Anda di halaman 1dari 39

RESUME KEPERAWATAN

PADA Tn. M DI RUANG IGD RSUD ABDUL


MOELOEK DENGAN DIAGNOSA MEDIS
STROKE HEMORAGIK

Disusun Oleh kelompok 3

1.Danu Rahmanda

2.Lestari

3.Dian Lusiana

4.Adek Lestari

5.Eva Listiyo Putri

6.Fika Hati Aneska

7.Khoirunnisa

8.Nurmaya Serlina Utami

9.Titis Silva Dewanti

10.Bisma Angga Adyatama


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang
penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat ini
Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia (Yastroki,
2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia penderita stroke yang semula
menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah usia produktif. Bahkan, kini banyak
menyerang anak-anak usia muda (Gemari, 2008).
Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya
secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan
daerah fokal otak yang terganggu World Health Organization (WHO, 2005).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu pada
laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang
stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 diantaranya merupakan serangan stroke
pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di
Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15-30% di antaranya
menderita cacat menetap Centers for Disease Control and Prevention ( CFDCP, 2009).

Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk
usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif.
Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40
tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia
seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia,
2006).
Secara ekonomi, insiden stroke berdampak buruk akibat kecacatan karena stroke akan
memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi
masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).
Stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke, dari jumlah tersebut, sepertiganya
bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang
dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita
terus menerus di tempat tidur (HIMAPID FKM UNHAS,2007).
Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus.  Stroke
merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh RS di Indonesia.
Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke tahun, Setiap tahun 7 orang yang meninggal
di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (DEPKES,2011).
Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor
yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik,
dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes,
obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia (PERDOSSI, 2007).

B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Penulis memperoleh pengalaman dan gambaran secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke Haemoragik.
2.      Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Stroke Haemoragik.
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik.
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik.
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi/
alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik.
C.    Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
pendekatan studi kasus dimana penulis mengelola satu kasus dengan menggunakan proses
keperawatan, dan menggunakan beberapa tehnik antara lain tehnik observasi yaitu metode
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung dalam mencari data penunjang
masalah kesehatan klien. Wawancara yaitu tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga
untuk mendapatkan data subyektif.  Dokumentasi adalah mengumpul data dan catatan yang
berhubungan dengan kondisi klien. Pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi dalam memperoleh status kesehatan klien saat ini. Studi pustaka 
digunakan untuk mempelajari buku – buku literatur yang berkaitan dengan kasus, untuk
memdapatkan konsep dasar sehingga penulis dapat membandingkan antara teori dan kasus.

D.    Ruang Lingkup

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis hanya membahas dan memfokuskan

Resume Keperawatan Pada Klien Tn. M Dengan Stroke Haemorogik Di Ruang IGD RSUD

Abdul Moeloek pada tanggal 02 November 2018

E.     Sistematika Penulisan


Penulisan makalah ini terdapat lima BAB yaitu
1) BAB I yang merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang, tinjauan penulis, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
2) BAB II tinjauan teori yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiogi, penatalaksanaan
medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksananan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
3) BAB III tinjauan kasus meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
4) BAB IV pembahasan yang meliputi tentang perbandingan antara teori dan kasus,
analisa faktor – faktor pendukung dan penghambat serta alternative pemecahan
masalah dalam memberikan asuhan kperawatan di tiap tahapan di anataranya yaitu
pengkajian keperawatan, diagnosa kperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan.
5) BAB V penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Stroke Hemoragik


Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:
hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian
merusaknya (M. Adib, 2009).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskular (Muttaqin, 2008).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir
secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan
kelumpuhan.
B.     Etiologi Stroke Hemoragik
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal,
terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri
langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
Faktor resiko pada stroke adalah
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,
penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen
tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alcohol
C.    Patofisiologi Stroke Hemoragik
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi
dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah  putamen, talamus, sub kortikal,
nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak,
ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan
keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat.
Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada
retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang
setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-
bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan
disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,
gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa
plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

Pathway Stroke Hemoragik


D.    Manifestasi Klinis Stroke Hemoragik
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1.      Daerah serebri media
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2.      Daerah Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai Serebri media
3.      Daerah Serebri anterior
a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
b. Incontinentia urinae
c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4.      Daerah Posterior
a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
b. daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
c. Nyeri talamik spontan
d. Hemibalisme
e. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5.      Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

E.     Komplikasi Stroke Hemoragik


Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1.      Infark Serebri
2.      Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3.      Fistula caroticocavernosum
4.      Epistaksis
5.      Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
F.     Penatalaksanaan Medis Stroke Hemoragik
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1.      Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar
daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan
untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi)
serta tekanan darah.
2.      Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan, pemberian dexamethason.
3.      Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada
fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral

4.      Penatalaksanaan Pembedahan


Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak. Penderita
yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi
umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
G.    Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik
1.      Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau
malformasi vaskular.
2.      Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan
adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
3.      CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4.      MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.

5.      EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
H.    Pengkajian Keperawatan Stroke Hemoragik
1.      Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
a. Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis.
b. Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
a. Perubahan tingkat kesadaran
b. Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) ,
kelemahan umum.
c. Gangguan penglihatan
2.      Sirkulasi
Data Subyektif:
a. Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,
endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
a. Hipertensi arterial
b. Disritmia, perubahan EKG
c. Pulsasi : kemungkinan bervariasi
d. Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3.      Integritas ego
Data Subyektif:
a. Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
a. Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan
b. Kesulitan berekspresi diri
4.      Eliminasi
Data Subyektif:
a. Inkontinensia, anuria
b. Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya suara usus ( ileus
paralitik )
5.      Makan/ minum
Data Subyektif:
a. Nafsu makan hilang
b. Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
c. Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
d. Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
a. Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
b. Obesitas ( faktor resiko )
6.      Sensori neural
Data Subyektif:
a. Pusing / syncope  ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
b. Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub arachnoid.
c. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
d. Penglihatan berkurang
e. Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka
ipsilateral ( sisi yang sama )
f. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
a. Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
b. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
c. Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
d. Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan
berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya.
e. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
f. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7.      Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
a. Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data Obyektif:
a. Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8.      Respirasi
Data Subyektif
a. Perokok ( faktor resiko )
b. Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
c. Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
d. Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
9.      Keamanan
Data Obyektif:
a. Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
b. Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
c. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
d. Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
e. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang
kesadaran diri
10.  Interaksi sosial
Data Obyektif:
a. Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11.  Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
a. Riwayat hipertensi keluarga, stroke
b. Penggunaan kontrasepsi oral
12.  Pertimbangan rencana pulang
a. Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
b. Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan
pekerjaan rumah
I.       Diagnosa Keperawatan Stroke Hemoragik
a. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
terhambat
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
c. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler
d. Kerusakan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
f. Resiko Aspirasi berhubungan dengan  penurunan kesadaran
g. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
h. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
J.      Rencana Keperawatan Stroke Hemoragik
1.      Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral  b.d aliran darah ke otak terhambat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai aliran
darah keotak lancar dengan
Kriteria hasil:
a. Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai dengan hilang
b. Berfungsinya saraf dengan baik
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
Monitoring neurologis :
a. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk  pupil
b. Monitor tingkat kesadaran klien
c. Monitir tanda-tanda vital
d. Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
e. Monitor respon klien terhadap pengobatan
f. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
g. Observasi kondisi fisik klien
Terapi oksigen :
a. Bersihkan jalan nafas dari sekret
b. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
c. Berikan oksigen sesuai intruksi
d. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
e. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
f. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
g. Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
h. Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
2.      Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  3 x 24 jam, diharapkan klien
mampu untuk berkomunikasi lagi.
Kriteria hasil:
a. dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat
b. dapat mengerti dan memahami pesan-pesan melalui gambar
c. dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun nonverbal
Intervensi:

a. Libatkan keluarga untuk membantu memahami / memahamkan informasi dari / ke


klien
b. Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian
c. Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam komunikasi dengan klien
d. Dorong klien untuk mengulang kata-kata
e. Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi dengan klien
f. Programkan speech-language teraphy
g. Lakukan speech-language teraphy setiap interaksi dengan klien

3.      Defisit perawatan diri; mandi,berpakaian, makan,


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan
mandiri klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Klien dapat makan dengan bantuan orang lain / mandiri
b. Klien dapat mandi de-ngan bantuan orang lain
c. Klien dapat memakai pakaian dengan bantuan orang lain / mandiri
d. Klien dapat toileting dengan bantuan alat
Intervensi :
a. Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
b. Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam makan, mandi, berpakaian
dan toileting
c. Berikan bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri
d. Berikan dukungan pada klien untuk menunjukkan aktivitas normal sesuai
kemampuannya
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien
4.      Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuler
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat
melakukan pergerakan fisik.
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi kontraktur otot dan footdrop
b. Pasien berpartisipasi dalam program latihan
c. Pasien mencapai keseimbangan saat duduk
d. Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi
hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi
Intervensi :

a. Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
b. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi
nyeri
c. Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau mangurangi bengkak
d. Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien
e. Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan
f. Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi

5.      Resiko kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien mampu
mengetahui dan  mengontrol resiko
Kriteria hasil :
a. Klien mampu menge-nali tanda dan gejala  adanya resiko luka tekan
b. Klien mampu berpartisi-pasi dalam pencegahan resiko luka tekan (masase
sederhana, alih baring, manajemen nutrisi, manajemen tekanan).
Intevensi:
a. Beri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda dan gejala
luka tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan)
b. Berikan masase sederhana
c. Lakukan alih baring
d. Berikan manajemen nutrisi
e. Berikan manajemen tekanan
6.      Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi
aspirasi pada pasien dengan kriteria hasil :
a. Dapat bernafas dengan mudah,frekuensi pernafasan normal
b. Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi
Intervensi :
a. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dankemampuan menelan
b. Pelihara jalan nafas
c. Lakukan saction bila diperlukan
d. Haluskan makanan yang akan diberikan
e. Haluskan obat sebelum pemberian
7.      Resiko Injuri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi
trauma pada pasien.
Kriteria hasil:
a. bebas dari cedera
b. mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah
cedera
c. menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi :
a. menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien
b. memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera
c. memberikan penerangan yang cukup
d. menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasien
8.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas
pasien efektif dengan kriteria hasil :
a. Menujukkan jalan nafas paten ( tidak merasa tercekik, irama nafas normal,
frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Pertahankan jalan nafas yang paten
b. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
c. Berikan terapi O2
d. Dengarkan adanya  kelainan suara tambahan
e. Monitor vital sign
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada BAB ini penulis menguraikan kasus yang dimulai dari pengkajian sampai
evaluasi, penulis mulai pengkajian pada tanggal 02 November 2018 dengan kasus Stroke
hemoragik, di Ruang IGD RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

A.       Pengkajian Keperawatan

1.      Identitas Klien


Nama Klien : Tn. M
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
status Perkawinan : menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan terakhir klien : SMP
Bahasa yang digunakan klien : Jawa dan Indonesia
Pekerjaan : TNI
Alamat :Desa DadiMulyo Kecamatan Wonosobo,Tanggamus

Klien masuk ke IGD RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung, tanggal 02 November
2018, Pukul 09.30 WIB, Pada tanggal 02 November 2018, Pukul 13.30 WIB,klien pindah
keruang ICU, No. Register 00.57.02.77, dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik.
2.      Resume
Tn. M, usia 54 tahun datang ke RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung, tanggal 02
November 2018, Pukul 09.30 WIB ke IGD, klien 2 hari sebelumnya demam, kemudian
dibawa berobat dan dikatakan infeksi saluran kemih ± 2 jam yang lalu klien tiba-tiba tidak
sadar, tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam kondisi ngorok, sebelumnya tidak ada
keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah, tidak ada kejang sebelumnya, klien dalam keadaan
tidak sadar GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1. Kemudian klien mendapatkan oksigen tambahan
NRM 8 liter/menit, RR 38 x/menit, TTV, TD: 140/90 mmHg, heart rate 160 x/menit, S:
37,5°C, Sa02 96%, kondisi pupil keduanya miosis, reflek cahaya +, tidak ada terpasang OPA
dan lidah tidak turun, terdapat retaksi otot intecosta, dengan RR 38 x/menit, dan terdengar
ronchi basah dan basal paru kanan, CRT < 3 detik.Pukul 13.30 WIB Klien dipindah keruang
ICU.

3.      Riwayat Keperawatan


a.       Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02 November 2018, Pukul 09.30 WIB. klien 2
hari sebelumnya demam, kemudian dibawa berobat dan dikatakan infeksi saluran kemih ± 2
jam yang lalu klien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan pada saat tidur dalam
kondisi ngorok, sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah, tidak ada
kejang sebelumnya, klien dalam keadaan tidak sadar GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1. Upaya
untuk mengatasinya di bawa ke RSUD Abdul Moeloek.
b.      Riwayat Pemyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi ± 1 tahun
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita seperti klien
B.        Pengkajian Primer
1.      Airway
Pada jalan nafas terdapat sekret.
2.      Breating
RR 38 x/menit, tidak terdapat napas cuping hidung, terdapat retaksi otot paru kanan, dan
terdapat ronchi basah.
3.      Circulation
Td 140/90 mmHg, , Hr 120x/menit, Sa02 96%, capillang refill < 3 detik, kulit tidak pucat,
kunjungtiva tidak anemis.
4.      Disability
Kesadaran : soporokoma, GCS : E1,M2,V1, reaksi pupil +, pupil miosis.
5.      Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu 37,5 ⁰C

C.       Pengkajian Skunder


1.      Tanda - tanda vital
Tanggal 02 November 2018 TD 140/90 mmHg, , HR 120x/menit,Suhu 37,5⁰C,
RR 38 x/menit
D.       Pemeriksaan Fisik
1.      Kepala
tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, tidak ada oedem
2.      Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva an anemis, kedua pupil miosis,
reflek pupil +
3.      Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada serumen
4.      Hidung
Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di hidung,tidak terdapat napas cuping hidung
5.      Mulut
Bibir pucat dan kotor
6.      Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terjadi kaku kuduk.
7.      Thoraks
a.       Jantung
Inspkesi       : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi         : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi        : Pekak
Auskultasi   : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
b.      Paru-paru
I Inspkesi       : Paru kanan dan kiri simetris, terdapat retraksi interkosta, tidak ada penggunaan
otot bantu napas, RR 38x/menit
Palpasi         : tidak ada nyeri tekan
Perkusi        : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi   : Suara dasar vesikuler, terdapat suara tambahan ronkhi basah di basal paru
kanan
c.       Abdomen
Inspeksi              :Simetris
Auskultasi          : Bising Usus 10x/menit
Perkusi             : Timpani
Palpasi              : Tidak terjadi distensi abdomen
d.      Ekstremitas
Tidak ada jejas, tidak ada oedem, kekuatan otot 1/1 /1/1 terdapat kelemahan pada ekstrimitas
kanan.
e.       Genitalia
Terpasang kateter
E.        Pola Eleminasi
1.      Urine
Pada tanggal 02 November 2018 frekuensi BAK DC, warna kuning jernih, ikontenensia tidak
ada, jumlah 200 cc
Pemeriksaan urin lab: tidak ada
2.      Feses/shift
Pada tanggal 02 November 2018 klien belum BAB
Pemeriksaan lab Feses : tidak ada
F.        Tingkat Kesadaran
1.      Gasglow Coma Scale
Pada tanggal 02 November 2018, E 1, M 2, V 1.
2.      Status kesadaran
Pada tanggal 02 November 2018, kesadaran soporokoma.

G.       Pemeriksaan Penunjang


Pada tanggal 02 November 2018 didapatkan hasil laboratorium;
Hb: 13,8 gr/dl,
Ht: 44%,
Eritrosit: 5,04 juta/ul,
leukosit: 8,4 rb/mmk,
trombosit: 84 rb/mmk,
Kreatinin 1,5 mg/dl,
Albumin 3,6 mg/dl,
ureum: 15 mg/dl,
natrium: 140 mEq/L,
kalium: 3,6 mEq/L,
klorida: 107 mEq/L,

H.          Penatalaksanaan
Pada tanggal 02 November 2018 pengobatan yang didapatkan Tn, M yaitu :
Ceftriaxone 2 mg/24 jam,
ranitidine 1 amp/12 jam
Dexamethason 1 amp/8 jam,
RL/ 24 jam 20 tpm,
Methylprednison 40 mg/12 jam
Kalnex 5mg/12jam
Klien mendapatkan oksigen tambahan NRM 8 liter/menit
I.         Data Fokus

Data Subjektif : -
Data Objektif :
a. Kesadaran umum soporokoma GCS E1M2V1
b. terdapat secret dimulut
c. TD 140/90 mmhg
d. HR 120 x/menit
e. terdengar bunyi ronkhi basah di basal paru kanan
f. RR 38x/menit
g. terdapat retraksi intercosta
h. napas cepat dan dangkal
i. SaO2 96%
j. Hasil BGA : PH 7,334; pCO2 27 ;PO2 236,9 ;HCO3 16,3; dengan interprestasi
Asidosis Metabolik terkompensasi sebagian
k. pupil miosis reaksi pupil +,
l. panas dengan suhu 37,5⁰C
m. bedrest total
n. kekuatan otot 1/1 1/1
o. tonus otot menurun
p. klien terpasdang NRM 8 liter/menit
q. Aktivitas klien dibantu keluarga

      
K. Analisa Data
N TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
O
1 02/11/18 DS :  - Bersihan jalan Akumulasi
DO : napas tidak efektif secret di
 KU soporokoma jalan napas
 terdapat secret
mulut
 sekret berwarna
putih keruh dan
sedikit kental
 RR 38x/menit,
 terdengar bunyi
ronkhi basah di
basal paru kanan
 klien terpasang
NRM 8 liter/menit

2. 02/11/18 DS : - Gangguan perfusi Perdarahan


DO: jaringan serebral intraserebal
 Kesadaran
soporokoma
 GCS E1M2VET
 pupil miosis
 reaksi pupil +
02/11/18 DS:- Gangguan mobilitas Penurunan
3. fisik kesadaran :
DO: penurunan
 Kesadaran umum kekuatan otot

soporokoma GCS
E1M2V1
 bedrest total
 kekuatan otot
1/1 1/1
 tonus otot menurun
 Aktivitas klien
dibantu keluarga

L.        Diagnosa Keperawatan Sesuai dengan Prioritas


1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi secret di jalan
napas, dapat ditandai dengan :
Data Subyektif :-
Data Obyektif :
 KU soporokoma
 terdapat secret mulut
 sekret berwarna putih keruh dan sedikit kental
 RR 38x/menit,
 terdengar bunyi ronkhi basah di basal paru kanan
 klien terpasang NRM 8 liter/menit
2.      Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya perdarahan intraserebral,
yang ditandai dengan :
Data Subyektif : -
Data Obyekyif :
 Kesadaran soporokoma
 GCS E1M2V1
 pupil miosis
 reaksi pupil +

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Penurunan kesadaran : penurunan kekuatan


otot yang ditandai dengan :
 Kesadaran umum soporokoma GCS E1M2V1
 bedrest total
 kekuatan otot 1/1 1/1
 tonus otot menurun
 aktivitas klien dibantyu keluarga

INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas bd Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
adanya akumulasi asuhan keperawatan  Monitor TTV
sekret di jalan nafaas selama 1x12 jam  Lakukan tindakan
diharapkan jalan nafas suction untuk
klien efektif dengan menyedot
kriteria hasil: lendir/sekret
 Tidak ada sekret  Posisikan pasien
pada jalan nafas untuk
 RR dalam memaksimalkan
rentang norma ventilasi
(16-20)x/menit Monitor suara nafas
 Klien tidak sesak  Auskultasi suara
nafas nafas tambahan
 Monitor kecepatan
irama kedalaman
dan kesulitan
bernafas
 Kolaborasi: dalam
pemberian O2
sesuai indikasi.
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan Monitor Neurologis
jaringan serebral tindakan keperawatan  Monitor ukuran
berhubungan dengan selama 1x12 jam kesimetrisan reaksi
adanya perdarahan diharapkan suplai darah dan bentuk pupil
intraserebral. ke otak lancar dengan  Monitor tingkat
kriteria hasil: kesadaran klien
 Nyeri kepala  Monitor keluhan
berkurang nyeri kepala
 Berfungsinya mual,muntah
saraf dengan  Anjurkan klien
baik untuk menghindari
 TTV stabil aktivitas jika TIK
meningkat
 Kolaborasi dalam
pemberian obat

3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan  ajarkan klien untuk


fisik berhubungan tindakan keperawatan latihan gerak aktif
dengan Penurunan selama 1x12 jam pada sisi ekstrimitas
kesadaran : penurunan diharapkan klien dapat yang sehat
kekuatan otot melakukan pergerakan  Ajarkan rentang
fisik dengan kriteria gerak pasif
hasil: ekstrimitas yang
 Tidak terjadi parase atau plegi
penurunan tonus  Topang ekstremitas
otot dengan bantal untuk
 Tidak terjadi mencegah atau
kontraktur otot mengurangi
 Klien dapat bengkak/odem
melakukan  Ajarkan ambulasi
aktivitas secara sesuai dengan
mandiri tahapan dan
kemampuan klien
 Libatkan keluarga
untuk membantu
klien latihan sendi

CATATAN PERKEMBANGAN
N TGL DX.KE IMPLEMENTASI PARA EVALUASI
O P F
1 2/11/18 1 Pukul 09.30 WIB S:-
-Memonitor TTV O:
H: -TD: 140/90 mmHg
TD: 140/90 mmHg, -N: 120x/menit
N:120 x/menit, -RR: 38x/menit
RR: 38 x/mnt, -37,5°C
S:37,5°C -Klien terpasang O2
R: klien kooperatif NRM 8 liter/menit
-Terdapat suara nafas
Pukul 09.30 WIB ronchi
-Memberikan terapi O2 A:
H:kliern terpasang O2 Masalah ketidak efektifan
NRM 8 liter/menit bersihan jalan nafas
R: klien kooperatif masih ada
P: discharge planning
Pukul 09.30 WIB
-mengauskultasi suara
nafas tambahan
H: Saat di auskultasi
terdengar suara nafas
ronchi
R: Kien kooperatif

Pukul 09.30 WIB


-Melakukan tindakan
suction untuk menyedot
lendir/sekret
H: sekret berkurang
setelah dilakukan suction
R: klien kooperatif
2 02/11/1 2 Pukul 10.00 WIB S:-
8 -Memonitor tingkat O:
kesadaran klien -kesadaran klien
H: Kesadaran klien soporkoma
soporkoma -GCS 4 E1M2V1
Dengan GCS 4 E1M2V1 - Pupil miosis, Reflek
R: klien kooperatif cahaya +
-Klien mendapat terapi
Pukul 10.00 WIB obat
-Memonitor ukuran  Ceftriaxone 2
kesimetrisan reaksi dan mg/24 jam,
bentuk pupil  ranitidine 1
H: Pupil miosis, Reflek amp/12 jam
cahaya +  Dexamethason 1
R: Klien kooperatif amp/8 jam,
 RL/ 24 jam 20
Pukul 10.00 WUB tpm,
-Berkolaborasi dalam  Methylprednison
pemberian obat 40 mg/12 jam
H: Klien mendapat obat  Kalnex

 Ceftriaxone 2 5mg/12jam

mg/24 jam, A: Masalah


ketidakefektifan perfusi
 ranitidine 1
jaringan serebral masih
amp/12 jam
ada.
 Dexamethason 1
amp/8 jam,
P: Discharge Planning
 RL/ 24 jam 20
tpm,
 Methylprednison
40 mg/12 jam
 Kalnex
5mg/12jam

3. 02/11/1 3 R: Klien kooperatif


8 Pukul 10.30 WIB S:-
-Mengajarkan klien untuk O:
latihan gerak aktif pada -Klien dilatih melakukan
sisi ekstrimitas yang ROM secara mandiri
sehat sesuai instruksi perawat
H: Klien dilatih -klien diajarkan ROM
melakukan ROM secara pasif oleh perawat
mandiri sesuai instruksi -Kaki klien di topanng
perawat bantal
R:Klien kooperatif
A:
Masalah gangguan
Pukul 10.45 WIB mobilitas fisik masih ada
Mengajarkan rentang
gerak pasif ekstrimitas P: Discharge Planning
yang parase atau plegi
H: klien diajarkan ROM
pasif oleh perawat
R: Klien kooperatif

Pukul 11.00 WIB


-Menopang ekstremitas
dengan bantal untuk
mencegah atau
mengurangi
bengkak/odem
H: Kaki klien di topanng
bantal
R: klien kooperatif
BAB IV
PEMBAHASAN

BAB ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang terjadi
selama melakukan asuhan keperawatan langsung terhadap Tn. M  dengan kasus Stroke
Haemoragik di Ruang ICU RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Dalam bab ini penulis
membandingkan antara  teori yang ada pada literature dengan kasus yang ditemukan pada
klien. Selain itu penulis juga membahas mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat,
yang penulis temukan pada saat melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M, serta alternatif
pemecahan masalah yang penulis berikan selama melakukan asuhan keperawatan pada tiap
tahap keperawatan.

A.       Pengkajian Keperawatan


Stroke hemoragik merupakan defisit neurologi yang mempunyai sifat mendadak dan
berlangsung dalam 24 jam sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah di otak yang di
akibatkan oleh aneurisma atau malformasi arteriovenosa yang dapat menimbulkan iskemia
atau infark pada jaringan fungsional otak (Purnawan Junadi, 1982). Klien datang dari IGD
dengan diagnosa stroke haemoragik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa stroke Haemoragik
terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak. Dari hasil ST-Scan klien didapatkan bahwa
klien terjadi perdarahan intraserebral. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stroke
yaitu hipertensi dan penggunaan obat-obat antikoagulan. Klien sudah menderita hipertensi
kurang lebih sejak satu tahun yang lalu. Hipertensi yang kronis dapat mengakibatkan
perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
Hal tersebut menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak sehingga darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema di sekitar otak. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume
perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan
menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Sehingga
aliran oksigen ke otak tidak adekuat mengakibatkan penurunan kesadaran. Hal ini terjadi
pada klien, klien ketika masuk dengan kesadaran soporocoma dengan GCS E1M2VET.
Soporocoma yaitu mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat
mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitive.
BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Dalam kasus ini pengkajian meliputi keluhan utama klien, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu dan keluarga, pemeriksaan fisik head to toe dengan hasil dapat
diketahui klien mengalami penurunan kesadaran dengan diagnosa medis stroke hemoragik.
2.      Hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien stroke ditemukan beberapa diagnosa.
Diagnosa keperawatan yang muncul antara lain bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi secret dijalan napas, Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan depresi pusat pernapasan (infark serebri pada batang otak etcause intracerebral
haemoragie), Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kegagalan proses difusi pada
alveoli, Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan adanya perdarahan
intraserebral, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasif dan bedrest
total.
     

3.Intervensi yang dilakukan pada diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
intervensi kaji keadaan jalan nafas, evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara napas pada
kedua paru, lakukan suction. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa depresi pusat
pernapasan dengan intervensi napasnya cepat dan dangkal, RR 38x/menit, terdapat retraksi
intercosta, Intervensi yang dilakukan pada diagnosa gangguan pertukaran gas, dengan
intervensi menunjukkan peningkatan frekuensi napas yaitu RR 38 x/menit. Intervensi yang
dilakukan pada diagnosa, gangguan perfusi jaringan serebral dengan intervensi adanya
perdarahan intraserebral sehingga mempengaruhi proses perfusi jaringan ke serebral.
Intervensi yang dilakukan pada diagnosa, resiko tinggi infeksi intervensi yang dilakukan
prosedur invasif dapat memungkinkan terjadinya infeksi karena merupakan port de entri
mikroorganisme, di ET, NGT dan Kateter.

B.     Saran
1.      Instansi Rumah Sakit
a.       Pada ruang intensive care unit (ICU) sebaiknya terdapat protab perawatan DC, dressing
infuse, perawatan NGT sesuai dengan waktu yang ditentukan.
b.      Untuk perawat di ruang intensive care unit (ICU) sebaiknya perawat yang benar-benar
terlatih dalam keperawatan kritis, sehingga lebih peka terhadap perawatan pasien di intensive
care unit (ICU).
2.      Perawat
a.       Pasien stroke dengan bedrest dimungkinkan terjadinya decubitus, sehingga perawat perlu
lebih memperhatikan pasien dengan tanda-tanda decubitus dan penatalaksanaan decubitus.
b.      Perawat diharapkan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien serta
memakai alat pelindung diri untuk mencegah terjadinya resiko infeksi dan infeksi nosokomial
pada pasien di intensive care unit (ICU.
c.       Perawat diharapkan melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan
kesadaran masing-masing yang bertujuan untuk kesembuhan dan keselamatan pasien.
Keluarga Pada keluarga sebaiknya senantiasa mendampingi dan memberikan support kepada
pasien meskipun dalam kondisi koma sekalipun.
3.      Untuk diri sendiri
Diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan dengan efektif dan efisien untuk
melakukan asuhan keperawatan. Mahasiswa / i juga diharapkan secara aktif  untuk membaca
dan meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus  yang diambil untuk mendapatkan
hasil asuhan keperawatan yang komprehensif.

4.      Institusi Pendidikan


Makalah ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi yang menunjang pembelajaran dan
referensi untuk penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

hAdib, Muhammad. 2009 Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi


Jantung Dan Stroke : Yogyakarta.
Artiani, Ria. 2009. Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC.
Gemari, 2008. Esensial Stroke. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Muttaqin,arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2007. Guideline Stroke 2007. Jakarta:
PERDOSSI.
World Health Organization, 2005. WHO STEPS Stroke Manual: The WHO STEP wise
Approach to Stroke Surveillance. World Health Organization.
Yastroki, 2009. Yastroki Tangani Masalah Stroke di Indonesia. www.yastroki.or.id di
askses pada tangal 23 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai