KELOMPOK A6
ABIMANYU TUWUH S G0016001
CHANDRA PRABASWARA G0016049
HANIF OMAR FARIED G0016101
MUHAMMAD AL HAFIDZ R G0016151
MUHAMMAD HILMI S G0016239
TIARA MAHZA WARDHANI G0016215
JIHAN SANTI FADHILLA G0016121
ATIKA RIZKI YERMAN G0016031
CHRISTINE CITRA A G0016051
HILLARINE VALENCIA G0016105
MARIA JESSICA Y G0016143
MONICA BELLA E G0016147
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 3
Seorang pasien laki-laki umur 69 tahun datang ke klinik utama dengan
keluhan perutnya sering terasa tidak enak. Terkadang terasa kembung dan diare,
tetapi tidak disertai demam. Telah beberapa kali memeriksakan diri ke dokter
umum, dan oleh dokter didiagnosis dispepsia ataupun gastritis. Pasien tidak
merasa sembuh, bahkan berat badan pasien terus berkurang sampai 20 kg dalam
waktu 2 bulan. BAB terkadang diare disertai lendir darah. Diet harian pasien
lebih suka daging dan tidak suka sayuran. Terdapat riwayat merokok 2 pak/hari,
dan operasi hemoroid 20 tahun yang lalu.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang diperoleh Hb
9gr%, Lekosit 6500, trombosit: 160.000, dan HT 30%. Faal hati (Albumin 2,91
gr/dl, SGOT 50U/L, SGPT 25U/L, Alkali phospatase 1142) dan terdapat
peningkatan kadar CEA. Dan pada pemeriksaan USG menunjukkan adanya
gambaran hyoepoechoic di kolon ascenden disertai hepatomegali dan asites.
Karena mencurigai suatu pproses keganasan maka dokter merujuk pasien ke RS
tipe A untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan penanganannya.
Keluarga pasien bertanya kepada dokter, apakah peyakit ada kaitannya
dengan gaya hidupnya? Apakah pasien dapat sembuh, karena amenurut mereka
banyak pasien yang telah menjalani pengobatan sampai rambutnya rontok tetapi
belum sembuh. Apakahh penyakit ini diturunkan? Bagaimana cara
pencegahannya agar anggota keluarga yang lain tidak terkena?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANGKAH I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
sulit dalam skenario. Dalam skenario kali ini, kami mengklarifikasi istilah-
istilah berikut ini:
1. Hypoechoic : daerah pada gambaran ultasound di mana gema yang
dihasilkan lebih sedikit dari jaringan sekitar/lebih sedikit dari normalnya.
2. Dyspepsia : gangguan pada fungsi sistem pencernaan, biasanya terjadi
setelah makan, gejalanya nyeri epigastrika, perut mual, dsb.
3. Alkali fosfatase : Enzim dari hepar, tulang, usus, ginjal. Diproduksi di
epitel hati, osteoblas.
4. Colon ascendent : bagian colon antara ileocecal orifice dan flexure colic
kanan
5. CEA (Carcinoembyonic antigen) : protein dari epitel saluran cerna janin,
tumor marker kanker kolerektal, paru, lambung, usus.
6. Ascites : akumulasi cairan abnormal pada rongga abdominal
9. Differential diagnosis
Ulcerative colitis : inflamasi daerah abdominal. Bisa menyebabkan
perdarahan di rektum, diare, demam, leukositosis.
Crohn disease : inflamasi kronis gastrointestinal dari mulut hingga
anus karena tidak seimbangnya mediator pro inflamasi dan anti inflamasi
(faktor genetik). Dapat menyebabkan perdarahan anus, demam, penurunan
berat badan, nausea, tulang rapuh.
Small intestinal diverticulosis : herniasi mukosa di beberapa titik
lemah usus. Dapat menyebabkan nyeri perut, perdarahan, diverticulisis
(demam dan inflamasi), malabsorbsi, anemia.
Ileus : sakit perut ekstrem. Dapat menyebabkan kram perut,
menurunnya nafsu makan, konstipasi, perut bengkak, nausea
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dilihat dari gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium, pasien diduga
menderita kanker kolorektal. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dituliskan
dalam laporan ini. Penyakit ini sangat eratannya dengan gaya hidup; daging
merah yang dikonsumsi terutama dengan cara diasinkan atau dibakar sangat
bersifat karsinogenik karena kandungan nitrosamin yang mengubah aktivitas
metabolik menjadi karsinogenik; tidak suka makan sayuran sehingga kurangnya
proteksi lumen usus yang dapat menyebabkan keganasan dan mudahnya terkena
stres oksidatif; kebiasan merokok yang menyebabkan metilasi DNA dan
menginduksi kanker. Menurut gejala klinis, pasien dalam stadium 4b dengan
survival rate 10% dan terjadi metastasis ke liver yang menyebabkan prognosis
menjadi sangat buruk. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini diturunkan melalui
mutasi APC (adematous polyposis gene) yang ditemukan pada FAP (familial
polyposis gene). Penyakit ini dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup seperti
memperbanyak makan sayuran, mengurangi konsumsi daging merah, mengurangi
merokok dan alkohol, serta menambah aktivitas fisik.
