Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SENAM OTAK

Disusun Oleh:

1. Amilia Dwi Indrawati


2. Muhammad Zanuar Aliffandi
3. Noeril Zain Firdaus
4. Nor Laila
5. Siti Naimaul Hasanah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS dr. SOEBANDI

JEMBER

2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN
SENAM OTAK PADA LANSIA DENGAN RESIKO DIMENSIA

A. Topik : Senam otak (brain gym)


Sub Topik : Senam otak untuk lansia dimensia

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat melakukan terapi senam otak sehingga meminimalisir terjadinya
dimensia

2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengenal terapi senam otak
2. Mampu meminimalisir dimensia yang terjadi pada klien
3. Klien mengetahui apa itu senam otak dan kaitannya dengan dimensia

C. Sasaran : Lansia

D. Metode Penyuluhan
1. Diskusi / tanya jawab
2. Demonstrasi

E. Media Penyuluhan
Video

F. Kegiatan Penyuluhan
No Fase Kegitan Penyuluh Kegitan Peserta Waktu
1. Pra  Menyiapkan Satuan Acara - 15 menit
Interaksi Penyuluhan dan bahan untuk
persentasi serta demonstrasi.
 Menentukan kontrak waktu
dan materi dengan Lansia
satu hari sebelum penyuluhan
dilakukan.
2. Interaksi  Membuka kegiatan dengan  Menjawab 30 menit
(kerja) mengucapkan salam. salam
 Memperkenalkan diri.  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan.
penyuluhan.
 Menggali pengetahuan Lansia  Memperhatikan
tentang senam otak.
 Menjelaskan pengertian dan  Memperhatikan
manfaat dari senam otak
 Mendemontrasikan cara  Memperhatikan
senam otak dan mengikuti,
 Memberikan kesempatan  Bertanya dan
pada Lansia untuk menjawab
mengajukan pertanyaan pertanyaan yang
kemudiaan didiskusikan diajukan.
bersama.
3. Evaluasi Menanyakan kepada Lansia Menjawab 10 menit
tentang materi yang telah pertanyaan/
diberikan dan reinforcement kooperatif
kepada peserta apabila dapat
menjawab pertanyaan dengan
benar.
4. Terminasi  Mengakhiri pertemuan dan  Mendengarkan 5 menit
mengucapkan terimakasih  Menjawab
atas partisipasi peserta. salam
 Mengucapkan salam penutup.
G. Waktu Pelaksanaan
Hari : Selasa, Kamis, ( 08-10 Mei 2023)
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Wisma

H. Materi
1. Pengertian dari dimensia
2. Penyebab dari dimensia
3. Konsep brain gym

I. Metode Evaluasi
Tes lisan di akhir demonstrasi.

J. Alat Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : video
d. Kesiapan tempat
e. Peserta hadir ditempat penyuluhan.
f. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah Lansia, Sumowono.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan atau menjawab pertanyaan secara benar
d. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan dan fokus terhadap materi
3. Evaluasi Hasil
Dengan menggunakan metode diskusi/tanya jawab secara lisan Lansia
mampu:
a. Menjelaskan kembali apa itu dimensia
b. Menjelaskan kembali penyebab (penyebab dimensia)
c. Menjelaskan gejala dimensia
d. Menjelaskan pencegahan dimensia
e. Memperagakan brain gym atau senam otak
Daftar pertanyaan dan jawaban untuk evaluasi hasil:
a. Menjelaskan kembali apa itu dimensia
Kehilangan daya ingat
b. Menjelaskan kembali penyebab (penyebab dimensia)
penyebab demensia antara lain akibat gizi yang kurang baik dan
memercayai anggapan yang beredar bahwa usia yang menua akan
membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia.
c. Menjelaskan gejala dimensia
- Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa
- Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat
- Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak berubah, atau
mendadak tidak berminat untuk melakukan suatu aktivitas
- Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah
- Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari
d. Menjelaskan pencegahan dimensia
Berolahraga fisik, makan makanan yang sehat untuk tubuh dan otak, selalu
aktif berpikir dengan cara membaca, menulis, melukis atau kegiatan
berpikir lainnya, tidur teratur dan cukup, melindungi otak dari ancaman
cedera atau yang lainnya, dan melakukan senam otak.
e. Memperagakan brain gym atau senam otak
Jawab : mampu memperagakan senam otak yang telah dilakukan bersama
Lampiran Materi

SENAM OTAK PADA LANSIA RESIKO DIMENSIA

A. Demensia
1. Pengertian Demensia
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi Psikogeriatrik
Amerika, Demensia adalah kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya ingat
yang cukup parah sehingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang
diakibatkan dari gangguan di otak.

2. Penyebab Demensia
Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di
masyarakat, dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah menjadi pelupa
atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa bekerja lagi. Hal ini tentu saja tidak
benar. Demensia sebenarnya bukan karena faktor usia orang menjadi pikun.
Beberapa faktor penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat
tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang beredar
bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia.
Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian terbarunya
mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab gigi tanggal
berhubungan erat dengan risiko kepikunan. Ia menyimpulkan hal itu setelah
meneliti 6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi dapat
menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa terbawa oleh aliran
darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian menyebabkan radang di
jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak dapat menyebabkan
kematian sel-sel saraf yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada
saraf-saraf memori dan kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada
orang dewasa maupun lansia.

3. Angka kejadian Demensia pada lansia


Bertambahnya usia memang membawa akibat menurunnya kemampuan memori
secara wajar dan dianggap tidak ada kaitannya dengan demensia. Berbagai
penelitian menemukan angka kejadian demensia sebesar 35 persen pada usia di atas
65 tahun. Ada pula studi yang menemukan angka kejadian 39 persen pada usia 50-
59 tahun, dan 85 persen pada usia di atas 80 tahun (Suara Merdeka, 30-06-2010).

4. Gejala Demensia
Gejala Demensia menurut American Academy Family Physicians (2001):
1. Hilang ingatan baru-baru ini, tidak hanya sekedar lupa
2. Lupa kata-kata atau tata bahasa yang tepat
3. Perasaan berubah-ubah (moody), kepribadian mendadak berubah, atau
mendadak tidak berminat untuk melakukan suatu aktivitas
4. Tersesat atau tidak ingat jalan pulang ke rumah
5. Tidak ingat cara mengerjakan tugas sehari-hari

5. Pencegahan Demensia
Beberapa cara untuk mencegah pikun adalah: berolahraga fisik, makan
makanan yang sehat untuk tubuh dan otak, selalu aktif berpikir dengan cara
membaca, menulis, melukis atau kegiatan berpikir lainnya, tidur teratur dan cukup,
melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya, dan melakukan senam
otak.

B. Konsep Terapi Brain Gym


1. Pengertian Terapi Brain Gym
Terapi Brain Gym adalah senam otak yang bertujuan untuk memicu otak agar
tidak kehilangan daya intelektualnya dan awareness-nya. Senam otak adalah senam
ringan yang dilakukan dengan gerakan menyilang, agar terjadi harmonisasi dan
optimalisasi kinerja otak kanan dan otak kiri. (Budhi, 2010). sedangkan Brain gym
menurut Dennison (2008) adalah program pelatihan otak yang dikembangkan oleh
Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison sejak tahun 1970. Program ini awalnya
dirancang untuk mengatasi gangguan belajar pada anak-anak dan orang dewasa.

2. Mekanisme Kerja Brain Gym


Brain gym dapat dilakukan oleh orang lanjut usia (lansia). Pada umumnya, lansia
mengalami penurunan kemampuan otak dan tubuh. Penurunan inilah yang membuat
lansia mudah sakit, tidak kreatif, tidak bisa bekerja lagi dan mundurnya fungsi
intelektual berupa mudah lupa atau sampai pada kemunduran yang ditandai dengan
kepikunan. Meski demikian, penurunan ini bisa diperbaiki dengan brain gym. Brain
gym dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-komunikasi,
pemfokusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan. Brain gym tidak saja akan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga gerakan-gerakan yang
bisa merangsang kerja dan berfungsinya otak secara optimal. Pada Brain gym akan
didapatkan kebugaran otak yang ditandai dengan aliran darah menuju otak lancar
atau pasokan Volume O2 maksima memadai. Volume O2 maksimal merupakan
kemampuan pengambilan oksigen oleh jantung dan paru-paru, sehingga aliran
darah ke semua jaringan tubuh termasuk otak lebih banyak dan mempengaruhi otak
untuk bekerja maksimal. Dengan melakukan brain gym kualitas hidup lansia pun
akan semakin meningkat (Ag Masykur & Fathani, 2008: 124).

3. Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym


Brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja oleh
siapa saja khususnya lansia. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit,
sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

4. Batasan Usia dalam Brain Gym


Brain gym tidak saja berguna untuk lansia, tetapi juga segala umur. (Ag Masykur &
Fathani, 2008: 124).

5. Aturan dalam Brain Gym


Menurut Ag Masykur & Fathani (2008:132) sebelum lansia memulai brain
gym, ia harus menjalani PACE. PACE adalah empat keadaan yang diperlukan,
untuk dapat belajar dan berpikir dengan menggunakan seluruh otak. PACE
merupakan singkatan dari positif, aktif, clear (jelas) dan energetis. Untuk
menjalankan PACE ini, harus memulainya dengan energetis (minum air), clear
(melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan gerakan silang), positif (melakukan
kiat rileks) dan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang lain.

6. Macam-macam Gerakan Brain Gym


Denisson (2008:1) mengatakan bahwa otak dibagi ke dalam 3 ( tiga ) fungsi yakni
1. Dimensi Lateralis
a. Gerakan Silang (Cross Crawl)
Cara melakukan gerakan : Menggerakkan tangan kanan
bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan.
Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat.
Untuk menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut
yang berlawanan. Fungsinya : Meningkatkan koordinasi kiri/kanan,
memperbaiki pernafasan dan stamina, memperbaiki koordinasi dan
kesadaran tentang ruang dan gerak, dan memperbaiki pendengaran dan
penglihatan.
b. Delapan Tidur (Lazy 8)
Cara melakukan gerakan : Gerakan dengan membuat angka
delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas,
dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan
membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat
ke ujung jari jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan
dilanjutkan 3 kali dengan kedua tangan. Fungsinya : melepaskan
ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu memusatkan
perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi, meningkatkan
pemusatan, keseimbangan dan koordinasi.
c. Coretan Ganda (Double doodle)
Cara melakukan gerakan : Menggambar dengan kedua tangan
pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah. Coretan
ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran, segitiga, bintang, hati,
dan sebagainya. Lakukan dengan kedua tangan. Fungsinya : kesadaran
akan kiri dan kanan, memperbaiki penglihatan perifer, kesadaran akan
tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata,
memperbaiki kemampuan olahraga dan keterampilan gerakan.
2. Dimensi Pemfokusan
a. Burung Hantu (The Owl)
Cara melakukan gerakan : Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik napas
saat kepala berada di posisi tengah, kemudian embuskan napas ke samping
atau ke otot yang tegang sambil relaks. Ulangi gerakan dengan tangan kiri.
ungsinya : melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena
stress, menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (Mengurangi sikap tubuh
yang terlalu condong ke depan), dan menegakkan kepala (Membantu
mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau bersandar pada siku).
b. Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)
Cara melakukan gerakan : luruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke
samping kuping memegang tangan yang ke atas. Buang napas pelan,
sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan keempat jurusan
(depan, belakang, dalam dan luar), sementara tangan yang satu menahan
dorongan tersebut. Fungsinya : peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa
fokus berlebihan, pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai, dan
peningkatan energi pada tangan dan jari
c. Lambaian Kaki (The Footflex)
Cara melakukan gerakan : cengkeram tempat-tempat yang terasa sakit di
pergelangan kaki, betis dan belakang lutut, satu persatu, sambil pelan-pelan
kaki dilambaikan atau digerakkan ke atas dan ke bawah. Fungsinya : sikap
tubuh yang lebih tegak dan relaks, lutut tidak kaku lagi,dan kemampuan
berkomunikasi dan memberi respon meningkat.
d. Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)
Cara melakukan gerakan :Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan
badan dengan tangan ke depan bawah, buang nafas waktu turun dan ambil
nafas waktu naik. Ulangi 3 x, kemudian ganti kaki. Fungsinya :
merelaksasikan daerah pinggang, pinggul dan sekitarnya, tubuh atas dan
bawah bergerak sebagai satu kesatuan.
e. Pasang kuda-Kuda (Grounder)
Cara melakukan gerakan : Mulai dengan kaki terbuka. Arahkan kaki kanan
ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk lutut kanan sambil
buang napas, lalu ambil napas waktu lutut kanan diluruskan kembali.
Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini untuk menguatkan otot pinggul (bisa
dirasakan di kaki yang lurus) dan membantu kestabilan punggung. Ulangi
3x, kemudian ganti dengan kaki kiri. Fungsinya : keseimbangan dan
kestabilan lebih besar, konsentrasi dan perhatian meningkat, dan sikap lebih
mantap dan relaks.

3. Dimensi Pemusatan
a. Air (Water)
Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua per tiga
tubuh manusia terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan
elektro kimiawi yang efisien antara otak dan sistem saraf, menyimpan dan
menggunakan kembali informasi secara efisien. Minum air yang cukup sangat
bermanfaat sebelum menghadapi test atau kegiatan lain yang menimbulkan stress.
Kebutuhan air adalah kira-kira 2 % dari berat badan per hari. Fungsinya :
konsentrasi meningkat (mengurangi kelelahan mental), melepaskan stres,
meningkatkan konsentrasi dan keterampilan sosial, kemampuan bergerak dan
berpartisipasi meningkat, koordinasi mental dan fisik meningkat (Mengurangi
berbagai kesulitan yang berhubungan dengan perubahan neurologis).
b. Sakelar Otak (Brain Buttons)
Cara melakukan gerakan :Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di
kiri dan kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain
memegang pusar. Fungsinya: keseimbangan tubuh kanan dan kiri, tingkat energi
lebih baik, memperbaiki kerjasama kedua mata (bisa meringankan stres visual,
juling atau panoangan yang terus-menerus), dan otot tengkuk dan bahu lebih
relaks.
c. Tombol Bumi (Earth Buttons)
Cara melakukan gerakan : Letakkan dua jari dibawah bibir dan tangan yang lain di
pusar dengan jari menunjuk ke ba-wah.Ikutilah dengan mata satu garis dari lantai
ke loteng dan kembali sambil bernapas dalam-dalam. Napaskan energi ke atas, ke
tengah-tengah badan. Fungsinya : kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan
mental), kepala tegak (tidak membungkuk), dan pasang kuda-kuda dan koordinasi
seluruh tubuh.
d. Tombol imbang (Balance Buttons)
Cara melakukan gerakan : Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, di lekukan tulang
bawah tengkorak dan letakkan tangan satunya di pusar. Kepala sebaiknya lurus ke
depan, sambil nafas dengan baik selama 1 menit. Kemudian sentuh belakang
kuping yang lain. Fungsinya : perasaan enak dan nyaman, mata, telinga dan kepala
lebih tegak lurus pada bahu, dan mengurangi fokus berlebihan pada sikap tubuh
e. Tombol Angkasa (Space Buttons)
Cara melakukan gerakan : Letakkan 2 jari di atas bibir dan tangan lain pada tulang
ekor selama 1 menit, nafaskan energi ke arah atas tulang punggung. Fungsinya :
kemampuan untuk relaks, kemampuan untuk duduk dengan nyaman, lamanya
perhatian meningkat.
f. Pasang Telinga (The Tinking Cap)
Cara melakukan gerakan: Pijit daun telinga pelan-pelan, dari atas sampai ke bawah
3x sampai dengan 5x. Fungsinya : energi dan nafas lebih baik, otot wajah, lidah
dan rahang relaks, fokus perhatian meningkat, dankeseimbangan lebih baik.
g. Kait relaks (Hook-Ups)
Cara melakukan gerakan : Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan
tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawa, jari-jari kedua
tangan saling menggenggam, kemudian tarik kedua tangan ke arah pusat dan terus
ke depan dada. Tutuplah mata dan pada saat menarik napas lidah ditempelkan di
langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat menghembuskan napas. Tahap
kedua, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari kedua tangan saling bersentuhan
secara halus, di dada atau dipangkuan, sambil bernapas dalam 1 menit lagi.
Fungsinya : keseimbangan dan koordinasi meningkat, perasaan nyaman terhadap
lingkungan sekitar (Mengurangi kepekaan yang berlebihan), dan pernafasan lebih
dalam.
h. Titik Positif (Positive Point)
Cara melakukan gerakan: Sentuhlah titik positif dengan kedua ujung jari tangan
selama 30 detik sampai dengan 30 menit. Fungsinya : mengaktifkan bagian depan
otak guna menyeimbangkan stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu,
situasi, orang, tempat dan ketrampilan, menghilangkan refleks.
i. Kelebihan Terapi Brain Gym
Banyak kelebihan dari terapi Brain gym, beberapa antara lain : Memungkinkan
belajar dan bekerja tanpa stress, dapat dipakai dalam waktu singkat (kurang dari 5
menit), tidak memerlukan bahan atau tempat khusus, dapat dipakai dalam semua
situasi, meningkatkan kepercayaan diri, menunjukkan hasil dengan segera.
7. Mekanisme Terapi Brain gym
Pada lansia, demensia menyebabkan penurunan kemampuan otak terutama
ingatan. Meskipun demikian, penurunan tersebut bisa diperbaiki dengan senam otak
(Brain gym). Gerakan brain gym tidak saja akan memperlancar aliran darah dan
oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak. Selain itu, bisa
membantu menyeimbangkan kedua belahan otak untuk bekerja, mempertajam
konsentrasi, bahkan meningkatkan kreatifitas & percaya diri. Otak merupakan
organ vital pada manusia yang sering digunakan, oleh karena itu perlu direlaksasi
dengan menyuplai oksigen ke otak dengan dilakukannya gerakan senam otak.
Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi yakni lateralis-
komunikasi, pemfokusan-pemahaman dan pemusatan-pengaturan. Banyak manfaat
yang bisa diperoleh dengan melakukan gerakan Brain gym. Gerakan – gerakan
ringan melalui olah tangan & kaki dapatmemberikan rangsangan atau stimulus pada
otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kognitif
(konsentrasi, memori, persepsi, kreativitas & pemecahan masalah), meningkatkan
keseimbangan antara emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi pancaindera. Selain
itu, senam otak juga meningkatkan daya ingat & pengulangan kembali,
meningkatkan ketajaman pendengaran & peningkatan kualitas memori. Dengan
melakukan senam otak, kepikunan atau demensia yang sering menyerang pada
lansia akan bisa dicegah secara dini. Dengan demikian, kualitas hidup lansia akan
semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Author.2001.Sympton of Dementia. American Family Physician. http://www.aafp.


org/afp/2001/0215/p717.html. (3 Mei 2011)
Ag Masykur & Fathani A.B. 2008. Mathematical Intellegince. Jogjakarta: Ar-ruz Media
Group.
Dennison, Gail E. & Dennison, Paul E.. 2004. Brain gym (Senam Otak). Jakarta: Gramedia.
Harvey, Robinson & Rossor. 2003. The prevalence and causes of dementia in people under
the age of 65 years. Journal Neurosurgery Psychiatry, 74: 1206-1209.
Mace, N. L. & Rabins, P. V. (2006). The 36-hour day: a family guide to caring for people
with Alzheimer disease, other dementias, and memory loss in later life.4th Ed.
Baltimore, USA: The Johns Hopkins University Press.
Markam, S. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan Otak). Jakarta:
Grasindo.
Nugroho. 2000.Keperawatan Gerontik.Edisi 2. Jakarta: EGC, hal.13, 19-28, 42-43.
Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC, hal 2-8
Santoso, H dan A. Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia,
hal.50.
Suara Merdeka. 30 Juni, 2010. Demensia Pada Lansia. Suara Merdeka.
Tjahyanto, A. dan Surilena .Januari, 2009. Penatalaksanaan non-farmakologis demensia.
Majalah Kedokteran Damianus,Vol.8 No.1.
Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998. Behavioral symptom of dementia.
New York: Springer Publishing Company.
Yatim, F. 2003. Pikun (Demensia), Penyakit Alzheimer, dan Sejenisnya: Bagaimana
Menghindarinya.Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Anda mungkin juga menyukai