Anda di halaman 1dari 24

Referat

GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH

Disusun Oleh:
Frandi Wirajaya

04084821517027

Shelvia Chalista

04084821517032

Lia Mahdi Agustiani

04084821517035

Adin Prasetyo Adi

04084821517002

Pembimbing :

dr.Abdulah Shahab, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat:
GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH

Oleh:
Frandi Wirajaya

04084821517027

Shelvia Chalista

04084821517032

Lia Mahdi Agustiani

04084821517035

Adin Prasetyo Adi

04084821517002

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteran klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 11 Januari 2011 5 Februari 2016

Palembang, 11 Februari 2016


Pembimbing,

dr. Abdulah Shahab, SpKJ

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat
dan berkat-Nya referat yang berjudul Gangguan Ansietas Menyeluruh ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada dr.Abdulah Shahab, SpKJ atas bimbingannya sehingga penulisan ini
menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan tugas ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Palembang, 11 Februari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Ansietas dapat dikonsepkan sebagai suatu respons normal dan adaptif
terhadap ancaman. Seseorang yang khawatir mengenai hampir semua keadaan
dapat diklasifikasikan sebagai gangguan ansietas menyeluruh. Gangguan ansietas
menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) menurut revisi edisi keempat
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR) adalah
ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa pristiwa atau
aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan, yang tidak disebabkan
oleh penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya terjadi selama
gangguan mood atau psikiatri. Khawatiran ini sulit dikendalikan dan berkaitan
dengan gejala somatik seperti otot tegang, iritabilitas, sulit tidur, dan gelisah.
Secara subjektif menimbulkan penderitaan, dan mengakibatkan hendaya pada area
penting kehidupan seseorang.1 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III), gangguan ansietas
menyeluruh merupakan ansietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada setiap keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
mengambang atau free floating). Gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi
keluhan tegang berkepanjangan, gemetar, ketegangan otot, berkeringat, kepala
terasa ringan, palpitasi, pusing kepala, dan keluhan epigastrik merupakan keluhan
yang paling lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya
akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat,
merupakan keluhan yang sering diucapkan, bersamaan dengan berbagai
kekhawatiran dan firasat lain.2
Gangguan ansietas menyeluruh merupakan proporsi yang besar menjadi
beban penyakit di dunia dan diproyeksikan sebagai penyebab disabilitas nomor
dua pada tahun 2020.3 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lieb dkk.,4 dari
hampir 2.000 orang yang mendatangi 5 pusat pelayanan primer di Eropa, 22%

mengeluhkan masalah berhubungan dengan ansietas yang didiagnosis gangguan


ansietas

menyeluruh

mempergunakan

composite international

diagnostic

interview (CIDI). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Al- Saffar dan Saeed6
gangguan ansietas menyeluruh lebih banyak dijumpai pada wanita sebesar 42,8%
bila dibandingkan dengan pria, status pernikahan bercerai 63,5%, dan status
pekerjaan yang tidak bekerja 52,3%. Sedangkan penelitian Sari dkk. (2014)5 di
klinik psikiatri RS dr. Pirngadi Medan mendapatkan proporsi terjadinya gangguan
ansietas menyeluruh pasien yang datang berobat ke poliklinik psikiatri adalah
23% dengan persentase terbanyak adalah laki-laki 53%.
Seperti pada kebanyakan gangguan jiwa, penyebab gangguan ansietas
menyeluruh tidak diketahui, namun ada kerterkaitan antara faktor biologis dan
psikologis atau keduanya yang mendasari gangguan ini. Faktor biologis yang
berperan pada gangguan ini adalah neurotransmitter, meliputi gammaaminobutirat dan sistem neurotrasmiter serotonin.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Gangguan ansietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)

