Profesi Ners C
Oleh:
Farhan Malik Ibrahim Syafrudin 322069
B. Etiologi
Etiologi dari kista duktus koledokus belum dapat diketahui dengan
pasti, mungkin banyak faktor yang berperan. Diduga penyebabnya kongenital
atau didapat. Agaknya kelainan ini dimulai dengan anomali pengaliran saluran
empedu dan saluran pankreas, serta gangguan mekanisme sfingter Oddi.
Infeksi dengan atau tanpa refluks cairan pankreas mungkin merupakan faktor
kausal.
Penyebab utama dari kista ductus koledokus masih belum diketahui, namun
diduga hal ini terjadi akibat gagal bersatuny saluran empedu dan saluran
pancreas pada masa kehamilan. Pancreas menghasilkan enzim yang penting
untuk mencerna makanan. Kelainan pada penyatuan saluran empedu dan
saluran pancreas menyebabkan enzim bocor ke jaringan sekitarnya dan
menyebabkan perubahan pada jaringan selitarnya. Hasil dari perubahan
tersebut berbentuk kantung dan menghasilkan kista ductus koledokus.
C. Manifestasi Klinis
Terdapat dua kelompok penderita kista koledokus. Kelompok infantil,
yang berumur rata-rata tiga bulan, dengan gejala ikterus obstruksi akibat
atresia saluran empedu. Kelompok kedua yang gejalanya lambat timbul, yaitu
pada usia rata-rata 9 tahun berupa nyeri, masa di perut kanan atas, serta
ikterus. Trias gejala klasik untuk kista koledokus adalah nyeri pada perut,
jaundice, dan masa di perut kuadran kanan atas.
Meskipun dijelaskan pada kebanyakan pasien, kenyataan nya trias ini jarang
terlihat, terjadi hanya 5 – 10 % dari pasien anak-anak dan hampir tidak ada pada
pasien dewasa. Pada pasien anak, keluhan nyeri pada perut adalah gejala yang paling
umum muncul. Meskipun hanya sedikit yang datang dengan keluhan semua trias,
tetapi sekitar 85 % anak-anak menunjukkan setidaknya dua dari gejala. Jaundice
merupakan gejala yg muncul pada 27– 57 % pasien, lebih umum daripada kolangitis
atau pankreatitis. Nyeri pada perut juga merupakan keluhan utama yang paling
umum muncul pada orang dewasa, diikuti jaundice dan kolangitis. Gejala lain yang
muncul adalah mual atau muntah, penurunan berat badan, pruritus, atau perdarahan
gastrointestinal. Massa pada perut jelas jarang pada orang dewasa, dilaporkan hanya
3 % pasien. Pada orang dewasa yang memiliki kista koledokus dapat menunjukkan
gejala yang tidak jelas atau mungkin benar-benar asimptomatik. Akibatnya, diagnosis
menjadi tertunda
D. Patofisiologi
Pada kista duktus koledokus, mukosa duktus biliaris menunjukkan
adanya erosi, deskuamasi epitel dan hiperplasia papilary dengan regenerasi
atipik. Displasia mukosaduktus biliaris tanpa karsinoma juga kerap ditemui.
Perubahan metaplasia seperti selmucous, sel goblet dan sel Panet juga
ditemui. Hiperplasia dan metaplasia meningkat seiring usia dan dapat menjadi
karsinoma pada usia dewasa. Perubahan ini dapat ditemui pada semua tipe
kista duktus koledokus.
Mukosa kandung empedu pada pasien dengan PBMU menunjukkan
kolesistitis, cholesterolosis, adenomyosis atau adenomyomatosis, polip, termasuk
adenoma dan hiperflasia epitel. Mukosa kandung empedu pada FFCC ditandai
hiperplasia difus diepitel dengan atau tanpa metaplasia dari pyloric glands, sel goblet
dan sel Panet
E. Klasifikasi
1. Tipe 1 kista koledoukus.
Berupa dilatasi saluran empedu ekstrahepatik. Tipe ini adalah tipe kista
yang paling umum, ditemukan 75 – 85 % kasus. Terdapat pelebaran pada
ductus koledokus (common bile duct). Pelebaran ini tidak berbentuk
kantung. Tipe 1 dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai :
1A. Kistik. Berbentuk sakular dan melibatkan seluruh dari duktus
ekstrahepatikus
1B. Fokus. Berbentuk sakular dan hanya melibatkan sebagian segmen duktus
biliaris
1C. Fusiform. Berbentuk fusiform dan melibatkan sebagian besar dan seluruh
dari duktus ekstrahepatikus
A. Tipe 1A (Kistik)
B. Tipe 1B (Fokus)
C. Tipe 1C (Fusiform)
Gambar 6.
