Anda di halaman 1dari 19

Presentasi Kasus

Gangguan Haid

Pembimbing :
dr. Hary Purwoko SpOG,KFER

Disusun Oleh :
Melissa

1410221081

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RSUD AMBARAWA
PERIODE 04 JANUARI 2016 13 MARET 2016

LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN


ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Presentasi Kasus Dengan Judul :

Gangguan Haid

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh :
MELISSA 1410221081

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Nama pembimbing

Dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER

BAB I
PENDAHULUAN
I.I

Latar Belakang
Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering ditemukan pada pelayanan

kesehatan primer. Penelitian sebelumnya mengenai prevalensi dismenorrhea pada mahasiswi


sebuah Universitas Jakarta tahun 2004 menemukan bahwa 83,5% mahasiswi mengalami
dismenorrhea1. Pada penelitian lain,didapatkan hanya 38% wanita yang menganggap perdarahan
yang banyak pada menstruasi sebagai masalah, padahal 76% dokter yang menerima kasus
tersebut menganggapnya sebagai kasus yang perlu dirujuk. Hal tersebut menunjukkan masih
rendahnya kesadaran wanita terhadap masalah gangguan menstruasi2.
Tahun-tahun awal menstruasi merupakan periode yang rentan terhadap terjadinya
gangguan. 75% wanita pada tahap remaja akhir mengalami gangguan yang terkait menstruasi.
Menstruasi yang tertunda, tidak teratur, nyeri dan perdarahan yang banyak pada waktu
menstruasi merupakan keluhan tersering yang menyebabkan remaja wanita menemui dokter3.
Cakir M et al4 dalam penelitiannya menemukan bahwa dismenorrhea merupakan gangguan
menstruasi dengan prevalensi terbesar(89,5%), diikuti ketidateraturan menstruasi(31,2%), serta
perpanjangan durasi menstruasi(5,3%). Mengenai gangguan lainnya Bieniasz J et al5,
mendapatkan prevalensi amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%,
oligomenorea 50%, polimenorea 15,8%. Selain itu, dismenorrhea merupakan alasan utama yang
menyebabkan remaja wanita absen dari sekolah. Sindrom pramenstruasi didapatkan pada 40%
wanita, dengan gejala berat pada 2-10% penderita6.
Gangguan menstruasi memerukan evaluasi yang seksama karena ganggan menstruasi
yang tidak ditangani dapat mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari.

BAB II
ILUSTRASI KASUS
II.1.

Identitas Pasien

Nama

: Nn.E

No.RM

: 092535

Usia

: 15 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Agama

: Islam

Status

: Belum menikah

II.2.

Anamnesis

II.2.1. Keluhan Utama


Pasien mengeluh perdarahan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
II.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dikonsulkan dari IGD dengan anemia et causa menorrhagia. Saat ini pasien sudah
tidak perdarahan. Terakhir mens awalnya 6 hari yang lalu, lamanya kurang lebih 3-4 hari, sudah
berhenti sejak 3 hari yang lalu. Saat ini masih flek-flek kecokelatan 10cc. Tidak ada nyeri perut,
keputihan disangkal. BAB dan BAK normal. Pasien demam 7 hari SMRS, panas naik turun,
menggigil (-), myalgia (-), diberi obat penurun demam namun demam masih naik turun, nafsu
makan turun
II.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi disangkal, Diabetes disangkal, Alergi disangkal, Asma disangkal, Penyakit Jantung
disangkal.
II.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi disangkal, Diabetes disangkal, Alergi disangkal, Asma disangkal, Penyakit Jantung
disangkal.

II.2.5. Riwayat Menstruasi

Pasien menarche pada usia 13 tahun, tidak teratur waktunya, siklus haid 7 hari, ganti pembalut 56 kali per hari, dan ada dismenore.
II.2.6. Riwayat Menikah
Pasien belum menikah
II.2.7 Riwayat Obstetri
Pasien belum pernah hamil
II.2.8 Riwayat KB
Pasien tidak pernah menggunakan KB
II.2.10. Riwayat Pekerjaan
Pasien adalah siswi SMU

II.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum
Pasien dalam keadaan baik
Kesadaran
Pasien dalam kesadaran penuh dan dapat berinteraksi baik dengan dokter (Compos Mentis).
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmhg

Nadi : 105 x/menit

Pernapasan

Suhu : 36,5oC

: 18x/menit

Mata

: Konjungtiva pucat, sklera ikterik - / -

Jantung

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Vesikuler, ronkhi - / -, wheezing - /-

Abdomen

: Datar, cembung, nyeri tekan (-), bising usus +

Ekstremitas : Akral hangat, oedem - / -

Status Ginekologi

: v/u tenang, perdarahan aktif (-)

USG

: Uterus Antefleksi ukuran 4,45 x 4,14 x 4,0 cm. Miometrium homogen, EL (+), tidak
tampak massa di kedua adnexa, ovarium kiri 2,41 x 2,8 cm, ovarium kanan sulit dinilai.
Tampak cairan bebas.

Pemeriksaan LAB
Leukosit

: 7,45

MCH : 12,1

Eritrosit

: 4,55

MCHC: 25,3

Hemoglobin

: 7,5

Hematokrit

: 22

MCV

: 47,7

Diagnosa
Anemia et causa Heavy Menstrual Bleeding (Menorrhagia)
Penatalaksanaan
Rdx/ Rencana Pemeriksaan Penunjang
-

Observasi keadaan umum, TTV, perdarahan


USG

Rth/ Rencana Pengobatan


-

Asam mefenamat 3x500 mg


Transfusi PRC bertahap target Hb 10gr/dL
Asam Traneksamat 3x500 m iv

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Haid
Gangguan haid dan siklusnya khusus dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam: 7
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
a. Hipermenorea
b. Hipomenorea
c. Perdarahan bercak (spotting)
2. Kelainan siklus:
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Perdarahan di luar haid:
a. Metroragia
4. Gangguan lain dalam hubungan dengan haid
a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. Mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea
III.1. Hipermenorrhea
Ialah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan
permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktiltas yang terganggu, polip
endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid (irregular endometrial shedding), dan
sebagainya.
Penanganan pada hipermenorrhea
Bila dijumpai kelainan organik, maka pengobatan ditujukan kepada kelainan organik tersebut. Penyebab
yang bukan kelainan organik diberikan progesteron seperti MPA 10 mg/hari, atau didrogesteron
10mg/hari, atau juga noretisteron asetat 5mg/hari, yang diberikan dari hari ke-16 sampai ke-25 siklus
haid. Dapat juga di berikan tablet kombinasi estrogen-progesteron dari hari ke-16 sampai hari ke-25
siklus haid.7

III.2. Hipomenorrhea
Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadangkadang hanya berupa spotting8. Dapat disebabkan oleh stenosis pada himen, servik atau uterus. Pasien
dengan obat kontrasepsi kadang memberikan keluhan ini 8. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi
penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Adanya
hipermenorea tidak mengganggu fertilitas.

Penanganan pada hipomenorrhea


Bila siklus menstruasi berovulasi tidak perlu dilakukan pengobatan apapun. Bila ternyata tetap
ingin diberikan pengobatan, maka dapat diberikan kombinasi estrogen-progesteron yang dimulai hari ke16 sampai hari ke-25 siklus menstruasi.
III.3. Polimenorrhea
Haid yang terlalu sering, dimana siklusnya < 21 hari. Bila siklus pendek namun teratur ada
kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek.
Yang paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari
kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas.
Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi
karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium,
pubertas atau penyakit kronik seperti TBC.
III.4. Oligomenorrhea
Haid yang terlalu jarang, dimana siklus >31 hari. Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan
anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofisehipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.
Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan
sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara
pada wanita normal. Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis,
tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga disebabkan
ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan
stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat
disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
Penanganan Oligomenorrhea
Penanganan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorrhea dengan
anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.
Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan
oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan
hormonal. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala
terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan.
III.5. Amenorrhea

Setiap pasien yang memenuhi kriteria berikut sebaiknya di evaluasi memeliki masalah medis
amenorrhea:

Tidak ada periode menstruasi pada usia 14 dan tidak ada perkembangan dari organ seksual
sekunder.

Tidak ada siklus menstruasi pada usia 16 meskipun terdapat pertumbuhan dan perkembangan
organ seksual sekunder.

