Anda di halaman 1dari 20

Critical Appraisal

Effect of dietary supplements and physical exercise on


sensory perception, appetite, dietary intake and body
weight in frail elderly subjects

Disusun Oleh :

David Johan Varianto (406181002)


Ramanda Cindyarirachma (406181011)
Mercy Tania (406181013)
Zevania Hersahputra N. Duha (406181018)
Susi (406181019)
Fransiska Alisa A.S (406181025)
Satria Ghaibi Saputra (406181027)
Indry Agatha Rihi Pake (406181039)
Riffany Krisdiana (406181045)
Kent Harlendo (406181056)

Pembimbing :
Dr. dr. Meilani Kumala, Sp.GK (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 30 MARET 2020 – 9 APRIL 2020

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 1
PENDAHULUAN
Sarkopenia adalah penyakit terkait usia yang ditandai hilangnya massa dan fungsi
otot secara bertahap. Sarkopenia juga merupakan masalah klinis utama di
masyarakat dengan jumlah lansia yang semakin bertambah, dengan beberapa
komplikasi seperti disabilitas, kualitas hidup yang buruk, dan peningkatan risiko
kematian. Prevalensi sarkopenia terus meningkat seiring peningkatan populasi
(1)
lansia di dunia. World Health Organization memperkirakan bahwa jumlah
lansia berusia ≥65 tahun akan meningkat dari 524 juta pada tahun 2010 hingga
menjadi 1,5 miliyar pada tahun 2050, dengan peningkatan mayoritas pada negara-
negara berkembang. (2) Asia sendiri diproyeksikan untuk memiliki hampir 923 juta
lansia pada tahun 2050. (3) Indonesia, pada tahun 2017, memiliki 23,66 juta jiwa
penduduk lansia (9,03%), yang akan meningkat menjadi 48,19 juta jiwa pada
tahun 2035. (4)
Suatu negara dikatakan sebagai negara berstruktur tua jika memiliki
populasi lansia di atas 7%, sehingga Indonesia termasuk golongan ini. (4) Hal ini
perlu menjadi perhatian para pemberi layanan kesehatan, karena populasi yang
semakin tua akan semakin memerlukan perhatian khusus dari segi kesehatan,
salah satunya dalam aspek sarkopenia. Sarkopenia dapat terjadi seiring
berjalannya waktu, sehingga pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian
nutrisi. Penelitian ini bertujuan membahas mengenai suplementasi nutrisi terhadap
efek sarkopenia.

TELAAH KRITIS
1. Gambaran Umum Penelitian
Artikel yang ditelaah merupakan penelitian eksperimental jenis randomized
controlled trial, yang membandingkan intervensi nutrisi, olahraga, kombinasi
keduanya, dan kelompok kontrol. Peneliti hendak membandingkan apakah dengan
intervensi padat mukronutrien, akan terjadi perbaikan fungsi sensorik, nafsu
makan, dan rasa lapar pada para lansia yang renta. Cara perekrutan subjek
dilakukan dengan mengirim 7080 surat ke lansia yang tinggal di perumahan
Wageningen, Belanda. Randomisasi dilakukan terhadap semua subjek ke dalam
empat kelompok. Kepada kelompok-kelompok tersebut diterapkan pemberian

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 2
mikronutrien (kategori berbasis buah dan produk susu), serta tatalaksana olahraga
(pelatihan skill, dan olahraga kelompok). Pemantauan konsumsi makanan
dilakukan tiga hari dalam seminggu (food recall) dengan tertulis atau perekaman
dengan alat perekam suara.
Latar belakang studi ini mencantumkan bahwa penuaan dapat berujung
pada kerentaan, dan kondisi ini ditandai penurunan fungsi fisik, kognitif,
emosional, sensori dan/atau sosial. Latar belakang studi juga memercayai bahwa
melakukan aktivitas fisik dan menerapkan diet tinggi nutrisi akan memastikan
nutrisi tetap terjaga. Kualitas metodologi dari studi ini terbilang cukup baik,
karena: 1) metodologi studi cukup dijelaskan dengan jelas dan mengacu pada
penelitian-penelitian pendahulunya; 2) keempat kelompok dipantau dan dijelaskan
terlebih dahulu pada pertemuan awal dan pertemuan tatap muka selanjutnya,
sehingga para subjek memahami prosedur studinya; 3) studi ini menerapkan studi
berbasis komunitas, sehingga lebih dapat dipercaya dan memiliki validitas
eksterna.

