TUMOR TESTIS
DAN ASPEK RADIOLOGINYA
Pembimbing:
dr.Herman W.H, Sp.Rad
Penyusun:
Zevania Hersahputra Nicaemania Duha
406181018
Mengetahui,
Pembimbing Referat
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan referatnya dengan judul “Tumor Testis dan Aspek
Radiologinya” dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Ilmu
Radiologi Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Royal Tarumanagara
Jakarta periode. Di samping itu, makalah ini ditujukan menambah pengetahuan bagi
kita tentang tumor testis dan aspek radiologinya .
Dalam penulisan referat ini, penulis telah mendapat bantuan, bimbingan, dan
kerjasama dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Direktur RS Royal Taruma Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti kegiatan kepaniteraan dan mempelajari Ilmu Radiologi di RS
Royal Taruma.
2. dr. Herman W.H, Sp.Rad, selaku Pembimbing Kepaniteraan Ilmu Radiologi
di RS Royal Taruma Jakarta.
3. Seluruh dokter dan staf RS Royal Taruma Jakarta yang telah membantu
penulis selama kepaniteraan di RS Royal Taruma Jakarta.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Referat ini ditujukan untuk memberi informasi mengenai tumor testis
terutama dari sisi pemeriksaan radiologis, agar tumor testis dapat dikenali sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tatalaksana yang sesuai.
7
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan
kepustakaan mengenai gambaran radiologis pada tumor testis.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di
dalam testis terdapat banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini
dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah atau tengah berkembang. 4, 5, 6, 9
Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan
bergerak dari tubulus menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila
mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani)
akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis. 4, 5, 6, 9
Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial
Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron.4, 5, 6, 9
10
tumor sejati yang berharga sekali untuk diagnosis, rencana terapi, dan kontrol. 4, 9,
14
Tumor testis sel germinal merupakan tumor yang agak jarang ditemukan
dan meliputi kurang lebih 1% dari keganasan lelaki. Kebanyakan ditemukan pada
usia 20 dan 36 tahun. 4, 9, 14
11
Klasifikasi organisasi kesehatan dunia (World Health Organisation / WHO)
tentang tumor testis ganas :
1. Seminoma :
− Spermatositik
− Anaplastik
2. Non Seminoma
− Karsinoma embrional
Sekitar 20% dari kanker testis, terjadi pada usia 20-30 tahun dan sangat ganas.
Pertumbuhannya sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan hati.
− Teratokarsinoma
Asal dari sel benih. Insiden puncak 20 – 30 tahun. Lebih agresif
dibandingkan dengan seminoma. HCG dan alfa-fetoprotein berguna sebagai
pertanda tumor. Teratoma terdiri atas berbagai jenis jaringan dari endoderm,
ektoderm dan mesoderm. Pendapat pada saat ini, teratoma sel benih, dan bukan
berasal dari sel totipoten yang terlepas dari keikutsertaan pengorganisasian dalam
embrio. Insidensi puncak teratoma antara umur 20 sampai 30 tahun dan
dibandingkan dengan seminoma, teratoma lebih agresif.
Klasifikasi yang digunakan di Inggris dan negara manapun, terdapat
empat kelompok histologis dari teratoma, yaitu :
o Berdiferensiasi
o Ganas intermedia
o Ganas tanpa berdiferensiasi
o Ganas trofoblastik
3. Koriokarsinoma
Seminoma testis adalah tumor testis yang paling umum sekitar 45% dari
semua tumor testis. Biasanya ditemukan pada pria berusia 30-40 tahun dan
terbatas pada testis. Seminoma berasal dari sel benih yang tumbuh dari epitel
12
tubulus seminiferus. Testis membesar berupa tumor solid berwarna putih,
homogen dan keras. Tumor ini mengganti seluruh bagian tubuh testis.
Sekelompok kecil sisa testis terdesak pada salah satu tepi tumor.
