Anda di halaman 1dari 34

Kekerasan

Seksual
Hanif Omar F G992008031
Faticha Ainur A G992003050
Lisa Budiono G992003090
Yuan Vira Z G992102122

Pembimbing :
dr. Novianto Adi Nugroho, S.H., M.Sc, Sp.F
DEFINISI
Kekerasan seksual berasal dari dua kata, yaitu kekerasan dan seksual.
Menurut KBBI kekerasan adalah perbuatan yang dapat menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain
Sementara kata seksual mempunyai arti sesuatu yang berkaitan dengan
seksualitas. Sehingga istilah kekerasan seksual berarti perbuatan seksual yang
tidak diinginkan oleh si penerima, dimana di dalam terdapat ancaman,
tekanan, tidak menyenangkan dan tidak bebas.
DEFINISI
Sedangkan menurut pasal 1 RUU PKS, kekerasan seksual adalah setiap
perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan lainnya
terhadap tubuh, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara
paksa, bertentangan dengan kehendak seseorang, yang menyebabkan seseorang
itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena
ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat
berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian
secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik.
EPIDEMIOLOGI
FAKTOR RISIKO
1. Jenis Kelamin
Perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan seksual.

2. Usia
Semakin muda umur maka semakin rentan untuk menjadi korban kekerasan seksual,
biasanya usia < 15 tahun rentan menjadi korban kekerasan seksual.

3. Tingkat Ekonomi
Kekerasan seksual cenderung terjadi pada golongan ekonomi kurang, akibat
rendahnya tingkat pengawasan dari orang tua.
4. Tingkat Pendidikan
Perempuan dengan pendidikan yang lebih rendah rentan mengalami kekerasan
seksual
FAKTOR RISIKO
5. Lingkungan
Berada pada lingkungan pekerjaan seks komersial dapat meningkatkan kerentanan
menjadi korban kekerasan seksual
6. Pengalaman terhadap kekerasan seksual
Anak yang pernah mengalami kekerasan seksual cenderung mengalaminya lagi dan
berpotensi untuk menjadi pelaku kekerasan seksual

7. Pengaruh obat – obatan atau alkohol


Dapat menurunkan tingkat kesadaran baik pelaku maupun korban sehingga pelaku
dapat melakukan tindak kekerasan seksual tanpa disadari dan efek bagi korban yaitu
menurunkan potensi perlindungan terhadap dirinya.
Bentuk Kekerasan Seksual
1. Pelecehan Seksual

Tindakan seksual melalui sentuhan fisik maupun non fisik


dengan sasaran organ seksual atau seksualitas korban. Cth :
ucapan bernuansa seksual, main mata, menunjukkan materi
pornografi dan keinginan seksual.

2. Eksploitasi Seksual

Tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau kepercayaan untuk


mendapatkan kepuasan seksual atau untuk memperoleh uang,
keuntungan dalam bidang sosial, politik dan lainnya.
Bentuk Kekerasan Seksual
3. Pemaksaan Kontrasepsi

Upaya untuk mengatur, menghentikan, merusak organ, fungsi


dan atau sistem reproduksi orang lain dengan kekerasan, tipu
muslihat, penyalahgunaan kekuasaan

4. Pemaksaan Aborsi

Memaksa orang lain untuk menghentikan kehamilan dengan


kekerasan, ancaman, kebohongan

5. Perkosaan

Serangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan


memasukkan penis, jari tangan atau benda lainnya, ke arah
vagina, anus, atau mulut korban
Bentuk Kekerasan Seksual
6. Pemaksaan Perkawinan

Memaksa seseorang untuk melakukan perkawinan dengan


menyalahgunakan kekuasaan, kekerasan, juga termasuk
perkawinan anak. Dimana seseorang tidak dapat memberikan
persetujuan sesungguhnya.