2. Penilaian Kesahihan / Validitas


Peneliti hendak membandingkan apakah dengan intervensi padat mukronutrien,
akan terjadi perbaikan fungsi sensorik, nafsu makan, dan rasa lapar pada para
lansia yang renta. Perekrutan subjek dilakukan pada perumahan Wageningen,
Belanda, selama periode Januari hingga Juni 1997. Protokol studi ini disahkan
Komite Etik Medis eksternal, Divisi Nutrisi Manusia dan Epidemiologi
Universitas Agrikultural Wageningen. Para subjek diberikan intervensi selama 17
minggu dan dilakukan follow-up per hari untuk riwayat makan atau setelahnya
untuk berbagai parameter lainnya.
Terdapat kriteria inklusi dalam penelitian ini, diantaranya adalah para
subjek yang:
a. Berusia ≥70 tahun
b. Inaktivitas (tidak ada partisipasi rutin pada aktivitas fisik intensitas sedang
hingga berat)
c. IMT ≤25 kg/m2 atau kehilangan berat badan baru-baru ini
d. Tidak menggunakan suplemen multivitamin

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 3
e. Kemampuan memahami prosedur studi.

Kriteria inklusi yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah kriteria para
subjek. Kriteria eksklusi pada penelitian ini tidak disebutkan secara gamblang,
namun pada penelitian ini ada beberapa kriteria eksklusi, antara lain para subjek
yang:
a. Waktu antara pengukuran pre- dan paska-intervensi yang <17 minggu karena
dirawat di RS.
b. Dirawat di RS pada minggu pengukuran paska intervensi karena sakit
(serangan jantung, dll).

Para subjek dibagi menjadi empat kelompok, dengan intervensi yang


dilakukan selama 17 minggu dan pengambilan data sebelum dan setelah
intervensi:

1. Nutrisi (produk padat nutrisi + program sosial)


2. Olahraga (produk biasa + program olahraga)
3. Kombinasi (produk padat nutrisi + program olahraga)
4. Kontrol (produk biasa + program sosial).

Dari 217 subjek yang dirandomisasi (44 pada kelompok kontrol, 55 pada
kelompok olahraga, 58 pada kelompok nutrisi, dan 60 pada kelompok kombinasi),
165 subjek menyelesaikan pengukuran pre dan paska intervensi. Data yang diukur
adalah sebagai berikut:
• Produk padat nutrien
o Alat ukur : Kepatuhan nutrisi (sisa produk setiap minggunya) dan
konsentrasi beberapa vitamin dalam darah.
o Skala ukur : Jumlah (n) dan dalam satuan lab.
o Cara ukur : Perhitungan manual (sisa produk setiap minggunya) dan
pengambilan darah di laboratorium.
• Aktivitas fisik
o Alat ukur : kuesioner tervalidasi berdasarkan physical activity scale for
elderly (PASE)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 4
o Skala ukur : Menurut data kuesioner
o Cara ukur : Menggunakan kuesioner, dengan wawancara.
• Konsumsi harian
o Alat ukur: dietary record
o Skala ukur: tidak didetailkan.
o Cara ukur: tiga orang ahli diet yang terlatih akan menghubungi
partisipan, namun tidak dijelaskan caranya.
▪ Porsi makanan: pengukuran rumah tangga (penimbangan alat
takar bahan makanan biasa).
▪ Konsumsi makanan: dikodekan setelah energi dan gizi dihitung
dengan tabel komposisi makanan Belanda.
• Rasa ingin makan, lapar, dan persepsi rasa serta bau
o Alat ukur: skala Likert
o Skala ukur: Persepsi rasa (8 item, rentang 8-40), persepsi bau (tiga
item, rentang 3-15), selera makan (6 item, 6-30), rasa lapar harian (9
item, rentang 9-45), persepsi bau sekarang dibandingkan masa lalu (3
item, rentang 3-15).
o Cara ukur: Menggunakan wawancara (dijawab verbal).
• Identifikasi bau
o Alat ukur: Uji penghidu dengan 10 toples plastik 40 mL dengan
lubang-lubang diameter 2 mm, dengan pilihan bau: 1) bedak bayi; 2)
cokelat; 3) kayu manis; 4) kopi; 5) mothball; 6) selai kacang; 7) sabun;
8) amonia; 9) bawang/wintergreen; 10) Vicks Vapo-Steam.
o Skala ukur: Minimal 0, maksimal 10, sesuai jumlah jawaban yang
benar (“tidak tahu” “tidak tercium apa-apa” dianggap sebagai jawaban
yang salah).
o Cara ukur: Pengujian penghidu pada subjek (seperti untuk menguji
fungsi penciuman / N.I)
• Antropometri: Berat Badan
o Alat ukur: Skala digital ED-6-T; Berkel, Belanda
o Skala ukur: kilogram, dibulatkan ke 0,01 kg terdekat
o Cara ukur: pengukuran pada pagi hari, menggunakan celana dalam.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 5
• Antropometri: Tinggi Badan
o Alat ukur: stadiometer yang menempel ke dinding
o Skala ukur: tidak dinyatakan, dibulakan ke 0,001 m terdekat
o Cara ukur: pengukuran untuk tinggi badan biasa
• IMT
o Alat ukur: berat badan dan tinggi badan
o Skala ukur: kg/m2
o Cara ukur: berat badan (kg)/tinggi badan2 (m2)
• Massa tubuh bebas lemak
o Skala ukur: dijelaskan oleh penelitian de Jong dkk tahun 2000
o Alat ukur: X-ray absorptiometri
o Cara ukur: pengukuran absorptiometri X-ray dual energi