Saran
Secara garis besar, pada pelaksanaan diskusi tutorial skenario kedua Blok
IX: Neoplasma ini berjalan lancar, tidak ada hambatan yang berarti. Langkah 1,
yaitu membahas dan memahami pengertian beberapa istilah asing, tidak memiliki
hambatan yang memadai, semua peserta mampu berperan aktif memberikan
pertanyaan dan tanggapannya berdasarkan prior knowledge yang dimiliki, bahkan
beberapa sudah menyebutkan sumber yang valid. Langkah 2, yaitu
mendefinisikan/menentukan masalah, dapat berlangsung dengan lancar, semua
peserta mampu berperan aktif dengan menanyakan pertanyaan yang kritis dan
meruncing pada topik-topik permasalahan inti sehingga diskusi dapat terpusat dan
tidak meluas ke hal-hal yang tidak semestinya. Langkah 3, yaitu menganalisis
permasalahan dan membuat jawaban sementara mengenai permasalahan tersebut,
juga dapat berjalan dengan lancar. Masing-masing anggota kelompok sudah
belajar dan mencari info terlebih dahulu terkait dengan skenario yang akan
dibahas, sehingga ketika melakukan diskusi tutorial ini, anggota dapat
menyampaikan info dengan akurat berdasarkan sumber yang EBM (Evidence
Based Medicine) dan mendiskusikannya secara bersama dengan baik. Langkah 4,
yaitu menginventarisasi permasalahan secara sistematis mengenai permasalahan
pada langkah-3, dapat berjalan lancar meskipun sedikit terhambat. Anggota
memiliki pendapat masing-masing yang berbeda mengenai apa sumber masalah
utama atau bahan pokok dari skenario tutorial ini sehingga sempat ada
perdebatan, namun dapat saling mengarahkan pada problem tree yang paling
tepat. Langkah 5, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran, dapat berjalan dengan
lancar, anggota mampu menyebutkan tujuan pembelajaran yang sesuai, ada
beberapa yang kurang, kemudian diarahkan oleh tutor sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang sesuai. Langkah 6, yaitu mengumpulkan informasi
baru, berjalan dengan sedikit hambatan, yaitu sedikitnya materi yang akan dicari
lagi, sehingga berdampak pada pertemuan selanjutnya yaitu Langkah 7.
Pada pertemuan kedua, hambatan juga tidak terasa, terbukti dengan tidak
adanya space atau jeda kosong dimana semua anggota berpartisipasi memberikan
pendapat, karena banyaknya materi dan pembahasan sehingga diskusi mengalir
terus. Tiap anggota juga memiliki materi yang beragam dan saling melengkapi
satu sama lain sehingga tiap LO dapat dijelaskan dengan baik.
Saran untuk anggota agar terus meningkatkan kinerjanya. Masing-masing
anggota harus mencari setiap tujuan pembelajaran dari berbagai sumber, tidak
hanya terpaku pada buku pembelajaran yang dianjurkan oleh dosen, tapi juga bisa
mencari jurnal atau bertanya pada ahlinya. Anggota juga harus lebih aktif dalam
penyampaian pendapat, lebih berani, dan tidak takut mengutarakan hasil
pencariannya. Dalam tiap proses menjawab LO, alangkah baiknya nama anggota
yang menjawab LO tersebut dicatat sekaligus dengan sumbernya, untuk
memudahkan proses pembuatan laporan tutorial.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi
Robbins. Edisi. 9. Singapura: Elsevier.
Cagir, Burt. (2017). Colon Cancer. United State of America: Department
of Surgery, Guthrie Robert Packer Hospital. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/281237-overview#a4,
diakses 28 September 2017
Kemenkes (2012). Pedoman Pelayanan Kedokteran Kanker Kolorektal.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKkolorektal.pdf, l 27
september 2017
Kumar V, Abbas AK, dan Aster JC. (2013). Robbins Basic Pathology.
Philadelphia: elsevier saunders
Sangisetty, K.L. (2012). Malignant ascites: A review of prognostic
factors, pathophysiology and therapeutic measures. Department of
Surgery, Warren Alpert Medical School of Brown University,
Rhode Island Hospital. Available at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3351493/, diakses
28 September 2017