7. Pemaksaan Pelacuran

Tindakan memaksa pelacuran seksual dengan menggunakan


kekerasan, ancaman, kebohongan identitas, untuk
menguntungkan diri sendiri dan orang lain.
Bentuk Kekerasan Seksual
8. Perbudakan Seksual

Tindakan berupa kekerasan seksual, eksploitasi seksual,


pemaksaan aborsi, pemaksaan perkawinan, pelacuran, dengan
membatasi ruang gerak atau mencabut kebebasan seseorang.
Untuk melayani kebutuhan seksualnya atau orang lain dalam
jangka waktu tertentu.

9. Penyiksaan seksual

Satu atau lebih kekerasan seksual, dilakukan dengan sengaja.


Dengan tujuan memperoleh keterangan, pengakuan,
menghukum. Atau tujuan lain yang didasarkan diskriminasi
Pemeriksaan Forensik
Dokter dapat membuat pemeriksaan lebih mudah pada korban
kekerasan seksual dengan cara berikut:
● Memeriksa sedini mungkin supaya menjaga keutuhan barang bukti dan
kondisi psikis korban, kecuali bila korban terancam nyawanya
● Menjaga privasi korban
● Menyiapkan peralatan sebelum memulai
● Peka terhadap perasaan dan kekhawatiran korban
● Harap dokter yang memeriksa berjenis kelamin sama dengan korban
yang memeriksa, atau meminta ditemani perawat yang berjenis kelamin
sama
● Meminta informed consent pada korban atau keluarganya
● Penggunaan nada suara yang menenangkan korban
Anamnesis
Pemeriksa menanyakan kepada korban atau keluarga korban mengenai :
● Identitas korban
● Riwayat kesehatan korban
● Jenis kekerasan seksual yang diterima korban
● Apa saja dan bagaimana cara dilakukan kekerasannya
● Tempat dan waktu kejadian
● Identitas pelaku kekerasan seksual bila diketahui, atau ciri-ciri pelaku
● Identifikasi cedera
Pemeriksaan Kulit

● Pengambilan sampel area kulit yang belum dicuci yang telah dijilat, dicium,
dihisap, digigit, atau diejakulasi untuk pembuatan profil DNA.
● Analisis adanya saliva pelaku dengan mendeteksi enzim amilase. DNA dari
air liur bisa bertahan hingga 96 jam setelah kejadian, tetapi lebih baik untuk
mengambil sampel sesegera mungkin.
● Identifikasi adanya luka.
● Diperiksa adanya noda (misalnya, kotoran dan darah), cedera, penyakit kulit,
dan bekas luka (termasuk yang disebabkan oleh diri sendiri). Semua cedera
harus dideskripsikan dan dicatat lokasi (diukur dari titik tulang), ukuran dua
dimensi, permukaan penutup (misalnya, kudis, perdarahan, atau
pembengkakan), dan warna.
Pemeriksaan Kulit
● Bite marks – memar oval atau melingkar biasanya memiliki dua lengkungan
berbentuk U dan terdapat jejak gigi. Terdapat tiga tipe, dua dimensi berupa
memar dalam bentuk bekas gigitan, tetapi tidak merusak kulit, tiga dimensi
memiliki karakteristik yang sama dengan gigitan dua dimensi tetapi merusak kulit,
gigitan avulsi dimana jaringan yang digigit benar-benar terpisah dari korban
tetapi jarang ditemukan akibat gigitan manusia.
● Trauma tajam – terkadang korban kekerasan seksual juga dapat mengalami luka
tajam akibat penyerangan.
● Trauma tumpul - memar dapat terlihat jika korban telah dipukul, ditendang,
diikat, atau dicekik oleh penyerang. Dalam kekerasan seksual cenderung
ditemukan memar berbentuk jari di leher dan lengan.
● Luka perlawanan - biasanya untuk mengidentifikasi apakah korban dalam
keadaan sadar ketika penyerangan.
● Trauma pada genitalia
Pemeriksaan Rambut

