Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Diantara beberapa gangguan isi pikir yang dikenal, gangguan waham


merupakan gangguan yang sering dibahas. Gangguan waham merupakan suatu
kepercayaan menetap yang tidak sesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut
mungkin aneh (contoh: mata saya adalah computer yang dapat mengontrol
dunia) atau bisa pula tidak aneh hanya saja tidak mungkin (contoh: saya
dibuntuti FBI) dan kepercayaan ini akan tetap dipertahankan meskipun telah di
tunjukkan bukti bukti untuk mengkoreksinya.

Gangguan waham ini jauh lebih jarang daripada skizofrenia maupun


gangguan mood. Awitannya lebih lambat daripada skizofrenia dan dominasi
perempuan kurang nyata jika kita bandingkan dengan gangguan mood. Dari
penelitian diketahui bahwa di Amerika Serikat, gangguan waham dialami oleh
kurang lebih 0,025 sampai 0,03 persen dari populasi orang dewasa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa gangguan ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
skizofrenia yang mempunyai prevalensi sekitar 1 persen, dan gangguan mood
yang mempunyai prevalensi 5 persen. Insiden tahunan gangguan waham adalah 1
3 kasus baru per 100.000 orang.

Hanya 1 sampai 2 persen pasien yang dating ke fasilitas psikiatri yang


kemudian dirawat inapkan. Usia rata rata onset adalah sekitar 40 tahun, tetapi
usia onset dimulai dari 18 90 tahun (tapi biasanya tetap terdiagnosis pada usia
pertengahan).

Beberapa klinisi dan data penelitian menunjukkan bahwa stressor


psikososial yang dapat diidentifikasi sering menyertai munculnya gangguan
waham. Pasien akan mengalami serangkaian gangguan dengan waham waham
yang berlangsung lama, sebagai satu satunya gejala klinis yang khas atau yang
paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik,
skizofrenik atau gangguan afektif. Fektor genetik merupakan hal yang penting,
mengingat ciri ciri kepribadian dan situasi kehidupan dalam pembentukan
gangguan ini tidak pasti dan mungkin bervariasi.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi

Gangguan waham adalah suatu keyakinan tentang suatu isi pikiran


yang tidak sesuai dengan kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi
dan latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilan hal tersebut.
Waham sering ditemui pada pasien gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering di temukan pada skizofrenia. Semakin akut
skizofrenia semakin sering ditemui waham yang tidak sistematis. Waham
terdiri dari berbagai jenis, antara lain:

Waham bizzar : kepercayaan yang salah dan aneh, sangat tidak masuk
akal.

Waham sistematik : kepercayaan yang salah atau kepercayaan yang


disatukan oleh satu peristiwa atau tema tunggal

Waham kongruen mood : waham yang isinya sesuai dengan mood (contoh:
pasien depresi yang merasa bahwa dirinya bertanggung jawab atas
kehancuran dunia)

Waham kemiskinan : kepercayaan yang salah pada seseorang ia bangkrut


atau akan kehilangan semua hartanya.

Waham paranoid : termasuk diantaranya adalah waham kejar dan waham


rujukan, kendali dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid yaitu
kecurigaan dengan kadar lebih rendah dari proporsi waham).

Waham kejaran : pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan yang
sedang menganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimata matai
atau dikejar.

2
Gambar 2.1 Waham Kejaran

Waham kebesaran : keyakinan bahwa ia mempunyai kekuatan,


pendidikan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, bahwa dialah
ratu keadilan, dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan
rumah atau mobil.

Gambar 2.2 Waham Kebesaran

Waham rujukan : kepercayaan yang salah dalam diri seseorang bahwa


perilaku orang lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, objek,
atau orang lain memiliki kepentingan tertentu dan luar biasa, biasanya
dalam konotasi negative; berasal dari ide rujukan, yaitu ketika
seseorang secara salah merasa bahwa orang lain membicarakan dirinya

3
(contoh: kepercayaan bahwa orang di tv dan radio berbicara kepada
atau mengenai dirinya)

Waham somatik atau hipokondrik : keyakinan tentang sebagian tubuhnya


yang tidak mungkin benar (contoh: otaknya sudah cair, ususnya sudah
busuk, ada seekor kuda di dalam perutnya).