menurut revisi edisi keempat Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder (DSM-IV-TR) adalah ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan
mengenai beberapa pristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari selama
sedikitnya 6 bulan, yang tidak disebabkan oleh penggunaan zat atau keadaan
medis umum, serta tidak hanya terjadi selama gangguan mood atau psikiatri.
Khawatiran ini sulit dikendalikan dan berkaitan dengan gejala somatik seperti otot
tegang, iritabilitas, sulit tidur, dan gelisah. Secara subjektif menimbulkan
penderitaan, dan mengakibatkan hendaya pada area penting kehidupan seseorang.1
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III (PPDGJ III), gangguan ansietas menyeluruh merupakan ansietas
sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada setiap
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya mengambang atau free floating).
Gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang berkepanjangan,
gemetar, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing
kepala, dan keluhan epigastrik merupakan keluhan yang paling lazim dijumpai.
Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau
akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang sering
diucapkan, bersamaan dengan berbagai kekhawatiran dan firasat lain.2
Pada DSM-V definisi gangguan ansietas menyeluruh tidak banyak
perubahan, hampir sama dengan DSM-IV-TR yaitu ansietas dan kekhawatiran
berlebihan (perkiraan yang menakutkan), terjadi hampir setiap hari selama
setidaknya 6 bulan, mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas.10

2.2

Epidemiologi
Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan cemas yang paling

sering dijumpai, di klinik, diperkirakan 12% dari seluruh gangguan cemas. Angka
prevalensi pada wanita >40 tahun sekitar 10 %. Onset penyakit biasanya muncul
pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan insidens yangg cukup tinggi
pada usia pertengahn hingga dewasa akhir. Prevalensinya di masyarakat
diperkirakan 3%, dan prevelansi seumur hidup (life time) rata-rata 5%. Di
Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan 2% 5%. Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun
yang datang meminta pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara lakilaki dan wanita.1
Gangguan ansietas menyeluruh umumnya tidak timbul secara sendiri
namun bersamaan gangguan jiwa lain, antara lain fobia sosial, fobia spesifik,
gangguan panik, gangguan depresif, gangguan distimik, serta gangguan terkait
zat. Diperkirakan 50% hingga 90% pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh
memiliki gangguan jiwa lain, sedangkan 25% pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh akhirnya mengalami gangguan panik.1
Gangguan ansietas menyeluruh merupakan proporsi yang besar menjadi
beban penyakit di dunia dan diproyeksikan sebagai penyebab disabilitas nomor
dua pada tahun 2020.3 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lieb dkk.,4 dari
hampir 2.000 orang yang mendatangi 5 pusat pelayanan primer di Eropa, 22%
mengeluhkan masalah berhubungan dengan ansietas yang didiagnosis gangguan
ansietas

menyeluruh

mempergunakan

composite international

diagnostic

interview (CIDI). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Al- Saffar dan Saeed6
gangguan ansietas menyeluruh lebih banyak dijumpai pada wanita sebesar 42,8%
bila dibandingkan dengan pria, status pernikahan bercerai 63,5%, dan status
pekerjaan yang tidak bekerja 52,3%. Sedangkan penelitian Sari dkk. (2014)5 di
klinik psikiatri RS dr. Pirngadi Medan mendapatkan proporsi terjadinya gangguan
ansietas menyeluruh pasien yang datang berobat ke poliklinik psikiatri adalah
23% dengan persentase terbanyak adalah laki-laki 53%.