Analisis data dilakukan dengan program SAS versi 6 (1990). Metode


analisis statistik penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Data dasar → mean dan standar deviasi


• Perubahan absolut dan standar deviasi per kelompok intervensi →
ANOVA
• Perbedaan → prosedur Tukey’s
• Efek intervensi dan ekmungkinan interaksi pada perubahan variabel hasil
→ model regresi multipel
• Hubungan data dasar antara skor uji penciuman, konsumsi energi, BB, dan
hasil kuesioner selera makan, rasa lapar, dan persepsi sensorik →
koefisien korelasi Pearson
• Validitas internal kuesioner → Cronbach’s alpha

Batas kemaknaan statistik ditentukan pada p<0,05.

3. Penilaian Kepentingan / Importance


Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:
a. Karakteristik dasar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 6
• Sekitar 70% perempuan merupakan perempuan.
• Usia rerata subjek 79 tahun, dengan IMT rerata 24,5 kg/m2.
• Satu atau lebih penyakit kronik ditemukan pada 91% subjek.
• Kebayakan subjek tinggal sendiri.
• Hanya 25% subjek yang melaporkan adanya masalah mengunyah, dan
75% mengeluhkan mulut yang kering.
• Penggunaan gigi palsu komplit atau parsial ditemukan pada 85% subjek.

b. Kuesioner uji penghidu dan selera makan, rasa lapar, serta persepsi
rasa dan bau
• Tidak ada perbedaan antara perubahan terhadap kontrol → pada tingkat
individual, terjadi perbaikan pada 41 subjek, penurunan kada 71 subjek,
dan tidak ada perubahan apapun pada 37 subjek.
• Pada kelima variabel kuesioner mengenai nafsu makan, rasa lapar dan
persepsi rasa dan bau, tidak ada perbedaan perubahan dibandingkan
kelompok kontrol setelah 17 minggu intervensi.
• Hasil skor uji identifikasi bau berkorelasi dengan jawaban pada variabel
persepsi bau (p<0,0001). Jawaban mengenai nafsu makan dan rasa lapar
harian juga berkorelasi positif dengan laporan konsumsi energi
(p<0,0002). Tidak ditemukan korelasi antara skor uji bau dan konsumsi
energi (r 0,03, p=0,65).
• Nafsu makan berkorelasi negatif dengan rasa kering pada mulut (r -0,35,
p<0,0001) dan masalah dengan menelan (r -0,19, p = 0,007).
• Masalah mengunyah tidak berkorelasi langsung dengan nafsu makan (r
0,07, p = 0,36), bagaimanapun korelasi nafsu makan dengan jumlah gigi
mencapai kemaknaan borderline (r 0,25, p = 0,06).

