Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Jl. Cempaka Putih Tengah XXVII, No. 46, Jakarta, Telp/Fax : 424-0857

ESSAY REFLEKSI
RUANG PERAWATAN ABU DZAR I RSIJ SUKAPURA KELAPA GADING

Introduction
Essay refleksi ini digunakan sebagai dasar dan bahan untuk pengembangan diri dan
pengetahuan saya kedepannya.
Description
Rotasi pertama saya berada pada stase KDPK mengenai perawatan kasus-kasus penyakit
yang berada diruang Abu Dzar I RSIJ Sukapura Kelapa Gading. RSIJ Sukapura Kelapa
Gading merupakan rumah sakit rujukan tersier yang memiliki banyak penanganan kasus
dalam tindakan medis, yang tentunya membutuhkan pemeriksaan penunjang yang lebih
lanjut. Penatalaksanaan dalam penanganan suatu kasus penyakit disini dilakukan secara
komprehensif dan juga disertai dengan skrining kemungkinan lainnya. Umumnya pasien
yang berada disini memiliki lebih dari satu diagnosis dan memiliki berbagai kasus lainnya
yang dapat saya pelajari pada stase ini. Salah satunya adalah pasien Ny.Y hamil dengan usia
gestasi 10 minggu dengan keluhan mual dan muntah, kemudian pasien tersebut dilakukan
pemeriksaan dan diagnosis bahwa pasien ini mengalami HEG (Hyperemesis Gravidarum).
Setelah pasien masuk ke ruangan, saya melakukan pengkajian terkait keluhan yang dirasakan
dan kemudian pasien menjelaskan beberapa keluhan yang terjadi seperti kehilangan nafsu
makan, lemas, mual dan muntah, serta juga mengeluh BAB berdarah. Sejauh pengetahuan
saya, HEG merupakan salah satu keluhan yang dapat terjadi pada trimester pertama serta
merupakan suatu kondisi yang fisiologis terjadi yang diakibatkan karena adanya perubahan
sistem endokrin terutama adanya peningkatan hormonal. Kejadian HEG ini berhubungan
dengan adanya peningkatan HCG, dimana peningkatan HCG ini akan menstimulasi produksi
hormon esterogen yang dapat diketahui bahwa hormon esterogen merupakan salah satu faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya mual dan muntah. Namun disisi lain, tidak
hanya disebabkan oleh adanya peningkatan hormonal saja, melainkan kejadian HEG juga
dapat disebakan oleh faktor psikologis. Dalam penanganan kasus HEG ini, pasien telah
mendapatkan terapi sesuai dengan advise dari dokter yang menangani pasien seperti
pemberian infus RL (1500 cc/ 24 jam), pemberian obat (Inj. Ondansentron 3x8 mg, Inj.
Ranitidin 2x50 mg, Sucralfat 3xII C) dan telah dilakukan pemeriksaan lab (DL, UR, CR, OT,
PT, DGS) sebagai salah satu pemeriksaan penunjang untuk dapat mendiagnosis kemungkinan
lainnya. Namun dalam kasus ini, hal yang menarik perhatian saya disini adalah bagaimana
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Jl. Cempaka Putih Tengah XXVII, No. 46, Jakarta, Telp/Fax : 424-0857

dapat menegakan diagnosis dalam suatu kasus yang dialami oleh pasien, serta juga dalam
standar operasional untuk melakukan pengambilan sampel darah untuk dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
Terdapat perbedaan dalam menegakan suatu diagnosis pada kasus ini, dimana menurut teori
menjelaskan bahwa kejadian HEG dapat di diagnosis jika pasien mengalami mual muntah
selama kehamilan yang menyebabkan dehidrasi yang signifikan, yang dibuktikan dengan
ketonuria atau adanya ketidakseimbangan eliktolit, disertai dengan adanya penurunan berat
badan setidaknya 5% dari berat badan sebelum hamil. Namun setelah saya lihat dari hasil
pemeriksaan labolatorium, kadar elikrolit cukup dan tidak ada ketidakseimbangan. Hal yang
membuat saya bertanya, apa yang mendasari perbedaan penegakan diagnosis ini. Selain dari
itu, adanya perbedaan standar prosedur dalam pengambilan darah yang dilakukan tidak sesuai
dengan SOP yang mengharuskan menggunakan handscoon sebagai alat perlindungan diri dari
adanya penyakit yang dapat ditularkan. Mengingat penyebaran penyakit sangat cepat dari
darah yang berkontak secara langsung. Hal tersebut yang membuat saya bertanya, bagaimana
prosedur yang seharusnya dilakukan untuk dapat mengurangi terjadinya kejadian infeksi
nasokomial di rumah sakit yang dapat kita sadari bahwa kejadian infeksi nasokomial masih
cukup tinggi.

Evaluation
Mual dan muntah atau dalam bahasa medis disebut dengan emesis gravidarum atau morning
sickness merupakan suatu keadaan mual yang disetai dengan muntah yang memiliki
frekuensi kurang dari 5 kali perhari. Penyebab terjadinya morning sickness atau emesis
gravidarum dianggap sebagai masalah multi faktorial. Teori yang berkaitan menyebutkan
bahwa kejadian mual dan muntah merupakan interaksi komplek yang disebabkan oleh adanya
faktor hormonal, sistem verstibuler, pencernaan, psikologis, hiperolfaction, genetik dan
gaktor evolusi. Mual dan muntah biasanya dapat terjadi setelah adanya implantasi dan
bersamaan pada saat produksi hCG mencapai puncaknya. HCG dihasilakn karena plasenta
yang berkembang. Diduga bahwa hormon inilah yang memicu mual dan muntah yang bekerja
pada chemoreseptor trigger zone pada pusar muntah melalui rangsangan terhadap otot dari
poros lambung. Adanya peningkatan HCG akan menstimulasi produksi esterogen pada
ovarium. Dimana dapat diketahui bahwa adanya peningkatan produksi esterogen dapat
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Jl. Cempaka Putih Tengah XXVII, No. 46, Jakarta, Telp/Fax : 424-0857

memicu peningkatan keasaman lambung serta merupakan salah satu pemicu terjadi nya mual
dan muntah.
Diagnosis mual dan muntah tidak hanya dapat diprediksi sebagai emesis gravidarum saja,
namun ada suatu diagnosis jika ibu mengalami mual dan muntah secara berlebihan.
Berdasarkan Royal Collage Obstetricians and Gynaecologists menjelaskan bahwa jika ibu
mengalami mual dan muntah selama kehamilan yang dapat menyebabkan dehidrasi yang
signifikan, yang dapat dibuktikan dengan ketonuria atau ketidakseimbangan eliktrolit, disertai
dengan adanya penurunan berat badam setidaknya 5% dari berat badan sebelum hamil, dapat
didiagnosis dengan HEG (Hyperemesis Gravidarum). Pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, biasanya ibu yang
mengalami HEG akan mengalami hipotensi. Kemudian, status hidrasi dan nutrisi. Namun,
dalam mendiagnosis kejadian HEG ini memilki diagnosis banding nya, diantaranya morning
sickness, infeksi saluran kemih pada kehamilan, gastroenteritis pada kehamilan, dan
gastroesofageal Reflux Disease (GERD). Penegakan diagnosis dapat dilakukan saat
melakukan pemeriksaan penunjang seperti dilihat dari urinalisis untuk melihat status hidrasu
dengan menunjukan ketonuria.
Melihat dari teori yang ada, bila berpatok terhadap batasan dalam mendiagnosis suatu
kejadian pada kasus ini semakin membuat saya bingung, karena dari hasil pengkajian dan
pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien tidak mengalami dehidrasi dan masih cukup
bisa untuk dilakukan perawatan dirumah. Namun, ada pertimbangan lain untuk dapat
dilakukan perawatan secara intensif. Hal ini yang membuat saya ingin lebih menggali
bagaimana cara untuk dapat mendiagnosis suatu keluhan yang dirasakan oleh pasien yang
dapat disertai dengan kemungkinan lainnya.
Selain dari itu, standar prosedur dalam pengambilan darah yang dilakukan tidak sesuai
dengan SOP yang mengharuskan menggunakan handscoon sebagai alat perlindungan diri dari
adanya penyakit yang dapat ditularkan. Hal ini yang membuat saya menjadi lebih protect
terhadap keselamatan diri untuk melakukan berbagai tindakan dengan selalu mematuhi
prosedur sesuai dengan standarnya.

Analisys
Diagnosis hyperemesis gravidarum dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui usia gestasi, onset keluhan mual dan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Jl. Cempaka Putih Tengah XXVII, No. 46, Jakarta, Telp/Fax : 424-0857

muntah, tingkat keparahan, pola serta faktor yang meringankan atau memperberat keluhan.
Selain dari itu, pengkajian mengenai kondisi medis terdahulu, riwayat gynekologist
(perdarahan atau spotting, evaluasi adanya kehamilan mola atau gemelli), obat-obatan yang
pernah/sedang dikonsumsi, riwayat alergi, riwayat penyakit, serta asupan harian. Menurut
Royal Collage Obstetricians and Gynaecologists anamnesis mual dan muntah dapat dibantu
dengan menggunakan kuesioner PUQE (Pregnancy-Unique Quantification of Emesis)
sebagai dasar untuk mengukur atau mengevaluasi kondisi hyperemesis. Kemudian,
pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, status hidrasi dan nutrisi
serta juga melihat perkembangan kehamilan. Serta juga, pemeriksaan laboratorium bertujuan
untuk mengetahui penanda dehidrasi seperti adanya badan keton, serta mengevaluasi
kehamilan. Menurut Guildeline Royal Collage Obstetricians and Gynaecologists mengenai
The manajement of Nausea and Vomiting of Prenancy and Hyperemesis Gravidarum
menjelaskan bahwa kejadian HEG dapat didiagnosis jika ibu mengalami mengalami mual
dan muntah selama kehamilan yang dapat menyebabkan dehidrasi yang signifikan, yang
dapat dibuktikan dengan ketonuria atau ketidakseimbangan eliktrolit, disertai dengan adanya
penurunan berat badam setidaknya 5% dari berat badan sebelum hamil. Adapun penilaian
klinis awal yang dapat dilakukan untuk melakukan pemeriksaan dan memantau tingkat
keparahan dari kejadian HEG, sebagai berikut:
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Jl. Cempaka Putih Tengah XXVII, No. 46, Jakarta, Telp/Fax : 424-0857

Conclusion and Action Plan


Dalam mendiagnosis hyperemsis gravidarum tidak hanya dapat dilakukan pemeriksaan fisik
dan anamnesis saja, namun harus lebih memperhatikan terkait hasil pemeriksaan
laboratorium. Disamping itu, pendekatan penatalaksanaan hyperemesis gravidarum juga
dapat dilakukan dengan mengubah pola makan atau gaya hidup. Pemberian terapi obat saat
diwarat inap harus lebih diperhatikan guna untuk menjaga keamanan terhadap pasien yang
memiliki risiko seperti ibu hamil. Namun, untuk kasus seperti ini dengan hasil laboratorium
tidak ada gejala dehidrasi cukup berikan Vitamin B6 untuk dapat mengurangi mual muntah.
Serta, tidak lupa juga untuk memberikan edukasi terhadap pasien untuk menghindari
makanan yang memicu mual dan muntah.
Guildeline Royal Collage Obstetricians and Gynaecologists mengenai The manajement of
Nausea and Vomiting of Prenancy and Hyperemesis Gravidarum merekomendasikan terapi
komplementer yang dapat membantu untuk mengurangi keluhan emesis gravidarum maupun
hyperemesis, yaitu dengan mengkonsumsi jahe sebagai terapi emetik, akupresur dan
akupuntur, serta juga hipsosis.

Referensi:
1. London V, Grube S, Sherer DM, Abulafia O. Hyperemesis Gravidarum: A Review of
Recent Literature. Pharmacology. 2017;100(3-4):161-171. doi: 10.1159/000477853.
Epub 2017 Jun 23. PMID: 28641304.
2. Austin K, Wilson K, Saha S. Hyperemesis Gravidarum. Nutr Clin Pract. 2019
Apr;34(2):226-241. doi: 10.1002/ncp.10205. Epub 2018 Oct 18. PMID: 30334272.
3. Jennings LK, Mahdy H. Hyperemesis Gravidarum. In: StatPearls. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532917/
4. Irianta B, et al. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Sagung Seto. Jakarta. 2013.
5. Royal Collage Obstetricians and Gynaecologists. The Management of Nausea and
Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. Green-top Guideline No.69.
2016.

Anda mungkin juga menyukai