● Mendeteksi cairan tubuh atau mengambil rambut yang bukan milik korban
atau partikel asing.
● Tes toksikologi untuk mengetahui adanya substance-facilitated sexual
assault.
● Pengambilan sampel rambut dapat dilakukan dengan memotong (apabila
dicurigai terdapat kontaminasi) atau menggunakan sisir atau low adhesive
tape.
● Rambut kemaluan dapat berpindah antar individu selama hubungan seksual.
● Jika tidak mungkin untuk mendapatkan sel bukal atau sampel darah, maka
dapat diambil 10-25 rambut kepala sampai akar untuk sampling DNA.
Pemeriksaan Kuku

Selama serangan seksual, jejak


kekerasan, seperti kulit, cairan tubuh,
rambut, serat, dan tanah, dapat terkumpul di
bawah kuku baik milik korban maupun
pelaku.
Pemeriksaan Rongga Mulut
Fellatio
● Aktivitas seksual di mana penis ditempatkan di dalam mulut, ejakulasi
mungkin atau mungkin tidak terjadi.
● Spermatozoa lebih sering ditemukan dalam sampel air liur tetapi
spermatozoa juga dapat ditemukan dari swab yang diambil dari area
tertentu dari rongga mulut (misalnya, di bawah lidah, langit-langit mulut, dan
bibir).
● Persistensi maksimum spermatozoa dalam rongga mulut adalah 28-31 jam,
tetapi hanya beberapa spermatozoa yang terdeteksi kecuali sampel diambil
dalam beberapa jam setelah ejakulasi.
● Pada beberapa kasus didapatkan lesi palatum setelah fellatio. Area
perdarahan petekie dan memar konfluen ditemukan pada langit-langit lunak
dan pada batas antara langit-langit keras dan lunak.
Pemeriksaan Rongga Mulut

Cunnilingus dan Annilingus


● Cunnilingus adalah aktivitas seksual di mana alat kelamin wanita dijilat,
dihisap, atau digosok dengan bibir dan/atau lidah. Anilingus adalah aktivitas
seksual di mana anus dijilat, dihisap, atau digosok oleh bibir dan/atau lidah.
● Mengetahui adanya saliva dapat mendeteksi enzim amilase pada usapan
vulva dan vagina.
● Dapat juga ditemukan ulserasi pada frenulum lingual, yang biasanya sembuh
dalam 7 hari.
Pemeriksaan Anal-Genitalia
● Sebagian besar pemeriksaan genitalia wanita dewasa dilakukan pada posisi
litotomi, dengan pemeriksaan anal berikutnya pada posisi lateral kiri.
● Bukti tindak kekerasan seksual dan/atau ketiadaan persetujuan (misalnya,
adanya darah dan/atau sperma, memar, laserasi, cedera lain yang konsisten
dengan penolakan) harus dicari.
● Luka yang berhubungan dengan seks pada dinding vagina dan serviks tidak
umum terlihat, mungkin karena kesulitan visualisasi forniks dengan spekulum
dan seluruh permukaan mukosa akibat rugae. Pada otopsi, diseksi akan
memungkinkan inspeksi menyeluruh pada semua permukaan mukosa untuk
mengetahui adanya cedera.
● Cedera baru di vagina atau anal-rektum akan menguatkan bukti dilakukan
penetrasi, namun ketiadaan cedera bukan berarti tidak terjadi penetrasi.
● Periksa tanda-tanda nyeri
Pemeriksaan Anal-Genitalia
● Penggunaan spekulum untuk melihat keadaan di vagina dan anoscope untuk
melihat keadaan anus.
● Penggunaan swab atau kateter balon Foley untuk melihat tepi himen dapat
meningkatkan deteksi cedera.
● Pewarna Touludine menodai nukleus sel epitel yang rusak, membantu
membedakan cedera akut atau kerusakan pada kulit dari area yang tidak
cedera. Lapisan permukaan kulit vulva yang tidak mengalami trauma tidak
mengandung nukleus. Trauma mengekspos lapisan epidermis yang lebih
dalam yang terdapat squamae bernukleus dan mengalami pematangan.
● Kolposkop bisa digunakan karena memiliki beberapa manfaat dalam
menyediakan sumber cahaya terang, pembesaran, dan kemampuan untuk
memperoleh dokumentasi foto.
Pemeriksaan Anal-Genitalia
Cedera Tumpul Pada Genital Wanita