Gambar 2.3 Waham Somatik

Waham keagamaan : waham dengan tema keagamaan

Waham dosa : keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang
besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab
atassuatu kejadian yang tidak baik (contoh: keluarganya kecelakaan karena
pikirannya tidak baik).

Waham pengaruh : yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya


diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.

Waham sindiran : yakin bahwa dirinya dibicarakan orang lain.

Waham nihilistik : yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia
sendiri dan atau orang lain sudah mati.

Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : kepercayaan salah yang berasal


dari kecemburuan patologis seseorang bahwa kekasihnya tidak setianya.

4
Gambar 2.4 Waham Cemburu

Erotomania : kepercayaan delusional, lebih sering ditemukan pada wanita


daripada pria, bahwa seseorang sedang jatuh cinta pada dirinya.

Gambar 2.5 Waham Erotomania

Pseudologia fantastika : bentuk kebohongan ketika sesorang tampaknya


mempercayai bahwa khayalannya menjadi nyata dan terjadi pada dirinya;
dikaitkan dengan sindrom Munchausen, berulang kali memalsukan
penyakit.

Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham : karena waham, maka ia


berbuat atau bertingkah demikian.

5
2.2 Etiologi

a. Faktor Biologik

Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan waham dapat


disebabkan oleh faktor biologis yang merupakan keadaan medis non
psikiatri, seperti pasien dengan tumor otak. Namun ini bukan berarti
bahwa semua pasien dengan tumor otak akan mengalami gangguan
waham.

Keadaan neurologis yang paling sering disertai waham adalah


gangguan yang mengenai sistem limbik dan ganglia basalis dari pasien.
Pasien yang gangguan waham nya disebabkan oleh gangguan
neuorologis yang tidak menunjukkan gangguan intelektual terkadang
mengalami gangguan waham kompleks sehingga sulit dibedakan dengan
penderita gangguan waham. Sedangkan pasien dengan gangguan waham
oleh karena gangguan neurologis yang disertai dengan gangguan
intelektual biasanya hanya mengalami gangguan waham ringan yang
tidak serupa dengan pasien gangguan waham.

Gangguan waham dapat timbul sebagai respon normal terhadap


pengalaman abnormal pada lingkungan, system saraf tepi, atau saraf
pusat. Oleh karena itu, jika pasien mengalami pengalaman sensorik
salah, contohnya seperti mendengar suara langkah kaki maka pasien
akan merasa benear benar sedang diikuti.

b. Faktor Psikodinamik

Banyak praktisi yang meyakini faktor psikodinamik dapat


menyebabkan gangguan waham. Seperti pada pasien yang secara sosial
terisolasi dan pada pasien dengan pencapaian yang kurang dari yang
diharapkan. Hal ini melibatkan pasien dengan perasaan hipersensitif dan
mekanisme ego yang spesifik (pembentukan reaksi, proyeksi dan
penyangkalan).

6
c. Faktor Psikodinamik Lain

Berbagai observasi klinis menunjukkan banyak dari pasien


paranoid yang tidak mempunyai rasa percaya dalam membangun
hubungan. Hal ini mengakibatkan hubungan keluarga yang saling
bermusuhan secara konsisten. Biasanya di akibatkan oleh ibu yang
terlalu banyak mengatur dan ayah yang sadis ataupun kejam. Contoh
lain nya dalah dimana seseorang dalam pertumbuhannya tidak pernah
merasa dipuaskan oleh lingkungannya. Sehingga kemudian tidak dapat
membangun rasa percaya dalam berhubungan.

d. Faktor Relevan Lain

Waham dapat disebabkan oleh berbagai faktor tambahan seperti


isolasi sensorik dan social, depresi sosioekonomi, dan gangguan
kepribadian. Orang tuli, buta serta imigran yang tidak menguasai bahasa
setempat juga memiliki kecendrungan lebih besar untuk mengalami
gangguan waham. Gangguan waham dan gangguan paranoid lain juga
lebih rentan terjadi pada orang tua.

2.3 Perjalanan Penyakit

Menurut para ahli stressor psikososial sering menjadi penyebab


munculnya gangguan waham. Sifat stressor dapat sedemikian rupa sehingga
menimbulkan kecurigaan atau perhatian pada pasien tersebut. Contoh
stressor adalah pada imigran yang tidak menguasai bahasa setempat, atau
pada pasien dengan konflik social dengan teman maupun keluarga, dan pada
pasien yang terisolasi secara sosial. Awitan biasanya terjadi secara
mendadak.

Para ahli berpendapat bahwa orang orang dengan gangguan waham


biasanya memiliki intelegensi di bawah rata rata dan mungkin kepribadian
orang itu adalah ekstrover, dominan dan hipersensitif. Kecurigaan dan
perhatian pasien kemudian akan bertambah dan mejadi lebih rumit.

7
2.4 Tanda dan Gejala

Pasien biasanya rapi dan berpakaian layak, sehingga tidak terlihat


adanya tanda tanda disintegrasi kepribadian. Pasien juga tampak eksentrik,
aneh, curiga atau tidak bersahabat. Selain itu pasien dengan gangguan ini
kerap kali bermasalah dengan hukum dan mempunyai kecendrungan
memperjelas hal ini bagi pemeriksa.

Hasil pemeriksaan status mental pada pasien gangguan waham adalah


normal, terkecuali ditemukannya system waham yang secara nyata
abnormal. Pasien juga kerap kali mempengaruhi klinisi sebagai sekutu
dalam waham nya, namun sebaiknya sebagai klinisi kita tidak berpura
pura menerima waham. Karena hal ini dapat mengacaukan realitas dan
merusak rasa percaya yang ada antara dokter pasien.

Selain itu pasien dengan gangguan waham tidak akan mengalami


halusinasi yang menonjol atau bertahan. Hanya halusinasi yang sesuai
dengan waham yang ia anut. Halusinasi yang paling sering terjadi pada
pasien gangguan waham adalah halusinasi pendengaran.

2.5 Gambaran Klinis

1. Deskripsi umum

Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian rapi, tanpa


tanda disintegrasi nyata pada kepribadian atau aktivitas harian. Tetapi,
pasien mungkin terlihat eksentrik, aneh, curiga atau bermusuhan.

2. Mood dan afek


Mood pasien konsisten dengan isi wahamnya. Seorang pasien
dengan waham kebesaran adalah euforik, sedangkan seorang pasien
dengan waham kejar adalah pencuriga. Bagaimanapun sifat sistem
wahamnya, pemeriksa mungkin merasakan kualitas depresif ringan.

8
3. Gangguan Persepsi
Pasien dengan gangguan waham tidak memiliki halusinasi yang
menonjol atau menetap. Halusinasi raba dan cium mungkin ditemukan jika
hal tersebut adalah konsisten dengan wahamnya. Beberapa pasien dengan
gangguan waham mengalami halusinasi lain, hampir semua adalah
halusinasi dengar, bukan visual.

4. Pikiran
Gangguan pikiran dalam waham merupakan gejala utama dar
gangguan waham biasanya sistematis dan karakteristiknya adalah sesuatu
yang mungkin.

5. Orientasi
Pasien dengan gangguan waham biasanya tidak memiliki gangguan
dalam orientasi, kecuali bila mereka memiliki waham spesifik tentang
orang, tempat, waktu.

6. Daya Ingat
Daya ingat dan proses kognitif pada pasien gangguan waham tidak
terganggu.

7. Pertimbangan dan tilikan


Pasien dengan gangguan waham hampir seleruhnya tidak memiliki
tilikan terhadap kondisi mereka dan hampir selalu dibawa ke rumah sakit
oleh orang lain.

8. Kejujuran
Pasien dengan gangguan waham biasanya dapat dipercya
informasinya, kecuali jika hal tersebut membahayakan system wahamnya.

2.6 Diagnosis dan Kriteria Diagnostik (DSM-V R/PPDGJ III)

a) Waham waham merupakan satau satunya ciri khas klinis atau gejala
yang paling mencolok. Waham waham tersebut (baik tunggal maupun
sebagai suatu system waham) harus bersifat khas pribadi (personal) dan
bukan budaya setempat.

9
b) Gejala gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap
/ full blown (F32.-) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat
bahwa waham waham tersebut menetap pada saat saat tidak terdapat
gangguan afektif itu.
c) Tidak boleh ada bukti buti tentang adanya penyakit otak.
d) Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang kadang saja
ada dan bersifat sementara.
e) Tidak ada riwayat gejala gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dsb.)

2.7 Diagnosa Banding

a) Gangguan kepribadian paranoid


b) Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
c) Skozofrenia paranoid
d) Penyakit fisik dan neurologic sering disertai dengan waham (ganglia
basalis, system limbic)
e) Delirium
f) Demensia
g) Penyalahgunaan alcohol
h) Malingering

2.8 Penatalaksanaan

Gangguan waham umumnya dianggap resisten terhadap pengobatan.


Namun kini pandangan para klinisi sudah tidak sepesimistik dulu. Tata
laksana gangguan waham yang dapat dilakukan terdiri atas pemberian
farmakoterapi dan psikoterapi.

Tujuan dari tatalaksana adalah untuk memutuskan intervensi yang


sesuai serta menangani komplikasi. Selain itu tatalaksana yang baik akan
membangun hubungan dokter pasien yang terapeutik dan efektif. Pada saat
menerapi pasien dengan gangguan waham ada hal hal yang perlu kita
waspadai, diantaranya dimana kita tidak boleh terlihat mendukung maupun
menentang keyakinan pasien (penting karena pasien gangguan waham
cenderung berusaha menjaring psikiatrik kedalam waham mereka), selain itu

10
kita juga harus memisahkan pasien dengan waham terinduksi (tempat
berbeda dan tidak boleh melalkukan kontak).

a) Farmakoterapi.

Pada keadaan gawat darurat, pada pasien yang teragitasi berat perlu
diberikan antipsikotik intramuscular. Obat diberikan mulai dari dosis
rendah kemudian dinaikkan secara perlahan. Riwayat pasien terhadap
respon pengobatan adalah petunjuk terbaik untuk memilih obat.

Jika selama 6 minggu pasien tidak memberikan respon maupun


perkembangan berarti dengan pemberian antipsikotik tersebut, pemberian
antipsikotik golongan lain perlu diberikan dalam uji coba klinis. Pada
pasien yang tidak membaik dengan pemberian antipsikotik obat
dihentikan dan digantikan. Kita dapat memberikan antidepresan, litium
atau antikejang dan valproate.

b) Psikoterapi.

Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan


saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.
Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak
boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus
tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan
yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya
dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan
dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan
dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan
dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan
wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap


pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung semua
ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : Anda pasti merasa

11
sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, tanpa menyetujui setiap mis
persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam
hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap
persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan
inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien
membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan
terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.

2.9 Prognosis

Prognosis
50% sembuh dengan pengobatan
20% pengurangan gejala
30% tidak ada perbaikan
<25 % menjadi skizofrenia
<10% menjadi gangguan mood

Prognosis ke arah baik :


1. Riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang baik
2. Kemempuan penyesuaian yang tinggi
3. Wanita
4. Onset Sebelum 30 tahun
5. Onset tiba tiba
6. Lamanya sakit singkat
7. Adanya faktor pencetus

BAB 3

12
KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas kita bisa menyimpulkan beberapa hal

1. Gangguan waham merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang


keliru, berdasarkan simpulan yang keliru, tidak konsisten dengan
intelegensia dan latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah
lewat penalaran atau dengan jalan penyajian fakta.

2. Etiologi terdiri atas faktor biologis, psikodinamis, psikodinamik lain


dan faktor relevan lainnya.

3. Gangguan ini biasanya terjadi akibat adanya stressor psikososial, dan


sering terjadi pada pasien dengan interlegensi di bawah rata rata
dengan kepribadian premorbid yang ekstrover, dominan dan
hipersensitif. Dengan awitan yang biasanya mendadak

4. Tata laksana gangguan waham terdiri atas pemberian farmakoterapi


dan psikoterapi.

Demikian apa yang bisa penulis sampaikan, mohon maaf apabila ada hal
yang kurang tepat dalam penyampaian materi ini. Penulis terbuka akan kritik dan
saran yang membantu penyempurnaan referat ini. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya:Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP)

2. Badan Penerbit FKUI.2010.Buku Ajar Psikiatri.Jakarta: Badan Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

3. Sadock, Benjamin J.2010.Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis


Ed.2.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

4. Maslim, Rusdi. 2014. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

14

Anda mungkin juga menyukai