Tabel 1
Klasifikasi Tumor Ganas Testis 14
13
Tabel 2
Klasifikasi TNM Tumor Testis 14
T Tumor primer
Tabel 3
Stadium dan Tingkat Penyebaran Tumor Testis 14
14
III M+ Kelenjar limf proksimal diafragma positif atau
metastasis jauh seperti di paru, hati, otak, atau tulang
Seminoma
Seminoma merupakan tumor yang sangat sensitif terhadap sinar. Karena itu
sesudah orkidektomi pada seminoma kebanyakan dilakukan radioterapi pada
stasiun-stasiun kelenjar limfe regional, juga jika tidak dapat ditunjukkan adanya
metastasis kelenjar limfe dibawah diafragma. Lapangan penyinaran juga harus
15
meliputi sikatriks di daerah inguinal dan terapinya terdiri atas paling sedikit 30 Gy
dalam 3-4 minggu.
Penderita dengan stadium I, IIA, dan IIB, setelah orkidektomi diradiasi pada
regio paraaorta dan regio panggul ipsilateral. Karena kurang lebih separuh
penderita dengan stadium IIC mendapat kekambuhan dengan terapi penyinaran,
pada penderita ini dilakukan kemoterapi. Kepada penderita stadium III diberikan
skema kemoterapi yang berlaku untuk penderita non seminoma. Bila penanganan
bedah sempurna serta kemoterapi dan penyinaran lengkap prognosis baik sekali.
Non-seminoma
Jika tidak dapat ditunjukkan metastasis dan tumor terbatas pada testis maka
ini disebut stadium I. Sesudah orkidektomi cukup pemantauan yang sering terhadap
16
penderita (wait and see policy). Dalam hal ini harus diperhatikan kenyataan bahwa
kira-kira 25% penderita selama follow up menunjukkan pertumbuhan tumor.
Dengan kontrol yang sering, dengan menetapkan zat-zat penanda, pertumbuhan
tumor dapat cepat didiagnosis, dan karena kecilnya massa tumor dapat diterapi
kuratif dengan kemoterapi. Jika dibuktikan adanya metastasis, pertama-tama dinilai
dengan polikemoterapi. Semula kemoterapi ini terdiri atas kombinasi sisplatin,
vinblastin, dan bleomisisn, sesudah itu vinblastin diganti dengan etoposid.
Kombinasi ini sama efektifnya tetapi cukup ringan toksisitasnya.
17
Gambar 3. CT-Scan seminoma 7
MRI adalah suatu alat canggih yang merupakan kombinasi dari magnet
yang dikendalikan oleh komputer sehingga dapat membuat pemeriksaan dengan
arah irisan atau potongan axial (melintang), sagital (memotong kanan kiri), coronal
(memotong depan belakang). 2, 13
MRI merupakan pemeriksaan radiologi tanpa Sinar-X. 2, 13
18
Gambar 4. Tumor Testis Sel Leydig (nonseminoma)
(a) belum berkembang (b) stage tumor T1 (c) stage tumor T2 1, 10
19
Gambar 5. Tumor Testis Sel Leydig (nonseminoma)
(a) belum berkembang (b) stage tumor T1 dengan lokasi perifer di parenkim testis
(c) stage tumor T2 di area sentral bekas luka dengan sinyal yang tinggi
(d) Gambaran patologi menunjukkan tumor berbentuk lobus dengan ukuran 2 cm.
Jaringan parut terlihat. 1, 10
20
menggunakan frekuensi yang jauh lebih tinggi, yaitu megahertz (MHz), atau jutaan
Hertz. 2, 13
Frekuensi yang semakin tinggi menggunakan resolusi yang lebih baik. Yang
terakhir adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang berdekatan.
Meskipun demikian, dengan peningkatan frekuensi, lebih banyak sorotan
ultrasound yang terikat oleh target dan sorotan tersebut tidak dapat dipenetrasi lebih
jauh. Untuk alasan ini, frekuensi yang lebih tinggi (7,5 MHz) digunakan untuk
memberikan gambaran yang baik dan terperinci dari organ-organ superfisial seperti
prostat, testis, tiroid dan dada., dan frekuensi yang lebih rendah (3,5 MHz) untuk
pemeriksaan abdomen. 2, 13
Ultrasonografi atau sonografi adalah penggunaan gelombang suara untuk
kepentingan radiologik, tidak menggunakan sinar-X atau radiasi yang lain, aman,
dan digunakan tanpa anestesi. Pada urologi pria, prostat dan testis dekat dengan
permukaan tubuh dan dapat dicitrakan dengan ultrasonografi untuk membantu
diagnosis dan untuk melakukan biopsi terhadap temuan abnormal. 2, 13
Cairan atau suatu massa di sekitar skrotum (jaringan di sekitar testis) tidak
mungkin ditemukan dengan pemeriksaan fisik testis. Ultrasonografi dapat
mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu melihat adanya
hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena abnormal (varikokel),
dan kemungkinan adanya tumor. Pada penyakit prostat, ultrasonografi dapat
digunakan lewat suatu pemeriksaan rektal. 2, 13
Ultrasonografi transrektal secara rutin digunakan untuk biopsi prostat pada
pasien dengan level PSA abnormal untuk melihat adanya abnormalitas dan untuk
membantu dalam penempatan jarum untuk biopsi secara tepat. Ultrasonografi
prostat juga dapat digunakan untuk menunjukkan blok pada peri-prostatik (sebelum
biopsi atau prosedur) dan menghasilkan penilaian ukuran prostat yang akurat untuk
pembesaran prostat atau penanganan kanker prostat. Pasien harus diberikan
antibiotik terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur ini. 2, 13
Ketika suatu pemerikasaan transrektal digunakan untuk sonografi pelvis,
kanker ditunjukkan dengan densitas asimetris dalam prostat. Prosedur ini bukanlah
yang paling memberikan arti sensitif dalam menegakkan diagnosis, tapi penting
untuk mendokumentasikan derajat dari perluasan tumor ke vesikel seminal. 2, 13
21
Ultrasonografi pada testis digunakan untuk menentukan penempatan suatu
massa yang dapat teraba ketika dicurigai adanya tumor pada testis. Biasanya, lesi
ekstra-testikular yang dapat diraba bersifat jinak. Pada sisi lain, massa
intratestikular, terutama jika teraba, bersifat ganas dan harus segera dioperasi. Oleh
karena itu, ultrasonografi bermanfaat untuk melokalisir kelainan yang dapat diraba
dan untuk menentukan tindakan pembedahan apa yang akan dilakukan.2, 13
Pemeriksaan ultrasonografi pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan suatu transduser frekuensi tinggi yang linier untuk membandingkan
echotekstur testis pada area yang heterogen. 2, 13
22
A. Seminoma
Merupakan sebagian besar tumor testis dan tampak sebagai lesi massa
dengan eko lemah berbatas tegas dan homogen, dan berbatas tegas dengan jaringan
testis normal. 11
B. Teratoma
Tumor ini memilik pola eko campuran dan dapat bersifat kistik maupun
solid. Puncak insidensi tumor testis adalah antara usia 25 dan 35 tahun, dengan
peningkatan risiko pada testis yang tidak turun. Pada kelompok usia yang lebih tua,
massa testis cenderung merupakan metastasis, daripada sebagai tumor primer.
Staging tumor memerlukan pemeriksaan CT toraks dan pelvis. 11
23
Gambar 7. Teratoma Testis
C. Koriokarsinoma
Pada pemeriksaan USG testis biasanya terdapat gambaran heterogen dan
terdapat multiple internal kalsifikasi.
Gambar 8.Kariokarsinoma
24
D. Karsinoma Embrional
25
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
Tumor testis merupakan tumor yang berasal dari sel germinal atau jaringan
stroma testis. Tumor testis cukup penting, banyak mengenai pria dewasa muda dan
merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada kelompok ini.
Dalam diagnosa penyakit diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain :
CT Scan, MRI, dan USG.
CT-Scan berguna untuk menentukan stadium pada tumor testis.
Ultrasonografi pada testis digunakan untuk menentukan penempatan suatu massa
yang dapat teraba ketika dicurigai adanya tumor pada testis. Biasanya, lesi ekstra-
testikular yang dapat diraba bersifat jinak. Pada sisi lain, massa intratestikular,
terutama jika teraba, bersifat ganas dan harus segera dioperasi. Sedangkan MRI
dapat melihat gambaran jaringan dari tumor testis tersebut.
Ketiga macam pemeriksaan radiologi tersebut penting dalam menegakkan
diagnosis tumor testis.
Saran dari penulis adalah penmeriksaan radiologi dalam mendiagnosa suatu
penyakit agar lebih ditingkatkan. Dan sebagai tenaga kesehatan ilmu radiologi
harus dipelajari dengan baik.
26
DAFTAR PUSTAKA
27