Disusun Oleh :
Pembimbing :
Dr. dr. Meilani Kumala, Sp.GK (K)
TELAAH KRITIS
1. Gambaran Umum Penelitian
Artikel yang ditelaah merupakan penelitian eksperimental jenis randomized
controlled trial, yang membandingkan intervensi nutrisi, olahraga, kombinasi
keduanya, dan kelompok kontrol. Peneliti hendak membandingkan apakah dengan
intervensi padat mukronutrien, akan terjadi perbaikan fungsi sensorik, nafsu
makan, dan rasa lapar pada para lansia yang renta. Cara perekrutan subjek
dilakukan dengan mengirim 7080 surat ke lansia yang tinggal di perumahan
Wageningen, Belanda. Randomisasi dilakukan terhadap semua subjek ke dalam
empat kelompok. Kepada kelompok-kelompok tersebut diterapkan pemberian
Kriteria inklusi yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah kriteria para
subjek. Kriteria eksklusi pada penelitian ini tidak disebutkan secara gamblang,
namun pada penelitian ini ada beberapa kriteria eksklusi, antara lain para subjek
yang:
a. Waktu antara pengukuran pre- dan paska-intervensi yang <17 minggu karena
dirawat di RS.
b. Dirawat di RS pada minggu pengukuran paska intervensi karena sakit
(serangan jantung, dll).
Dari 217 subjek yang dirandomisasi (44 pada kelompok kontrol, 55 pada
kelompok olahraga, 58 pada kelompok nutrisi, dan 60 pada kelompok kombinasi),
165 subjek menyelesaikan pengukuran pre dan paska intervensi. Data yang diukur
adalah sebagai berikut:
• Produk padat nutrien
o Alat ukur : Kepatuhan nutrisi (sisa produk setiap minggunya) dan
konsentrasi beberapa vitamin dalam darah.
o Skala ukur : Jumlah (n) dan dalam satuan lab.
o Cara ukur : Perhitungan manual (sisa produk setiap minggunya) dan
pengambilan darah di laboratorium.
• Aktivitas fisik
o Alat ukur : kuesioner tervalidasi berdasarkan physical activity scale for
elderly (PASE)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 4
o Skala ukur : Menurut data kuesioner
o Cara ukur : Menggunakan kuesioner, dengan wawancara.
• Konsumsi harian
o Alat ukur: dietary record
o Skala ukur: tidak didetailkan.
o Cara ukur: tiga orang ahli diet yang terlatih akan menghubungi
partisipan, namun tidak dijelaskan caranya.
▪ Porsi makanan: pengukuran rumah tangga (penimbangan alat
takar bahan makanan biasa).
▪ Konsumsi makanan: dikodekan setelah energi dan gizi dihitung
dengan tabel komposisi makanan Belanda.
• Rasa ingin makan, lapar, dan persepsi rasa serta bau
o Alat ukur: skala Likert
o Skala ukur: Persepsi rasa (8 item, rentang 8-40), persepsi bau (tiga
item, rentang 3-15), selera makan (6 item, 6-30), rasa lapar harian (9
item, rentang 9-45), persepsi bau sekarang dibandingkan masa lalu (3
item, rentang 3-15).
o Cara ukur: Menggunakan wawancara (dijawab verbal).
• Identifikasi bau
o Alat ukur: Uji penghidu dengan 10 toples plastik 40 mL dengan
lubang-lubang diameter 2 mm, dengan pilihan bau: 1) bedak bayi; 2)
cokelat; 3) kayu manis; 4) kopi; 5) mothball; 6) selai kacang; 7) sabun;
8) amonia; 9) bawang/wintergreen; 10) Vicks Vapo-Steam.
o Skala ukur: Minimal 0, maksimal 10, sesuai jumlah jawaban yang
benar (“tidak tahu” “tidak tercium apa-apa” dianggap sebagai jawaban
yang salah).
o Cara ukur: Pengujian penghidu pada subjek (seperti untuk menguji
fungsi penciuman / N.I)
• Antropometri: Berat Badan
o Alat ukur: Skala digital ED-6-T; Berkel, Belanda
o Skala ukur: kilogram, dibulatkan ke 0,01 kg terdekat
o Cara ukur: pengukuran pada pagi hari, menggunakan celana dalam.
b. Kuesioner uji penghidu dan selera makan, rasa lapar, serta persepsi
rasa dan bau
• Tidak ada perbedaan antara perubahan terhadap kontrol → pada tingkat
individual, terjadi perbaikan pada 41 subjek, penurunan kada 71 subjek,
dan tidak ada perubahan apapun pada 37 subjek.
• Pada kelima variabel kuesioner mengenai nafsu makan, rasa lapar dan
persepsi rasa dan bau, tidak ada perbedaan perubahan dibandingkan
kelompok kontrol setelah 17 minggu intervensi.
• Hasil skor uji identifikasi bau berkorelasi dengan jawaban pada variabel
persepsi bau (p<0,0001). Jawaban mengenai nafsu makan dan rasa lapar
harian juga berkorelasi positif dengan laporan konsumsi energi
(p<0,0002). Tidak ditemukan korelasi antara skor uji bau dan konsumsi
energi (r 0,03, p=0,65).
• Nafsu makan berkorelasi negatif dengan rasa kering pada mulut (r -0,35,
p<0,0001) dan masalah dengan menelan (r -0,19, p = 0,007).