2.3

Etiologi

2.4

Patofisiologi

2.5

Gejala Klinis

2.6

Diagnosis
Dasar mendiagnosis gangguan ansietas menyeluruh berdasarkan kriteria

DSM-IV-TR atau PPDGJ III


2.6.1

Kriteria Diagnosis menurut DSM-IV-TR1


a. Ansietas dan kekhawatiran berlebihan (perkiraan yang menakutkan),
terjadi hampir setiap hari selama setidaknya 6 bulan, mengenai
sejumlah kejadian atau aktivitas (seperti bekerja atau bersekolah)
b. Orang tersebut merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
c. Ansietas dan kekhawatiran dikaitkan dengan tiga (atau lebih) dari
keenam gejala berikut (dengan beberapa gejala setidaknya muncul
hampir setiap hari selama 6 bulan).
Perhatikan: hanya satu gejala yang diperlukan pada anak-anak
1. gelisah atau merasa terperangkap atau terpojok
2. mudah merasa lelah
3. sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4. mudah marah
5. otot tegang
6. gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak puas)
d. Fokus dari ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas hanya pada
gambaran gangguan Aksis I, mis., ansietas atau cemas bukan karena
mengalami serangan panic (seperti pada fobia social), merasa kotor
(seperti pada gangguan obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau
kerabat dekat (seperti pada gangguan ansietas perpisahan), bertambah
berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), mengalami keluhan fisik
berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau mengalami penyakit

serius (seperti pada hipokondriasis), juga ansietas dan kekhawatiran


tidak hanya terjadi selama gangguan stress pesca trauma.
e. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisis menyebabkan distress yang
secara klinis bermakna atau hendaya social, pekerjaan, atau area
penting fungsi lainnya.
f.

Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
(mis., penyalagunaan obat, obat-obatan) atau keadaan medis umum
(mis., hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya selama gangguan mood,
gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasive.

2.6.2

Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ III2


a. Penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus
tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang)
b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung


tanduk, sulit konsentrasi, dsb.)

Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat


santai)

Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung


berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dsb.)

c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk


ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol)
d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari)
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama. Gangguan Ansietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif (F32,-), gangguan ansietas fobik (F40,-), gangguan panik
(F41.-), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-)

2.7

Diagnosis Banding
Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat

kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan


zat.Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiofgrafi,
dan tes fungsi tiroid. Klinis harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotiksedatif, dan anxiolitik.1,2
Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah
gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kompulsif, hipokondriasis, gangguan
somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.
Membedakan GAD dengan gangguan depresi dan distimik tidak mudah, dan
gangguan-gangguan ini seringkali bersama-sama GAD.1,2
2.8

Tatalaksana
Pengobatan yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh

adalah pengobatan yang menggabungkan psikoterapeutik, farmakoterapeutik, dan


suportif. Terapi ini mungkin memakan waktu yang cukup lama bagi klinisi yang
terlibat, baik bila klinisi tersebut adalah seorang psikiater, dokter keluarga atau
spesialis lain.7
2.8.1

Terapi Nonfarmakologis (Psikoterapi)


Psikoterapi merupakan terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-

cara psikologis, yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus yang
menjalin hubungan kerjasama secara professional dengan seseorang pasien
dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah, atau menghambat gejala-gejala
dan penderitaan akibat penyakit. Psikoterapi dilakukan dengan wawancara atau
interview. Hal yang terpenting dalam wawancara dalah tujuan teraupetik dan
penegakan diagnosis yang diperoleh dengan menjalin hubungan interpersonal
yang baik dari waktu ke waktu setiap kali wawancara dilakukan.4 pendekatan
psikoterapeutik utama untuk kasus ini adalah kognitif-perilaku, supportif, dan
berorientasi tilikan.7

