuatan dukungan social
2. Dorong klien mengekspresikan tentang kurang perawatan diri
3. Tingkatkan partisipasi optimal
4. Tingkatkan harga diri klien
5. Evaluasi kemampuan berpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan.
 
2) Risiko kesepian berhubungan dengan isolasi terapeutik oleh keluarga.
1. Identifikasi faktor penyebab kesepian
2. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepiannya
3. Kerahkan sistem pendukung keluarga, teman, dan tetangga
4. Identifikasi aktifitas yang dapat membantu mempertahankan individu tetap sibuk, terutama
selama periode resiko tinggi kesepian
5. Lakukan rujukan sesuai indikasi.
 
3) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/
amuk.
1) anjurkan menggunakan kontak mata dalam komunikasi dengan keluarga dan orang lain
2) Eksplorasi kesuksesan terakhir yang diterima
3) Anjurkan pasien untuk mengevaluasi kebiasaannya
4) Berikan penghargaan atas peningkatan kedaan pasien
SEKIAN & TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai