Dunia
Dunia Asia
Asia Indonesia
Indonesia
••WHO
WHO jumlah
jumlah lansia
lansia ••Hampir
Hampir 923
923 juta
juta lansia
lansia ••2017
2017 memiliki
memiliki 23,66
23,66
berusia
berusia ≥65
≥65 tahun
tahun pada
pada tahun
tahun 2050
2050 juta
juta jiwa
jiwa penduduk
penduduk
akan
akan meningkat
meningkat dari
dari lansia
lansia (9,03%),
(9,03%), yang
yang
524
524 juta
juta pada
pada tahun
tahun akan
akan meningkat
meningkat
2010
2010 hingga
hingga menjadi
menjadi menjadi
menjadi 48,19
48,19 juta
juta jiwa
jiwa
1,5
1,5 miliyar
miliyar pada
pada tahun
tahun pada
pada tahun
tahun 2035
2035
2050,
2050, dengan
dengan
peningkatan
peningkatan mayoritas
mayoritas
pada
pada negara-negara
negara-negara
berkembang
berkembang
PENDAHULUAN
• Suatu negara dikatakan sebagai negara berstruktur tua jika memiliki populasi lansia di
atas 7%, sehingga Indonesia termasuk golongan ini.
• Hal ini perlu menjadi perhatian para pemberi layanan kesehatan, karena populasi yang
semakin tua akan semakin memerlukan perhatian khusus dari segi kesehatan, salah
satunya dalam aspek sarkopenia.
• Sarkopenia dapat terjadi seiring berjalannya waktu, sehingga pencegahannya dapat
dilakukan dengan pemberian nutrisi.
• Penelitian ini bertujuan membahas mengenai suplementasi nutrisi terhadap efek
sarkopenia.
TELAAH KRITIS
1. Gambaran Umum Penelitian
• Artikel yang ditelaah merupakan penelitian eksperimental jenis randomized controlled trial, yang
membandingkan intervensi nutrisi, olahraga, kombinasi keduanya, dan kelompok kontrol.
• Peneliti hendak membandingkan apakah dengan intervensi padat mukronutrien, akan terjadi
perbaikan fungsi sensorik, nafsu makan, dan rasa lapar pada para lansia yang renta.
• Cara perekrutan subjek dilakukan dengan mengirim 7080 surat ke lansia yang tinggal di
perumahan Wageningen, Belanda.
• Randomisasi dilakukan terhadap semua subjek ke dalam empat kelompok.
• Kepada kelompok-kelompok tersebut diterapkan pemberian mikronutrien (kategori berbasis buah
dan produk susu), serta tatalaksana olahraga (pelatihan skill, dan olahraga kelompok).
• Pemantauan konsumsi makanan dilakukan tiga hari dalam seminggu (food recall) dengan tertulis
atau perekaman dengan alat perekam suara dikumpulkan di akhir studi
TELAAH KRITIS
1. Gambaran Umum Penelitian
• Latar belakang studi ini mencantumkan bahwa penuaan dapat berujung pada
kerentaan, dan kondisi ini ditandai penurunan fungsi fisik, kognitif, emosional, sensori
dan/atau sosial.
• Latar belakang studi juga memercayai bahwa melakukan aktivitas fisik dan
menerapkan diet tinggi nutrisi akan memastikan nutrisi tetap terjaga.
• Kualitas metodologi dari studi ini terbilang cukup baik, karena:
2)
2) keempat
keempat kelompok
kelompok
dipantau
dipantau dan
dan dijelaskan
dijelaskan
1)
1) metodologi
metodologi studi
studi cukup
cukup terlebih
terlebih dahulu
dahulu pada
pada 3)
3) studi
studi ini
ini menerapkan
menerapkan studi
studi
dijelaskan
dijelaskan dengan
dengan jelas
jelas dan
dan pertemuan
pertemuan awal
awal dan
dan berbasis
berbasis komunitas,
komunitas, sehingga
sehingga
mengacu pada penelitian-
mengacu pada penelitian- pertemuan tatap muka
pertemuan tatap muka lebih
lebih dapat
dapat dipercaya
dipercaya dan
dan
penelitian
penelitian pendahulunya
pendahulunya selanjutnya,
selanjutnya, sehingga
sehingga para
para memiliki
memiliki validitas
validitas eksterna.