F. Penatalaksanaan
Eksisi Pengobatan yang lebih dipilih untuk pengobatan kista saluran
empedu adalah komplit eksisi dengan kolesistektomi dan rekonstruksi dengan
Roux-en-J hepatikojejunostomi. Pada tahun sebelumnya, pasien sering di
tangani tanpa eksisi dengan anastomosis kista ke jejunum, duodenum atau
perut. Prosedur internal drainase mengakibatkan tingginya tingkat stenosis,
lithiasis, kolangitis, dan operasi ulang serta gagal untuk mengatasi sifat
premalignant lesi ini. Saat ini, eksisi kista dapat dilakukan dengan tingkat
morbiditas dan mortlalitas yang rendah dibandingkan operasi lampau dengan
internal drainase. Sayangnya, ketika proses kitik melibatkan multiple
intrahepatik dan ekstrahepatik, komplit eksisi mungkin tidak layak. Dalam
keadaan ini, eksisi parsial dikombinasi dengan drainase dari sisa saluran
abnormal mungkin satu-satunya solusi.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak mampu untuk menegakkan diagnosis
dari kistaduktus koledokus, tetapi dapat menggambarkan kondisi klinis
dari pasien. Oleh karena gejala tersering adalah jaundice, hasil
laboratorium terpenting adalah conjugated hiperbilirubinemia peningkatan
alkaline phosphatase, dan marker lainuntuk obstruktif jaundice. Apabila
obstruksi biliaris sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka
dapat pula disertai profil koagulasi yang abnormal. Nilai amilase plasma
dapat menunjukkan peningkatan pada saat episode nyeri perut.
b. Pemeriksaan Radiologi
Bagaimanapun bentuk dari kelainan anatomi, pemeriksaan radiologis
merupakankunci dalam menegakkan diagnosis. Computed tomography
(CT) cholangiography, dahulu digunakan sebagai alat penunjang dalam
menegakkan diagnosis dari kistaduktus koledokus, saat ini digantikan oleh
pemeriksaan yang lebih akurat
c. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang awal yang terpilih dandapat
menggambarkan ukuran, bentuk, duktus proksimal, pembuluh darah dan bnetuk
dari hepar. Komplikasi seperti kolelitiasis, hipertensi portal dan biliary ascites
dapat pula terlihat.
d. Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) dapat dilakukan
dibawah pengaruh sedasi pada anak tanpa menggunakan bahan kontras atau
tanapa radiasi. MRCP merupakan pemeriksaan yang bersifat noninvasif dan
dapatdigunakan untuk menggambarkann duktus pankreatik dan biliaris proksimal
dariobstruksi. Pada anak dengan usia dibawah 3 tahun, MRCP amungkin tidak
dapat menggambarkan sistem pankreticobiliaris dikarenakan kalibernya yang
kecil.
H. Komplikasi
Komplikasi kista koledokus adalah:
1. Obstruksi empedu
2. Kolangitis
3. Abses hati
4. Ruptur
5. Perubahan keganasan.
Kemungkinan perubahan keganasan adalah 20 kali dan risiko keganasan
bertambah besar dengan bertambahnya usia.
Asuhan Keperawatan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST OP LAPARATOMY
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
rumah sakit.
generasi terdahulu.
f. Seksualitas/reproduksi
g. Peran
h. Persepsi diri/konsep diri
5. Pemerisaan Fisik
1. Kepala
riwayat operasi.
2. Mata
(nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan
3. Hidung
4. Mulut
5. Dada
kempih dada.
6. Abdomen
7. Ekstremitas
b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan
pada sendi.
c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
kekuatanya berkurang.
kekuatan penuh.
6. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan
insisi bedah.
operasi laparatomi.
7. Intervensi Keperawatan
Keperawatan hasil
rekasasi
nyaman sesuai
kebutuhan
6. Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
infeksi resep
mobilitas kebutuhan
rencana ambulasi
sesuai kebutuhan
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
8.Implementasi
2011).
9. Evaluasi