Pada wanita yang telah menstruasi, ketidakadaan menstruasi setidaknya selama 3 periode
mentruasi yang sebelumnya atau 6 bulan amenorrhea.

Amenorrhea di bagi menjadi menjadi dua:


1. Amenorreha Primer
yaitu keadaan di mana siklus menstruasi tidak pernah dimulai. Hal ini dapat disebabkan
adanya kelainan kongenital seperti tidak terbentuknya uterus sejak lahir, atau kegagalan
ovarium memproduksi ovum. Terlambatnya pertumbuhan pada masa pubertas juga bisa
menyebabkan amenorrhoea primer.
Etiologi amenorrhea primer:
1. Hypergonadotropic hypogonadism
2. Eugonadism
androgen insensitivity syndrome;
congenital adrenal hyperplasia;
polycystic ovarian syndrome.
3. FSH rendah.
4. Aplasia uterus dan vagina (sindrom Mayer-Kustner-V Rokitansky)
2. Amenorrhea Sekunder
amenorrhea sekunder adalah wanita usia reproduksi yang pernah mengalami haid, namun
haidnya berhenti untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Klasifikasi Amenorrhea sekunder berdasarkan kompartemen
1. Kompartemen I :
Gangguan pada traktus atau uterus
2. Kompartemen II
Gangguan pada Ovarium
3. Kompartemen III
Gangguan pada sistem pituitari anterior
4. Kompartmen IV
Gangguan pada sistem saraf pusat

Penangan Pada Amennorrhea sekunder


1. Amenorrhea hipotalamik
Penyebab organik ditangani sesuai dengan penyebab organik tersebut.
Penyebab fungsional. Konsultasi, atau konseling.
Psikoterapi, ataupun penggunaan obat-obat psikofarmaka hanya pada keadaan yang
berat saja, seperti pada anoreksia nervosa dan bolemia. Penting diketahui, bahwa
obat-obat psikofarmaka dapat meningkatkan prolaktin. Agar merasa tetap sebegai

seorang wanita, dapat di berikan estrogen dan progesteron siklik.


Kekurangan Gn-RH. Diberikan Gn-RH pulsatif (bila mungkin), atau pemberian FSH-

LH dari luar.
2. Amenorrhea hipofisis
Substitusi hormon yang kurang (FSH:LH), atau pemberian steroid seks secara siklik
3. Amenorrhea Uteriner
Stimulasi steroid seks. Apabila gagal perlu dipertimbangkan adanya aplasia uteri,
asherman syndrome.
4. Amenorrhea Ovarium
Untuk menekan sekresi FSH dan dapat diberikan estrogen dan perprogesteron, atau
estrogen saja secara siklik.

Selain itu untuk menekan sekresi FSH dan LH yang berlebihan dapat juga diberikan
Gn-RH analog selama 6 bulan. Pada menopause prekok maupun sindroma ovarium
resisten gonadotropin, steroid seks diberikan sampai terjadi haid. Kemungkinan
menjadi hamil sangat kecil.

III.6. Metrorrhagia
Adalah perdarahan tidak teratur, kadang tejadi di pertengahan siklus haid.
Etiologi:
1. Organik
karsinoma korpus uteri, mioma submukosum, polip, dan karsinoma serviks
2. Endokrin
Seperti pada usia perimenarche dan menoupause
Penanganan Metrorrhagia
1. Sesuai dengan diagnosis dan komplikasi
2. Sesuai hasil PA
III.7. Perdarahan Bukan Haid
Perdarahan bukan haid adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 periode haid.
Etiologi:

1. Organik
a. Serviks uteri : polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri,
karsinoma servisis uteri.
b. Korpus uteri : polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus
inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis
uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
c. Tuba falopii : seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
d. Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium.
2. Fungsional
a. Ovulatoar
b. Anovulatoar
II.6.8. Dismenorrhea
Adalah nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan sesudah haid dapat bersifat kolik terus.
Dismenorea dibagi atas:
1. Dismenorea primer
2. Dismenorea sekunder
Dismenorea primer
Adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea
primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklussiklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai
dengan rasa nyeri.
Wanita dengan dismenorea primer mempunyai produksi prostaglandins endomterial lebih tinggi
dibandingkan wanita yang asimptomatik. Sebagian besar dari pelepasan prostaglandin selama menstruasi
terjadi pada 48 jam pertama, yang mana bertepatan dengan intensitas terbesar dari gejala. Selama
kontraksi aliran darah endometrium berkurang dan merupakan korelasi yang baik dengan aliran darah
yang minimal dan nyeri kolik yang maksimal. Kadar prostaglandin dan leukotrien meningkat pada
meningkat pada darah menstruasi dan jaringan uterus wanita dengan dismenorrhea sebanding dengan
kadar sistemik vasopressin.(Margaret, 2006)
Prostaglandin F2i (PGF2i) merupakan agen yang bertanggung jawab pada dismenorea.
Prostaglandin selalu menstimulasi kontraksi uterus, dimana prostaglandin E menghambat kontraksi pada
uterus yang tidak hamil. Otot uterus pada baik yang wanita normal dan dismenorea sensitif terhadap
PGF2i, tetapi jumlah PGF2i yang diproduksi adalah faktor utama yang membedakan.
Penanganan pada dismenorrea primer
Pemberian Analgetik: NSAIDs diberikan 1-2 hari menjelang haid dan diteruskan sampai hari kedua atau
ketiga siklus haid.

Terapi hormonal juga telah banyak digunakan. Tujuannya untuk menghasilkan siklus haid yang
anovulatorik, sehingga nyeri haid dapat dikurangi. Biasanya diberikan Progesteron (Didrogesteron 10mg,
2 kali 1, Medroksiprogesteron asetat 5mg/hari) diberikan mulai dari hari ke-5 sampai ke-25 siklus haid.
Dismenorrhea Sekunder
Adalah nyeri haid yang terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan dari alat kandungan.
Etiologi : Adenomyosis, myomas, infection, cervical stenosis.
Penanganan pada dismenorrhea sekunder
Bila ada kelainan organik ditangani secara kausal. Pada kasus-kasus yang menolak tindakan
operatif, maka untuk sementara dapat dicoba pengobatan medikamentosa seperti pada dismenorrea
primer. Pemberian analog GnRH selama 6 bulan sangat efektif menghilangkan nyeri haid yang
disebabkan endometriosis.
III.9. The Premenstrual Syndrome
Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum
datangnya haid, dan menghilangsesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sanpai
haid berhenti. Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia,
nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mamma dan sebagainya; sedang pada
kasus-kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejalagejala fisik tersebut di atas.
Faktor yang memegang peranan sebagai etiologi premenstrual tension ialah: ketidakseimbangan
antara estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan
kadang-kadang edema.
Ada paduan utama untuk mendiagnosis PreMenstrual Syndrome. Yang pertama dari American
Psychiatric Association (APA) dan yang kedua dari National Institute of Mental Health (NIHM).
Kriteria untuk diagnosis menurut APA sebagai berikut:
A. Gejala-gejala yang yang berhubungan dengan siklus menstruasi secara temporal, mulai dari
permulaan selama minggu terakhir fase luteal dan berkurang setelah onset mestruasi.
B. Diagnosis membutuhkan setidaknya lima dari salah satu gejala di bawah, dan salah satu nya harus
salah satu dari empat gejala yang pertama:
1. Depresi, perasaan putus asa
2. Kecemasan atau ketegangan
3. Afeksi yang labil, contoh: perasaan tiba-tiba sedih, menangis, marah, atau mudah
tersinggung.
4. Marah atau perasaan tersinggun yang menetap, atau meningkatnya konflik interpersonal.
5. Penurunan ketertarikan terhadapa aktifitas sehari-hari

6.
7.
8.
9.
10.
11.

Mudah lelah
Sulit berkonsentrasi
Gangguan nafsu makan, makan berlebih atau nafsu makan tinggi
Hypersmonia atau insmonia
Perasaan overprotected atau tidak terkendali
Gejala fisik, seperti payudara kencang, sakit kepala, edema, nyeri sendi, penambahan

berat badan.
C. Gejala-gejala mempengaruhi pekerjaan atau aktivitas sehari-hari atau hubungan sosial.
D. Gejala-gejala tersebut bukan merupakan sebuah eksarsebasi gangguan psikiatrik yang lain.
Pedoman diagnosis dari National Institute of Mental Health (NIHM) menyebutkan bahwa diagnosis
PMS membutuhkan dokumentasi dari setidaknya peningkatan 30% keparahan gejala dalam 5 hari pada
waktu menstruasi dibandingkan dengan 5 hari setelah menstruasi. Dengan menggunakan kriteria APA dan
NIHM, di dapatkan sekitar 5% dari wanita usia reproduktif bisa di diagnosa mengalami PMS.
Penanganan PMS
1. Medikamentosa
- Prostaglandin sintetase inhibitor
- Pil KB : medroxyprogesterone acetate 10-30mg/hari
- GnRH agonis dikombinasi dengan estrogen-progesteron :Nafareline, goserelide
- Selective Serotonin Reuptake Iinhibitors: Fluoxetine, Setraline, Paraxetine
- Plasebo
- Spironolactone
2. Operatif
oovorektomi
III.10. Mittelschmerz dan Perdarahan Ovulasi
Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan siklus haid, pada saat
ovulasi. Rasa nyeri yang tejadi mungkin ringan, tetapi mungkin juga berat. Lamanya mungkin hanya
beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2 3 hari.
Diagnosis dibuat berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak mengejang,
tidak menjalar, dan tidak disertai mual atau muntah.
III.11. Menorrhagia
Menorrhagia adalah pengeluaran darah haid yang terlalu banyak dan biasanya disertai dengan
pada siklus yang teratur. Perdarahan menstruasi yang lama, banyak dengan interval yang teratur atau
dapat disebut juga sebagai perdarahan menstruasi pada setiap siklus lebih dari 80 ml dan lebih dari 7 hari.
Etiologi:
1. Uterus
a. Fibroid
b. Polip endometrium
c. Endometriosis

d. Pelvic inflammatory disease


2. Sistemik
a. Gangguan koagulasi
b. Penyakit Von Willebrands
c. Idiopathic thrombocytopaenia purpura
d. Defisiensi faktor V, VII, X dan IX
e. Hypothyroidism
3. Iatrogenik
a. Kontrasepsi Progesteron Only
b. IUD
c. Antikoagulan
Penanganan pada Menorrhagia
1. Terapi non-hormonal
a. NSAID
Asam mefenamat, asam meklofenat, naproxen, ibuprofen, diclofenac.
b. Anti-fibrinolitik
Asam tranexamid, asam Epsilon-amino caproic
c. Etamsylate
Fungsi : mereduksi kerapuhan kapiler
2. Terapi Hormonal
a. Progesterone
Norehisterone, medroxyprogesterone acetate, dygrogesterone
b. Intrauterine progesterone
Levonorgestrel
c. Kombinasi Estrogen/progesterone
Kontrasepsi oral, terapi hormone pengganti
d. Lain-lain
Danazol, gestrinone, analog GnRH
3. Pembedahan
1. Hysterectomy
a. Transabdominal Histerectomy (TAH)
b. Transvaginal Histerectomy (VH)
c. Laparoscopi (LAVH)
2. Ablasi Endometrial
a. Generasi pertama
i. Trans Cervical Resection of the Endometrium (TCRE)
ii. Endometrial Laser Resection (ELA)
iii. Roller Ball Endometrial Ablation (REA)
b. Generasi kedua
i. Thermal Balloons (Thermachoice, Cavatherm)
ii. Microwave Endometrial Abaltion (MEA)
iii. Circulating Hot Saline (Hydro therm Ablator)
iv. Cryotherapy

BAB IV
PEMBAHASAN

Penyebab tersering menorrhagia adalah anovulasi. Siklus anovulatorik kronik dan


turunnya progesteron dalam periode transisi ini rangsangan estrogen jangka lama pada

endometrium proliferasi endometrium terus berlanjut penebalan jaringan endometrium