c. Konsumsi diet
• Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai dasar atau
perubahan antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 7
• Mengenai mikronutrien, 58% subjek memiliki konsumsi di bawah
rekomendasi.
• Sekitar 30% subjek memiliki konsumsi energi di bawah 6,3 MJ (2/3
rekomendasi konsumsi).
• Terkait makro dan mikronutrien, persentase subjek yang mengonsumsi di
bawah 2/3 angka yang direkomendasikan bervariasi dari 3% untuk protein
dan 93% untuk vitamin D.
• Olahraga meningkatkan konsumsi energi dan karbohidrat (bermakna
borderline, p = 0,05).
• Kelompok yang mendapat produk padat nutrisi tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna secara statistik dibandingkan kelompok yang
mendapat produk biasa, pada sisi variabel konsumsi → tidak ada efek
yang jelas pada intervensi nutrisi atau intervensi olahraga terhadap
perubahan uji penciuman atau nafsu makan, rasa lapar, dan persepsi
sensorik.

d. Berat badan
• Pada awal, korelasi berat badan dan konsumsi energi (n = 156) cukup
rendah (r = 0,26, p = 0,0008), namun koefisien korelasi ini meninngkat
saat hanya berat badan bebas lemak yang dipertimbangkan (r = 0,50, p =
0,0001, n = 141).
• Peningkatan BB sebesar 0,3 kg ditemukan pada kelompok yang tidak
berolahraga, dan penurunan BB sebesar 0,2 kg ditemukan pada kelompok
yang berolahraga (perbedaan 0,5 kg, p = 0,041).
• Massa bebas lemak (diukur absorptiometri X-ray dual energi) menurun
lebih lagi pada kelompok yang tidak berolahraga (-0,4 kg) dibandingkan
peningkatan massa bebas lemak (+0,08 kg) pada kelompok yang
berolahraga (perkiraan berbedaan dua kelompok 0,5 kg, p = 0,014) →
dugaan perpindahan massa tubuh dari massa bebas lemak ke massa lemak.
• Korelasi perubahan konsumsi energi dan berat badan dan massa tubuh
bebas lemak total ditemukan ada dan cukup bermakna (r = 0,18, p = 0,021;
r = 0,16, p = 0,052).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 8
Studi ini dibiayai Wiebe Visser dari Dutch Dairy Foundation on Nutrition
and Health, Belanda. Penulis tidak menyatakan adanya konflik kepentingan dalam
pembuatan studi ini.

4. Penilaian Kemampuan Terapan / Applicability


Penelitian ini menerapkan sistem rehabilitasi fisik dan nutrisi yang cukup baik,
yaitu dengan intervensi olahraga (latihan kelompok dan kekuatan otot) dan nutrisi.
Di Indonesia, perubahan pola hidup aktif dan konsumsi makanan yang sehat
sudah menjadi standar tatalaksana non-farmakologi berbagai penyakit, terutama
pada populasi lansia. Lansia sehat yang diberikan kombinasi olahraga dengan
intervensi nutrisi yang tepat dapat mengalami kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan lansia yang tidak diberikan salah satu atau keduanya. Pendekatan
interdisiplin adalah pendekatan terbaik untuk mencapai berat badan ideal dan
menghindari berbagai komorbid, sehingga para lansia dapat hidup dengan kualitas
hidup yang lebih baik dan harapan hidup yang lebih panjang.

KETERBATASAN DAN KEKUATAN PENELITIAN


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah sampel yang tidak terlalu besar dan ukuran kelompok yang tidak sama
2. Generalisabilitas temuan studi ini masih terbatas, karena belum diketahui
dengan detail apakah para subjek memiliki gangguan penyerapan nutrisi atau
penyakit lainnya (belum dilakukan medical check-up menyeluruh
sebelumnya).
3. Pengambilan data dilakukan hanya sebelum dan setelah studi (dan tidak
melaksanakan penelitian interim).