1. Terapi kognitif perilaku


Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung mengenali distorisi
kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi
dan biofeedback. Beberapa data awal menyatakan bahwa kombinasi
pendekatan kognitif dan perilaku adalah lebih efektif dibandingkan teknik
tersebut digunakan sendiri-sendiri.7
2. Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance, ketentraman dan kenyamanan, digali potensi
yang ada dan belum Nampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi
optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.7
3. Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan konflik bawah
sadar, memiliki egostrength, relaksasi objek, serta keutuhan diri pasien. Dari
pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapi dapat
memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur,
bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi
dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.7
Sebagian besar pasien mengalami kekenduran kecemasan yang jelas jika
diberikan kesempatan untuk membicarakan kesulitan nya dengan dokter yang
prihatin dan simpatik. Jika klinisi menemukan situasi eksternal yang
menyebabkan kecemasan, klinisi mungkin mampu-sendirian atau dengan bantuan
pasien atau keluarganya-untuk mengubah lingkungan dan dengan demikian
menurunkan tekanan yang penuh ketegangan. Penurunan gejala seringkali
memungkinkan pasien untuk berfungsi secara efektif dalam pekerjaan dan
hubungan sehari-hari yang memberikan kesenangan dan pemuasan baru yang
dengan sendirinya bersifat terapeutik.7
Bagi pasien yang secara psikologis bermaksud dan termotivasi untuk
mengerti sumber kecemasannya, psikoterapi mungkin merupakan pengobatan
terpilih. Terapi psikodinamika bekerja dengan anggapan bahwa kecemasan

mungkin meningkat pada pengobatan yang efektif. Tujuan pendekatan dinamika


adalah untuk meningkatkan toleransi kecemasan pasien, bukannya untuk
menghilangkan kecemasan. Penelitian empiris menyatakan bahwa pasien yang
menjalani psikoterapetik secara berhasil mungkin terus mengalami kecemasan
setelah

dihentikannya

psikoterapi.

Tetapi

peningkatan

penguasaan

ego

memungkinkan mereka untuk menggunakan gejala kecemasan sebagai sinyal


untuk mencerminkan perjuangan hidup dan untuk meluaskan tilikan dan
pengertian mereka. Suatu pendekatan psikodinamika pada pasien dengan
gangguan kecemasan umum melibatkan pencarian rasa takut pasien yang
mendasarinya.7
2.8.2

Farmakoterapi
Keputusan untuk meresepkan suatu ansiolitik pada pasien dengan

gangguan ansietas menyeluruh harus jarang dilakukan pada kunjungan pertama.


Karena sifat gangguan yang berlangsung lama, suatu rencana pengobatan harus
dengan cermat dijelaskan. Dua obat utama yang harus dipertimbangkan dalam
pengobatan gangguan ansietas menyeluruh adalah buspirone dan benzodiazepin.
Obat lain yang mungkin berguna adalah obat trisiklik.7
Walaupun terapi obat untuk gangguan ansietas menyeluruh sering kali
dipandang sebagai pengobatan selama 6-12 bulan, beberapa bukti menyatakan
bahwa pengobatan harus jangka panjang, mungkin seumur hidup. Kira-kira 25%
pasien mengalami kekambuhan dalam bulan pertama setelah obat dihentikan, dan
60-80% kambuh selama perjalanan tahun selanjutnya. Walaupun beberapa pasien
menjadi tergantung pada benzodiazepin, tidak ada toleransi yang berkembang
untuk efek terapeutik dari benzodiazepin atau buspirone.7
1. Benzodiazepine 7
Merupakan pilihan obat pertama. Keputusan klinis untuk memulai terapi
dengan benzodiazepine harus dipertimbangkan dan spesifik. Diagnosis pasien,
gejala sasaran spesifik, dan lamanya pengobatan. Semuanya harus ditentukan dan
harus diberitahu kepada pasien. Pemberian dosis benzodiazepin dimulai dari dosis

terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan dengan


sediaan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek
yang tidak diinginkan. Penggunaan dosis terbagi mencegah perkembangan efek
merugikan yang berhubungan dengan kadar plasma puncak yang tinggi.
Sediaan Benzdiazepine8
No

Nama

Nama dagang

Sediaan

Dosis anjuran

Generik
1.