Mekanisme Jenis cedera Lokasi

Peregangan jaringan genital Laserasi “tipe terbelah”, Hymen, labia minora, fourchette
karena penetrasi berorientasi radial posterior, fossa navicularis

Memar, melingkar, terputus Hymen

Impact langsung Memar, lecet, laserasi Semua lokasi

Gaya gesek Lecet, melingkar, terputus Semua lokasi

Kompresi jaringan terhadap Memar, laserasi “tipe remuk” Labia, hymen, dinding vagina
tulang panggul

Robeknya jaringan terfiksasi Memar, laserasi Fourchette posterior, perineum


(misal badan perineum)

Adhesi permukaan yang tidak Memar Tepi bebas labia atau hymen
dilumasi diikuti oleh gerakan
Laserasi Antara labia mayora dan minora
Pemeriksaan Anal-Genitalia
Tanda Kekerasan Seksual pada Perianal

Tanda Temuan

Tanda akut non spesifik Eritema, lecet perianal, edema, fissura, memar,
kongesti vena

Tanda yang mendukung adanya tindak ● Kelemahan anus


kekerasan ● Dilatasi anus >15mm
● Perubahan kronis seperti penebalan
lubang anus, peningkatan elastisitas,
penurunan tonus otot sphincter ani
● Bekas gigitan

Tanda diagnostik ● Laserasi baru


● Transeksi anus
● Perforasi colon rektosigmoid
● bekas luka sembuh yang meluas
melampaui batas anal ke kulit perianal
● Ditemukan tanda ejakulasi dalam rektum
atau di sekitar anal
Pemeriksaan Anal-Genitalia

Laserasi fourchette posterior Laserasi fossa navicularis, Laserasi perianal dengan


diwarnai dengan Toulodine kemerahan
Pemeriksaan Anal-Genitalia

Cedera Hymen Fissura Anus


Pemeriksaan Genitalia Pria

● Apabila ada dugaan seks oral,, usapan dari penis pelapor dapat diperiksa
untuk mengetahui adanya air liur dengan tes amilase.
● Apabila ada hubungan seks vaginal atau anal, swab penis dari tersangka
dapat dilakukan untuk pemeriksaan materi seluler, feses, rambut, serat,
darah, dan lubrikan.
● Profil DNA wanita bisa diperoleh pada usapan penis hingga 24 jam setelah
koitus. Darah dan feses masing-masing hingga 15 dan 18 jam setelah
kejadian.
● Memar, lecet, laserasi, bengkak dapat ditemukan pada alat genital pria
sebagai tanda kekerasan seksual.
Pengambilan sampel dari tubuh untuk pengumpulan
bukti hanyalah satu bagian dari bukti. Bukti lain yang
mungkin dikumpulkan meliputi CCTV,
tisu/kondom/sanitasi yang dibuang, pakaian yang
dikenakan segera setelah kejadian baik oleh pelapor
maupun tersangka, keterangan saksi, keterangan
pelapor, barang bukti forensik dari tubuh tersangka,
pesan teks, posting media sosial, catatan ponsel,
catatan komputer, dll.
Pemeriksaan Kekerasan Seksual pada Anak
Fitur yang menjadi ciri kekerasan seksual anak termasuk :
● Pelaku biasanya adalah pengasuh yang dikenal dan dipercaya.
● Pelecehan seksual anak bisa terjadi selama berminggu-minggu atau bahkan
bertahun-tahun.
● Anak sering tidak mengerti terhadap keburukan pelecehan seksual yang
dialami
● Pelecehan seksual terhadap anak-anak sering terjadi sebagai episode berulang
yang menjadi lebih invasif seiring waktu.