Kekuatan penelitian ini adalah:


1. Penelitian ini berbasis pada komunitas, dan mengambil subjek dari para
relawan, sehingga lebih memiliki validitas eksterna.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 9
2. Penelitian ini memberikan hanya mikronutrien dan bukan makronutrien,
sehingga perubahan berat badan atau massa tubuh bebas lemak / massa lemak
tubuh tidak terpengaruh bias.
3. Penelitian ini memberikan program olahraga yang lebih realistis, yaitu dengan
olahraga kelompok dan bukan hanya latihan resistens, jadi lebih mudah
diterapkan dan riil.

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada studi randomized controlled trial ini,
didapatkan bahwa olahraga lebih berdampak terhadap preservasi massa tubuh
bebas lemak, dibandingkan tatalaksana nutrisi mikronutrien saja. Perubahan
massa bebas lemak juga berkorelasi secara moderat dengan perubahan jumlah
energi yang dikonsumsi, dan konsumsi energi tidak berkorelasi dengan perubahan
nafsu makan atau persepsi seksorik.

Perbandingan dengan penelitian-penelitian pendahulunya adalah sebagai


berikut:

1. Penelitian oleh Gray-Donald dkk → lansia yang hidup dan bebas bergerak
meningkatkan total konsumsi energi mereka, namun peningkatan berat badan
didapatkan tidak signifikan.
2. Campbell dkk → program pelatihan resistens progresif yang cukup intens
pada lansia tua yang cukup sehat meningkatkan kebutuhan energi mereka
15%.
3. Pollock dkk → intensitas aktivitas fisik tipe endurance dapat dikelompokkan:
untuk lansia sangat tua (≥80 tahun), intensitas ringan-sedang = 1,1-2,9 MET;
intensitas berat = MET 3,0 - 4,25 MET.
4. Butterworth dkk → efek olahraga sedang terhadap peningkatan konsumsi
makanan pada lansia perempuan.
5. Fiatarone dkk dan Meredith dkk → konsumsi energi keseluruhan menurun
setelah uji pada kelompok olahraga dan kontrol.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 10
Sebagai kesimpulan, jurnal ini termasuk jurnal yang cukup baik, karena
memiliki metodologi yang cukup baik dan dapat diduplikasi. Pengukuran variabel
juga dilakukan dengan metode yang terstandar, namun kurang mendetail dan akan
lebih baik jika cara ukur, skala pengukuran, dan detailnya dicantumkan dengan
baik. Di sisi lain, penelitian ini sudah berusaha menyerupai keadaan lansia di
masyarakat yang sebenarnya dengan melakukan perekrutan dengan surat dan
respons voluntir, sehingga cukup memiliki validitas eksterna. Tantangan yang
mungkin dihadapi adalah koordinasi untuk dilakukannya penelitian serupa pada
lansia-lansia renta di Indonesia, sehingga diperlukan pendekatan interdisiplin
yang menyeluruh dan suportif terhadap pelaksanaan perubahan pola hidup. Hal ini
terutama relevan dengan semakin bertambahnya demografi lansia di Indonesia,
sehingga diharapkan perubahan pola hidup ini dapat membantu mengurangi
morbiditas dan mortalitas akibat kerentaan di Indonesia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 11
DAFTAR PUSTAKA

1. Shafiee G, Keshtkar A, Soltani A, Ahadi Z, Larijani B, Heshmat R.


Prevalence of sarcopenia in the world: a systematic review and meta-analysis
of general population studies. J Diabetes Metab Disord. 2017; 16: 21.
2. World Health Organiation. Global Health and Aging. (PDF) Diakses 2018 Jan
17. Diakses dari: https://www.who.int/ageing/publications/global_health.pdf.
3. Asian Development Bank. Population and aging in Asia: the growing elderly
population. (Internet) Diakses 2018 Jan 17. Diakses dari:
https://www.adb.org/features/asia-s-growing-elderly-population-adb-s-take.
4. Kementerian Kesehatan RI. Analisis lansia di Indonesia. 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

***

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 12
LEMBAR KERJA PENILAIAN STUDI
THERAPY STUDY: Are the results of the trial valid? (Internal Validity)
What question did the study ask?
Patients – Pasien lansia berusia ≥70 tahun yang memiliki iMT ≤25, dengan
kondisi renta dan tinggal di Wageningen, Belanda pada periode Januari-Juni
1997

Intervention – Intervensi nutrisi dan/atau olahraga (3 kelompok pertama)


Comparison – Kelompok kontrol (1 kelompok terakhir)
Outcome(s) – Intervensi olahraga lebih berdampak terhadap preservasi massa
tubuh bebas lemak, dibandingkan tatalaksana nutrisi mikronutrien saja

1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised?

What is best? Where do I find the information?

Centralised computer randomisation is The Methods should tell you how patients
ideal and often used in multi-centred trials. were allocated to groups and whether or
Smaller trials may use an independent not randomisation was concealed.
person (e.g, the hospital pharmacy) to
“police” the randomization.

This paper: Yes √ No  Unclear 


Comment: Perekrutan pada partisipan studi dilakukan selama periode Januari – Juni
1997, dan studi ini menggunakan teknik randomisasi (randomized controlled trial) dengan
intervensi olahraga dan/atau mikronutrien, dengan kelompok kontrol produk makanan
biasa + program sosial biasa. Randomisasi dilakukan terhadap para subjek, namun cara
tidak dijelaskan.
Kriteria inklusi tercantum dengan jelas, dan kriteria eksklusi tidak dinyatakan, namun
beberapa subjek dieksklusikan karena mengalami masalah terminal, dirawat di rumah
sakit, dan intervensi <17 minggu karena harus dirawat. Perihal informed consent tidak
dijelaskan, namun dianggap dilakukan pada introductory meeting. Studi ini telah disetujui
oleh Komite Etik Medis eksternal, Divisi Nutrisi Manusia dan Epidemiologi Universitas
Agrikultural Wageningen

1b. R- Were the groups similar at the start of the trial?

What is best? Where do I find the information?


If the randomisation process worked (that is, The Results should have a table of
achieved comparable groups) the groups "Baseline Characteristics" comparing the
should be similar. The more similar the groups
randomized groups on a number of
the better it is.
There should be some indication of variables that could affect the outcome (ie.
whether differences between groups are age, risk factors etc). If not, there may be a
statistically significant (ie. p values). description of group similarity in the first
paragraphs of the Results section.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 13
This paper: Yes √ No  Unclear 
Comment: Kriteria para subjek preintervensi meliputi usia, jenis kelamin, riwayat
penyakit, tinggal sendiri, masalah mengunyah atau keluhan medis lain, dan penggunaan
gigi palsu. Kriteria ini setara pada awal studi, namun tidak dipresentasikan dalam bentuk
kemaknaan statistik (dilaporkannya pun di paragraf, dan bukan di tabel).

2a. A – Aside from the allocated treatment, were groups treated equally?
What is best? Where do I find the information?

Apart from the intervention the patients in Look in the Methods section for the follow-
the different groups should be treated the up schedule, and permitted additional
same, eg., additional treatments or tests. treatments, etc and in Results for actual
use.

This paper: Yes  No  Unclear √

Comment: Para subjek diperlakukan sesuai kelompok masing-masing, namun


terdapat variabel yang belum dikontrol yaitu konsumsi makronutrien. Para
peneliti melakukan pencatatan terhadap konsumsi makanan, namun hasil ini tidak
dilaporkan dengan detail maupun dianalisis secara khusus.

2b. A – Were all patients who entered the trial accounted for? – and were they
analysed in the groups to which they were randomised?

What is best? Where do I find the information?

Losses to follow-up should be minimal – The Results section should say how many
preferably less than 20%. However, if few patients were randomised (eg., Baseline
patients have the outcome of interest, then Characteristics table) and how many
even small losses to follow-up can bias the patients were actually included in the
results. Patients should also be analysed analysis. You will need to read the results
in the groups to which they were section to clarify the number and reason for
randomised – ‘intention-to-treat analysis’. losses to follow-up.

This paper: Yes √ No  Unclear 


Comment: Sejumlah 7080 surat undangan dikirim, dan sebelum dilakukan skrining,
didapat 854 lansia yang bergabung. Setelah didapatkan skrining, 217 lansia renta
dimasukkan dan diacak ke dalam kelompok, dan 165 subjek menyelesaikan penelitian
ini.

Semua subjek yang ikut diacak dimasukkan ke dalam analisis, namun subjek yang drop
out tidak dimasukkan ke dalam ITT atau analisis interim (karena tidak dilakukan analisis
interim).

3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind”
to which treatment was being received?

What is best? Where do I find the information?

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 14
It is ideal if the study is ‘double-blinded’ – First, look in the Methods section to see if
that is, both patients and investigators are there is some mention of masking of
unaware of treatment allocation. If the treatments, eg., placebos with the same
outcome is objective (eg., death) then appearance or sham therapy. Second, the
blinding is less critical. If the outcome is Methods section should describe how the
subjective (eg., symptoms or function) then outcome was assessed and whether the
blinding of the outcome assessor is critical. assessor/s were aware of the patients'
treatment.

This paper: Yes  No √ Unclear 


Comment: Penelitian ini tidak menggunakan teknik blinding, karena sulit untuk mem-
blinding intervensi perubahan pola hidup olahraga dan makanan. Pengukuran sudah
dilakukan dengan metode yang cukup terstandar.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 15
What were the results?
1. How large was the treatment effect?
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa olahraga lebih berpengaruh terhadap kondisi
massa bebas lemak lansia, dan tidak ada dampak nutrisi mikronutrien dan intervensi
olahraga terhadap nafsu makan dan persepsi sensori.
What is the measure? What does it mean?

Perubahan setelah dengan sebelum intervensi.


Konsumsi energi → food recall
Massa tubuh bebas lemak → X-ray absorptiometri
Nafsu makan, persepsi sensori → kuesioner

Absolute Risk Reduction (ARR) = The absolute risk reduction tells us the absolute
risk of the outcome in the control difference in the rates of events between the two
group - risk of the outcome in the groups and gives an indication of the baseline
treatment group. This is also known risk and treatment effect. An ARR of 0 means
as the absolute risk difference. that there is no difference between the two
groups thus, the treatment had no effect.

ARR tidak dinilai pada penelitian ini ARR tidak dinilai pada penelitian ini

Relative Risk Reduction (RRR) = Relative Risk Reduction (RRR) adalah


absolute risk reduction / risk of the komplemen dari RR dan mungkin merupakan
outcome in the control group. An ukuran efek pengobatan yang paling sering
alternative way to calculate the RRR dilaporkan. Ini memberi tahu kita pengurangan
is to subtract the RR from 1 (eg. RRR tingkat hasil pada kelompok perlakuan
= 1 - RR) dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Pada jurnal ini : Pada jurnal ini :


RRR tidak dinilai pada penelitian ini RRR tidak dinilai pada penelitian ini

Number Needed to Treat (NNT) = The number needed to treat represents the
inverse of the ARR and is calculated number of patients we need to treat with the
as 1 / ARR. experimental therapy in order to prevent 1 bad
outcome and incorporates the duration of
treatment. Clinical significance can be
determined to some extent by looking at the
NNTs, but also by weighing the NNTs against
any harms or adverse effects (NNHs) of therapy.

Tidak dinilai NNT pada penelitian ini Tidak dinilai NNT pada penelitian ini

2. How precise was the estimate of the treatment effect?


Hasil penelitian ini dapat dipercaya, karena menggunakan pengukuran dengan alat yang
sama, meskipun alat-alat yang digunakan tidak disebutkan dalam studi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 16
Will the results help me in caring for my patient? (External
Validity/Applicability)
The questions that you should ask before you decide to apply the results of the study
to your patient are:
• Is my patient so different to those in the study that the results cannot apply? No
(Karakteristik subjek hampir serupa dengan kondisi di Indonesia)
• Is the treatment feasible in my setting? Ya (dapat dilakukan)
• Will the potential benefits of treatment outweigh the potential harms of treatment
for my patient? Ya (Studi ini menggunakan tatalaksana yang sudah terstandar
bahkan di Indonesia (olahraga dan tatalaksana gizi untuk lansia), sehingga
manfaat yang didapatkan lebih besar dari risikonya)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 17
LAMPIRAN – Hasil

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 19
***

Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 20

Anda mungkin juga menyukai