Disusun Oleh:
Frandi Wirajaya
04084821517027
Shelvia Chalista
04084821517032
04084821517035
04084821517002
Pembimbing :
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat:
GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH
Oleh:
Frandi Wirajaya
04084821517027
Shelvia Chalista
04084821517032
04084821517035
04084821517002
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteran klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 11 Januari 2011 5 Februari 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat
dan berkat-Nya referat yang berjudul Gangguan Ansietas Menyeluruh ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada dr.Abdulah Shahab, SpKJ atas bimbingannya sehingga penulisan ini
menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan tugas ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Ansietas dapat dikonsepkan sebagai suatu respons normal dan adaptif
terhadap ancaman. Seseorang yang khawatir mengenai hampir semua keadaan
dapat diklasifikasikan sebagai gangguan ansietas menyeluruh. Gangguan ansietas
menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) menurut revisi edisi keempat
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) adalah
ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa pristiwa atau
aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan, yang tidak disebabkan
oleh penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama
gangguan mood atau psikiatri. Khawatiran ini sulit dikendalikan dan berkaitan
dengan gejala somatik seperti otot tegang, iritabilitas, sulit tidur, dan gelisah.
Secara subjektif menimbulkan penderitaan, dan mengakibatkan hendaya pada area
penting kehidupan seseorang.1 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III), gangguan ansietas
menyeluruh merupakan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada setiap keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
mengambang atau free floating). Gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi
keluhan tegang berkepanjangan, gemetar, ketegangan otot, berkeringat, kepala
terasa ringan, palpitasi, pusing kepala, dan keluhan epigastrik merupakan keluhan
yang paling lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya
akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat,
merupakan keluhan yang sering diucapkan, bersamaan dengan berbagai
kekhawatiran dan firasat lain.2
Gangguan ansietas menyeluruh merupakan proporsi yang besar menjadi
beban penyakit di dunia dan diproyeksikan sebagai penyebab disabilitas nomor
dua pada tahun 2020.3 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lieb dkk.,4 dari
hampir 2.000 orang yang mendatangi 5 pusat pelayanan primer di Eropa, 22%
menyeluruh
mempergunakan
composite international
diagnostic
interview (CIDI). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Al- Saffar dan Saeed6
gangguan ansietas menyeluruh lebih banyak dijumpai pada wanita sebesar 42,8%
bila dibandingkan dengan pria, status pernikahan bercerai 63,5%, dan status
pekerjaan yang tidak bekerja 52,3%. Sedangkan penelitian Sari dkk. (2014)5 di
klinik psikiatri RS dr. Pirngadi Medan mendapatkan proporsi terjadinya gangguan
ansietas menyeluruh pasien yang datang berobat ke poliklinik psikiatri adalah
23% dengan persentase terbanyak adalah laki-laki 53%.
Seperti pada kebanyakan gangguan jiwa, penyebab gangguan ansietas
menyeluruh tidak diketahui, namun ada kerterkaitan antara faktor biologis dan
psikologis atau keduanya yang mendasari gangguan ini. Faktor biologis yang
berperan pada gangguan ini adalah neurotransmitter, meliputi gammaaminobutirat dan sistem neurotrasmiter serotonin.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gangguan ansietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
2.2
Epidemiologi
Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan cemas yang paling
sering dijumpai, di klinik, diperkirakan 12% dari seluruh gangguan cemas. Angka
prevalensi pada wanita >40 tahun sekitar 10 %. Onset penyakit biasanya muncul
pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan insidens yangg cukup tinggi
pada usia pertengahn hingga dewasa akhir. Prevalensinya di masyarakat
diperkirakan 3%, dan prevelansi seumur hidup (life time) rata-rata 5%. Di
Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan 2% 5%. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun
yang datang meminta pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara lakilaki dan wanita.1
Gangguan ansietas menyeluruh umumnya tidak timbul secara sendiri
namun bersamaan gangguan jiwa lain, antara lain fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan panik, gangguan depresif, gangguan distimik, serta gangguan terkait
zat. Diperkirakan 50% hingga 90% pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh
memiliki gangguan jiwa lain, sedangkan 25% pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh akhirnya mengalami gangguan panik.1
Gangguan ansietas menyeluruh merupakan proporsi yang besar menjadi
beban penyakit di dunia dan diproyeksikan sebagai penyebab disabilitas nomor
dua pada tahun 2020.3 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lieb dkk.,4 dari
hampir 2.000 orang yang mendatangi 5 pusat pelayanan primer di Eropa, 22%
mengeluhkan masalah berhubungan dengan ansietas yang didiagnosis gangguan
ansietas
menyeluruh
mempergunakan
composite international
diagnostic
interview (CIDI). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Al- Saffar dan Saeed6
gangguan ansietas menyeluruh lebih banyak dijumpai pada wanita sebesar 42,8%
bila dibandingkan dengan pria, status pernikahan bercerai 63,5%, dan status
pekerjaan yang tidak bekerja 52,3%. Sedangkan penelitian Sari dkk. (2014)5 di
klinik psikiatri RS dr. Pirngadi Medan mendapatkan proporsi terjadinya gangguan
ansietas menyeluruh pasien yang datang berobat ke poliklinik psikiatri adalah
23% dengan persentase terbanyak adalah laki-laki 53%.
2.3
Etiologi
2.4
Patofisiologi
2.5
Gejala Klinis
2.6
Diagnosis
Dasar mendiagnosis gangguan ansietas menyeluruh berdasarkan kriteria
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
(mis., penyalagunaan obat, obat-obatan) atau keadaan medis umum
(mis., hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama gangguan mood,
gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasive.
2.6.2
2.7
Diagnosis Banding
Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
Tatalaksana
Pengobatan yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh
cara psikologis, yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus yang
menjalin hubungan kerjasama secara professional dengan seseorang pasien
dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala
dan penderitaan akibat penyakit. Psikoterapi dilakukan dengan wawancara atau
interview. Hal yang terpenting dalam wawancara dalah tujuan teraupetik dan
penegakan diagnosis yang diperoleh dengan menjalin hubungan interpersonal
yang baik dari waktu ke waktu setiap kali wawancara dilakukan.4 pendekatan
psikoterapeutik utama untuk kasus ini adalah kognitif-perilaku, supportif, dan
berorientasi tilikan.7
dihentikannya
psikoterapi.
Tetapi
peningkatan
penguasaan
ego
Farmakoterapi
Keputusan untuk meresepkan suatu ansiolitik pada pasien dengan
Nama
Nama dagang
Sediaan
Dosis anjuran
Generik
1.
Diazepam
Diazepam
Tab. 2-5 mg
Indofarma
LOVIUM
Tab 2-5 mg
Oral = 2-3 x 2 -5
(Phapros)
Mentalium
mg/hari
Tab 2-5-10 mg
Injeksi = 5-10 mg
(im/v)
(Soho)
STESOLID
Tab 2-5 mg
(Alpharma)
Ampul 10mg/2cc
Rectal
Rectaltube =
tube Anak<10kg/bb =
5mg/2,5cc
5mg
Anak>10kg/bb =
10mg/2,5cc
5mg
VALDIMEX
(Mersifarma)
TRAZEP
Tab 5 mg
(Fahrenheit)
Ampul 10mg/2cc
VALIUM
Rectal
(Roche)
5mg/2,5cc
tube
Tab 2-5 mg
Ampul 10mg/2cc
2.
Chlordiazepoxi CETABRIUM
de
Drg. 5-10mg
(Soho)
TENSINYL
Cap 5 mg
(Medichem)
LIBRIUM
2-3
5-10
mg/hari
Tab 5-10 mg
(Valeant)
3.
Lorazepam
ATIVAN
Tab 0,5 1 2 mg
2 3 x 1 mg/hari
(Wyeth)
RENAQUIL
Tab 1 mg
(Fahrenheit)
MERLOPAM
Tab 0,5 2 mg
(Mersifarma)
4.
Clobazam
FRISIUM
Tab 10 mg
(Aventis-Ph)
CLOBAZAM
mg/hari
Tab 10 mg
(Dexa Medica)
ASABIUM
Tab 10 mg
(Otto)
CLOBIUM
Tab 10 mg
(Ferron)
PROCLOZAM
Tab 10 mg
(Meprofarm)
5.
Bromazepam
LEXOTAN
Tab 1,5 3 6 mg
(Roche)
6.
Alprazolam
ALPRAZOLAM
(dexa Medica)
XANAX XR
(pfizer-Pharmacia)
Tab 0,25 1 mg
3 x 1,5 mg/hari
10
ALGANAX
(Guardian-Ph)
CALMLET
Tab0,250,51-2 mg
(Sunthi-Sepuri)
FEPRAX
(Ferron)
ATARAX
Tab 0,5 mg
(Mersifarma)
ALVIZ
Tab 0,51 mg
(Pharos)
ZYPRAX
(Kalbe Farma)
Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering
off selama 1-2 minggu sebab penghentian benzodiazepine secara tiba-tiba dapat
menimbulkan gejala putus zat. kekeliruan klinis yang sering dengan terapi
benzodiazepin adalah dengan memutuskan secaa pasif untuk melanjutkan
pengobatan atas dasar tanpa batas.7
Metabolisme hepar memiliki fungsi untuk klirens benzodiazepine. Namun
pola dan nilai dari metabolism tergantung pada setiap obat sendiri. Alprazolam
dan triazolam mengalami -hidroksilasi, dan hasil metabolitnya memberikan efek
farmakologi yang pendek karena mereka secara cepat dikonjugasi membentuk
glukoronida inaktif.7
Benzodiazepin secara luas digunakan untuk managemen ansietas dan
mengontrol panic attacks. Bisa juga digunakan dalam terapi jangka panjang untuk
generalize anxiety disorder (GAD). Gejala ansietas dapat dikurangi dengan
pemberian benzodiazepine. Pemilihan benzodiazepine untuk ansietas berdasarkan
dari beberapa prinsip farmakologik:1,7
1.
2.
3.
4.
stimulants
(amphetamine,
caffeine,
appetite
Nama
Nama dagang
Sediaan
Dosis anjuran
Generik
1.
Sulpride
DOGMATIL
Cap 50 mg
(Soho)
2
Buspiron
BUSPAR
2-3 x 50 100
mg/hari
Tab 10 mg
2-3 x 10 mg/hari
(Bristol-Myers)
TRAN-Q
Tab 10 mg
(Guarian-Ph)
XIETY
Tab 10 mg
(Lapi)
3
Hydroxzine
ITERAX
Caplet 25 mg
3 x 25 mg/hari
(UCB Pharma)
2.
Buspiron
Buspiron adalah agonis parsial reseptor 5-HT1A. Buspiron efektif pada 60-
80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam menurunkan gejala kognitif
dan gangguan kecemasan menyeluruh dibanding gejala somatik. Tidak
menyebabkan withdrawal. Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa 2-3
minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan
benzodiazepine tidak akan memberikan respon yang baik dengan buspiron. Hal
ini dikarenakan tidak adanya efek non-ansiolitik dari benzodiazepin (seperti
relaksasi otot dan rasa kesehatan tambahan), yang terjadi pada terapi buspiron.
Namun demikian, rasio manfaat-risiko yang lebih baik, tidak adanya efek kognitif
dan psikomotor, dan tidak adanya gejala putus obat menyebabkan buspiron
merupakan obat
lini
gangguan
kecemasan
menyeluruh.
mood dan ansietas. Terapi awal SSRI dapat memberikan efek seperti
meningkatnya ansietas, rasa gelisah, gementar dan agitasi.Oleh karena itu
pemberian initial dose harus diberikan dalam dosis kecil, kemudian diitrasi
meningkat secara perlahan. Terapi dosis inisial rendah diberikan selama 3 hingga
7 hari., kemudian peningkatan dosis dilakukan perlahan tergantung dari toleransi
tiap individu hingga mencapai standar dosis terapi rumatan. Obat diberikan
selama 3 sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kondisi individu agar kadarnya
stabil dalam darah sehingga mencegah kekambuhan.7
Efek samping yang paling sering ditimbulkan SSRI antara lain adalah sakit
kepala, irritable, mual serta gangguan gastrointestinal lainnya, insomnia, disfungsi
seksual, meningkatnya ansietas, rasa kantuk dan tremor. Dilihat dari efek
sampingnya, SSRI lebih aman dibandingkan antidepresan jenis lain seperti TCA
(Tricyclic Antidepressan) dan MAO (Monoamine Oxidase Inhibitor).7
Dosis pemberian obat SSRI sebaiknya diturunnkan secara perlahan
(tapering) apabila pengobatan akan dihentikan, minimal 7 hingga 10 hari sebelum
menghentikan pengobatan. Terapi SSRI yang dihentikan secara tiba-tiba dapat
menyebabkan discontinuation syndrome pada sistem neurosensorik (parestesia,
shock-like reaction, mialgia), gastrointestinal (mual, diare), neurophsyciatric
(cemas, irritable), vasomotor (berkeringat) dan berbagaia manifestasi lainnya
seperti insomnia, pusing, sakit kepala serta rasa lelah. Apabila terjadi gejala
diskontinuitas tersebut, maka terapi SSRI diberikan kembali sesuai dosis terakhir
diberikan selama beberapa hari diikuti penurunan dosis secara perlahan.7,1,9
Paroksetin
Paroksetin
memiliki
efek
sedative
dan
membuat
pasien
lebih
Sertralin
Sertralin merupakan penghambat ambilan (reuptake) serotonin 5-HT yang
poten dan spesifik pada Central Nervous System (CNS) neuronal sehingga
meningkatkan konsentrasi serotonin 5-HT pada synaptic cleft. Dosis rumatan
100-200 mg/hari.7
4.
Obat Lain
Jika pengobatan dengan buspiron atau benzodiazepin tidak efektif atau
tidak sepenuhnya efektif, pengobatan dengan sutu obat trisiklik atau antagonis
adrenergik-beta dapat dipertimbangkan. Obat trisiklik telah terbukti efektif dalam
pengobatan kecemasa. Obat adrenergik-beta adalah terbatas dalam efektivitasnya
utnuk mengobatin gejala perifer dari kecemasan (palpitasi dan tremor). Alternatif
lain menggunakan obat kombinasi, seperti benzodiazepin dan buspirone atau
salah satu dari obat tersebut dengan obat trisiklik atau suatu antagonis adrenergik
beta.
2.9
Prognosis
Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien dengan
gangguan ini melaporkan bahwa mereka telah cemas sepanjang yang mereka
ingat. Banyak pasien datang ke dokter umum, spesialis penyakit dalam, spesialis
jantung, spesialis paru, atau spesialis gastroenterologi mencari terapi untuk
komponen somatik gangguan mereka.2,3 Namun demikian, beberapa data
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan adalah berhubungan dengan onset
gangguan kecemasan umum; terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang
negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan.
Menurut definisinya, gangguan kecemasan umum adalah suatu keadaan kronis
yang mungkin seumur hidup. Secara farmakologis 50% pasien dengan gangguan
Cemas Menyeluruh akan menunjukan perbaikan dalam waktu 3 minggu, dan 77%
pasien akan mengalami perbaikan dalam waktu 9 bulan apabila mengkonsumsi
obat secara teratur. Tapi jika pasien tidak segera menindak lanjuti gsnggunya
maka Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat
mengalami gangguan depresi mayor.1,8
BAB III
KESIMPULAN
1. Gangguan Ansietas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) adalah
ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa pristiwa atau
aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan, yang tidak
disebabkan oleh penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya
terjadi selama gangguan mood atau psikiatri.
2. Gangguan ansietas menyeluruh bersifat kronis dan membutuhkan terapi
jangka panjang.
3. Banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 2:1
4. Etiologi secara pasti belum diketahui, tetapi dihubungkan dengan faktor
biologis, faktor psikologis atau keduanya.
5. Diagnosis ditegakkan sesuai dengan kriteria diagnosis meliputi DSM-IV-TR
atau PPDGJ III, berdasarkan kedua kriteria tersebut ansietas dan khawatrian
berlebihan harus menjadi keluhan utama yang dominan
6. Pengobatan yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh adalah
pengobatan yang menggabungkan psikoterapeutik, farmakoterapeutik, dan
suportif.
7. Pendekatan psikoterapeutik utama untuk gangguan ansietas menyeluruh
adalah kognitif-perilaku, supportif, dan berorientasi tilikan.
8. Obat yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan ansietas
menyeluruh adalah buspirone dan benzodiazepine, dengan benzodiazepine
sebagai pilihan utama.
9. Prognosis gangguan ansietas menyeluruh bergantung pada onset, dan terapi
yang adekuat. Secara farmakologis 50% pasien dengan Gangguan Ansietas
Menyeluruh akan menunjukan perbaikan dalam waktu 3 minggu, dan 77%
pasien
akan
mengalami
perbaikan
dalam
waktu
bulan
apabila
mengkonsumsi obat secara teratur. Tapi jika pasien tidak segera menindak
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, VA. Sadock. 2010. Gangguan Ansietas Menyeluruh, Dalam:
Kaplan and Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi ke-10. Jakarta, Indonesia.
EGC, hal . 259-62
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 1993.
3. Khan H, Kalia S, Itrat A, Khan A, Kamal M, Khan MA, dkk. Prevalence and
demographics of anxiety disorders: a snapshot from a community health
centre in Pakistan. Annals General Psychiatry. 2007;30:16.
4. Lieb R, Becker E, Altamura C. The epidemiology of generalized anxiety
disorder in Europe. Eur Neuropsychopharmacol. 2005;15:44552.
5. Sari, NG, E. Effendy, M.M. Amin. 2014. Hubungan Jenis Kelamin, Status
Pernikahan, dan Status Pekerjaan dengan Gangguan Ansietas Menyeluruh di
Klinik Psikiatri RS dr. Pirngadi Medan. MKB, hal. 216-20
6. Al-Saffar NM, Saeed DA. Generalized anxiety disorder in type 2 diabetes
mellitus in Suleimaniya city. Tikrit Med J. 2009;15(1):7885
7. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat:
Bina Rupa Aksara,2012. Hal: 813-816 Psikiatri UI
8. Maslim Rusli. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Ed. 3.
Jakarta.Nuhjaya.2007. Hal:36-41
9. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam: Gangguan Kecemasan. Edisi 1.
Yogyakarta:Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141
10. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fifth Edition. Arlington, VA, American Psychiatric
Association. 2013, hal. 222