Untuk pemeriksaan perlu diperhatikan sebagai berikut :


● Harus ada informed consent dari wali/orang tua anak atau pihak berwenang
● Anak harus diperiksa dengan memperhatikan kepekaan dan kerentanan
● Mengetahui tingkat perkembangan anak
● Minta anak untuk menggambarkan kejadian dengan kata-kata mereka sendiri
● Periksa juga anak-anak lain yang memiliki hubungan dengan pelaku
Pemeriksaan Kekerasan Seksual pada Anak
● Temuan vagina normal dan tidak spesifik : (1) Benjolan pada hymen; (2) Takik berbentuk
v yang terletak di superior dan lateral hymen, tidak meluas ke dasar hymen; (3)
Vulvovaginitis (4) Aglutinasi labia.
● Perubahan anal normal dan tidak spesifik : (1) Eritema; (2) Fissura; (3) Terbentuk lipatan
kulit di garis tengah; (4) Kongesti vena; (5) Dilatasi anal ; (6)Lichen sclerosis.
● Variasi anatomi atau kondisi fisik yang mungkin disalah artikan sebagai pelecehan
seksual : (1) Lichen sclerosis; (2) infeksi streptokokus vagina dan/atau anus; (3) Ulserasi
vulva non-spesifik; (4) Prolaps urethra; (5) Mutilasi genital anak perempuan; (6) Trauma
yang tidak disengaja.
Pemeriksaan Kekerasan Seksual pada Anak
● temuan sugestif pelecehan seksual termasuk : (1) lecet akut, laserasi atau memar pada
labia, jaringan perihymenal, penis, skrotum atau perineum; (2) takik hymen memanjang
lebih dari 50% lebar tepi hymen; (3) jaringan parut atau laserasi baru pada fourchette
posterior yang tidak hymen; (4) kondiloma pada anak >2 tahun; (5) dilatasi atau jaringan
parut anus yang signifikan.
● Temuan yang merupakan bukti definitif pelecehan atau kontak seksual : (1) sperma/mani
di tubuh anak; (2) kultur positif untuk N. gonorrhoeae atau konfirmasi serologis sifilis; (3)
cedera penetrasi tumpul yang disengaja pada lubang vagina atau anus.
Spesimen Forensik Kekerasan Seksual
Situs Bahan Peralatan Instruksi Sampling

Anus (Rectum) Semen Swab dan slide Gunakan swab dan slide untuk mengumpulkan dan
mikroskop meletakkan material;

Lubrikan Swab usap kering setelah pengambilan sampel

Darah Narkotika, obat Tabung sesuai Ambil 10 ml darah vena

DNA (korban) Tabung sesuai Ambil 10 ml darah

Pakaian Benda asing yang Kantong kertas Pakaian harus dimasukkan ke dalam kantong kertas.
menempel (semen, darah, Kumpulkan lembaran kertas atau kain lap.
rambut) Barang-barang basah harus dikantongi secara
terpisah.

Genital Semen Swab dan slide Gunakan swab dan slide terpisah untuk
mikroskop mengumpulkan bahan dari genitalia eksterna,
vagina, dan serviks

Rambut perbandingan dengan Kontainer steril Potong kira-kira 20 batang rambut dan taruh di
rambut yang ditemukan di kontainer steril
tempat kejadian
Spesimen Forensik Kekerasan Seksual
Situs Bahan Peralatan Instruksi Sampling

Mulut Semen Swab, kontainer Gunakan swab beberapa kali di bagian mulut yang
steril, dental floss berbeda. Untuk sampel cuci mulut, kumur-kumur
dengan 10 ml air lalu tampung di kontainer steril.