akan melebihi pasokan aliran darah nekrosis fokal dengan pelepasan parsial perdarahan
haid tidak beraturan, lebih lama, dan aliran darah lebih berat.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis:
1. Jumlah pembalut yang dipakai
2. Frekuensi ganti pembalut (tiap s/d 2 jam)
3. Menstruasi yang sampai tembus, membasahi baju/tempat tidur
4. Durasi : >4 hari banyak/ >9 hari total
5. Frekuensi : > sekali dalam 21 hari
6. Perdarahan lama yang tidak teratur
7. Tanyakan keluhan yang berkaitan dengan anemia
8. Bila perlu dapat dilakukan USG transvaginal
Untuk itu penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam menangani masalah kelainan
haid. Untuk kasus akut & berat
1. Hemodinamik tak stabil
a. Tampon kateter
b. Estrogen intravena dosis tinggi (25 mg iv tiap 4 jam selama 24 jam)
c. Dilatasi dan kuret
d. Histerektomi ( pilihan terakhir )
2. Hemodinamik stabil
a. Estrogen oral dosis tinggi
b. Kontrasepsi oral dosis tinggi

c. Progestin dosis tinggi


d.Pemberian asam traneksamat (dosis yang diberikan 1-1,5 g sebanyak 3-4 kali
sehari)
e.Ablasi endometrium ( terapi efektif untuk menoragia akut )
Untuk kasus kronik
1. Terapi Medisinal
a. NSAID
Dapat diberikan asam mefenamat 500 mg, 3 kali perhari selama 3-5 hari selama
haid, atau dapat diberikan Ibuprofen 400 mg, 3 kali perhari.
b. Antifibrinolitik
Asam traneksamat (1 g, 3-4 kali perhari selama haid)
c. Levonorgestrel-releasing IUD

BAB V
KESIMPULAN

Menstruasi merupakan bagian dari proses regular yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh
interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, hipofise dan ovarium. Fungsi reproduksi
wanita dibagi menjadi dua tahapan utama: pertama, persiapan tubuh wanita untuk menerima
pembuahan, dan kedua, masa kehamilan itu sendiri.
Kelainan haid merupakan masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus
menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit,
terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.1 Gangguan menstruasi yang
terjadi dapat berupa gangguan lama siklus menstruasi seperti polimenorrhea dan oligomenorrhea,
volume darah yang dikeluarkan sewaktu menstruasi seperti hipermenorea, hipomenorrhea dan
perdarahan bercak (spotting), beserta gejala-gejala yang menyertai menstruasi seperti
dismenorrea dan Premenstrual syndrome itu sendiri yang mengganggu aktifitas sehari-hari.
Untuk itu penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam menangani masalah kelainan
haid.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vegas A, Juraini N, Rodiah, Rahayu N, Fajarini D, Annisa, et al. Pengetahuan, sikap, dan
perilaku mahasiswi tentang dismenorea dan faktor-faktor yang berhubungan pada mahasiswi

tingkat satu dan dua universitas X di Jakarta [laporan penelitian]. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2004.
2. Warner P, Hilary ODC, Lumsden MA, Campbell-Brown M, Douglas A, Murray G. Referral
for menstrual problems: cross sectional survey of symptoms, reasons for referral, and
management. Br Med J. 2001 [disitasi 21 Januari 2009] 323:24-8. Diunduh dari:
http://www.bmj.com/cgi/content/abstract/323/7303/24.
3. Lee LK, Chen PCY, Lee KK, Kaur J. Menstruation among adolescent girls in Malaysia: a
cross-sectional school survey. Singapore Med J. 2006 [disitasi 21 Januari 2009] 47(10):869.
Diunduh dari: http://www.sma.org.sg/smj/4710/4710a6.pdf
4. Cakir M, Mungan I, Karakas T, Girisken I, Okten A. Menstrual pattern and common menstrual
disorders among university students in Turkey. Pediatrics International. 2007 [disitasi 21 Januari
2009]

49(6):938-42.

Diunduh

dari:

http://www3.interscience.wiley.com/journal/118514616/abstractCRETRY=1&SRETRY=0.
5. Calis KA, Popat VP, Dang DK, Kalantaridou SN. Dysmenorrhea [disitasi 21 Januari 2009].
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/253812-overview
6. Bieniasz J, Zak T, Laskowska-Zietek A, Noczyska A. Causes of menstrual disorder in
adolescent girls a retrospective study. Endokrynol Diabetol Chor Przemiany Materii Wieku
Rozw.

2006

[disitasi

21

Januari

2009]

12(3):205-10.

Diunduh

dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17020657.
7. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan.2008.Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 46-50; 55-64.

Anda mungkin juga menyukai