Anda di halaman 1dari 3

Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan diten-


tukan sesuai jenis dan luasnya (Gambar 64-1 dan 64-2).
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar
dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk, gerakan puntir menddak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang
patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan
lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan
saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya
yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang.

Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi jenis,
klasifikasi
klinis, dan klasifikasi radiologis.

Klasifikasi Penyebab
1. Fraktur traumatik.
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang
besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur.
2. Fraktur patologis.
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam
tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali menunjukkan
penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur-Fraktur semacam ini
adalah tumor, baik primer maupun metastasis (Gambar 2.4).
3. Fraktur stres.
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.

Klasifikasi Jenis Fraktur


Klasifikasi jenis fraktur dapat dilihat pada Gambar 2.5. Berbagai jenis fraktur
tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Fraktur terbuka.
2. Fraktur tertutup
3. Fraktur kompresi.
4. Fraktur stres.
5. Fraktur avulsi.
6. Greenstick Fracture (fraktur lentur atau salah satu tulang patah sedang sisi
lainnya
membengkok)
7. Fraktur transversal.
8. Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen).
9. Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke dalam tulang lainnya).

Klasifikasi Klinis
Manifestasi dari kelainan akibat trauma pada tulang bervariasi. Klinis yang
didapatkan
akan memberikan gambaran pada kelainan tulang. Secara umum keadaan patah tulang
secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Fraktur tertutup (close fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur di mana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang
sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan
hubungan dengan dunia luar.
atau tidak mempunyai
2. Fraktur terbuka (open fracture).
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within) atau
dari luar (from without).
3. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture).
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya
mal-union, delayed union, non-union, serta infeksi tulang.

Klasifikasi Radiologis
Klasifikasi fraktur berdasarkan penilaian radiologis yaitu penilaian
lokalisasi/letak fraktur,
meliputi: diafisial, metafisial, intraartikular, dan fraktur dengan dislokasi.
Estimasi penilaian
pada konfigurasi atau sudut patah dari suatu fraktur dapat dibedakan sesuai dengan
Tabel
2.2.

Fraktur transversal adalah fraktur yang garis


patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen
tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali
ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu
akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan bidai
gips.
Fraktur kuminutif adalah serpihan-serpihan atau
terputusnya keutuhan jaringan di mana terdapat
lebih dari dua fragmen tulang.
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini
tidak stabil dan sulit diperbaiki.
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan
pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya
segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur
semacam ini sulit ditangani. Biasanya, satu ujung
yang tidak memiliki pembuluh darah akan sulit
sembuh dan mungkin memerlukan pengobatan
secara bedah.
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi. Fraktur
kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang yang berada di antaranya, seperti satu
vertebra dengan dua vertebra lainnya (sering
disebut dengan brust fracture). Fraktur pada
korpus vertebra ini dapat didiagnosis dengan
radiogram. Pandangan lateral dari tulang
punggung menunjukkan pengurangan tinggi
vertikal dan sedikit membentuk sudut pada satu
atau beberapa vertebra.

Patofisiologi
Meskipun patofisiologi pasti osteoporosis tidak jelas,
diketahui melibatkan ketidakseimbangan aktivitas osteo-
blas yang membentuk tulang baru dan osteoklas yang
meresorpsi tulang. Hingga masa dewasa ketika massa
tulang puncak dicapai, pembentukan tulang terjadi lebih
cepat daripada reabsorpsi. Akan tetapi, setelah massa
tulang puncak dicapai pada sekitar 30 tahun, resorpsi
melebihi pembentukan dan lebih banyak tulang yang
hilang daripada yang dibentuk (sekitar 0,7% per tahun).
Kehilangan ini dipercepat jika diet kekurangan vitamin D
dan kalsium. Pada wanita, kehilangan tulang lebih lanjut
meningkat setelah menopause (dengan kehilangan estro-
gen), kemudian melambat tetapi tidak berhenti pada
sekitar usia 60 tahun. Ketika kadar testosteron menurun
pada pria ketika penuaan, hal ini merupakan proses
bertahap dan berkaitan dnegan kehilangan tulang yang
terjadi lebih lambat.
Kecepatan kehilangan tulang beragam di antara indi-
vidu dan pada tempat skeletal yang berbeda. Spina yang
66% hingga 75% tulang trabekula, dapat menunjukkan
perubahan osteoporosis yang besar sebelum tulang seperti
lengan bawah dan pergelangan tangan, yang sebagian
besar merupakan tulang kortikal (DiPiro, 2008). Osteo-
porosis pascamenopause biasanya mengenai tulang, seperti
badan vertebral. Kehilangan tulang terakselerasi pada satu
tempat menunjukkan ketidakseimbangan resorpsi dan
pembentukan tulang, Tulang kortikal menjadi lebih
berpori dengan peningkatan aktivitas remodeling, Ketika
bersama dengan perubahan pada struktur tulang internal,
hal ini mengurangi kekuatan biomekanik tulang panjang
dan meningkatkan risiko fraktur (Fauci et al., 2008).
Osteoporosis senile, terkait penuaan, cenderung mengenai
tulang kortikal (Porth & Matfin, 2009).

Manifestasi
Manifestasi yang paling umum pada osteoporosis adalah
kehilangan tinggi badan, kurvatura spina yang progresif,
nyeri punggung bawah, dan fraktur lengan bawah, spina,
atau pinggul. Osteoporosis sering kali disebut "penyakit
diam”, karena kehilangan tulang terjadi tanpa gejala.
Kehilangan tinggi badan terjadi karena kolaps badan
vertebral. Episode akut biasanya nyeri, dengan penjalaran
nyeri sekitar panggul ke abdomen. Kolaps vertebra dapat
terjadi dengan sedikit atau tanpa stres; gerakan minimal
seperti membebat, mengangkat, atau melompat dapat
mempresipitasi nyeri. Pada beberapa pasien, kolaps verte-
bra dapat terjadi secara lambat disertai dengan sedikit
ketidaknyamanan. Bersama dengan kehilangan tinggi
badan, karakteristik kifosis dorsal dan lordosis servikal
terjadi, mewakili “dowager's hump" sering kali berkaitan
dengan penuaan. Abdomen cenderung menonjol keluar
dan lutut serta pinggul fleksi karena tubuh berusaha
mempertahankan pusat gravitasi (Gambar 40-1

Anda mungkin juga menyukai