DNA (korban) Swab Buccal swab cukup untuk mendapatkan DNA korban

Kuku Kulit, darah, serat dari Tusuk gigi steril, Gunakan tusuk gigi untuk mengumpulkan bahan
pelaku gunting kuku, dari bawah kuku atau kuku dapat dipotong lalu
kontainer steril dikumpulkan dalam kontainer steril

Pembalut Benda asing (semen, Kontainer steril Kumpulkan jika digunakan selama atau setelah
/tampon darah, rambut) penetrasi vagina atau oral

Kulit Semen Swab Gunakan swab di tempat adanya sperma

Saliva (di bekas gigitan, Swab Keringkan swab setelah digunakan


jilatan), darah

Benda asing (rambut) Swab atau penjepit Tempatkan bahan di kontainer steril

Urine Narkotika, obat Kontainer steril Kumpulkan 100 ml urine


Pemeriksaan Sampel dan Lainnya
● Pemeriksaan DNA dari sampel darah, rambut, saliva, buccal swab
● Pemeriksaan toksikologi pada sampel darah dan urine bila ada kecurigaan
penggunaan obat-obatan dalam kekerasan seksual
● Semen yang didapat melalui swab bisa dikonfirmasi dengan mikroskop
● Tes serologi untuk sifilis, hepatitis B, dan HIV
● Pemeriksaan kehamilan bila korban wanita usia subur
● Tes pencitraan dapat digunakan untuk mengetahui lebih lanjut trauma
komorbid
● Kultur dari swab bagian tubuh yang terlecehkan untuk mengevaluasi PMS
(misalnya, oral, tenggorokan, vagina, dan anus)
Daftar Pustaka
1. Catherine W. 2013. Genital injuries in adults. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology. Volume 27 (1) : 113-130. ISSN
1521-6934. https://doi.org/10.1016/j.bpobgyn.2012.08.011.
2. Gomes, A. 2018. Injuries From Sexual Assault And Rape Seen Within Forensic Nursing. University of Porto
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). https://kbbi.web.id/kekerasan. Diakses pada tanggal 07 Juni 2021 pukul 11:42 WIB.
4. Lincoln CA. Sexual Assault: Forensic Examination in the Living and Deceased. Acad Forensic Pathol. 2018;8(4):912-923.
doi:10.1177/1925362118821490.
5. Martin S, Housley C, Raup G. 2010. Determining competency in the sexually assaulted patient: a decision algorithm. J Forensic Leg Med.
Jul;17(5):275-9. doi: 10.1016/j.jflm.2010.02.007.
6. Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual, hlm. 97, 98, 99
7. Nittis, M. 2020. Sexual Assault Examination dalam Stark, M. M. Clinical Forensic Medicine Ed 4. Switzerland : Springer Nature Switzerland AG.
h 63-142. doi:10.1007/978-3-030-29462-5
8. Sackey, M. 2018. Sexual Assault. https://emedicine.medscape.com/article/806120 diakses 6-6-2021.
9. Thoeng Sabrina (Ed.), Komnas Perempuan, Modul dan Pedoman Kekerasan Seksual: 15 Bentuk Kekerasan Seksual Sebuah Pengenalan,
Komnas Perempuan, hlm. 6, terdapat dalam
https://www.komnasperempuan.go.id/file/pdf_file/Modul%20dan%20Pedoman/Kekerasan%20Seksual/15%20BTK%20KEKERASAN%20SEK
SUAL.pdf.
10. World Health Organization, 2017. Violence Against Women. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/violence-against-women.
Diakses pada tanggal 07 Juni 2021 pukul 11:50 WIB.
11. WHO. 2003. Guidelines for medico-legal care for victims of sexual violence. WHO : Geneva.
12. Komnas Perempuan, 2020. CATAHU 2020: Kekerasan terhadap Perempuan Meningkat: Kebijakan Penghapusan Kekerasan Seksual
Menciptakan Ruang Aman Bagi perempuan dan anak perempuan. Catatan Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2019.
https://komnasperempuan.go.id/catatan-tahunan-detail/catahu-2020-kekerasan-terhadap-perempuan-meningkat-kebijakan-penghapusan-ke
kerasan-seksual-menciptakan-ruang-aman-bagi-perempuan-dan-anak-perempuan-catatan-kekerasan-terhadap-perempuan-tahun-2019.
Diakses pada 7 Juni pukul 12.00 WIB.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai