PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Waham bizzar : kepercayaan yang salah dan aneh, sangat tidak masuk
akal.
Waham kongruen mood : waham yang isinya sesuai dengan mood (contoh:
pasien depresi yang merasa bahwa dirinya bertanggung jawab atas
kehancuran dunia)
Waham kejaran : pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan yang
sedang menganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimata matai
atau dikejar.
2
Gambar 2.1 Waham Kejaran
3
(contoh: kepercayaan bahwa orang di tv dan radio berbicara kepada
atau mengenai dirinya)
Waham dosa : keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab
atassuatu kejadian yang tidak baik (contoh: keluarganya kecelakaan karena
pikirannya tidak baik).
Waham nihilistik : yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia
sendiri dan atau orang lain sudah mati.
4
Gambar 2.4 Waham Cemburu
5
2.2 Etiologi
a. Faktor Biologik
b. Faktor Psikodinamik
6
c. Faktor Psikodinamik Lain
7
2.4 Tanda dan Gejala
1. Deskripsi umum
8
3. Gangguan Persepsi
Pasien dengan gangguan waham tidak memiliki halusinasi yang
menonjol atau menetap. Halusinasi raba dan cium mungkin ditemukan jika
hal tersebut adalah konsisten dengan wahamnya. Beberapa pasien dengan
gangguan waham mengalami halusinasi lain, hampir semua adalah
halusinasi dengar, bukan visual.
4. Pikiran
Gangguan pikiran dalam waham merupakan gejala utama dar
gangguan waham biasanya sistematis dan karakteristiknya adalah sesuatu
yang mungkin.
5. Orientasi
Pasien dengan gangguan waham biasanya tidak memiliki gangguan
dalam orientasi, kecuali bila mereka memiliki waham spesifik tentang
orang, tempat, waktu.
6. Daya Ingat
Daya ingat dan proses kognitif pada pasien gangguan waham tidak
terganggu.
8. Kejujuran
Pasien dengan gangguan waham biasanya dapat dipercya
informasinya, kecuali jika hal tersebut membahayakan system wahamnya.
a) Waham waham merupakan satau satunya ciri khas klinis atau gejala
yang paling mencolok. Waham waham tersebut (baik tunggal maupun
sebagai suatu system waham) harus bersifat khas pribadi (personal) dan
bukan budaya setempat.
9
b) Gejala gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap
/ full blown (F32.-) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat
bahwa waham waham tersebut menetap pada saat saat tidak terdapat
gangguan afektif itu.
c) Tidak boleh ada bukti buti tentang adanya penyakit otak.
d) Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang kadang saja
ada dan bersifat sementara.
e) Tidak ada riwayat gejala gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dsb.)
2.8 Penatalaksanaan
10
kita juga harus memisahkan pasien dengan waham terinduksi (tempat
berbeda dan tidak boleh melalkukan kontak).
a) Farmakoterapi.
Pada keadaan gawat darurat, pada pasien yang teragitasi berat perlu
diberikan antipsikotik intramuscular. Obat diberikan mulai dari dosis
rendah kemudian dinaikkan secara perlahan. Riwayat pasien terhadap
respon pengobatan adalah petunjuk terbaik untuk memilih obat.
b) Psikoterapi.
11
sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, tanpa menyetujui setiap mis
persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam
hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap
persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan
inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien
membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan
terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
2.9 Prognosis
Prognosis
50% sembuh dengan pengobatan
20% pengurangan gejala
30% tidak ada perbaikan
<25 % menjadi skizofrenia
<10% menjadi gangguan mood
BAB 3
12
KESIMPULAN
Demikian apa yang bisa penulis sampaikan, mohon maaf apabila ada hal
yang kurang tepat dalam penyampaian materi ini. Penulis terbuka akan kritik dan
saran yang membantu penyempurnaan referat ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya:Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP)
14