eksterna.
subjek
subjek memahami
memahami prosedur
prosedur
studinya
studinya
TELAAH KRITIS
2. Penilaian Kesahihan / Validitas
• Peneliti hendak membandingkan apakah dengan intervensi padat mukronutrien, akan
terjadi perbaikan fungsi sensorik, nafsu makan, dan rasa lapar pada para lansia yang
renta.
• Perekrutan subjek dilakukan pada perumahan Wageningen, Belanda, selama periode
Januari hingga Juni 1997.
• Protokol studi ini disahkan Komite Etik Medis eksternal, Divisi Nutrisi Manusia dan
Epidemiologi Universitas Agrikultural Wageningen.
• Para subjek diberikan intervensi selama 17 minggu dan dilakukan follow-up per hari
untuk riwayat makan atau setelahnya untuk berbagai parameter lainnya.
TELAAH KRITIS
2. Penilaian Kesahihan / Validitas
Kriteria
Kriteria Inklusi
Inklusi Kriteria Eksklusi
• Berusia ≥70 tahun • Waktu antara pengukuran pre- dan paska-
• Inaktivitas (tidak ada partisipasi rutin pada intervensi yang <17 minggu karena dirawat
aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat) di RS.
• IMT ≤25 kg/m2 atau kehilangan berat badan • Dirawat di RS pada minggu pengukuran
baru-baru ini paska intervensi karena sakit (serangan
• Tidak menggunakan suplemen multivitamin jantung, dll).
• Kemampuan memahami prosedur studi.
TELAAH KRITIS
2. Penilaian Kesahihan / Validitas
• Para subjek dibagi menjadi empat
kelompok, dengan intervensi yang
dilakukan selama 17 minggu dan
pengambilan data sebelum dan setelah
intervensi:
• Nutrisi (produk padat nutrisi + program
sosial)
• Olahraga (produk biasa + program
olahraga)
• Kombinasi (produk padat nutrisi + program
olahraga)
• Kontrol (produk biasa + program sosial).
TELAAH KRITIS
2. Penilaian Kesahihan / Validitas
• Yang diukur
Produk
Produk padat
padat nutrien
nutrien
• Alat ukur : Kepatuhan nutrisi (sisa produk setiap minggunya) dan konsentrasi beberapa vitamin dalam darah.
• Skala ukur : Jumlah (n) dan dalam satuan lab.
• Cara ukur : Perhitungan manual (sisa produk setiap minggunya) dan pengambilan darah di laboratorium.
Aktivitas
Aktivitas fisik
fisik
• Alat ukur : kuesioner tervalidasi berdasarkan physical activity scale for elderly (PASE)
• Skala ukur : Menurut data kuesioner
• Cara ukur : Menggunakan kuesioner, dengan wawancara.
Konsumsi
Konsumsi harian
harian
• Alat ukur: dietary record
• Skala ukur: tidak didetailkan.
• Cara ukur: tiga orang ahli diet yang terlatih akan menghubungi partisipan, namun tidak dijelaskan caranya.
• Porsi makanan: pengukuran rumah tangga (penimbangan alat takar bahan makanan biasa).
• Konsumsi makanan: dikodekan setelah energi dan gizi dihitung dengan tabel komposisi makanan Belanda.
TELAAH KRITIS
2. Penilaian Kesahihan / Validitas
• Yang diukur
Identifikasi bau
• Alat ukur: Uji penghidu dengan 10 toples plastik 40 mL dengan lubang-lubang diameter 2 mm, dengan pilihan
bau: 1) bedak bayi; 2) cokelat; 3) kayu manis; 4) kopi; 5) mothball; 6) selai kacang; 7) sabun; 8) amonia; 9)
bawang/wintergreen; 10) Vicks Vapo-Steam.
• Skala ukur: Minimal 0, maksimal 10, sesuai jumlah jawaban yang benar (“tidak tahu” “tidak tercium apa-apa”
dianggap sebagai jawaban yang salah).
• Cara ukur: Pengujian penghidu pada subjek (seperti untuk menguji fungsi penciuman / N.I)
TELAAH KRITIS
2. Penilaian Kesahihan / Validitas
• Yang diukur
Antropometri:
Antropometri: Berat
Berat Badan
Badan
• Alat ukur: Skala digital ED-6-T; Berkel, Belanda
• Skala ukur: kilogram, dibulatkan ke 0,01 kg terdekat
• Cara ukur: pengukuran pada pagi hari, menggunakan celana dalam.
Antropometri:
Antropometri: Tinggi
Tinggi Badan
Badan
• Alat ukur: stadiometer yang menempel ke dinding
• Skala ukur: tidak dinyatakan, dibulakan ke 0,001 m terdekat
• Cara ukur: pengukuran untuk tinggi badan biasa
IMT
IMT
• Alat ukur: berat badan dan tinggi badan
• Skala ukur: kg/m2
• Cara ukur: berat badan (kg)/tinggi badan2 (m2)
Massa
Massa tubuh
tubuh bebas
bebas lemak
lemak
• Skala ukur: dijelaskan oleh penelitian de Jong dkk tahun 2000
• Alat ukur: X-ray absorptiometri
• Cara ukur: pengukuran absorptiometri X-ray dual energi
TELAAH KRITIS
2. Penilaian Kesahihan / Validitas
• Analisis data dilakukan dengan program SAS versi 6 (1990). Metode analisis statistik
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Data
Data dasar
dasar Perubahan
Perubahan absolut
absolut dan
dan standar
standar Perbedaan
Perbedaan
••Mean
Mean dan
dan standar
standar deviasi
deviasi deviasi
deviasi per kelompok intervensi
per kelompok intervensi ••Prosedur
Prosedur Tukey’s
Tukey’s
••ANOVA
ANOVA
Efek
Efek intervensi
intervensi dan
dan Hubungan
Hubungan data
data dasar
dasar antara
antara Validitas
Validitas internal
internal kuesioner
kuesioner
ekmungkinan
ekmungkinan interaksi
interaksi pada
pada skor
skor uji
uji penciuman,
penciuman, konsumsi
konsumsi ••Cronbach’s
Cronbach’s alpha
alpha
perubahan
perubahan variabel
variabel hasil
hasil energi,
energi, BB,
BB, dan
dan hasil
hasil kuesioner
kuesioner
••Model
Model regresi
regresi multipel
multipel selera
selera makan,
makan, rasa
rasa lapar,
lapar, dan
dan
persepsi
persepsi sensorik
sensorik
••Koefisien
Koefisien korelasi
korelasi Pearson
Pearson
TELAAH KRITIS
3. Penilaian Kepentingan / Importance
• Hasil studi
Karakteristik
Karakteristik dasar
dasar
• Sekitar 70% perempuan merupakan perempuan.
• Usia rerata subjek 79 tahun, dengan IMT rerata
24,5 kg/m2.
• Satu atau lebih penyakit kronik ditemukan pada
91% subjek.
• Kebayakan subjek tinggal sendiri.
• Hanya 25% subjek yang melaporkan adanya
masalah mengunyah, dan 75% mengeluhkan
mulut yang kering.
• Penggunaan gigi palsu komplit atau parsial
ditemukan pada 85% subjek.
TELAAH KRITIS
3. Penilaian Kepentingan / Importance
• Hasil studi
Kuesioner
Kuesioner uji
uji penghidu,
penghidu, selera
selera makan,
makan, rasa
rasa lapar,
lapar, persepsi
persepsi rasa
rasa dan
dan bau
bau
• Tidak ada perbedaan antara perubahan terhadap kontrol pada tingkat individual, terjadi perbaikan
pada 41 subjek, penurunan kada 71 subjek, dan tidak ada perubahan apapun pada 37 subjek.
• Pada kelima variabel kuesioner mengenai nafsu makan, rasa lapar dan persepsi rasa dan bau, tidak
ada perbedaan perubahan dibandingkan kelompok kontrol setelah 17 minggu intervensi.
• Hasil skor uji identifikasi bau berkorelasi dengan jawaban pada variabel persepsi bau (p<0,0001).
Jawaban mengenai nafsu makan dan rasa lapar harian juga berkorelasi positif dengan laporan
konsumsi energi (p<0,0002). Tidak ditemukan korelasi antara skor uji bau dan konsumsi energi (r 0,03,
p=0,65).
• Nafsu makan berkorelasi negatif dengan rasa kering pada mulut (r -0,35, p<0,0001) dan masalah
dengan menelan (r -0,19, p = 0,007).
• Masalah mengunyah tidak berkorelasi langsung dengan nafsu makan (r 0,07, p = 0,36),
bagaimanapun korelasi nafsu makan dengan jumlah gigi mencapai kemaknaan borderline (r 0,25, p =
0,06).
TELAAH KRITIS
3. Penilaian Kepentingan / Importance
• Hasil studi
TELAAH KRITIS
3. Penilaian Kepentingan / Importance
Konsumsi
Konsumsi diet
diet
• Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara nilai dasar atau
perubahan antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol.
• Mengenai mikronutrien, 58% subjek memiliki konsumsi di bawah rekomendasi.
• Sekitar 30% subjek memiliki konsumsi energi di bawah 6,3 MJ (2/3 rekomendasi
konsumsi).
• Terkait makro dan mikronutrien, persentase subjek yang mengonsumsi di bawah 2/3
angka yang direkomendasikan bervariasi dari 3% untuk protein dan 93% untuk
vitamin D.
• Olahraga meningkatkan konsumsi energi dan karbohidrat (bermakna borderline, p =
0,05).
• Kelompok yang mendapat produk padat nutrisi tidak menunjukkan perbedaan yang
bermakna secara statistik dibandingkan kelompok yang mendapat produk biasa, pada
sisi variabel konsumsi tidak ada efek yang jelas pada intervensi nutrisi atau
intervensi olahraga terhadap perubahan uji penciuman atau nafsu makan, rasa lapar,
dan persepsi sensorik.
TELAAH KRITIS
3. Penilaian Kepentingan / Importance
TELAAH KRITIS
3. Penilaian Kepentingan / Importance
TELAAH KRITIS
3. Penilaian Kepentingan / Importance
Berat
Berat badan
badan
• Pada awal, korelasi berat badan dan konsumsi energi (n = 156)
cukup rendah (r = 0,26, p = 0,0008), namun koefisien korelasi ini
meninngkat saat hanya berat badan bebas lemak yang
dipertimbangkan (r = 0,50, p = 0,0001, n = 141). Studi ini dibiayai Wiebe Visser
• Peningkatan BB sebesar 0,3 kg ditemukan pada kelompok yang dari
dari Dutch
Dutch Dairy Foundation
Foundation on
tidak berolahraga, dan penurunan BB sebesar 0,2 kg ditemukan Nutrition and
and Health, Belanda.
pada kelompok yang berolahraga (perbedaan 0,5 kg, p = 0,041).
• Massa bebas lemak (diukur absorptiometri X-ray dual energi) Penulis tidak menyatakan
menyatakan
menurun lebih lagi pada kelompok yang tidak berolahraga (-0,4 adanya
adanya konflik kepentingan
kepentingan
kg) dibandingkan peningkatan massa bebas lemak (+0,08 kg) dalam pembuatan studi ini.
pada kelompok yang berolahraga (perkiraan berbedaan dua
kelompok 0,5 kg, p = 0,014) dugaan perpindahan massa tubuh
dari massa bebas lemak ke massa lemak.
• Korelasi perubahan konsumsi energi dan berat badan dan massa
tubuh bebas lemak total ditemukan ada dan cukup bermakna (r =
0,18, p = 0,021; r = 0,16, p = 0,052).
TELAAH KRITIS
4. Penilaian Kemampuan Terapan / Applicability
• Penelitian ini menerapkan sistem rehabilitasi fisik dan nutrisi yang cukup baik, yaitu dengan
intervensi olahraga (latihan kelompok dan kekuatan otot) dan nutrisi.
• Di Indonesia, perubahan pola hidup aktif dan konsumsi makanan yang sehat sudah menjadi
standar tatalaksana non-farmakologi berbagai penyakit, terutama pada populasi lansia.
• Lansia sehat yang diberikan kombinasi olahraga dengan intervensi nutrisi yang tepat dapat
mengalami kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan lansia yang tidak diberikan salah satu atau
keduanya.
• Pendekatan interdisiplin adalah pendekatan terbaik untuk mencapai berat badan ideal dan
menghindari berbagai komorbid, sehingga para lansia dapat hidup dengan kualitas hidup yang
lebih baik dan harapan hidup yang lebih panjang.
Keterbatasan & Kekuatan Penelitian
Keterbatasan Kekuatan
Kekuatan
• Jumlah sampel yang tidak terlalu besar • Penelitian ini berbasis pada komunitas,
dan ukuran kelompok yang tidak sama dan mengambil subjek dari para relawan,
• Generalisabilitas temuan studi ini masih sehingga lebih memiliki validitas
terbatas, karena belum diketahui dengan eksterna.
detail apakah para subjek memiliki • Penelitian ini memberikan hanya
gangguan penyerapan nutrisi atau mikronutrien dan bukan makronutrien,
penyakit lainnya (belum dilakukan sehingga perubahan berat badan atau
medical check-up menyeluruh massa tubuh bebas lemak / massa lemak
sebelumnya). tubuh tidak terpengaruh bias.
• Pengambilan data dilakukan hanya • Penelitian ini memberikan program
sebelum dan setelah studi (dan tidak olahraga yang lebih realistis, yaitu
melaksanakan penelitian interim). dengan olahraga kelompok dan bukan
hanya latihan resistens, jadi lebih mudah
diterapkan dan riil.
Kesimpulan
• Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pada studi randomized controlled trial
ini, didapatkan bahwa olahraga lebih berdampak terhadap preservasi massa
tubuh bebas lemak, dibandingkan tatalaksana nutrisi mikronutrien saja.
• Perubahan massa bebas lemak juga berkorelasi secara moderat dengan
perubahan jumlah energi yang dikonsumsi, dan konsumsi energi tidak
berkorelasi dengan perubahan nafsu makan atau persepsi seksorik.
Perbandingan dengan Penelitian Pendahulu
Penelitian oleh Gray-Donald dkk
• Lansia yang hidup dan bebas bergerak meningkatkan total konsumsi energi mereka, namun peningkatan berat
badan didapatkan tidak signifikan.
Campbell dkk
• Program pelatihan resistens progresif yang cukup intens pada lansia tua yang cukup sehat meningkatkan
kebutuhan energi mereka 15%.
Pollock dkk
• Intensitas aktivitas fisik tipe endurance dapat dikelompokkan: untuk lansia sangat tua (≥80 tahun), intensitas
ringan-sedang = 1,1-2,9 MET; intensitas berat = MET 3,0 - 4,25 MET.
Butterworth dkk
• Efek olahraga sedang terhadap peningkatan konsumsi makanan pada lansia perempuan.
3 Cukup menarik Ya
Metode
16 Disebutkan desain, tempat dan waktu penelitian Ya
17 Disebutkan populasi sumber Ya
18 Dijelaskan kriteria inklusi dan eksklusi Inklusi Ya, Eksklusi tidak
19 Disebutkan cara pemilihan subyek (teknik sampling) Ya
Hasil
37 Ketepatan numerik dinyatakan dengan benar Ya
38 Penulisan tabel dilakukan dengan tepat Ya
39 Tabel dan ilustrasi informatif dan memang diperlukan Ya
LAIN-LAIN
67 Bahasa yang baik dan benar, enak dibaca, Ya
informatif dan efektif