Anda di halaman 1dari 24

Perkosaan Dan Pencabulan

DISUSUN OLEH :

Elisa Vebiola L. Marpaung ( 22010078 )

Ranita Mega Ferina ( 22010066 )

Paulus Panangian Sinaga ( 22010073 )


PEMBIMBING :
dr. Doaris Ingrid Marbun, M.Ked ( For ), Sp.F
Definisi Perkosaan dan Pencabulan
● Perkosaan
→ Suatu tindakan criminal apabila si pemerkosa memakai kekerasan dan korban memberi
perlawanan sampai saat-saat terakhir.

→ Menurut Narayan Reddy ( India ), menghubungkan dengan ketentuan hukum yang berlaku di
India menyatakan laki-laki dapat dituduh melakukan perkosaan bila dilakukan :

•Diluar kehendak Perempuan,

•Tanpa persetujuan,

•Dengan persetujuan perempuan bila dilakukan dengan ancaman kekerasan atau kematian
terhadap perempuan,

•Bila Perempuan dalam keadaan tidak sadar atas apa yang terjadi pada dirinya seperti dibawah
pengaruh obat-obatan.
→ Di Indonesia pengertiaan pemerkosaan harus sesuai disesuaikan dengan ketentuan hukum
yang terdapat dalam KUHP pasal 285, 286 dan 287.

Note :

Pemerkosaan adalah istilah hukum bukan istilah medis ( Persetubuhan ).

● Pencabulan
Yang diambil dari The National Center on Child Abuse And Neglect US, ‘Sexual
Assault’, adalah “kontak atau interaksi antara anak dan orang dewasa dimana anak tersebut
dipergunakan untuk stimulasi seksual oleh pelaku atau orang lain yang berada dalam posisi
memiliki kekuatan atau kendali atas korban”.
Jenis-jenis Kejahatan Seksual
1. persetubuhan
2. pemerkosaan
Tindak pidana perkosaan di Indonesia harus memenuhi unsur-unsur berikut:
1. Unsur Pelaku, yaitu:
a. Harus orang laki-laki
b. Mampu melakukan persetubuhan
2. Unsur korban:
a. Harus orang perempuan
b. Bukan istri pelaku
3. Unsur perbuatan, terdiri atas:
a. Persetubuhan dengan paksa
b. Pemaksaan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan kekerasan fisik
atau ancaman kekerasan.
Dokter hanya dapat diminta bantuannya untuk melakukan pemeriksaan
terhadap :
1. Korban, dengan tujuan untuk:
a. Mengungkap apakah betul korban seorang perempuan
b. Mengungkapkan apakah betul telah terjadi senggama
c. Mengungkap identitas laki-laki yang menyetubuhi
d. Mengungkap apakah betul telah terjadi kekerasan fisik
2. Tersangka, dengan tujuan untuk:
a. Mengungkap apakah tersangka benar-benar laki-laki
b. Mengungkap apakah tersangka dapat melakukan senggana
(tidak impoten)
Kejahatan Berupa Perbuatan Cabul

1. perbuatan cabul yang dilakukan di muka umum


2. perbuatan cabul yang dilakukan mau sama mau
3. perbuatan cabul dengan sesama kelamin
4. menyerang kehormatan kesusilaan
5. perbuatan cabul dengan orang yang pingsan atau tidak berdaya
6. membujuk atau melakukan perbuatan cabut atau persetubuhan dengan orang
lain
7. menghubungkan, memudahkan dilakukan perbuatan cabul dengan orang lain
8. menarik keuntungan dari seorang pelacur
9. mempromosikan diri untuk perbuatan cabul
Pengaturan Mengenai Tindakan Pidana Pemerkosaan Dan Pencabulan
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