• Masalah mengunyah tidak berkorelasi langsung dengan nafsu makan (r
0,07, p = 0,36), bagaimanapun korelasi nafsu makan dengan jumlah gigi
mencapai kemaknaan borderline (r 0,25, p = 0,06).
c. Konsumsi diet
• Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai dasar atau
perubahan antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.
d. Berat badan
• Pada awal, korelasi berat badan dan konsumsi energi (n = 156) cukup
rendah (r = 0,26, p = 0,0008), namun koefisien korelasi ini meninngkat
saat hanya berat badan bebas lemak yang dipertimbangkan (r = 0,50, p =
0,0001, n = 141).
• Peningkatan BB sebesar 0,3 kg ditemukan pada kelompok yang tidak
berolahraga, dan penurunan BB sebesar 0,2 kg ditemukan pada kelompok
yang berolahraga (perbedaan 0,5 kg, p = 0,041).
• Massa bebas lemak (diukur absorptiometri X-ray dual energi) menurun
lebih lagi pada kelompok yang tidak berolahraga (-0,4 kg) dibandingkan
peningkatan massa bebas lemak (+0,08 kg) pada kelompok yang
berolahraga (perkiraan berbedaan dua kelompok 0,5 kg, p = 0,014) →
dugaan perpindahan massa tubuh dari massa bebas lemak ke massa lemak.
• Korelasi perubahan konsumsi energi dan berat badan dan massa tubuh
bebas lemak total ditemukan ada dan cukup bermakna (r = 0,18, p = 0,021;
r = 0,16, p = 0,052).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 30 Maret 2020 – 9 April 2020 8
Studi ini dibiayai Wiebe Visser dari Dutch Dairy Foundation on Nutrition
and Health, Belanda. Penulis tidak menyatakan adanya konflik kepentingan dalam
pembuatan studi ini.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada studi randomized controlled trial ini,
didapatkan bahwa olahraga lebih berdampak terhadap preservasi massa tubuh
bebas lemak, dibandingkan tatalaksana nutrisi mikronutrien saja. Perubahan
massa bebas lemak juga berkorelasi secara moderat dengan perubahan jumlah
energi yang dikonsumsi, dan konsumsi energi tidak berkorelasi dengan perubahan
nafsu makan atau persepsi seksorik.
1. Penelitian oleh Gray-Donald dkk → lansia yang hidup dan bebas bergerak
meningkatkan total konsumsi energi mereka, namun peningkatan berat badan
didapatkan tidak signifikan.
2. Campbell dkk → program pelatihan resistens progresif yang cukup intens
pada lansia tua yang cukup sehat meningkatkan kebutuhan energi mereka
15%.
3. Pollock dkk → intensitas aktivitas fisik tipe endurance dapat dikelompokkan:
untuk lansia sangat tua (≥80 tahun), intensitas ringan-sedang = 1,1-2,9 MET;
intensitas berat = MET 3,0 - 4,25 MET.
4. Butterworth dkk → efek olahraga sedang terhadap peningkatan konsumsi
makanan pada lansia perempuan.
5. Fiatarone dkk dan Meredith dkk → konsumsi energi keseluruhan menurun
setelah uji pada kelompok olahraga dan kontrol.
***
Centralised computer randomisation is The Methods should tell you how patients
ideal and often used in multi-centred trials. were allocated to groups and whether or
Smaller trials may use an independent not randomisation was concealed.
person (e.g, the hospital pharmacy) to
“police” the randomization.
2a. A – Aside from the allocated treatment, were groups treated equally?
What is best? Where do I find the information?
Apart from the intervention the patients in Look in the Methods section for the follow-
the different groups should be treated the up schedule, and permitted additional
same, eg., additional treatments or tests. treatments, etc and in Results for actual
use.
2b. A – Were all patients who entered the trial accounted for? – and were they
analysed in the groups to which they were randomised?
Losses to follow-up should be minimal – The Results section should say how many
preferably less than 20%. However, if few patients were randomised (eg., Baseline
patients have the outcome of interest, then Characteristics table) and how many
even small losses to follow-up can bias the patients were actually included in the
results. Patients should also be analysed analysis. You will need to read the results
in the groups to which they were section to clarify the number and reason for
randomised – ‘intention-to-treat analysis’. losses to follow-up.
Semua subjek yang ikut diacak dimasukkan ke dalam analisis, namun subjek yang drop
out tidak dimasukkan ke dalam ITT atau analisis interim (karena tidak dilakukan analisis
interim).
3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind”
to which treatment was being received?
Absolute Risk Reduction (ARR) = The absolute risk reduction tells us the absolute
risk of the outcome in the control difference in the rates of events between the two
group - risk of the outcome in the groups and gives an indication of the baseline
treatment group. This is also known risk and treatment effect. An ARR of 0 means
as the absolute risk difference. that there is no difference between the two
groups thus, the treatment had no effect.
ARR tidak dinilai pada penelitian ini ARR tidak dinilai pada penelitian ini
Number Needed to Treat (NNT) = The number needed to treat represents the
inverse of the ARR and is calculated number of patients we need to treat with the
as 1 / ARR. experimental therapy in order to prevent 1 bad
outcome and incorporates the duration of
treatment. Clinical significance can be
determined to some extent by looking at the
NNTs, but also by weighing the NNTs against
any harms or adverse effects (NNHs) of therapy.
Tidak dinilai NNT pada penelitian ini Tidak dinilai NNT pada penelitian ini