Diazepam

Diazepam

Tab. 2-5 mg

Indofarma
LOVIUM

Tab 2-5 mg

Oral = 2-3 x 2 -5

(Phapros)
Mentalium

mg/hari
Tab 2-5-10 mg

Injeksi = 5-10 mg
(im/v)

(Soho)
STESOLID

Tab 2-5 mg

(Alpharma)

Ampul 10mg/2cc
Rectal

Rectaltube =

tube Anak<10kg/bb =

5mg/2,5cc

5mg
Anak>10kg/bb =

10mg/2,5cc

5mg

VALDIMEX
(Mersifarma)
TRAZEP

Tab 5 mg

(Fahrenheit)

Ampul 10mg/2cc

VALIUM

Rectal

(Roche)

5mg/2,5cc

tube

Tab 2-5 mg
Ampul 10mg/2cc

2.

Chlordiazepoxi CETABRIUM
de

Drg. 5-10mg

(Soho)
TENSINYL

Cap 5 mg

(Medichem)
LIBRIUM

2-3

5-10

mg/hari
Tab 5-10 mg

(Valeant)
3.

Lorazepam

ATIVAN

Tab 0,5 1 2 mg

2 3 x 1 mg/hari

(Wyeth)
RENAQUIL

Tab 1 mg

(Fahrenheit)
MERLOPAM

Tab 0,5 2 mg

(Mersifarma)
4.

Clobazam

FRISIUM

Tab 10 mg

(Aventis-Ph)
CLOBAZAM

mg/hari
Tab 10 mg

(Dexa Medica)
ASABIUM

Tab 10 mg

(Otto)
CLOBIUM

Tab 10 mg

(Ferron)
PROCLOZAM

Tab 10 mg

(Meprofarm)
5.

Bromazepam

LEXOTAN

Tab 1,5 3 6 mg

(Roche)
6.

Alprazolam

ALPRAZOLAM

Tab 0,25 0,51 mg

(dexa Medica)
XANAX XR
(pfizer-Pharmacia)

Tab 0,25 1 mg

3 x 1,5 mg/hari

10

ALGANAX

Tab 0,25 0,51 mg

(Guardian-Ph)
CALMLET

Tab0,250,51-2 mg

(Sunthi-Sepuri)
FEPRAX

Tab 0,25 0,51 mg

(Ferron)
ATARAX

Tab 0,5 mg

(Mersifarma)
ALVIZ

Tab 0,51 mg

(Pharos)
ZYPRAX

Cap 0,25 - 0,5-1 mg

(Kalbe Farma)
Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering
off selama 1-2 minggu sebab penghentian benzodiazepine secara tiba-tiba dapat
menimbulkan gejala putus zat. kekeliruan klinis yang sering dengan terapi
benzodiazepin adalah dengan memutuskan secaa pasif untuk melanjutkan
pengobatan atas dasar tanpa batas.7
Metabolisme hepar memiliki fungsi untuk klirens benzodiazepine. Namun
pola dan nilai dari metabolism tergantung pada setiap obat sendiri. Alprazolam
dan triazolam mengalami -hidroksilasi, dan hasil metabolitnya memberikan efek
farmakologi yang pendek karena mereka secara cepat dikonjugasi membentuk
glukoronida inaktif.7
Benzodiazepin secara luas digunakan untuk managemen ansietas dan
mengontrol panic attacks. Bisa juga digunakan dalam terapi jangka panjang untuk
generalize anxiety disorder (GAD). Gejala ansietas dapat dikurangi dengan
pemberian benzodiazepine. Pemilihan benzodiazepine untuk ansietas berdasarkan
dari beberapa prinsip farmakologik:1,7

1.

Rapid inset of action;

2.

Indeks terapi yang cukup tinggi, ditambah ketersediaan flumazenil sebagai


terapi jika terjadi overdosis;

3.

Resiko rendah interaksi obat berdasarkan induksi enzim hati;

4.

Efek minimal pada fungsi kardiovaskular dan otonom.


Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang

terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic neurons yang


dikendalikan oleh GABA-ergic neurons (Gamma Amino Butiric Acid, suatu
inhibitory neurotransmitter). Mekanisme kerja benzodiazepin, yaitu bereaksi
engan reseptornya (benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce The
inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut
mereda.8
Beberapa masalah yang berhubungan dengan pemakaian benzodiazepin
dalam gangguan kecemasan menyeluruh. 25-30% dari semua pasien tidak
berespon, dan dapat terjadi toleransi dan ketergantungan. Beberapa pasien
mengalami gangguan kesadaran, sehingga berisiko untuk mengalami kecelakaan
bermotor atau mesin. Benzodiazepin dapat menyebabkan gangguan kognitif
teruatama pada penggunaan jangka panjang. Perbaikan yang didapatkan dengan
bezodiazepin mungkin lebih dari sekedar efek anticemas. Obat juga dapat
memiliki kerja disinhibisi ringan, serupa dengan yang dilihat setelah sejumlah
kecil alkohol.
Interaksi Obat
Benzodiazepine + CNS depressants (Phenobarbital, alkohol, obat antipsikosis, anti-depresi, opiates) potensiasi efek sedasi dan penekanan pusat
napas, risiko timbulnya respiratory failure8
Benzodiazepine+CNS

stimulants

(amphetamine,

caffeine,

appetite

supressants) antagonisme efek anti-ansietas, sehingga efek benzodiazepine


menurun8

Benzodiazepine + Neuroleptika = manfaat efek klinis dari Benzodiazepine


mengurangi kebutuhan dosis neuroleptika, sehingga risiko efek samping
neuroleptika mengurang.8
Obat Non Benzodiazepin8
No

Nama

Nama dagang

Sediaan

Dosis anjuran

Generik
1.

Sulpride

DOGMATIL

Cap 50 mg

(Soho)
2

Buspiron

BUSPAR

2-3 x 50 100
mg/hari

Tab 10 mg

2-3 x 10 mg/hari

(Bristol-Myers)
TRAN-Q

Tab 10 mg

(Guarian-Ph)
XIETY

Tab 10 mg

(Lapi)
3

Hydroxzine

ITERAX

Caplet 25 mg

3 x 25 mg/hari

(UCB Pharma)
2.

Buspiron
Buspiron adalah agonis parsial reseptor 5-HT1A. Buspiron efektif pada 60-

80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam menurunkan gejala kognitif
dan gangguan kecemasan menyeluruh dibanding gejala somatik. Tidak
menyebabkan withdrawal. Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa 2-3
minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan
benzodiazepine tidak akan memberikan respon yang baik dengan buspiron. Hal
ini dikarenakan tidak adanya efek non-ansiolitik dari benzodiazepin (seperti
relaksasi otot dan rasa kesehatan tambahan), yang terjadi pada terapi buspiron.
Namun demikian, rasio manfaat-risiko yang lebih baik, tidak adanya efek kognitif
dan psikomotor, dan tidak adanya gejala putus obat menyebabkan buspiron

merupakan obat

lini

pertama dalam pengobatan

gangguan

kecemasan

menyeluruh.

Dapat dilakukan penggunaan bersama antara benzodiazepine dengan


buspiron kemudian dilakukan tapering benzodiazepine setelah 2-3 minggu, disaat
efek terapi buspiron sudah mencapai maksimal.7
3.

SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor)


SSRI menjadi lini pertama dalam pengobatan farmakoterapi pada gangguan

mood dan ansietas. Terapi awal SSRI dapat memberikan efek seperti
meningkatnya ansietas, rasa gelisah, gementar dan agitasi.Oleh karena itu
pemberian initial dose harus diberikan dalam dosis kecil, kemudian diitrasi
meningkat secara perlahan. Terapi dosis inisial rendah diberikan selama 3 hingga
7 hari., kemudian peningkatan dosis dilakukan perlahan tergantung dari toleransi
tiap individu hingga mencapai standar dosis terapi rumatan. Obat diberikan
selama 3 sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kondisi individu agar kadarnya
stabil dalam darah sehingga mencegah kekambuhan.7
Efek samping yang paling sering ditimbulkan SSRI antara lain adalah sakit
kepala, irritable, mual serta gangguan gastrointestinal lainnya, insomnia, disfungsi
seksual, meningkatnya ansietas, rasa kantuk dan tremor. Dilihat dari efek
sampingnya, SSRI lebih aman dibandingkan antidepresan jenis lain seperti TCA
(Tricyclic Antidepressan) dan MAO (Monoamine Oxidase Inhibitor).7
Dosis pemberian obat SSRI sebaiknya diturunnkan secara perlahan
(tapering) apabila pengobatan akan dihentikan, minimal 7 hingga 10 hari sebelum
menghentikan pengobatan. Terapi SSRI yang dihentikan secara tiba-tiba dapat
menyebabkan discontinuation syndrome pada sistem neurosensorik (parestesia,
shock-like reaction, mialgia), gastrointestinal (mual, diare), neurophsyciatric
(cemas, irritable), vasomotor (berkeringat) dan berbagaia manifestasi lainnya
seperti insomnia, pusing, sakit kepala serta rasa lelah. Apabila terjadi gejala
diskontinuitas tersebut, maka terapi SSRI diberikan kembali sesuai dosis terakhir
diberikan selama beberapa hari diikuti penurunan dosis secara perlahan.7,1,9

Pada kasus gangguan cemas menyeluruh, SSRI jenis sertraline dan


paroxetine merupakan pilihan yang lebih baik daripada fluoksetin. Pemberian
fluoksetin dapat meningkatkan anxietas sesaat. SSRI selektif terutama pada pasien
GAD dengan riwayat depresi.1,7
a.

Paroksetin
Paroksetin

memiliki

efek

sedative

dan

membuat

pasien

lebih

tenang.Pemberian dimulai pada dosis kecil dan dititrasi meningkat secara


perlahan. Pemberian awal 5 sampai 10 mg per hari selama 1 sampai 2
minggu pertama kemudian dosisnya ditiingkatkan 10 mg setiap 1 sampai 2
minggu hingga dosis maksimum 60 mg. Apabila sedasi tidak dapat
ditoleransi, dosis diturunkan kembali hingga 10 mg per hari dan diganti
fluoxetine 10 mg per hari dan dititrasi meningkat.7
b.

Sertralin
Sertralin merupakan penghambat ambilan (reuptake) serotonin 5-HT yang
poten dan spesifik pada Central Nervous System (CNS) neuronal sehingga
meningkatkan konsentrasi serotonin 5-HT pada synaptic cleft. Dosis rumatan
100-200 mg/hari.7

4.

Obat Lain
Jika pengobatan dengan buspiron atau benzodiazepin tidak efektif atau

tidak sepenuhnya efektif, pengobatan dengan sutu obat trisiklik atau antagonis
adrenergik-beta dapat dipertimbangkan. Obat trisiklik telah terbukti efektif dalam
pengobatan kecemasa. Obat adrenergik-beta adalah terbatas dalam efektivitasnya
utnuk mengobatin gejala perifer dari kecemasan (palpitasi dan tremor). Alternatif
lain menggunakan obat kombinasi, seperti benzodiazepin dan buspirone atau
salah satu dari obat tersebut dengan obat trisiklik atau suatu antagonis adrenergik
beta.
2.9

Prognosis
Karena tingginya insidensi gangguan mental komorbid pada pasien dengan

gangguan ansietas menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan adalah


sukar untuk diperkirakan.1 Awitan usia sulit dirinci; sebagian besar pasien dengan

gangguan ini melaporkan bahwa mereka telah cemas sepanjang yang mereka
ingat. Banyak pasien datang ke dokter umum, spesialis penyakit dalam, spesialis
jantung, spesialis paru, atau spesialis gastroenterologi mencari terapi untuk
komponen somatik gangguan mereka.2,3 Namun demikian, beberapa data
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan adalah berhubungan dengan onset
gangguan kecemasan umum; terjadinya beberapa peristiwa kehidupan yang
negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan terjadinya gangguan.
Menurut definisinya, gangguan kecemasan umum adalah suatu keadaan kronis
yang mungkin seumur hidup. Secara farmakologis 50% pasien dengan gangguan
Cemas Menyeluruh akan menunjukan perbaikan dalam waktu 3 minggu, dan 77%
pasien akan mengalami perbaikan dalam waktu 9 bulan apabila mengkonsumsi
obat secara teratur. Tapi jika pasien tidak segera menindak lanjuti gsnggunya
maka Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat
mengalami gangguan depresi mayor.1,8

BAB III
KESIMPULAN
1. Gangguan Ansietas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) adalah
ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa pristiwa atau
aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan, yang tidak
disebabkan oleh penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya
terjadi selama gangguan mood atau psikiatri.
2. Gangguan ansietas menyeluruh bersifat kronis dan membutuhkan terapi
jangka panjang.
3. Banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 2:1
4. Etiologi secara pasti belum diketahui, tetapi dihubungkan dengan faktor
biologis, faktor psikologis atau keduanya.
5. Diagnosis ditegakkan sesuai dengan kriteria diagnosis meliputi DSM-IV-TR
atau PPDGJ III, berdasarkan kedua kriteria tersebut ansietas dan khawatrian
berlebihan harus menjadi keluhan utama yang dominan
6. Pengobatan yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh adalah
pengobatan yang menggabungkan psikoterapeutik, farmakoterapeutik, dan
suportif.
7. Pendekatan psikoterapeutik utama untuk gangguan ansietas menyeluruh
adalah kognitif-perilaku, supportif, dan berorientasi tilikan.
8. Obat yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan gangguan ansietas
menyeluruh adalah buspirone dan benzodiazepine, dengan benzodiazepine
sebagai pilihan utama.
9. Prognosis gangguan ansietas menyeluruh bergantung pada onset, dan terapi
yang adekuat. Secara farmakologis 50% pasien dengan Gangguan Ansietas
Menyeluruh akan menunjukan perbaikan dalam waktu 3 minggu, dan 77%
pasien

akan

mengalami

perbaikan

dalam

waktu

bulan

apabila

mengkonsumsi obat secara teratur. Tapi jika pasien tidak segera menindak

lanjuti gangguannya maka Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami


gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, VA. Sadock. 2010. Gangguan Ansietas Menyeluruh, Dalam:
Kaplan and Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi ke-10. Jakarta, Indonesia.
EGC, hal . 259-62
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 1993.
3. Khan H, Kalia S, Itrat A, Khan A, Kamal M, Khan MA, dkk. Prevalence and
demographics of anxiety disorders: a snapshot from a community health
centre in Pakistan. Annals General Psychiatry. 2007;30:16.
4. Lieb R, Becker E, Altamura C. The epidemiology of generalized anxiety
disorder in Europe. Eur Neuropsychopharmacol. 2005;15:44552.
5. Sari, NG, E. Effendy, M.M. Amin. 2014. Hubungan Jenis Kelamin, Status
Pernikahan, dan Status Pekerjaan dengan Gangguan Ansietas Menyeluruh di
Klinik Psikiatri RS dr. Pirngadi Medan. MKB, hal. 216-20
6. Al-Saffar NM, Saeed DA. Generalized anxiety disorder in type 2 diabetes
mellitus in Suleimaniya city. Tikrit Med J. 2009;15(1):7885
7. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat:
Bina Rupa Aksara,2012. Hal: 813-816 Psikiatri UI
8. Maslim Rusli. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Ed. 3.
Jakarta.Nuhjaya.2007. Hal:36-41
9. Junaldi I. Anomali Jiwa. Dalam: Gangguan Kecemasan. Edisi 1.
Yogyakarta:Percetakan Andi, 2012. Hal:124-141
10. American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fifth Edition. Arlington, VA, American Psychiatric
Association. 2013, hal. 222

Anda mungkin juga menyukai