1. kejahatan perzinahan (Pasal 284 KUHP); Perzinaan yang dilakukan oleh dua orang yang
salah satu atau keduanya terikat perkawinan dan dilaporkan oleh istri atau suami pelaku
zina dan dilakukan atas dasar suka sama suka dengan Hukuman maksimal 9 bulan penjara.
2. kejahatan perkosaan untuk bersetubuh (Pasal 285 KUHP); Barang siapa dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya besetubuh dengan dia
diluar pernikahan di hukum karena memperkosa dengan memperkosa dengan hukuman
penjara selama-lamanya 12 tahun.
3. kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin dalam keadaan pingsan atau tidak
berdaya (Pasal 286 KUHP); Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan
istrinya dengan keadaan pingsan atau tidak berdaya dihukum penjara selama-lamanya 9
tahun.
4. kejahatan bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang umurnya belum 15 tahun (Pasal
287 KUHP); Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya dan umur perempuan
belum cukup 15 tahun belum mampu untuk menikah dihukum penjara selama-lamanya 9 tahun.

5. kejahatan perkosaan berbuat cabul atau perbuatan yang menyerang kehormatan


kesusilaan (pasal 289 KUHP); Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dan
memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam
karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan asuila dengan hukuman penjara
paling lama 9 tahun.

6. kejahatan perbuatan cabul pada orang yang pingsan dan pada orang yang umurnya
belum 15 tahun atau belum waktunya dikawin (Pasal 290 KUHP);

Diancam dengan pidana paling lama 7 tahun:


● Ayat 1 : Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal diketahuinya bahwa
orang itu pingsan atau tidak berdaya.
● Ayat 2 : Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal diketahuinya atau
sepatunya diduganya umurnya belum cukup 15 tahun atau kalau umurnya tidak jelas , yang
bersangkutan belum waktunya buat dikawinkan.
● Ayat 3 : Barang siapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduganya bahwa
umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya tidak jelas yang bersangkutan belum waktunya kawin
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul atau bersetubuh diluar perkawinan
dengan orang lain.

7. kejahatan perbuatan cabul sesama kelamin pada orang yang belum dewasa (Pasal 292 KUHP); Orang
dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin yang diketahuinya atau
sepatunya harus diduganya belum dewasa diancam pidana penjara paling lama 5 tahun.
8. kejahatan menggerakkan orang untuk berbuat cabul dengan orang yang belum dewasa

(pasal 293);
● Ayat 1 : Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalagunakan
pembawa yang timbul dari hubungan keadaan atau dengan penyesatan sengaja mengerakkan
seorang belum dewasa baik tingkah lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan
perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya diketahui atau
selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun.
● Ayat 2 : Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan
kejahatan itu.
● Ayat 3 : Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-masing
9 bulan dan 12 bulan.
Tanda Keperawanan
1. Genital ( Alat Kelamin )
● Himen (Selaput darah), berupa lapisan tipis yang merupakan lipatan mukosa yang membatasi
ostium (Orifisum) vagina pada gadis. Pada umumnya himen yang berupa lubang (cincin),
dengan saluran keluar yang terbuka melingkar atau elevasi.

Note :

* Himen robek pada saat koitus atau hubungan seksual, dan pada persalinan. Namun himen juga bisa
robek karena kejadian-kejadian berikut :

- Kecelakan, misalnya terjatuh atau tersangkut pagar,


- Masturbasi, terutama bila menggunakan alat/benda-benda asing.
2. Dada / Payudara
Dada pada seorang gadis (perawan) biasanya kencang, elastis, dan sedikit bulat, dengan
putting yang kecil, areolar yang belum tumbuh, berwarna merah jambu pada kulit putih
dan hitam pada kulit hitam.
Pemeriksaan Medik Pada Kasus Pemerkosaan Dan Pencabulan
Pertama yang perlu dicatat adalah:

● Waktu dan nama polisi yang mengantarkan korban/m tertuduh ke dokter di rumah sakit dengan permintaan Visum
et Repertum
● Nama bidan atau perawat perempuan yang membantu dokter
● Waktu dan tempat dilakukannya pemeriksaan
● Korban/ tertuduh harus menandatangani formulir bersedia diperiksa.

Setelah prosedur diatas baru dilakukan anamnesis diperlukan untuk mempermudah pekerjaan dokter. Perlu
diketahui, bahwa anamnesis tidak selalu dapat dipercaya

Anamnesis meliputi:

● Nama, umur, tanggal lahir, pekerjaan


● Status perkawinan: belum kawin/ kawin/ cerai
● Tanggal haid terkahir, hamil
● Persetubuhan sebelum kejadian: belum pernah/ pernah
● Terakhir tanggal, pukul, pakai kondom
● Obat kontrasepsi: ya/tidak, jenis:
● Obat lain: ya/ tidak, jenis:
● Minuman keras: jenis, berapa banyak, waktunya
● Anamnesis mengenai kejadian
● Kapan kejahatan terjadi
● Kapan melapor kapada polisi
● Dimana terjadi kejahatan, gambaran mengenai tempat kejadian perkara
● Apa yang dilakukan tertuduh dari awal sampai terjadi persetubuhan
● Adakah tertuduh melakukan kekerasan
● Adakah ancaman kekerasan dari tertuduh, caranya:
● Apakah korban pingsan, mengadakan perlawanan atau tidak
● Berteriak minta tolong, apakah terjadi persetubuhan
● Seluruh penis masuk ke dalam vagina, ada mani keluar dari vulva
● Waktu penetrasi berasa nyeri, sudah buang air kecil, cebok, mandi, ganti pakaian
● Status umum
● Status lokalis: alat kelamin

● Status umum:
● Perhatikan: keadaan rambut, tampang muka, pakaiannya
● Keadaan kesadaran, emosi korban, ngantuk, sedih, menangis, gembira, pengaruh obat penenang, narkotika,
minuman keras
● Cara korban berjalan
● Ukur tinggi badan, timbang berat badan, perkiraan umur. Korban atau tertuduh diminta menanggalkan pakaian
satu persatu. Dari ketiga data ini dapat diambil kesimpulan bahwa korban dapat melakukan perlawanan atau
tidak
● Dari umur, yang perlu diperhatikan adalah: belum umur 12 tahun, belum 15 tahun, belum genap 21 tahun.
Kemudian periksa dan perhatikan tanda-tanda kekerasan: Lakukan pemeriksaan pertumbuhan gigi geligi dan
seks sekunder (pertumbuhan payudara dan rambut pubis) untuk konfirmasi usia korban atau kepantasan
dikawin sebagaimana diminta oleh undang-undang
● Kepala
○ Mata : Pupil miotik, midriasis
○ Mulut : bekas pembungkaman. Bila diduga ada persetubuhan oral, periksa adanya lecet, bintik perdaraham
atau memar pada palatum. Kemudian:
■ Lakukan swab pada laring dan tonsil dan buat sediaan hapus dua buah untuk pemeriksaan mikrobiologi dan
pemeriksaan sperma dan cairan mani
■ Kapas lidi dikeringkan dan dimasukkan kedalam amplop. Desegelm dan bubuhkan identitas serta ditanda
tangani oleh pengumpul atau pemeriksa
○ Leher : bekas cekikan
● Dada
○ Payudara : bekas gigitan, remasan. Buat foto dengan juga meletakkan penggaris
● Perut : Bekas persentuhan dengan benda tumpul
● Punggung : bekas landasan yang tidak rata korban dipaksa berbaring
● Lengan : bekas tangkisan, bekas suntikan di lekuk siku, punggung tangan
● Kuku : kumpulkan kotoran dibawah kuku, simpan di dalam amplop
● Tungkai bawah : bekas suntikan
● Status lokalis : alat kelamin
● Paha : ada kekerasan di bagian medial paha akibat merenggangkan kedua paha yang
diimpitkan korban
● Pubes : rambut kemaluan disisir dengan sisir halus mencari rambut asing. Rambut yang lepas, noda
yang kering dimasukkan ke dalam amplop yang bersih dan diberi keterangan yang cukup. Ambil contoh rambut kemaluan
korban, masukkan ke dalam amplop lain
Alat kemaluan :

● Bibir Kemaluan : tanda kekerasan, lecet, memar, hiperemis


● Selaput dara : buat sediaan mikroskopik dari lendir sekitar selaput dara. Perhatikan robekan baru,
hampir sembuh, lama. Sesuaikan lokalisasi robekan dengan jarum pendek jam tangan.

Dalam hal adanya riwayat persetubuhan anus, pemeriksaan colok dubur dan anuskopi perlu dipertimbangkan
untuk melihat adanya luka baru dan gambaran rugae.

Ukur diameter lubang selaput dara, dapat dilalui satu jari kelingking, tekunjuk atau dua jari dengan mudah atau
sukar.

Dikenal empat jenis keadan selaput dara:

1. Selaput dara seorang perempuan yang belum pernah disetubuhi.

2. Selaput dara seorang perempuan yang baru disetubuhi.

3. Selaput dara seorang perempuan yang sudah sering disetubuhi.

4. Selaput dara seorang perempuan yang sudah melahirkan anak.


● Pemeriksaan vagina dan serviks

Perhatian Khsuus Untuk Korban Laki-laki

● Perhatikan apakah korban sudah disunat


● Adalah hiperemia, bengkak (bedakan antara hernia, hidrokel dan hematokel), puntiran testis, memar, robekan
anus, dll
● Puntiran testis termasuk gawat darurat dan membutuhkan rujukan bedah segera
● Jika urin berisi jumlah darah, cek penis dan trauma uretra
● Jika perlu, laukan pemeriksaan rektum dan prostat untuk trauma dan tanda infeksi
● Jika perlu, kumpulkan bahan dari anus untuk pemeriksaan langsung sperma di bawah mikroskop.
Pemeriksaan Penunjang/ Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan ketersediaan sarana;

1. Lakukan pemeriksaan darah rutin (darah tepi lengkap) dan bila diperlukan periksa waktu
perdarahan, PT (protrombin time) dan PTT (partial thrombo plastin time).

Pada trauma abdomen: darah tepi lengkap, urinalisis, fungsi hati dan amilase.

2. Lakukan pemeriksaan urin dan fases rutin.

3. Rontgen dan USG (jika tersedia) dapat digunakan untuk diagnosis patah tulang dan trauma
abdominal.

4. Pada kasus kekerasan seksual perlu dilakukan tambahan pemeriksaan penunjang antara lain:

a. Penapisan (skrining) penyakit kelamin


b. Tes kehamilan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kehamilan apabila terdapat indikasi.
c. Pengambilan barang bukti dan sampel yang wajib diambil
Pemberian Terapi Pada Korban Kekerasan Seksual
Pencegahan
→ Pencegahan infeksi HIV:

Pencegahan pada infeksi HIV biasanya terdiri dari 2 atau 3 obat antiretroviral (ARV),
diminum 2 kali sehari selama 28 hari. Obat terdiri dari zidovudine (ZDV atau AZT) dan
lamivudine (3TC). Tersedia kombinasi obat ini dalam 1 tablet bernama Combivir. Jika tidak
memungkinkan korban menerima PPP di tempat anda, rujuk secepat mungkin (dalam waktu
72 jam setelah kejadian) ke tempat yang menyediakan PPP Jika korban datang setelah 72 jam
tidak diberikan dan korban dirujuk ke fasyankes yang memiliki layanan tes HIV yang ada di
wilayah anda.
→ Pencegahan kehamilan:

Berikan pil kontrasepsi darurat dalam waktu 72 jam (3 hari) akan mengurangi
kemungkinan hamil antara 56%-93%. Regimen kontrasepsi darurat tidak merusak
kehamilan yang sudah ada dan bukan metode untuk aborsi. Pengunaan kontrasepsi darurat
adalah pilihan pribadi korban. Korban harus diminta informed consent sebelum
memutuskan menggunakan regimen ini.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai