Pendahuluan
Proses menua dalam perjalananhidup manusia merupakan suatu hal wajar
dan akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat
cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu. Berdasarkan
UU No.13 Tahun 1998 dikatakan bahwa batasan lanjit usia adalah pada umur 60
tahun, terjadi proses penuaan secara ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah
fisik, mental, ekonomi, dan psikologis.
Sebagian besar klien usia lanjut mengeluh memgalami nyeri dan
sakit/pegal-pegal pada ekstermitas bawah. Kondisi yang masih baik ini tentunya
perlu dipertahankan dan dilakukan tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan
kognitif maupun mencegah keluhan fisik. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk
mengadakan penyuluhan yang bertujuan untuk menjaga kesehatandan
meningkatkan derajat kesehatan termasuk fungsi kognitif dan kesehatan fisik. Senm
otak meruakan temuan baru yang sudah dibuktikn melalui penelitian dapat
digunakan sebagai upaya pencegahan atau dapat mengatasi masalah kesehatan
kognitif, mencegah demensia, sehingga senam otak merupan topik yang menarik
untuk dilakukan pada acara penyuluhan.
Perubahan tidak hanya terjadi pada fisik dan psikososial, tetapi juga pada
kognitif, karena fungsi kognitif dipengaruhi oleh adanya perubahan pada struktur
dan fungsi organ otak, penurunan fungsi sistem muskuloskeletal, dan sistem
reproduksi. Atropi yang terjadi pada otak akibat penuaan menyebabkan penurunan
hubungan antarsaraf, mengecilnya saraf panca indra sehingga waktu respon dan
waktu bereaksi melambat, defisit memori, gangguan pendengaran, penglihatan,
penciuman, dan perabaan. Menurunnya daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap nada tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada orang di atas umur 65 tahun.
Lansia yang sering mengalami penurunan kognitif sering dianggap sebagai masalah
biasa pada mereka yang memasuki usia lajut. Mitos yang terdapat di masyarakat
bila lanjut usia mengalami demensia atau kepikunan, hal itu dianggap wajar dan
bila lanjut usia sudah menderita demensia sudah tidak bisa dilakukn apa-apa lagi.
Pada kenyataannya demensia stadium ringan dan sedang klien masih bisa ditolong
bila terdeteksi secara dini, diberikan nasihat, dan bantuan informasi yang baik dan
benar (Nugroho, 2008).
Fungsi kognitif juga berkaitan dengan aktivitas fisik, dimana aktivitas fisik
erat kaitannya dengan sistem muskloskeletal. Pada dasarnya, setiap gerakan fisik
yang dilakukan memberikan rangsangan kepada otak, dengan menurunnya aktivitas
maka rangsangan kepada otak juga berkurang. Karena otak memiliki sifat plastisitas
dimana bila terus diberikan rangsangan, fungsinya akan tetap terjaga dan sebaliknya
bila rangsangan tersebut kurang atau tidak ada, proses plastisitas tidak terjadi dan
otak akan mengalami penurunan struktur dan fungsinya.
Kognitif adalah kegiatan-kegiatan mental yang dibutuhkan dalam
memperoleh, menyimpan, mendapat kembali, dan menggunakan pengetahuan
suatu hal. Kognitif meliputi proses-proses mental, seperti mempersepsikan, belajar,
mengingat, menggunakan bahasa, dan berpikir. Dalam kognisi, kita mempelajari
sesuatu dan menempatkan sesuatu tersebut dalam ingatan kita,
mengkomunikasikannya lewat bahasa menggunakan simbol-simbol mental, dan
secara cerdas memecahkan masalah menggunakan informasi yang telah dipelajari
dan disimpan. Oleh karena itu kemampuan fungsi mengingat pada seseorang akan
mempengaruhi kemampuan berpikir sehingga respon kognitif yang ditimbulkan
akan berbeda. Proses mengingat terjadi dengan menggabungkan antara informasi
yang diterima melalui panca indra dengan informasi yang telah disimpan dalam
ingatan jangka panjang. Kapasitas atau kemampuan kognisi seseorang disebut
sebagai kecerdasan atau intelegensi. Kemampuan kognitif adalah kemampuan
untuk memikirkan sesuatu, berkhayal, bercita-cita, atau melihat jauh ke depan,
menetapkan tujuan-tujuan, dan membuat rencana kegiatan guna mencapai hal
tersebut.
Terapi non farmakologis perlu diterapkan untuk menunda kemunduran
kognitif dengan menerapkan perilaku sehat dan melakukan stimulasi otak sedini
mungkin untuk melatih kemampuan otak bekerja. Oleh karena itu perlu
mengantisipasi dan meminimalisir perubahan yang terjadi pada lansia tersebut.
Salah satu stimulasi otak yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia
yaitu dengan aktivitas fisik yaitu olahraga senam otak (brain gym) untuk
mempertahankan kemampuan yang ada dengan terus memberikan stimulasi pada
otak (Markam, 2005).
Senam otak atau lebih dikenal dengan Brain Gym adalah gerakan-gerakan
ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan
rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah
yang dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif dan menunda penuaan dini
dalam arti menunda pikun atau perasaan kesepian yang biasanya menghantui para
manula (Gunadi, 2009). Senam otak mengarah kepada peningkatan koordinasi
fungsi tubuh, motorik, keseimbangan, dan daya pikir atau daya ingat seseorang.
Penurunan fungsi tubuh dan kognitif seseorang akibat menua dapat diminimalisir
dengan terapi tersebut. Dampak positif bermain game bagi Kesehatan otak adalah
menyeimbangkan otak kiri dan kanan. Permainan dapat mendorong pemainnya
utuk melakukan serangkaian aktivitas fisik dengan prinsip gerakan menyilang.
Gerakan ini memanfaatkan ekstermitas pada kedua sisi tubuh sehingga kedua
belahan otak dapat digunakan secara bersamaan. Gerakan-gerakan tersebut terbukti
mampu menyeimbangkan fungsi kedua belahan otak.
Setelah selesai mengikuti senam otak, peserta dapat menerapkan senam otak
sebagai kegiatan olahraga rutin.
C. PERSIAPAN
1. Identifikasi peserta
a. Klien sehat fisik dan jasmani
b. Klien kooperatif dan komunikasi baik
c. Klien adalah tahapan lansia >60 tahun yang tinggal di RW 04
Cipedes
2. PerencanaanInteraksi
Hari/Tanggal : Rabu, 05 April 2023
Waktu : Pukul 09.00 – 10.00 Wib
Tempat : Ruang Aula RW
Lama Kegiatan : 1 x 30 menit
3. Teknik/Strategi
a. Peserta lansia dalam satu kelompok dengan jumlah 10 orang.
b. Peserta berbaris berjajar dalam menghadap Fasilitator
c. Moderator dan Pemandu/Fasilitator senam berdiri di depan
menghadap Peserta
4. CaraBermain
a. Kegiatan dibuka oleh moderator dengan menjelaskan kegiatan
yang akan dilakukan, waktu kegiatan dan tujuan kegiatan yang
dilanjutkan memimpin perkenalan.
b. Semua mahasiswa memperkenalkan diri kemudian diikuti dengan
seluruh peserta.
c. Peserta berbaris
d. Setelah selesai perkenalan kegiatan diserahkan kepada pemandu
senam.
e. Pemandu senam berdiri di depan barisan, fasilitator mendampingi
dalam setiap barisnya dan observer mengamati dan mengevaluasi
jalannya kegiatan.
f. Senam otak dilakukan sesuai dengan pemandu yang berada di
depan, fasilitator membantu peserta mengalami kesulitan.
g. Gerakan dan teknik senam terlampir.
h. Setelah senam selesai kegiatan dikembalikan kepada moderator,
dievaluasi dan disimpulkan oleh observer.
i. Kegiatan ditutup oleh moderator.
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO PENYULUH RESPON LANSIA WAKTU
1. Pembukaan 5 menit
a. Salam pembuka a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Berpartisipasi
c. Menyampaikan aktif
tujuan c. Memperhatikan
2. Kegitan inti: “Senam Otak” 20 menit
a. Menjelaskan dan a. Memperhatikan
menguraikan tujuan penjelasan
senam otak penyuluhan
b. Menjelaskan dengan cermat
prosedur senam b. Memperhatikan
otak simulasi
c. Demonstrasi dan c. Mengikuti
pelaksanaan senam Gerakan yang
otak diajarkan oleh
d. Bermain dengan pemandu
kartu dan berwarna senam/peraga
e. Memberikan d. Mengikuti
kesempatan permainan kartu
audience untuk e. Mampu
bertanya menyebutkan
f. Menjawab warna yang
pertanyaan sesuai dengan
kata
f. Menanyakan
hal-hal yang
belum jelas
3. Penutup 5 menit
a. Menyimpulkan a. Memperhatikan
kegiatan yang telah kesimpulan
disampaikan materi
b. Melakukan evaluasi b. Menjawab
dengan mengajukan pertanyaan
pertanyaan c. Menjawab salam
c. Mengakhiri
kegiatan
F. Metode
Demonstrasi
H. Evaluasi
Pada evaluasi kegiatan senam otak di panti rindu sehat, evaluasi
dilakukan sebelum dan setelah setelah proses pembelajaran. Evaluasi
kegiatan dilakukan dalam 3 tahap.
1. Evaluasi persiapan
a. Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum promosi kesehatan
b. Media sudah siap 2 hari sebelum promosi kesehatan
c. Tempat sudah siap 2 jam sebelum promosi kesehatan
d. SAP sudah siap 3 hari sebelum promosi kesehatan
2. Evaluasi proses
a. 75% peserta datang tepat waktu
b. Peserta memperhatikan penjelasan penyuluh
c. Peserta aktif mendemonstrasikan gerakan Brain gym/ Senam otak
d. Peserta menyebutkan 6 jenis warna yang tidak sesuai dengan
tulisannya
e. Media dapat digunakan secara efektif
3. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi Pembelajaran Klien
I. Pengorganisasian/Penugasan
1. Ketua :
Uraian Tugas : Bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap terlaksananya kegiatan terapi modalitas senam
otak.
2. Moderator :
Uraian tugas : Membuka acara kegiatan senam otak dan
perkenalan, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan,
tujuan kegiatan, mengatur waktu kegiatan dan menutup
permainan.
3. Pemandu senam (Pemateri) :
Uraian tugas : Memandu dan memimpin jalannya senam
otak, menanyakan respon peserta, memberi reinforcement
positif kepada peserta senam.
4. Fasilitator :
Uraian tugas : Menfasilitsi, menyiapkan dan mengajak
peserta mengikuti kegiatan yang dilaksanakan.
Mendampingi peserta, membantu peserta saat kegiatan,
memberi motifasi, dan memberi reinforcement positif
kepada peserta
5. Observer :
Uraian tugas : Mengamati jalannya kegiatan, mencatat
respon peserta selama kegiatan dengan menggunakan lembar
observasi yang digunakan, membuat kesimpulan tentang
jalannya kegiatan dan membuat usulan terhadap peserta
yang memerlukan tindakan lebih lanjut.
Lampiran
Gerakan 3: Gerakan 5 jari pada tangan kanan, dan satu jari pada tangan
kiri, dilakukan secara bergantian